Anda di halaman 1dari 29

KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSI

A Kebijakan Pendidikan Inklusif

B Landasan Pendidikan Inklusif

C Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah

04
A. Kebijakan
Pendidikan Inklusif
Perkembangan layanan PLB di Indonesia

Di Inggris terjadi Balitbang Dikbud


pergeseran paradigma mengadakan uji coba
pendidikan bagi anak penyelenggaraan
berkebutuhan khusus. pendidikan terpadu
menuju pendidikan
inklusif.
1903 1975 1985 1999 2003
Didirikan sekolah anak Pemerintah Indonesia Disahkan undang-
buta yang pertama kali melakukan uji coba undang sistem
di Indonesia pendidikan terpadu pendidikan nasional
bertempat di Bandung, bagi anak tunanetra. yang baru
dibawa oleh dokter
Westhof dari Belanda.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional


Pasal 15

Pendidikan khusus disediakan bagi peserta didik yang mengalami hambatan dalam
belajar karena kelainan fisik, mental, emosi, dan sosial serta memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa, diselenggarakan secara inklusif, atau berupa satuan

pendidikan khusus.
Selanjutnya, secara teknis
implementasi program pendidikan
inklusif di Indonesia dituangkan di
dalam Permendiknas Nomor 70
tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif bagi Peserta Didik
Berkelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan Bakat Istimewa
LANDASAN YURIDIS
1. UUD Republik Indonesia tahun 1945 (amandemen)
2. UU No 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
3. UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
4. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5. UU No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RP JPN) 2005-2025
6. UU no 25 tahun 2009 tentang Pelayanan.
7. PP no 19 tahun 2005 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
8. PP no 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan pemyelenggaaan pendidikan.
9. Permendiknas No 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi anak yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.
Landasan Fisiologis
• Filasafat pancasila “Bhineka Tunggal Ika”
• Pendidikan yang dikembangkan di Indonesia adalah
pendidikan yang diperentukkan bagi semua warga negara
tanpa memandang perbedaan-perbedaan.
Landasan Sosiologis
• secara sosial budaya bangsa Indonesia saling
menghargai dan menjunjung tinggi
kebhinekaan.
• Manusia adalah makhluk sosial. Manusia
senantiasa terikat dan mengikatkan diri pada
manusia lain di lingkungan sosialnya.
• Seluruh anak membutuhkan pendidikan yang
dapat mengembangkan hubungan antar
mereka dan mempersiapkan untuk hidup
dalam masyarakatnya.
Pasal 3 UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 tentang

ANDASAN PSIKOLOGI
Tujuan Pendidikan Nasional
Melalui pendidikan ABK akan dibentuk menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab yaitu individu yang mampu menghargai
perbedaan dan berperan aktif dalam masyarakat
Kendala
ABK oleh masyarakat diisolasikan dan adanya pelaabelan oleh masyarakat
yang menyebabkan ABK menjadi tidak percaya diri dan merasa rendah diri
Upaya
Pemberian kesempatan dan perlakuan yang sama bagi ABK seperi
layaknya anak-anak yang lain
Melalui perlakuan dan kesempatan yang sama, anak dapat
a 1. Menghindarkan ABK yang tergolong berkelainan rendah menjadi rendah
diri dan yang tergoloong berkemampuan tinggi menjad tinggi hati
2. Mengurangi rasa takut dan dapat membangun rasa persahabatan,
menghargai orang lain, dan saling pengertian
3. Sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan
4. Memberikan kemudahan untuk melakukan penyesuaian sosial
5. Siswa dapat saling belajar tentang pengetahuan dan keterampilan
Landasan Empiris
The National Baker, Wang, & Your Text Here
Academy of Walberg Melakukan survey kepada
Science/AS Penelitian ketiganya kepala & menunjukkan
Klasifikasi dan penempatan menunjukkan bahwa bahwa hanya 1 dari 5
pendidikan inklusif berdampak sekolah yang memiliki
ABK disekolah, kelas atau positif baik terhadap akademik sikap positif tentang
tempat khusus tidak maupun sosial ABK dan teman penerapan pendidikan
sebayanya inklusif
efektive dan diskriminatif

