Anda di halaman 1dari 83

KLASTER 4

PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Disampaikan Pada Orientasi Fasilitator ILP


Jakarta, 25 Mei 2023
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kelompok Penyakit Menular
3. Alur Pelayanan Klaster Penanggulangan
Penularan Penyakit
OUTLINE 4. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
5. Kegiatan pengendalian penyakit menular dan
KLB
6. Referensi
Tujuan Pembelajaran Umum
a. Bagi orientasi fasilitator: Setelah mengikuti orientasi ini,
peserta dapat menjadi fasilitator dalam materi Klaster
Penanggulangan Penyakit Menular
b. Tujuan Pembelajaran Umum bagi orientasi tenaga
kesehatan: Setelah mengikuti orientasi ini, peserta dapat
TUJUAN memahami dan menjelaskan terkait Klaster
Penanggulangan Penyakit Menular
PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta dapat memahami dan
menjelaskan:
a. Penanggulangan Penyakit Menular
b. Pengawasan Kualitas Lingkungan

3
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kelompok Penyakit Menular
3. Alur Pelayanan Klaster Penanggulangan
Penularan Penyakit
OUTLINE 4. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
5. Kegiatan pengendalian penyakit menular dan
KLB
6. Referensi
Penanggulangan Penyakit
Menular
Tujuan: Upaya:
 Melindungi masyarakat dari penularan
penyakit
 Menurunkan angka kesakitan, ke c a c a t a n Ketiga u p aya tersebut d a l a m pelaksanaannya
d a n kematian akibat penyakit menular; diintegrasikan d e n g a n kegiatan klaster siklus
dan hidup (klaster 2 d a n 3)
 Mengurangi dampak sosial, budaya, dan
ekonomi akibat penyakit menular p a d a  Pencegahan, untuk memutus m a t a rantai
individu, keluarga, d a n masyarakat.
penularan, perlindungan spesifik,
pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi
Strategi : masyarakat d a n u p aya lain sesuai d e n g a n
Strategi p e n a n g g u l a n ga n penyakit menular a n c a m a n penyakit menula
dilakukan melalui kegiatan:  Kewaspadaan Dini, merupakan
1. promosi kesehatan; ke wa s p a d a a n terhadap penyakit menular
2. surveilans kesehatan; serta faktor-faktor ya n g
3. pengendalian faktor risiko;
mempengaruhinya
4. p e n e m u a n kasus;
5. p e n a n g a n a n kasus;
 Respon, dilakukan melalui kegiatan
6. pemberian kekebalan (imunisasi) penyelidikan epidemiologi, tatalaksana kasus,
7. pemberian obat p e n c e g a h a n menerapkan status karantina, mengambil
secara massal. d a n mengirim sampel, mencari informasi,
laporan
Penyakit menular Potensial KLB tidak mengenal batas
#1 administrasi; Mobilisasi manusia, hewan, barang, sangat
cepat menyebabkan transmisi penyakit antar wilayah
semakin cepat.
KERENTANAN
INDONESIA
35 BANDARA dengan akses langsung
ke LN (Asia, Australia, Eropa)

135 PELABUHAN LAUT dengan akses


langsung ke LN (Asia, Australia, Eropa,
Afrika dan Amerika)

10 Perlintasan Lintas Darat Batas

Negara (PLBDN) dengan Papua Nugini,


Timor Leste, Malaysia.

PERAIRAN TERBUKA – JALUR LINTAS NEGARA


PINTU MASUK
NEGARA
#3
#2
Perubahan Iklim
dapat berdampak
meningkatnya
penyakit infeksi dan
menimbulkan
dampak terhadap
kesehatan manusia
#3
Interaksi/ kontak antara
manusia dan hewan
yang semakin dekat dan
intens berpotensi
menimbulkan penyakit
zoonosis semakin besar
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia 2018-2023
KLB masih sering terjadi, terutama penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31), keracunan makanan
dan diare.

Kategori Penyakit

Menular Langsung Hepatitis A


350 341
305
170 Zoonosis
Leptospirosis
Antraks
300 Rabies

250
DBD
Vektor Chikungunya
200 Malaria

150 106 Difteri


Campak
74 PD3I
Pertusis
100 41 Tetanus Neonatum
Polio

50
Lingkungan- Keracunan makanan
Pangan Diare
0
2018 2019 2020 2021 2022 2023 s.d TW I
Lainnya Meningitis
Vektor Menular Langsung Zoonosis Lingkungan/Pangan PD31 Lainnya

11
Sumber: Kemenkes, 2022
1. Kholera 10. Avian Influenza
2. Pes H5N1 11.Antraks
3. DBD 12.Leptospirosis
PENYAKIT POTENSIAL KLB (PMK 4. Campak 13.Hepatitis
1501/2010) 5. Polio 14.Influenza A (H1N1)
6. Difteri 15.Meningitis
7. Pertusis 16.Yellow Fever
8. Rabies 17.Chikungunya
9. Malaria

Dan ditambah penyakit lainnya


yang ditetapkan oleh Menteri
PENGELOMPOKAN PENYAKIT
MENULAR
Public Health Emergency of
Penyakit Berpotensi KLB/Wabah (SKDR)
International Concern
1. Diare Akut Penyakit Dapat Dicegah (PHEIC);KKM
2. Malaria Konfirmasi dengan Imunisasi (PD3I) 1. SARS CoV (2002)
NEW-EMERGING DISEASES 2. H1N1 (2009)
3. Tersangka Demam Dengue
1. Hanta Virus 1. Difteri 3. Mers CoV (2012)
4. Pneumonia
2. Ebola Virus 2. Pertusis 4. Polio (2014)
3. Lassa 5. Diare Berdarah atau Disentri
3. Tetanus/Tetanus 5. Ebola (2014)
4. Marburg Virus 6. Tersangka Demam Tifoid
Neonatorum 6. Zika (2016)
5. Monkeypox 7. Sindrom Jaundice Akut 7. Ebola (2019)
4. Polio
6. Nipah Virus 8. Tersangka Chikungunya 8. Sars CoV 2 – COVID19
5. Campak Rubela
7. West Nile Fever 9. Tersangka Flu Burung (2020)
6. Demam Tifoid
8. Yellow Fever 10. Tersangka Campak 7. Kolera 9. Monkeypox (2022)
9. MERS CoV 11. Tersangka Difteri 8. Yellow Fever
10. Legionella 12. Tersangka Pertusis 9. Influensa PENYAKIT KARANTINA
11. SARS 13. AFP 10. Meningitis 1. Pes
12. Crimean Kongo Virus 14. Kasus Gigitam Hewan Penular 11. Tuberculosis 2. Kolera
13. SARS Rabies (TBC) 3. Demam Kuning
15. Tersangka Antraks 12. Hepatitis A dan E 4. Cacar
16. Tersangka Leptospirosis 13. Penyakit akibat 5. Typhus Bercak Wabahi
Neglected Tropical Diseases 17. Tersangka Kolera Pneumokokus 6. Louse Borne Relapsing
(NTD’s) 18. Klaster Penyakit Yang Tidak 14. Penyakit akibat Fever
Lazim Rotavirus
1. Chikungunya 19. Tersangka 15. Penyakit akibat
2. Kusta Meningitis/Ensefalitis HPV
3. Rabies 20. Tersangka
4. Schitosimiasis Tetanus
5. Filariasis Neonatorum
6. Frambusia 21. Tersangka Tetanus
7. Leptospirosis
22. ILI
23. Tersangka Hand Foot Mouth
Disease (HFMD)
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kelompok Penyakit Menular
3. Alur Pelayanan Klaster Penanggulangan
Penyakit Menular
OUTLINE 4. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
5. Kegiatan pengendalian penyakit menular dan
KLB
6. Referensi
ALUR KERJA KLASTER
4
Puskesmas*) PWS:
(rujukan dan Analisa Beban Penyakit meliputi morbiditas
pelaporan) dan cakupan pelayanan

