Landasa Pend Inklusi
Landasa Pend Inklusi
04
A. Kebijakan
Pendidikan Inklusif
Perkembangan layanan PLB di Indonesia
“
Pasal 15
Pendidikan khusus disediakan bagi peserta didik yang mengalami hambatan dalam
belajar karena kelainan fisik, mental, emosi, dan sosial serta memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa, diselenggarakan secara inklusif, atau berupa satuan
“
pendidikan khusus.
Selanjutnya, secara teknis
implementasi program pendidikan
inklusif di Indonesia dituangkan di
dalam Permendiknas Nomor 70
tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif bagi Peserta Didik
Berkelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan Bakat Istimewa
LANDASAN YURIDIS
1. UUD Republik Indonesia tahun 1945 (amandemen)
2. UU No 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
3. UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
4. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5. UU No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RP JPN) 2005-2025
6. UU no 25 tahun 2009 tentang Pelayanan.
7. PP no 19 tahun 2005 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
8. PP no 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan pemyelenggaaan pendidikan.
9. Permendiknas No 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi anak yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.
Landasan Fisiologis
• Filasafat pancasila “Bhineka Tunggal Ika”
• Pendidikan yang dikembangkan di Indonesia adalah
pendidikan yang diperentukkan bagi semua warga negara
tanpa memandang perbedaan-perbedaan.
Landasan Sosiologis
• secara sosial budaya bangsa Indonesia saling
menghargai dan menjunjung tinggi
kebhinekaan.
• Manusia adalah makhluk sosial. Manusia
senantiasa terikat dan mengikatkan diri pada
manusia lain di lingkungan sosialnya.
• Seluruh anak membutuhkan pendidikan yang
dapat mengembangkan hubungan antar
mereka dan mempersiapkan untuk hidup
dalam masyarakatnya.
Pasal 3 UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 tentang
ANDASAN PSIKOLOGI
Tujuan Pendidikan Nasional
Melalui pendidikan ABK akan dibentuk menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab yaitu individu yang mampu menghargai
perbedaan dan berperan aktif dalam masyarakat
Kendala
ABK oleh masyarakat diisolasikan dan adanya pelaabelan oleh masyarakat
yang menyebabkan ABK menjadi tidak percaya diri dan merasa rendah diri
Upaya
Pemberian kesempatan dan perlakuan yang sama bagi ABK seperi
layaknya anak-anak yang lain
Melalui perlakuan dan kesempatan yang sama, anak dapat
a 1. Menghindarkan ABK yang tergolong berkelainan rendah menjadi rendah
diri dan yang tergoloong berkemampuan tinggi menjad tinggi hati
2. Mengurangi rasa takut dan dapat membangun rasa persahabatan,
menghargai orang lain, dan saling pengertian
3. Sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan
4. Memberikan kemudahan untuk melakukan penyesuaian sosial
5. Siswa dapat saling belajar tentang pengetahuan dan keterampilan
Landasan Empiris
The National Baker, Wang, & Your Text Here
Academy of Walberg Melakukan survey kepada
Science/AS Penelitian ketiganya kepala & menunjukkan
Klasifikasi dan penempatan menunjukkan bahwa bahwa hanya 1 dari 5
pendidikan inklusif berdampak sekolah yang memiliki
ABK disekolah, kelas atau positif baik terhadap akademik sikap positif tentang
tempat khusus tidak maupun sosial ABK dan teman penerapan pendidikan
sebayanya inklusif
efektive dan diskriminatif
C Case Conference
04
Pasal 3
23) Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, sosial atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak
mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan
pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
24) Peserta didik yang memiliki kelainan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas :
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis,
memiliki gangguan motorik, menjadi korban
penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat
adiktif lainnya , memiliki kelainan lainnya, tunaganda.
Pasal 4:
1) Pemerintah kabupaten/kota menunjuk minimal satu
sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama pada
setiap kecamatan dan satu satuan pendidikan menengah
untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib
menerima peserta didik berkelainan.
2) Satuan pendidikan selain yang ditunjuk oleh kabupaten
atau kota dapat menerima peserta didik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
Pasal 5:
1)Penerimaan peserta didik berkelainan dan/atau peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa pada satuan
pendidikan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah.
2) Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
mengalokasikan kursi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) paling sedikit satu peserta didik dalam satu
rombongan belajar yang akan diterima
3) Apabila dalam waktu yang telah ditentukan peserta didik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) tidak ada yang
mendaftar maka satuan pendidikan dapat menerima peserta didik
normal
Istilah identifikasi dimaknai sebagai
proses penjaringan, sedangkan asesmen
dimaknai sebagai penyaringan.
Identifikasi dilaksanakan oleh orang tua,
guru kelas, administrator, tokoh
masyarakat, maupun tenaga profesi
lainnya sebagai upaya untuk melakukan
proses penjaringan terhadap anak yang
mengalami kelainan/penyimpangan(fisik,
intelektual, sosial, emosional/tingkah
laku, dan/atau sensoris neurologis)
dalam rangka pemberian layanan
pendidikan yang sesuai. Hasil dari
identifikasi adalah ditemukannya anak-
anak berkelainan yang perlu
mendapatkan layanan pendidikan
khusus melalui program inklusi.
Penjaringan kepada semua anak yang baru
masuk sekolah
Kampanye kepedulian
Penetapan lingkungan
pendidikan yang paling bebas
bagi anak.
Perencanaan Pembelajaran
Penyusunan PPI dilakukan dalam sebuah team
untuk merumuskan/ menentukan kegiatan yang
sesuai dengan peserta didik serta penentuan tugas
dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut, terdiri dari guru kelas/ mata pelajaran,
kepala sekolah, orang tua/ wali serta guru
pembimbing khusus/ guru pendidikan khusus.
Dalam perencanaan program
pembelajaran perlu diperhatikan hal-hal berikut:
Merencanakan pengelolaan kelas,
Merencanakan pengorganisasian bahan
Merencanakan penggunaan sumber dan media belajar
Merencanakan strategi pendekatan kegiatan belajar
mengajar,
Guru menerapkan prinsip-prinsip ‘welcoming school’
terhadap pembelajaran
Merencanakan prosedur kegiatan belajar mengajar
Merencanakan penilaian,
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan melalui
individualisasi pengajaran artinya anak belajar pada topik yang
sama waktu dan ruang yang sama, namun dengan materi yang
berbeda-beda.
Cara lain proses pembelajaran dilakukan secara
individual artinya anak diberi layanan secara individual dengan
bantuan guru khusus. Proses ini dapat dilakukan jika dianggap
memiliki rentang materi/ keterampilan yang sifatnya mendasar
(prerequisit).
Penilaian Pembelajaran
Rambu-rambu dalam penilaian tersebut Permendiknas nomor 70 tahun 2009 Pasal 9 menyebutkan :
a. Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang bersangkutan
b. Peserta didik yang mengikuti pembelajaan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan
standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional
c. Pesta didik yang memiliki kelainan dan mengkuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan
d. Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan
mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh pemerintah
e. Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan bedasarkan kurikulum yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional penddikan mendapatkan surat tanda
tamat belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan bersangkutan
f. Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat
atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau
satuan pendidikan khusus
Penilaian Pembelajaran
Rambu-rambu dalam penilaian tersebut Permendiknas nomor 70 tahun 2009 Pasal 9 menyebutkan :
a. Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang bersangkutan
b. Peserta didik yang mengikuti pembelajaan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan
standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional
c. Pesta didik yang memiliki kelainan dan mengkuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan
d. Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan
mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh pemerintah
e. Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan bedasarkan kurikulum yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional penddikan mendapatkan surat tanda
tamat belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan bersangkutan
f. Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat
atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau
satuan pendidikan khusus
Sistem kenaikan kelas
Kurikulum Umum
Kurikulum Adaptasi dengan Ekkalasi
Kurikulum Adaptasi dengan Penyederhanaan
a
Kurikulum Khusus
Sistem laporan hasil belajar
Kurikulum Reguler
Kurikulum Adaptasi dengan Ekkalasi
Kurikulum Adaptasi dengan Penyederhanaan
a
Kurikulum Khusus
Thank you