1980-an 1982 1994/ 2001 2003 2017


1995
Heller, Holtzman, Meyer Convention on The Right of
& Messick Person with Disabilities &
Anak dengan kecacatan yang
Protocol pasal 24
Layanan pendidikan khusus cukup ditemukan untuk
mrmiliki keberhasilan yang Setiap negara wajib menyelenggarakan
secara segresif hanya diberikan sistem pendidikan inklusif disetiap
lebih besar manakala
terbatas berdasarkan memperoleh pendidikan yang tingkatan pendidikan untuk mendorong
menerima mereka khususnya terwujudnya partisipasi penuh difabel
identifikasi yang tepat dalam kehidupan masyarakat
untuk hubungan sosial
.
Implementasi Pendidikan Inklusif
di Sekolah
KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSI
A Penerimaan Siswa Baru

B Identifikasi dan Asesmen

C Case Conference

04
Pasal 3
23) Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, sosial atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak
mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan
pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
24) Peserta didik yang memiliki kelainan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas :
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis,
memiliki gangguan motorik, menjadi korban
penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat
adiktif lainnya , memiliki kelainan lainnya, tunaganda.
Pasal 4:
1) Pemerintah kabupaten/kota menunjuk minimal satu
sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama pada
setiap kecamatan dan satu satuan pendidikan menengah
untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib
menerima peserta didik berkelainan.
2) Satuan pendidikan selain yang ditunjuk oleh kabupaten
atau kota dapat menerima peserta didik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
Pasal 5:
1)Penerimaan peserta didik berkelainan dan/atau peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa pada satuan
pendidikan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah.
2) Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
mengalokasikan kursi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) paling sedikit satu peserta didik dalam satu
rombongan belajar yang akan diterima
3) Apabila dalam waktu yang telah ditentukan peserta didik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) tidak ada yang
mendaftar maka satuan pendidikan dapat menerima peserta didik
normal
Istilah identifikasi dimaknai sebagai
proses penjaringan, sedangkan asesmen
dimaknai sebagai penyaringan.
Identifikasi dilaksanakan oleh orang tua,
guru kelas, administrator, tokoh
masyarakat, maupun tenaga profesi
lainnya sebagai upaya untuk melakukan
proses penjaringan terhadap anak yang
mengalami kelainan/penyimpangan(fisik,
intelektual, sosial, emosional/tingkah
laku, dan/atau sensoris neurologis)
dalam rangka pemberian layanan
pendidikan yang sesuai. Hasil dari
identifikasi adalah ditemukannya anak-
anak berkelainan yang perlu
mendapatkan layanan pendidikan
khusus melalui program inklusi.
Penjaringan kepada semua anak yang baru
masuk sekolah

Kampanye kepedulian

Bekerja sama dengan instansi lain

a Berkomunikasi dengan para guru umum


Tindak lanjut dari kegiatan
identifikasi adalah asesmen.
Asesmen ini dimaksudkan untuk
mengetahui posisi peserta didik
sebagaimana adanya baik secara
akademis, psikologis, sosial,
medis, keunggulan-keunggulan
dan sebagainya. atau dengan kata
lain apakah anak memerlukan
layanan kebutuhan khusus atau
tidak, jika memerlukan layanan
khusus apa yang sesuai dengan
anak tersebut.
Berdasarkan data hasil asesmen ini maka anak
berkebutuhan khusus bisa mendapatkan
berbagai program layanan yang benar-benar
sesuai dengan kondisi anak tersebut. Untuk itu
dalam proses asesmen perlu diperhatikan
beberapa hal berikut:
Proses asesmen sebaiknya dilakukan
oleh tim multidisiplin/profesIonal
Sedapat mungkin tes diberikan dalam bahasa
ibu atau bahasa yang dikuasai anak.
Tes yang dipakai harus sudah
divalidasi pada kelompok yang
akan memakainya.
Case
Conference/Pembahas
an Kasus
Setelah semua data asesmen
terkumpul, diadakan pertemuan
tim asesmen untuk menetapkan
bidang-bidang yang memang
anak menunjukkan masalah.
Pertemuan ini diikuti oleh kepala
sekolah, guru PLB, orangtua,
anak yang bersangkutan, guru
atau tenaga profesi lain yang
terlibat dalam proses
asesmen/evaluasi.
Tugas dari tim ini
adalah:

Memeriksa data asesmen/evaluasi Menetapkan adanya jenis


dan menetapkan pola umum dari kelainan tertentu.
kemampuan dan kelemahan anak.

Penetapan lingkungan
pendidikan yang paling bebas
bagi anak.
Perencanaan Pembelajaran
Penyusunan PPI dilakukan dalam sebuah team
untuk merumuskan/ menentukan kegiatan yang
sesuai dengan peserta didik serta penentuan tugas
dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut, terdiri dari guru kelas/ mata pelajaran,
kepala sekolah, orang tua/ wali serta guru
pembimbing khusus/ guru pendidikan khusus.
Dalam perencanaan program
pembelajaran perlu diperhatikan hal-hal berikut:

Merencanakan pengelolaan kelas,

Merencanakan pengorganisasian bahan

Merencanakan penggunaan sumber dan media belajar

Merencanakan strategi pendekatan kegiatan belajar
mengajar,

Guru menerapkan prinsip-prinsip ‘welcoming school’
terhadap pembelajaran

Merencanakan prosedur kegiatan belajar mengajar

Merencanakan penilaian,
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan melalui
individualisasi pengajaran artinya anak belajar pada topik yang
sama waktu dan ruang yang sama, namun dengan materi yang
berbeda-beda.
Cara lain proses pembelajaran dilakukan secara
individual artinya anak diberi layanan secara individual dengan
bantuan guru khusus. Proses ini dapat dilakukan jika dianggap
memiliki rentang materi/ keterampilan yang sifatnya mendasar
(prerequisit).
Penilaian Pembelajaran
Rambu-rambu dalam penilaian tersebut Permendiknas nomor 70 tahun 2009 Pasal 9 menyebutkan :
a. Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang bersangkutan
b. Peserta didik yang mengikuti pembelajaan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan
standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional
c. Pesta didik yang memiliki kelainan dan mengkuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan
d. Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan
mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh pemerintah
e. Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan bedasarkan kurikulum yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional penddikan mendapatkan surat tanda
tamat belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan bersangkutan
f. Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat
atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau
satuan pendidikan khusus
Penilaian Pembelajaran
Rambu-rambu dalam penilaian tersebut Permendiknas nomor 70 tahun 2009 Pasal 9 menyebutkan :
a. Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang bersangkutan
b. Peserta didik yang mengikuti pembelajaan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan
standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional
c. Pesta didik yang memiliki kelainan dan mengkuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan
d. Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan
mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh pemerintah
e. Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan bedasarkan kurikulum yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional penddikan mendapatkan surat tanda
tamat belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan bersangkutan
f. Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat
atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau
satuan pendidikan khusus
Sistem kenaikan kelas 
Kurikulum Umum


Kurikulum Adaptasi dengan Ekkalasi


Kurikulum Adaptasi dengan Penyederhanaan

a 
Kurikulum Khusus

Sistem laporan hasil belajar 
Kurikulum Reguler


Kurikulum Adaptasi dengan Ekkalasi


Kurikulum Adaptasi dengan Penyederhanaan

a 
Kurikulum Khusus

Thank you

Anda mungkin juga menyukai