Klaster 4
Penanggulangan Penularan Penyakit
Ya Verifikasi/ Penyelidikan
Ya Epidemiologi
Keterangan: Sinyal KLB
Penyakit Berpotensi KLB (< 24 jam)
*) Investigasi/pelacakan kontak
serumah dan kontak Tidak Tidak
Penyakit Menular
erat oleh kader didampingi oleh nakes
(Penyakit dengan target Eliminasi/ Surveilans Respon KLB
**) Penemuan kasus aktif, Investigasi/pelacakan Eradikasi atau penyakit menular rutin (pengendalian faktor
kontak, pengawasan minum obat, pelacakan lainnya) risiko/lingkungan/ vektor)
kasus mangkir/putus berobat,
pemantauan faktor risiko,
edukasi penyakit,
Tindak Lanjut Puskesmas
Target Eradikasi: Bersama Posyandu Prima
2016: Tetanus Neonatorum (Indonesia sudah Koordinasi Laporan
- Investigasi/Pelacakan Kontak*)
eliminasi tahun 2016) Lintas Sektor Berjenjang
- Penemuan kasus aktif
2026 (global) : Polio (Indonesia sudah bebas - Pemantauan minum obat (obat rutin maupun terapi pencegahan)
polio/tidak ada virus polio liar endemik tahun - Pengambilan dan pengiriman sampel untuk penegakan diagnosis
2014) 2030: Frambusia dan pemantauan kemajuan pengobatan

Target Eliminasi:
Campak, Rubella (eliminasi 2023)
2024: Kusta (global : 2030) Perlu Pemantauan
2025: Schistosomiasis Lanjutan
Tidak
2030: TBC, HIV, Sifilis, Malaria, Hepatitis B, Rabies,
Ya
Filariasis
2040: Hepatitis C Kegiatan Kunjungan Rumah
(Nakes/Kader) **)
Siklus Pengendalian
KLB
Reguler

• Epidemiologi
• Lab. Mikrobiologi (apabila
diperlukan)
Kejadi
an
PE/
I Respon Investigasi
Dini
Penanggula
C ngan

• Tatalaksana kasus
S • Disposal
• ORI
• Biosecurity dan
Biokontainment
• Pembatasan
Darurat mobilitas
Pelayanan Klaster 4 untuk Penanggulangan Penularan
Penyakit
Sasaran
Delivery Unit
Masalah Layanan Kesehatan
Kesehatan
Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu Kunjungan Rumah
(Kecamatan) (Desa / Kelurahan) (Dusun / RT/RW) (Rumah / Masyarakat)

Penularan Penemuan kasus Penemuan kasus aktif dan pasif Penemuan kasus aktif dan Penemuan kasus aktif
penyakit pasif
MENULAR
Survey kontak Survey kontak Survey kontak Survey kontak
- Manusia (investigasi/pelacakan (investigasi/pelacakan kontak) (investigasi/pelacakan (pelacakan kontak)
ke kontak) kontak)
manusia
- Melalui vektor Verifikasi/Penyelidikan Verifikasi/Penyelidikan epidemiologi Verifikasi/Penyelidikan
(nyamuk) epidemiologi epidemiologi
- Melalui hewan
Respon KLB: Respon KLB: Respon KLB: Respon KLB: Respon KLB:
• Pengendalian faktor • Pengendalian faktor risiko/ • Pengendalian faktor • Pemantauan dan • Pemantauan dan
risiko/ lingkungan/ lingkungan/ vektor dan binatang risiko/ lingkungan/ vektor pengendalian faktor pengendalian faktor
vektor dan pembawa penyakit dan binatang pembawa risiko/ lingkungan/ risiko/ lingkungan/
binatang pembawa penyakit vektor dan vektor dan
• Pengambilan specimen untuk
penyakit • Pengambilan specimen binatang pembawa binatang pembawa
• Pemeriksaan pemeriksaan laboratorium untuk untuk pemeriksaan penyakit penyakit
respon KLB dan surveilans laboratorium untuk
laboratorium • Pengiriman specimen ke lab
untuk rujukan dikirim ke puskesmas
respon KLB dan
surveilans
Pemberian Pengobatan Pemberian Pengobatan Pembagian obat, Pengawasan minum
masal/Profilaksis massal/Profilaksis pengawasan minum obat, obat, pemantauan efek
pemantauan samping pengobatan
kemajuan/efek samping dan pelacakan kasus
pengobatan mangkir/putus berobat

Edukasi penyakit menular Edukasi penyakit menular Edukasi penyakit menular Edukasi Edukasi
penyakit penyakit
menular menular
TUBERKULOSIS
(TBC) merupakan penyakit menular ya n g disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
Tuberkulosis

GEJALA PENEMUAN KASUS & PENEGAKKAN DIAGNOSIS


• Gejala utama TBC paru a d a l a h batuk. • Strategi penemuan kasus TBC yaitu secara aktif-masif d a n
• Gejala tambahan TBC d a p a t berupa pasif- intensif
• BB turun t a n p a penyebab/BB tidak naik/nafsu makan turun • Penegakkan diagnosis TBC diutamakan dengan
• d e m a m ya n g tidak diketahui penyebabnya pemeriksaan bakteriologis yaitu m e n gg u n a ka n Alat TCM
• b a d a n lemas/lesu (Tes Cepat Molekular) sesuai d e n g a n SE Dirjen P2P No. 936
• berkeringat ma l a m hari t a n p a kegiatan Tahun 2021
• sesak napas t a n p a nyeri d a d a

PENGOBATAN
PENULARA
• Pe n g o b a t a n TBC dilaksanakan sesuai d e n g a n standar yang
N melalui udara. Sumber penularan a d a l a h percikan
Penularan TBC terjadi telah ditetapkan
dahak pasien ya n g dahaknya mengandung kuman TBC. • Prinsip pengobatan TBC a d a l a h tepat waktu, tepat dosis,
tepat cara
PENCEGAHAN
• Penyuluhan d a n edukasi mengenai TBC
• Pelaksanaan KIE untuk berperilaku hidup bersih d a n sehat untuk
intervnensi perubahan perilaku masyarakat
• TBC bisa menyerang semua orang t a n p a terkecuali, baik de wasa
• Etika batuk
ataupun anak-anak, laki-laki ataupun perempuan.
• Vaksinasi B C G b agi bayi baru lahir
• TBC dapat disembuhkan ap abila pasien patuh mengonsumsi obat
• Pemberian Terapi Pe n c e g a h a n Tuberkulosis (TPT) p a d a
sesuai d e n g a n ketentuan
kontak serumah semua usia, ODHIV, d a n faktor risiko lain
• Peningkatan kualitas rumah pasien, perumahan, d a n permukiman
• Pe n c e g a h a n dan Pengendalian Infeksi (PPI) TBC di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan d a n ruang publik
Alur Pelayanan
Tuberkulosis
Alur Pelayanan Tuberkulosis
Bukan Edukasi PHBS dan Obsevasi
terduga TBC kemungkinan penyakit lain

Melakukan Skrining gejala Kontak Erat


Populasi Umum dan tanda TBC

Terduga TBC

PUSKESMAS
Pemeriksaan menggunakan TCM
KUNJUNGAN RUMAH PUSTU POSYANDU

 Kader dan petugas Positif Negatif


kesehatan melakukan
kunjungan rumah
Melakukan Skrining gejala dan
untuk PMO dan Foto Rontgen Toraks
tanda TBC Tatalaksana OAT
edukasi TBC
sesuai standar
 Kader dan petugas juga
Terduga TBC
melakukan skrinning
anggota keluarga Sugesti f TBC Tidak Tidak
Bukan
sebagai terduga Edukasi PHBS Sugesti f TBC Tersedia
terduga TBC

Kontak Erat
TST/IGRA
Perti mbangkan
TBC Klinis
Positif Negatif/Tidak Tersedia

Tidak Diagnosis dan Tindak


kontraindikasi Lanjut ditentukan oleh
pemberian TPT dokter berdasarkan
Klinis Pasien

Pemberian TPT
MALARI
A
• Malaria a d a l a h penyakit infeksi yang • Parasit ya n g hidup d a l a m darah manusia sesuai
disebabkan oleh parasit malaria jenisnya dapat bertahan di dalam hati
(Plasmodium sp) • Keberadaan parasit malaria di tubuh
• Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk dal am
manusia hanya dapat diketahui melalui
Anopheles betina ya n g mengandung pemeriksaan darah malaria
plasmodium malaria
• Plasmodium hidup dan berkembang biak
dalam sel darah manusia
• Lima jenis plasmodium p e nye b a b malaria • Malaria harus segera diketahui d a n di obati untuk
p a d a manusia : mencegah penularan infeksi
1. P. vivax • Obat ya n g diberikan d a p a t membunuh parasit d a n
2. P. falciparum menghambat perkembangbiakannya
3. P. malariae • Penyakit malaria d a p a t menyerang semua orang
4. P. ovale baik laki-laki ataupun perempuan, p a d a semua
5. P. knowlesi g o l o n gan umur, dari bayi, anak-an ak sampai
orang d e wa s a a p a p u n jenis pekerjaannya
Alur Pelayanan
Malaria
Alur Pelayanan Malaria sesuai standar Alur Penemuan Kasus Malaria

Melakukan anamnesis Pasien d a t a n g d e n g a n gejala klinis d e m a m da l a m 7 hari terakhir.


