Bab 3 Kelompok 3-1
Bab 3 Kelompok 3-1
AKUNTANSI PAJAK
KELOMPOK 3
KELOMPOK 3
1. WA RINDI LA ANA 202130095
2. PAMELA C VAN BERGEN 202130365
3. SUNITA MONY202130417
4. DESTY PURWANA SALIM 202130212
PENDAHULUAN
tujuan akuntansi itu sendiri, yaitu menyajikan informasi
ekonomi (economic information) dari suatu entitas atau
kesatuan ekonomi (economic entity) kepada pemangku
kepentingan (stakeholder) atas informasi ekonomi Agar
akuntansi dapat menghasilkan informasi ekonomi,
diperlukan adanya suatu metode pencatatan, penggolongan,
analisis, pengendalian transaksi kegiatan keuangan, dan
pelaporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu,
diperlukan juga merangkai kegiatan akuntansi dalam suatu
sistem akuntansi
RANGKAIAN KEGIATAN AKUNTANSI
YANG DIMAKSUD MELIPUTI:
1. identifikasi dan pengukuran data yang
relevan untuk pengambilan keputusan:
2. pemrosesan data dan pelaporan informasi
3. pengomunikasian informasi kepada para
pengguna laporan;
BIDANG DALAM RUANG LINGKUP
AKUNTANSI:
5. Akuntansi Pemerintahan
1. Akuntansi Keuangan (Financial (Governmental
Accounting) Accounting)/Akuntansi Sektor
2. Pemeriksaan/Audit (Auditing) Publik
3. Akuntansi Manajemen 6. Akuntansi Pajak (Tax
(Management Accounting) Accounting)
4. Akuntansi Biaya (Cost 7. Sistem Informasi Akuntansi
Accounting) (Accounting Information System)
SEJARAH PERKEMBANGAN
AKUNTANSI INDONESIA
Laporan keuangan
Menurut PSAK terdapat empat
karakteristik, yaitu sebagai berikut.
Prinsip akuntansi 1.Dapat Dipahami
2.Relevan
3.Materialitas
Teori akuntansi 4.Keandalan
Fenomena sosial
ekonomi
SEJARAH PERKEMBANGAN PERPAJAKAN
INDONESIA
Sejarah akuntansi di ISebagaimana telah diuraikan, akuntansi dapat
menghasilkan informasi ekonomi yang bermanfaat untuk manajemen atau
pihak-pihak di luar manajemen, seperti pemerintah, bank, dan lain
sebagainya. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mengatur
ketentuan formal perpajakan tentang kebutuhan informasi keuangan
sebagai alat komunikasi bahkan tidak menggunakan istilah akuntansi tetapi
menggunakan istilah Pembukuan dan Pencatatan.ndonesia dimulai pada
1642. Ketika itu, prinsip akuntansi mulai diterapkan. Sistem akuntansi
pertama di Indonesia adalah pembukuan Amphioen Sociateit yang berdiri
di Jakarta pada 1747. Setelah itu, akuntansi di Indonesia berkembang
setelah Undang-Undang Tanam Paksa yang dihapus pada 1870.
PRINSIP DASAR AKUNTANSI PAJAK
Sebelum membicarakan konsep atau prinsip
dasar akuntansi pajak perlu mengetahu terlelah
dahulu elemen elemen atau unsur yang ada
pada struktur teori akuntansi Struktur teori
akuntansi merupakan elemen yang saling
berkaitan dan menjadi pedoman untuk
mengembangkan teori dan menyusun teknik
teknik akuntansi. Diagram berikut
menunjukkan struktur teori akuntansi
DIAGRAM BERIKUT MENUNJUKKAN
STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Konsep teoretis
Postulat akuntansi
akuntansi
Prinsip dasar
akuntansi
Standar
akuntansi
laporan keuangan komersial maupun laporan
keuangan fiskal masih memiliki beberapa
keterbatasan seperti:
1 .laporan keuangan yang disusun bersifat
historis;
2. lebih banyak menekankan hal yang bersifat
material;
3. penggunaan estimasi dan berbagai
pertimbangan dalam menyusun laporan
keuangan
APB STATEMENT NO. 4 MENYATAKAN TERDAPAT
SEMBILAN PRINSIP DASAR AKUNTANSI.
1. Cost Principle 6. Disclosure Principle
2. Revenue Principle 7. Conservatism Principle
3. Matching Principle 8. Materiality Principle
4. Objectivity Principle 9. Uniformity and
5. Consistency Principle Comparability Principle
Akuntansi pajak tercipta karena adanya suatu prinsip dasar yang diatur
dalam undang-undang perpajakan dan pembentukannya dipengaruhi oleh
fungsi perpajakan dalam mengimplementasikan sebagai kebijakan
pemerintah.
HUBUNGAN AKUNTANSI KOMERSIAL
DENGAN AKUNTANSI PAJAK
1. Kewenangan yang diberikan kepada Menteri Keuangan untuk memberi keputusan tentang
besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan yang dapat dibenarkan untuk
keperluan penghitungan pajak. Dalam dunia usaha terdapat tingkat perbandingan tertentu yang
wajar mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal (debt to equity ratio).
2. Kewenangan Menteri Keuangan untuk menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib
Pajak dalam negeri atas penyertaan modalnya pada badan usaha di luar negeri selain badan
usaha yang menjual sahamnya di bursa efek, dengan ketentuan:
a. besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling rendah 50% (lima
puluh persen) dari jumlah saham yang disetor, atau
b secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan modal
paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor.
3. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Direktur Jenderal Pajak diberikan
kewenangan menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta
menentukan utang sebagai modal untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa.
4. Kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan perjanjian dengan
Wajib Pajak dan bekerja sama dengan Pihak Otoritas Pajak negara lain untuk
menentukan harga transaksi antarpihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi
pelaksanaannya serta melakukan. renegosiasi setelah periode tertentu tersebut
berakhir
5. Pencegahan penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak saat
melakukan pembelian saham atau penyertaan pada suatu perusahaan Wajib Pajak
dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan
tersebut.
Kewajiban menyelenggarakan Pembukuan telah tegas diatur dalam
Pasal 28 Undang- Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan:
1.Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan;
2.dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan,
tetapi wajib melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang
Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
THANK
YOU