(da pat disertai nyeri kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan
pegal-pegal)

Melakukan pemeriksaan Fisik seperti ukur TTV (Suhu, TD, Nadi, Pernafasan),
Konjungtiva anemi, kaku kuduk (pada malaria cerebral), bibir sianosis
Periksa Darah Malaria
d e n g a n mikroskop
dan/atau RDT
Mempersiapkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium (mengambil
apusan darah tebal dan tipis)

Hasil Positif Hasil Negatif


Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan slide darah dengan menggunakan
mikroskop atau RDT/ Uji reaksi cepat)

Menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Fisik, pemeriksaan Ulang pemeriksaan


darah Malaria setiap Cari Etiologi D ema m
Malaria
penunjang 24 jam selama 72 jam ya ng lain

Memberikan terapi penatalaksanaan dan memantau pengobatan pasien


Hasil Positif
Terapi sesuai
Etiologi

Memberikan konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga pasien

Malaria
HIV

HIV adalah virus penyebab


menurunnya kekebalan tubuh • Virus HIV di d a l a m darah akan menghancurkan
seseorang CD4 ( yang berfungsi kekebalan tubuh) d e n g a n
c a ra virus bereplikasi.
HIV ditularkan melalui: • Untuk mengetahui seseorang telah terinfeksi HIV
 darah d a n cairan tubuh
d e n g a n pemeriksaan darah HIV d e n g a n Rapid
 aktivitas berisiko (Hubungan seks
Test Diagnostik (R1-R2-R3)
berisiko
 penggunaan narkoba suntik
ya n g menggunakan
suntik berbagi, d a n dari ibu
hamil HIV positif k e p a d a
bayinya)

• Infeksi HIV sampai sekarang belum ada obatnya, sehingga harus minum obat seumur hidup.
• Jika telah terdiagnosa HIV harus segera minum ARV, walau t a n p a gejala d a n masih stadium
awal
Alur Pelayanan HIV sesuai standar
Pasien dirawat jalan dan rawat inap di
fasyankes
Kelompok orang/pasien yang dites HIV:

 LSI, waria, WPS/PPS dan


pelanggan, pensun, WBP
 Ibu hamil
 Pasien TBC
 Pasien IMS atau dengan keluhan
IMS
 Pasien hepatitis B dan C
 Pasien dengan gejala penurunan
kekebalan tubuh (gejala IO)
 Pasangan ODHIV
 Anak dari Ibu HIV positif
 Di daerah epidemi meluas;
semua orang yang daang ke
fasyankes
 Individu lain yang
membutuhkan
Menerima verbal consent

Menerima tes Menolak tes

Ke laboratorium Tanda tangan surat penolakan, beri informasi manfaat tes

Semua hasil lab dikembalikan ke nakes pengirim

Positif Inkonklusif Negatif

Jelaskan makna hasil tes, jelaskan secara garis besar,


apa langkah yang akan dilakukan di layanan ARV beserta
semua paket perawatan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kelompok penyakit menular
3. Alur pe laya n a n klaster pengendalian
penyakit menular
OUTLINE 4. Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon Penyakit Potensial KLB
5. Kegiatan pengendalian penyakit
menular d a n KLB
6. Referensi
Surveilans Berbasis
Indikator
Pelaporan SKDR dilakukan sejak dari puskesmas untuk memberikan ke wa s p a d a a n
dini penyakit berpotensi w a b a h Contoh: Kasus COVID-19 p a d a G20

Laporan Puskesmas Bangli


melalui aplikasi SKDR
tentang kontak erat
Puskesmas
COVID-19 memberikan
Dinkes alert k e p a d a Dinkes
Kab/Kota/Provinsi Kab/Kota/Prov d a n
Kemenkes.
SMS/WA

Rumah Sakit
Dilakukan Verifikasi oleh Dinkes

SKDR
Dilakukan PE & pemeriksaan spesimen
oleh Dinkes d a n Kemenkes

Laboratorium
Analisis dan interpretasi d a t a menunjukkan
Kemenkes jumlah konfirmasi dari suspect

Respon:
Pengobatan
Isolasi Mandiri
Pencarian kasus
Surveilans Berbasis Kejadian
(EBS)
Dilaporkan melalui w e b SKDR, telp/wa/email ke PHEOC, notifikasi dari jejaring surveilans global a t a u
berasal dari hasil media screening.
Contoh: KLB Difteri di Kab.
X
Notifikasi IHR atau dari negara lain
Laporan Dinas
Kesehatan Kabupaten
X melalui web SKDR
tentang kematian 6
orang warga d e n g a n
Rumor di masyarakat / Media p e n ye b a b ya n g belum
dipastikan.
Kontak PHEOC (Public
Health Emergency
Operations Centre)

Pintu Masuk Negara


Kemenkes Kemenkes Dilakukan Verifikasi oleh Dinkes
Telp/WA:
0877-7759-1097
email:
poskoklb@ya Dilakukan PE & pemeriksaan spesimen oleh
hoo.com Dinkes d a n Kemenkes
Dinkes
Kab/Kota/Provinsi
Hasil PE d a n lab menunjukkan difteri

website SKDR Respon:


Fasyankes (untuk yang memiliki akses) Tatalaksana kasus suspect dan kontak erat Pelaksanaan
Outbreak Response Immunization (ORI)
Surveilans Berbasis Indikator
❖ Pelaporan penyakit potensial wabah
dengan
sumber laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit
sebagai unit pelapor
❖ Periode pelaporan mingguan sesuai YANG DILAPORKAN ADALAH “KASUS BARU”
minggu
epidemiologi (Minggu – Sabtu)
❖ Data yang dilaporkan : agregate sesuai jumlah kasus Pasien datang berobat dengan diagnosis
per minggu per penyakit penyakit yang tidak sama dengan diagnosa
Surveilans Berbasis Kejadian penyakit pada kunjungan sebelumnya
ATAU
❖ Pelaporan potensial wabah dengan Pasien datang berobat dengan diagnosis
penyakit
sumber laporan media, rumor
dari masyarakat, penyakit yang sama dengan kunjungan
hasil laboratorium, dll sebelumnya tetapi sudah pernah sembuh
❖ event/kejadian
Periode : setiapberpotensi
penyakit saat jikaKLB
pelaporan
(penyakit terlampir) terjadi
❖ Data yang dilaporkan : per kejadian
Surveilans Penyakit Berpotensi KLB/Wabah
Penyakit yang dipantau SKDR Daftar Penyakit ya n g harus
Dasar Hukum: Permenkes nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis dilaporkan segera (< 24 jam)
Penyakit Menular Tertentu ya n g D a p a t Menimbukan Wa b a h d a n
1. Kolera
Upaya Penanggulangan. 2. Tersangka Flu Burung (Pada Unggas/
1. Diare 13. Antraks Manusia)
3. AFP
2. Malaria 14. Leptospirosis
4. DBD
3. D e m a m D e n g u e 15. Kolera 5. Meningitis/Encephalitis
4. Diare Akut Berdarah 16. Meningistis/Encephalitis 6. Tetanus Neonatorum
7. Tersangka Antraks
5. D e m a m Tifoid 17. Influenza Like Illness 8. Gigitan Hewan Penular Rabies
6. Sindrom J a u n d i c e Akut 18. Hepatitis 9. Klaster penyakit tidak lazim
7. Flu burung 19. Pneumonia 10. Tersangka Difteri
8. Chikungunya 20. Tetanus Neonatorum 11. Tersangka C a m p a k
9. C a m p a k 21. Gigitan Hewan Penular Rabies 12. Tersangka Pes
13. Tersangka Leptospirosis
10. Difteri 22. HFMD
14. Malaria (bagi wilayah non endemis)
11. Pertussis 23. Klaster penyakit tidak lazim
15. Hepatitis A
12. AFP/polio 24. COVID- 19 16. COVID-19
17. Keracunan Pa nga n
HMMMM… APA ITU KLB???

30
Pengertian
KLB Keracunan Pangan
KLB Penyakit Menular Suatu kejadian dimana terdapat dua
Timbulnya atau meningkatnya orang atau lebih yang menderita sakit
kejadian kesakitan/kematian yang dengan gejala-gejala yang sama atau
bermakna secara epidemiologis pada hampir sama setelah mengkonsumsi
suatu daerah dalam kurun sesuatu dan berdasarkan analisis
waktu epidemiologi, makanan tersebut
tertentu terbukti sebagai sumber keracunan

Wabah
Penyelidikan Epidemiologi
kejadian berjangkitnya suatu suatu tindakan atau kegiatan
penyakit menular dalam penyelidikan atau survey yang
masyarakat yang jumlah bertujuan untuk mendapatkan
penderitanya meningkat secara gambaran terhadap masalah
nyata melebihi dari pada keadaan kesehatan atau penyakit secara lebih
yang lazim pada waktu dan daerah menyeluruh.
tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
Kriteria & Penetapan KLB dan Wabah
Peningkatan kejadian Peningkatan kejadian
Timbulnya suatu penyakit
kesakitan terus-menerus kesakitan dua kali atau lebih
menular tertentu yang
selama 3 (tiga) kurun dibandingkan dengan periode
sebelumnya tidak ada atau
waktu dalam jam, hari atau sebelumnya dalam kurun
tidak dikenal pada suatu waktu jam, hari, atau minggu
minggu berturut-turut jenis
daerah menurut jenis penyakitnya.
penyakitnya.

Jumlah penderita baru dalam


Rata-rata jumlah kejadian Kepala Dinas Kesehatan
kesakitan perbulan selama 1
periode waktu 1 (satu) bulan
(satu) tahun menunjukkan Kabupaten/Kota/Provinsi
menunjukkan kenaikkan dua
kali atau lebih dibandingkan
KRITERIA kenaikkan dua kali atau lebih atau Menteri dapat
dengan angka rata-rata
jumlah per bulan dalam
KLB dibandingkan dengan rata-
rata jumlah kejadian menetapkan daerah dalam
tahun sebelumnya.
kesakitan perbulan pada keadaan KLB, apabila suatu
tahun berkutnya.
daerah memenuhi salah
Angka kematian kasus suatu Angka proporsi penyakit Terdapat dua orang atau lebih
satu kriteria KLB.
penyakit (Case Fatality Rate) (Propotional Rate) yang menderita sakit dengan
dalam 1 (satu ) kurun waktu penderita baru pada satu gejala-gejala yang sama atau
tertentu menunjukkan periode menunjukkan hampir sama setelah
kenaikkan 50 % atau lebih mengkonsumsi sesuatu dan
dibandingkan dengan angka kenaikkan dua kali atau berdasarkan analisis
kematian kasus suatu penyakit lebih disbanding satu epidemiologi, makanan tersebut
periode sebelumnya dalam periode sebelumnya dalam terbukti sebagai sumber
kurun waktu yang sama. kurun waktu yang sama. keracunan.
Langkah-Langkah PE
Penerimaan informasi indikasi KLB 01 06 Penemuan kasus

Penetapan KLB 02 07 Analisis epidemiologi deskriptif

Persiapan turun lapangan 03 08 Menentukan sumber &


cara penularan

Verifikasi diagnosis 04 09 Rekomendasi penanggulangan

Penetapan kasus 05 10 Pembuatan Laporan


11
Diseminasi Laporan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Pendahuluan
3. Kelompok penyakit menular
4. Alur pelayanan klaster pengendalian
OUTLINE penyakit menular
5. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
6. Kegiatan pengendalian penyakit menular
danKLB
7. Referensi
CONTOH KASUS 1 :
STRATEGI PENGENDALIAN
DIFTERI

Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan

Ambil spesimen dan pemeriksa spesimen di


laboratorium

Tatalaksana kasus dan Kontak erat


( ADS dan profilaksis Pusat dan provinsi)

Edukasi Petugas dan Masyarakat

Pencatatan dan Pelaporan yang berkualitas


Suspek Difteri Per Minggu di Indonesia
Minggu 14, 2023
2022 (N = 540 suspek) 2023 (N = 186 suspek)

Suspek difteri minggu 01-14 tahun 2023 (N=186) naik 51% dibanding periode yang sama tahun 2022 (N=123); CFR 8,1%
(N=15 Kematian)
30
27

25
23 23

20
Jumlah kasus

19 19 19
18
17
16 16 16
15 15 15 15
14 14
13 13 13 13
12 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11
10 10 10 10 10 10
9 9 9 9
8 8 8 8
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
6 6 6
5 5 5 5 5
4 4
3 3

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Data as received
52at central on 24 Apr 2023
Minggu Epid
Kab/Kota Terdampak Difteri Tahun 2023; 71 Kab/Kota di 19 Provinsi
Minggu 16, 2023 : Difteri konfirmasi lab
Provinsi Aceh : Difteri klinis
Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Sulawesi Tengah
1. Aceh Besar (1 klinis)
Provinsi Kepulauan Riau 1. Kota Pontianak (1 klinis) 1. Kota Balikpapan (1 klinis) 1. Kota Palu (5 klinis)
2. Aceh Utara (1 klinis)
1. Bintan (1 konfirm lab) 2. Kota Bontang (7 klinis) 2. Sigi (1 kninis)
3. Aceh Selatan (1 klinis) Provinsi Kalimantan Selatan 3. Berau (1 klinis)
4. Bireuen (2 klinis) 1. Kota Baru (1 klinis) Provinsi Sulawesi Utara
5. Aceh Tamiang (1 klinis)
1. Kota Manado (1 klinis)

Provinsi Sumatera Utara


Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Kota Medan (4 konfirm
1. Buton (1 klinis, 1 meninggal)
lab, 1 klinis, 1 meninggal)
2. Kota Bau-Bau (1 klinis)
Provinsi Jambi
1. Kota Jambi (1 klinis) Provinsi Sulawesi Selatan
2. Muaro Jambi (1 klinis) 1. Luwu Timur (1 klinis)
2. Gowa (1 klinis)
Provinsi Sumatera Selatan 3. Bulukumba (1 klinis)
1. Kota Palembang (2 klinis)
2. Ogan Ilir (1 klinis)

Provinsi Lampung
Provinsi Jawa Barat
1. Lampung Tengah (1 konfirm lab)
1. Sukabumi (1 konfirm lab)
2. Kota Bandar Lampung (5 klinis)
2. Kota Bekasi (5 klinis)
3. Lampung Barat (1 klinis, 1
3. Kota Depok (5 klinis) Provinsi Jawa Timur
meninggal)
4. Cianjur (3 klinis) Provinsi Jawa Tengah 1. Malang (1 konfirm lab)
4. Tanggamus (
5. Indramayu (2 klinis) 1. Temanggung (1 klinis) 2. Probolinggo (1 konfirm lab)
Provinsi Banten 6. Karawang (2 klinis) 2. Banyumas (1 klinis) 3. Gresik (2 klinis) Suspek difteri secara klinis sudah
1. Kota Tangerang (2 klinis) 7. Garut (14 konfirm lab, 29 klinis, 8 3. Kendal (2 klinis) 4. Kota Batu (2 klinis) termasuk kasus difteri namun
2. Lebak (1 klinis) meninggal) 4. Kota Semarang (2 klinis) 5. Blitar (2 klinis) sampel tidak diperiksa karena kasus
8. Kota Bandung (2 klinis) 6. Mojokerto (1 konfirm lab, 1 klinis)
meninggal, atau pasien tidak mampu
9. Bogor (3 klinis) 7. Sampang (3 konfirm lab)
Provinsi DKI Jakarta membuka mulut karena kesakitan, atau
10. Bekasi (1 klinis) Provinsi Nusa Tenggara Barat 8. Jombang (2 klinis)
1. Kota Jakarta Timur (1 konfirm sampel diambil namun sudah tidak
11. Kota Tasikmalaya (1 konfirm lab) 1. Bima (4 konfirm lab, 8 klinis) 9. Bojonegoro (1 klinis)
lab, 8 klinis) adekuat untuk pemeriksaan
12. Kota Bogor (1 klinis) 10. Magetan (1 klinis)
2. Kota Jakarta Selatan (5 klinis) laboratorium
13. Tasikmalaya (1 klinis) 11. Kediri (1 klinis)
3. Kota Jakarta Utara Timur (1
14. Purwakarta (2 klinis) 12. Nganjuk (1 klinis)
konfirm lab, 2 klinis)
15. Bandung Barat (1 klinis, 1 13. Kota Mojokerto (1 klinis)
meninggal) 14. Kota Malang (1 klinis) Source: DIF-3 Monthly Report
15. Kota Probolinggo (2 konfirm lab) Data as received at Central on 24 Apr 2023
Titik ditempatkan secara random dalam wilayah provinsi
Sebaran KLB Difteri; 17 KLB di 14 Kab/Kota di 7 Provinsi
Minggu 16, 2023
Provinsi Kepulauan Riau
1. Bintan(1 kasus)

Provinsi Sumatera Utara


1. Kota Medan (KLB 1; 2 kasus)
2. Kota Medan (KLB 2; 1 kasus)
3. Kota Medan (KLB 1; 1 kasus)

Provinsi Lampung
1. Lampung Tengah (1
kasus)

Provinsi NTB
Provinsi DKI Jakarta 1. Bima (4 kasus)
Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Timur
1. Kota Jakarta Utara (1 kasus)
1. Sukabumi (1 kasus) 1. Malang (1 kasus)
2. Kota Jakarta Timur (1 kasus)
2. Garut (14 kasus) 2. Probolinggo (1 kasus)
3. Kota Tasikmalaya (1 3. Sampang (KLB 1; 2 kasus)
kasus) 4. Sampang (KLB 2; 1 kasus)
5. Mojokerto (1 kasus)
6. Kota Probolinggo (2 kasus)
Kriteria KLB: hasil laboratorium kultur positif
(tidak termasuk hasil lab PCR)
Titik ditempatkan secara random dalam wilayah provinsi
Data as received at central on 24 Apr 2023
KEBIJAKAN SURVEILANS

1. Satu kasus suspek difteri perlu dilakukan upaya penanggulangan sesegera mungkin
untuk menghentikan penularan
2. Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi dan dilaporkan dalam 1 x 24 jam:
• Deteksi dini kasus secara klinis dan laboratorium serta tatalaksana kasus untuk mencegah
kematian (Pemberian ADS) dan penularan (Pemberian Antibiotika) sesuai dengan protokol
pengobatan difteri;
• Mencari kasus tambahan/ Menelusuri kontak erat
• Tatalaksana kontak erat untuk memutus penularan melalui pemberian obat profilaksis
• Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan menghentikan penularan.
3. Setiap suspek difteri diambil spesimen dan dilakukan pemeriksaan laboratorium kultur
4. Suspek difteri dengan hasil kultur positif dilanjutkan dengan pemeriksaan toksigenisitas
menggunakan ELEK test
5. Edukasi Masyarakat
6. Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cakupan minimal 90%
7. Pencatatan dan pelaporan sesuai SOP
KLB
•DSIFuTaEtuRwI ilayah
kab/kota dinyatakan KLB
Suspek Difteri Difteri jika ditemukan satu
suspek difteri dengan
✔ faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau
seseorang dengan gejala:

kombinasinya;
konfirmasi laboratorium
✔demam atau tanpa demam; kultur positif
✔adanya pseudomembran putih keabu-
abuan yang sulit lepas, mudah berdarah
apabila
manipulasi.
dilepas atau dilakukan
ATAU

• Jika ditemukan Suspek


Difteri yang
mempunyai hubungan
epidemiologi
Pengiriman ke WA
WAG Kasus
Difteri di
sertai kronologi

WA
Group: Pengiri
Pasien Permin Koneksi WAG man Berikan
difteri taan ke Kasus ADS ke ke
(klinis) ADS Dinkes Difteri Dinkes pasien
SKEMA TATALAKSANA
DIFTERI
Manajemen Kasus
indeks (Rujuk ke
Deteksi Dini RS)
Kluster
Kasus Ambil spesimen, Pengobatan 2 dan 3
(AB & ADS), dan imunisasi
setelah 1 bln ADS

Penyelidikan Penelusuran Kontak Erat Pengawasan minum obat Membunuh


Epidemiologi Kasus (PMO) thdp ESO dan pencegahan
Profilaksis dan
kuman
DO
(Form PE) Imunisasi menghentikan
Identifikasi Faktor Resiko: penularan !!
-Status imunisasi kasus & kontak
Deteksi -Cakupan imunisasi di wilayah
kasus tambahan Kluster
terjangkit, berdasarkan laporan
secara dini di rutin maupun survei. 4
komunitas
dan fasilitas -Manajemen cold chain
kesehatan.
Melindungi
SEGERA , jenis vaksin sesuai umur
Kelompok Rentan
sasaran, minimal satu wilayah
Outbreak □ memberi
kecamatan, sampai usia tertinggi
Response kekebalan
kasus , 3 putaran
populasi !!
Immunization (tergantung kajian epidemiologi)
(ORI)
DIAGRAM: TATA LAKSANA KONTAK SUSPEK
DIFTERI
Suspek difteri

Tatalaksana kontak

Kemoprofilaksis Memberikan
Kekebalan difteri dg
Imunisasi kpd Semua
PMO
kontak
Pengawasan minum obat
• PMO diperlukan untuk
mencegah putus obat
pada: Hari ke 1 : awal minum
• PMO dapat berasal dari obat
petugas kesehatan, kader Hari ke 2 : memastikan 2 hari pertama Bila timbul ESO dan atau
kesehatan, tokoh
masyarakat, guru dan
minum obat secara adekuat □ kuman gejala & tanda klinis difteri
sebaiknya tidak berasal mulai mati
dari keluarga. Hari ke 7 : ketaatan minum sampai
• Pemantauan minimal selesai
dilakukan pada hari 1, 2
dan 7 □ pada hari2 tsb Pengawasan terhadap Efek Samping Obat Rujuk ke Fasyankes
minum obat didepan (ESO) dan timbulnya gejala dan tanda
PMO klinis difteri.
MEMBERIKAN EDUKASI KEPADA
MASYARAKAT
1. Jelaskan kepada Masyarakat tanda-tanda dini difteri
2. Rujuk ke Rumah Sakit jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang menderita
sesuai
gejala difteri
3. Jelaskan cara untuk menghindari penularan dengan :
a. Kurangi kontak penderita dengan orang lain
b.Keluarga yang menunggu penderita agar memakai masker dan selalu mencuci
tangan
c. Minum kemoprofilaksis sesuai dosis
4. Jelaskan kenapa keluarga/kontak erat harus minum obat erithromycin sesuai dosis
5. Jelaskan cara minum erithromicin dan efek sampingnya dan harus diminum setelah
makan.
6. Tunjuk PMO
7. Minta keluarga agar penderita diimunisasi 3-4 minggu setelah pulang dari RS
CONTOH KASUS 2 :
STRATEGI PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
INVESTIGASI
KONTAK

Investigasi Kontak (IK): kegiatan untuk meningkatkan penemuan kasus


TBC dengan cara mendeteksi secara dini dan sistematis terhadap orang
yang kontak dengan sumber infeksi TBC.
Tujuan IK:
• Menemukan kasus TBC secara dini
• Menemukan TCB Laten Anak <5 Thn dan
TBC Laten Kontak Serumah
• Mencegah penularan TBC
• Memutus rantai penularan TBC di masyarakat.
Sasaran IK: seluruh kontak dari semua pasien TBC baru/kambuh baik
TBC Sensitif Obat maupun TBC Resistan Obat dan TBC anak di
lingkungan rumah tangga atau tempat-tempat lain
ALUR INVESTIGASI
KONTAK (klaster
4)
Pengendalian penularan penyakit
Sasaran RKULOSIS
TUBE Delivery Unit
Masalah Layanan Kesehatan Puskesmas Posyandu Prima Kegiatan Posyandu Kunjungan Rumah
Kesehata (Kecamatan) (Desa / Kelurahan) (Dusun / RT/RW) (Rumah / Masyarakat)
n
Penularan Penemuan kasus aktif Penemuan Indek Kasus Penemuan Indek Kasus
penyakit
Kontak Investigasi Kontak Investigasi Kontak Investigasi
MENULA
R
-
Manusia
ke
manusia

Diagnosis Penemuan suspek Penemuan suspek


Pengambilan sampel Pengambilan dan
untuk penegakan pengiriman sampel untuk
diagnosis dan penegakan diagnosis dan
pemantauan kemajuan pemantauan kemajuan
pengobatan pengobatan

Pengobatan Pemberian OAT Pemberian OAT Pemantauan minum Pengawasan minum obat,
Pemberian TPT obat (OAT dan TPT) pelacakan kasus
Pemberian TPT
Pemantauan minum obat
Pelacakan kasus mangkir/putus
Pemantauan minum
mangkir Pemantauan
(OAT maupun TPT) obat (OAT dan TPT) berobat, pemantauan
FR lainnya
FR lainnya
Pelacakan kasus mangkir

Edukasi penyakit menular Edukasi penyakit Edukasi penyakit menular Edukasi Penyakit Menular Edukasi penyakit
32
PENGAWASAN KUALITAS LINGKUNGAN

DITJEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT


KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Disampaikan Pada Orientasi Fasilitator ILP


Jakarta, 10 April 2023
Outline

1. Overview penyeh atan lingkungan


2. Pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas
3. Program STBM

50
TEORI BLUM

PELAYANAN KESEHATAN
LINGKUNGAN L PK 20%
40%
STATUS
KESEHATAN

GENETIK
PERILAKU P G 10%

30%
52
P e n c e ga h a n d a n pengendalian penyakit melalui p e m e n u h a n lingkungan ya n g sehat
Secara global 24% kematian disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan
intervensi/
modifikasi lingkungan
Penyakit / Malaria Tuberculosis Diare Kondisi Neonatus Kurang Energi Kardiovaskuler Kanker
Gangguan Protein
Kesehatan
Proporsi lingkungan
yang menyebabkan 42% 17% 57% 11% 15% 31% 20%
penyakit

Intervensi lingkungan 1. Modifikasi 1. Tingkat Meningkatkan 1. Mengurangi Meningkatkan 1. Modifikasi Modifikasi


utama untuk lingkungan d a n ke p a d a t a n akses air minum p a p a ra n ibu akses air d a n lingkungan untuk lingkungan rumah
mencegah penyakit manipulasi rumah, penjara d a n sanitasi terhadap as ap sanitasi a m a n . mengurangi d a n tempat kerja
lingkungan untuk d a n rumah sakit. ya n g a m a n rokok bekas Kampanye polusi udara yang untuk mengurangi
mengurangi 2. Perbaikan kualitas serta sarana (terutama di perubahan bersumber dari risiko p a p a ra n polusi
tempat udara di rumah dan rumah). perilaku higine. a s a p tembakau udara d a l a m ruang
perkembangbiaka d a n te m pat kerja membiasakan 2. Meningkatkan bekas, paparan ya n g bersumber
n vektor. (paparan c uc i ta nga n akses air d a n timbal. dari a s a p tembakau
2. Mengurangi kontak penambang pakai sabun. sanitasi di tempat 2. Modifikasi bekas, radiasi
antara manusia terhadap silika, melahirkan/ lingkungan pengion, radiasi UV,
d a n vektor d e b u batubara, Fasyankes. pekerjaan yang b a h a n kimia.
penyakit misalnya a s a p tembakau m e m bu a t stres
menyimpan air bekas). kondisi kerja d a n
minum di tempat pengaturan shift.
ya n g tepat.

Sumber: Preventing disease through healthy environments A global assessment of the burden of disease from environmental
risks, WHO, 2016
C a ta ta n: penyakit ya ng ditampilkan berdasarkan prioritas transformasi kesehatan
53
Program p enyeh a t a n lingkungan dilaksanakan untuk memenuhi a m a n a t Undang-Undang
Output ya n g diharapkan a d a l a h terwujudnya kondisi lingkungan ya n g sehat

UU No. 36
Tahun Media
Pasal 162 Lokus
2009 Lingkungan
U p aya kesehatan
lingkungan ditujukan
Kualitas lingkungan
• Air • Permukiman
untuk mewujudkan sehat:
• Udara • Tempat kerja
kualitas lingkungan 1. Baku Mutu Kesehatan
• Tanah • Tempat rekreasi
yang sehat, baik fisik, PP No. 66 Lingkungan • Pa nga n • Tempat d a n
kimia, biologi, Tahun (SBMKL)
maupun sosial yang 2014 • Sarana d a n ba ngu na n Fasilitas Umum
2. Persyaratan • Vektor d a n
memungkinkan kesehatan
setiap orang binatang p e m b a w a
m e n c a p a i derajat penyakit
kesehatan yang Peraturan
setinggi-tingginya. Menteri
Kesehatan (PMK)

Pelabuhan Sehat Rumah


Sehat Sertifikat Laik
Higiene Sanitasi

>80% Terminal Sehat Sekolah Sehat (SLHS):


Rumah Makan/
Restoran J a s a
Komponen pem bi naan Wisata Sehat Pasar Boga Depot Air
Usaha Kesehatan Sehat Minum Hotel
Sekolah (UKS) berupa
lingkungan Lapas Sehat Perkantoran
Sehat
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat melakukan PENYELENGGARAAN KESEHATAN
LINGKUNGAN, untuk menjamin tersedianya LINGKUNGAN YANG SEHAT

• Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang bebas dari


unsur-unsur yang menimbulkan gangguan Kesehatan antara
• Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dilakukan lain:
a. limbah cair, limbah padat, limbah gas yang tidak diolah
melalui upaya penyehatan, pengamanan, dan sebagaimana mestinya;
pengendalian, untuk memenuhi standar baku mutu b. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
Kesehatan lingkungan dan persyaratan Kesehatan ditetapkan Pemerintah;
pada media lingkungan. c. binatang pembawa penyakit;
d. zat kimia yang berbahaya;
• Media lingkungan antara lain meliputi air, udara, e. kebisingan yang melebihi ambang batas;
tanah, pangan, sarana dan bangunan, dan vektor f. radiasi sinar pengion dan non pengion;
g. air yang tercemar;
dan binatang pembawa penyakit.
h. udara yang tercemar; dan
i. makanan yang terkontaminasi.
• Kesehatan Lingkungan diselenggarakan pada
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat • Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang tidak
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. mempunyai risiko buruk bagi Kesehatan termasuk akibat kondisi
matra dan ancaman global perubahan iklim.
54
Kegiatan Kesling terkait Upaya Penyehatan, Pengamanan & Pengendalian
Upaya Kegiatan

1 Penyehatan Surveilans
Air, udara, tanah, pangan, sarana & Pengumulan data yang sistematik dan terus menerus dapat melalui Konseling di
Puskesmas maupun pengamatan ke lapangan (Inspeksi Kesehatan Lingkungan).
bangunan

2 Pengamanan Uji Laboratorium


Upaya perlindungan kesehatan Dilakukan sebagai penegasan ukuran parameter kualitas media lingkungan berkenaan dengan
masyarakat (dari unsur yang unsur fisik, biologi dan kimia yang menjadi potensi faktor risiko penyebaran penyakit dan atau
menimbulkan gangguan kesehatan) gangguan kesehatan.

Pengolahan limbah (persyaratan teknis


pengolahan limbah)
Analisis Risiko
Pengawasan limbah (Pengawasan
Metode atau pendekatan untuk mengkaji lebih cermat terhadap potensi risiko kesehatan yang
terhadap pengelolaan limbah) berkenaan dengan kualitas media lingkungan.

3 Pengendalian
Intervensi
Vektor & binatang pembawa penyakit KIE, Teknologi tepat guna, dan rekayasa lingkungan, serta pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit

55
Terdapat lima program u t a m a penyehatan lingkungan
Pendekatan intervensi dilakukan secara berjenjang dimulai dari keluarga

Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar


Perc epat an & Pe m b a n g u n a n Sarana Sanitasi/Stbm ,
Pe n g a m a n a n Air Minum, Penilaian Kualitas Air,
Teknologi Tepat G u n a Daerah Sulit

Penyehatan Udara Tanah & Kawasan


TFU (Sekolah, Puskesmas, Pasar), Rumah, Kab/Kota
Sehat, Pelabuhan/Bandara Sehat
Keluarga
Penyehatan Pangan
TPP: Kantin Sekolah/Institusi , Sentra Pa n g a n Jajanan,
DAM, J a s a b o g a , Rm/Rest, M a ka n a n J a jana n
Sehat
Pengamanan Limbah dan Radiasi
Pengawa sa n Pengelolaan Limbah Fasyankes, Limbah
B3 D a n L o g a m Berat, Radiasi,
Sumber :
APBN PUSAT, DEKON, APBD, DAK,
Adaptasi Perubahan Iklim dan Kebencanaan
CSR/SWASTA
Lingkungan
Masyarakat, WASH serta Fasyankes ya n g Berketahanan
Iklim, Kedaruratan Lingkungan
57
Program p enyeh a ta n lingkungan diukur d a l a m 2 IKK, 1 IKP, d a n 1 ISS
Kinerja diukur p a d a tingkat kabupaten/kota
Indikator Definisi Operasional Target (%)
Cara Perhitungan 2022 2023
IKK Persentase desa/kelurahan d e n g a n Persentase desa/kelurahan d e n g a n Stop Buang Air Besar Jumlah desa/kelurahan ya n g telah terverifikasi 2024
60 70 90
Stop Buang air besar Sembarangan S e m ba ra nga n (SBS) didefinisikan s e ba ga i desa/kelurahan SBS dibagi jumlah desa/kelurahan di wilayah
(SBS) ya n g seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktik d a n p a d a periode ya n g s a m a dikali 100
b u a n g air besar s e m ba ra nga n melalui proses verifikasi

Persentase sarana air minum yang Persentase sarana air minum ya n g telah dilakukan Jumlah sarana air minum ya n g diawasi yang 68 72 76
diawasi/diperiksa p e n g a w a s a n eksternal oleh dinas kesehatan d e n g a n memenuhi syarat kualitas air a m a n dibagi
kualitas air minumnya sesuai melakukan verifikasi atas p e n g a w a s a n internal yang jumlah sarana air minum ya n g a d a di wilayah
standar memenuhi kualitas air minum a m a n ( yang dikuatkan tersebut (total sarana) dikali 100
d e n g a n hasil pengujian kualitas air minum fisik, kimia,
mikrobiologi)

IKP Persentase kabupaten/kota yang Kabupaten/kota ya n g memenuhi minimal 3 dari 5 * kualitas Jumlah kabupaten/kota ya n g memenuhi 40 65 80
memenuhi kualitas kesehatan kesling yaitu kabupaten/kota yang: kualitas kesehatan lingkungan dibagi d e n g a n
lingkungan 1.50% Tempat Pengelolaan Pa n g a n (TPP) jumlah kabupaten/kota dikali 100
memenuhi standar
2. 65% Tempat d a n Fasilitas Umum (TFU) ya n g
dilakukan
p e n g a w a s a n sesuai standar
3.68% sarana air minum d e n g a n kualitas air minum
sesuai standar
4. 60% desa/kelurahan Stop Buang Air Besar
Sembarangan
5.40% RS melaksanakan p e nye l e ngga ra a n
ISS Jumlah kabupaten/ kota sehat kesehatan
Kabupaten/kota lingkungan
ya n g melaksanakan seluruh tatanan, Jumlah kabupaten/kota ya n g telah 280 380 420
memiliki SK Tim Pembina, Memiliki SK forum, rencana memenuhi kriteria penyelenggaraan
kerja dan mempunyai laporan hasil verifikasi oleh tim kabupaten/kota Sehat
pembina tingkat provinsi

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Re n c a n a Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
58
Pelayanan kesehatan lingkungan merupakan UKM Esensial di Puskesmas

PENGERTIAN TUJUAN UMUM


Pelayanan kesehatan lingkungan a d a l a h Untuk meningkatkan derajat kesehatan
kegiatan a t a u serangkaian kegiatan yang masyarakat melalui u p aya preventif, promotif,
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan d a n kuratif ya n g dilakukan sec ara terpadu d a n
ya n g sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, berkesinambungan
maupun sosial g u n a mencegah penyakit
dan/atau gangguan kesehatan ya n g diakibatkan
oleh faktor risiko lingkungan .

✔ Menurunkan a n g k a penyakit dan/atau


PENYELENGGARAAN TUJUAN KHUSUS
✔ Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan g a n g g u a n Kesehatan
✔ Pelayanan Kesehatan Lingkungan ✔ Meningkatnya p e n g e t a h u a n , kesadaran,
merupakan b a g i a n dari pelayanan kemampu an, d a n perilaku hidup bersih d a n
kesehatan paripurna yang diberikan kepada sehat
Pasien ✔ Keterpaduan kegiatan lintas program d a n
lintas sektor

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
59
Sasaran Pengawasan

Internal 🡪
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Eksternal 🡪
1. Permukiman (KK/Desa/Kelurahan)
2. Tempat dan Fasilitas Umum
a. FasilitasPendidikan
b. Pasar dan Pusat Perbelanjaan
c. Tempat Ibadah
d. Sarana transportasi darat, laut, udara dan kereta api
e. Stasiun dan terminal
f. Pelabuhan, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat Negara
g. Hotel
h. Sarana Olahraga
3. Tempat Pengolahan Pangan (RM,Restoran, Sentra Pangan Jajanan,
Depot Air Minum, Gerai pangan jajanan keliling)
60
Alur Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

R. ADMINIS Ka.
R. LAB GUDANG DAPUR R.RAPAT
TRASI PUSKESMAS

RUANG R. KIA/KB &


STERILISAS IMUNISASI
I
KM/WC

R. PENDAFTARAN & R. RAWAT PASCA


RUANG REKAM MEDIK PERSALINAN
KONSELING

RUANG
KM/WC
KES.GIMUL

R. PASIEN R. PERSALINAN
PERIKSA
UMUM
KLIEN
RUANG R. TINDAKAN
FARMASI PINTU MASUK/KELUAR
PUSKESMAS

C a ta ta n: layout menyesuaikan masing-masing Puskesmas


61
Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan di d a l a m d a n di luar g e d u n g
Hasil kegiatan dilaporkan d a n d a p a t dipantau secara realtime melalui E Monev
No Kegiatan Sasaran Waktu/ Periode Pencatatan & Pelaporan
Dalam Gedung
1. Konseling (Klinik Sanitasi) 1. Pasien penyakit berbasis lingkungan Setiap hari Register manual
2. Klien (warga ya n g sehat)

2. Pengelolaan limbah Limbah medis Setiap hari E Monev:


medis p a d a t d a n cair http://kesling.kesmas.kemkes.go.id/limbahfasya
nkes/

3 Pemantauan Inspeksi Faktor resiko Kesehatan lingkungan Minimal 1 Tahun sekali E satu
kesling di Fasyankes

Luar Gedung
1. Inspeksi Kesehatan Rumah, sumber air, sekolah, dll Setiap hari Register manual
Lingkungan (IKL) tindak (berdasarkan hasil konseling) (kesepakatan waktu
lanjut konseling d e n g a n pasien/ klien)

2. Inspeksi Kesehatan 1. TFU (sekolah, pasar, tempat ibadah, Minimal setahun sekali 1. E Monev: https://e-satu.kemkes.go.id/
Lingkungan (IKL) bioskop, tempat rekreasi, hotel, dll) untuk masing-masing 2. E Monev: https://tpm.kemkes.go.id/kesling-
program rutin lokus web/
2. TPP (rumah makan/ restoran,
jasa boga, depot air minum
(DAM), ma kana n jajanan)

3. Intervensi 1. Pemberdayaan masyarakat Disesuaikan d e n g a n E Monev


(pemicuan STBM) kebutuhan di masyarakat http://monev.stbm.kemkes.go.id/monev/
2. Teknologi Tepat G u n a (TTG)
Register manual
sanitasi d a n air
3. Kampanye lingkungan sehat
4. Investigasi KLB penyakit Lokasi KLB Maksimal 1x24 jam Register manual
berbasis lingkungan
1 Konseling
Tahapan awal pel ayanan Kesehatan lingkungan
di Puskesmas
a d a l a h hubungan komunikasi antara Langkah-langkah kegiatan Konseling
Tenaga Kesehatan Lingkungan d e n g a n 1. Persiapan (P1)
pasien ya n g bertujuan untuk mengenali a. menyiapkan tempat ya n g a m a n , nyaman d a n
dan memecahkan masalah kesehatan tenang;
lingkungan yang dihadapi b. menyiapkan daftar pertanyaan untuk
m e n d a p a t ka n informasi ya n g dibutuhkan;
OLEH ? c. menyiapkan media informasi d a n alat peraga bila
Tenaga Kesehatan Lingkungan diperlukan seperti poster, lembar balik, leaflet,
maket (rumah sehat, ja mb an sehat, d a n lain-lain)
UNTUK ? serta alat p e ra g a lainnya.
Pasien
2. Pelaksanaan (P2) ◻ menggali data/informasi
ke p a d a Pasien a t a u keluarganya
BAGAIMANA ?
a. Umum, berupa d a t a individu/keluarga d a n d a t a
Terintegrasi d e n g a n pel ayanan
lingkungan;
p e n g o b a t a n dan/atau perawatan
b. Khusus, meliputi:
• identifikasi prilaku/kebiasaan;
MEDIA ? • identifikasi kondisi kualitas kesehatan
Alat p e ra ga , lingkungan;
percontohan, media informasi • d u g a a n penye b ab ;
c et ak, med i a elektronik • saran d a n re n c a n a tindak lanjut.

KAPAN ?
Setiap hari kerja
62
63
2 Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL)

a d a l a h kegiatan pemeriksaan d a n pengamatan secara langsung Pe nga m a t a n


terhadap media lingkungan d a l a m rangka p e n g awa s a n berdasarkan Lingkungan, Perilaku,
standar, norma, d a n baku mutu ya n g berlaku untuk meningkatkan kualitas Konseling, IKL
lingkungan ya n g sehat

Penemuan Penderita
& Pe m e t a a n Populasi
Berisiko
Koordinasi d e n g a n Koordinasi Lintas
Perangkat Koordinasi d e n g a n Program
Desa/Kelurahan Lintas Sektor Seksi/Bidang Lain di
Kades/Lurah Ke c a m a t a n PKM Memberikan Saran
RW/RT, d a n Kadus Pustu Tindak Lanjut, Ke p a d a
Bidan Desa Pasien/Klien

Analisis Risiko Kesling


1 2
3
Waktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagai tindak lanjut hasil Konseling sesuai d e n g a n
kesepakatan antara Tenaga Kesehatan Lingkungan d e n g a n Pasien, ya n g diupayakan dilakukan paling
lambat 24 (dua puluh empat) jam setelah Konseling
64
Metode IKL (1)

1. Pengamatan Fisik Media Lingkungan

PANGAN VEKTOR & BINATANG PEMBAWA AIR


mengamat i kondisi kualitas media PENYAKIT menga ma t i sarana (jenis d a n kondisi)
p a n g a n , ya n g memenuhi prinsip- mengamati a d a n y a t a n d a tanda penyedi aan air minum d a n air untuk
prinsip higiene sanitasi d a l a m kehidupan vektor d a n binatang keperluan higiene sanitasi dan
pengel ol aan p a n g a n Pe m b a wa penyakit mengamat i kualitas air

TANAH SARANA & BANGUNAN UDARA


mengamat i kondisi kualitas tanah mengamati d a n memeriksa kondisi mengamati ketersediaan dan
ya n g berpotensi sebagai media kualitas b a n g u n a n d a n sarana p a d a kondisi kebersihan ventilasi d a n
penularan penyakit rumah/tempat tinggal Pasien mengukur luas ventilasi permanen
M e to d e IKL (2)

2. Pengukuran Media Lingkungan di Tempat 3. Uji Laboratorium

Pengukuran med i a lingkungan di ✔Apabila hasil pengukuran in situ


tempat dilakukan d e n g a n memerlukan p e n e g a s a n lebih
m e n g g u n a ka n alat in situ untuk lanjut, dilakukan uji laboratorium
mengetahui kualitas media ✔Uji laboratorium dilaksanakan di
lingkungan ya n g hasilnya langsung laboratorium ya n g terakreditasi
diketahui di l a pangan. sesuai parameternya

SANITARIAN KIT
1. Thermo hygrometer
2. Anemometer
3. Luxmeter
4. Photometer
5. P e n c a c a h partikel
6. Sound level meter
7. Mikrobiologi sanitarian kit
8. Thermometer makana n
9. TDS
10. PH meter
11. Inkubator
12. Blender t angan
13. Timbangan digital
14. Rapid arsenic test kit 65
66
Metode IKL (3)

4. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

a) Identifikasi bahaya c) Pengukuran pemajanan


Mengenal d a m p a k Perkiraan besaran, frekuensi d a n lamanya
buruk kesehatan yang p e m a j a n a n p a d a manusia oleh suatu
disebabkan oleh b a h a n melalui semua
p e m a j a n a n suatu jalur d a n menghasilkan perkiraan
bahan pemajanan.
d a n memastikan
mutu serta kekuatan bukti yang
mendukungnya.

b) Evaluasi dosis
respon d) Penetapan Risiko
Melihat d a y a racun ya n g terkandung Mengintegrasikan d a y a racun d a n
d a l a m suatu b a h a n a t a u untuk p e m a j a n a n kedalam “perkiraan batas
menjelaskan b a g a i m a n a suatu atas” risiko kesehatan ya n g terkandung
kondisi p e m a j a n a n (cara, dosis, d a l a m suatu b a h a n .
frekuensi, d a n durasi) oleh suatu
bahan
ya n g berdampak terhadap
67
Langkah IKL

1. Persiapan :
✔ Mempelajari hasil konseling
✔ M e m b u a t janji kunjungan rumah d a n
lingkungannya d e n g a n pasien d a n
keluarga
✔ Menyiapkan d a n m e m b a w a berbagai
peralatan d a n kelengkapan l a p a n ga n
ya n g diperlukan (form IKL, media
penyuluhan, alat pengukuran)
✔ Melakukan koordinasi d e n g a n perangkat
d e s a a t a u kelurahan.

2. Pelaksanaan :
✔ Melakukan p e n g a m a t a n media
lingkungan d a n perilaku masyarakat.
✔ Melakukan pengukuran med i a lingkungan
di tempat , uji laboratorium d a n analisis
resiko sesuai kebutuhan
✔ Melakukan p e n e m u a n penderita lainnya.
✔ Melakukan p e m e t a a n populasi beresiko
✔ Memberikan saran d a n tindak lanjut
k e p a d a sasaran (keluarga, pasien d a n
keluarga sekitar)
3 Intervensi Kesehatan Lingkungan

Intervensi Kesehatan Lingkungan a d a l a h tindakan


penyehatan, pengamanan, dan pengendalian
untuk mewujudkan kualitas lingkungan ya n g sehat
baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial

Intervensi Kesehatan Lingkungan d a p a t berupa:


1. komunikasi, informasi, d a n edukasi, serta
penggerakan/pemberdayaan
masyarakat;
2. perbaikan d a n p e m b a n g u n a n sarana;
3. p e n g e m b a n g a n teknologi tepat g u n a (TTG);
dan/atau
4. rekayasa lingkungan
SDM

SUMBER 1 O ran g Tenaga Kesling

DAYA DANA
APBN, APBD, masyarakat sumber lain yang
sah

✔ ruang Konseling
SARANA & PRASANA

✔Laboratorium terintegrasi;
✔peralatan ya n g dibutuhkan dalam
Intervensi Kesehatan Lingkungan;
dan
✔ media komunikasi, informasi, d a n edukasi.

Ruang yang digunakan bersama


dengan ruangan promosi kesehatan
Pencatatan dan
1
Pelaporan
• Setiap Pasien ya n g diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas wajib dicatat d a l a m lembar
status Kesehatan Lingkungan Pasien

• Lembar status Kesehatan Lingkungan Pasien merupakan resume/kesimpulan hasil Konseling, hasil Inspeksi
Kesehatan Lingkungan ya n g dilakukan terhadap Pasien, d a n Intervensi Kesehatan Lingkungan yang
2 dilakukan.

• Puskesmas wajib menyampaikan laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan sec ara berkala ke p a d a
3 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

• Laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan merupakan b a h a n pertimbangan untuk menetapkan


4 kebijakan kesehatan lingkungan d a l a m skala kabupaten/kota.

• Dal am hal Pasien ya n g diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan a d a l a h a n g g o t a masyarakat yang


bertempat tinggal di luar wilayah Puskesmas, m a k a Kepala Puskesmas wajib melaporkan k e p a d a Kepala
5 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk ditindaklanjuti
Pe n gawa s a n m ed ia lingkungan dilakukan s ec a ra internal d a n
eksternal
Dilakukan oleh t e n a g a ya n g berkompeten d a n peralatan* ya n g terstandar
Sasaran pengawasan
Internal
lingkungan:
Eksternal
1. kualitas air;
• Otoritas/ penyelenggara pintu masuk • Instansi/ p e ja ba t karantina kesehatan 2. kualitas udara indoor
Pelaksana
d a n outdoor
3. tempat pengelolaan
• Observasi • Observasi p a n ga n ;
Metode • Pemeriksaan m e n g g u n a k a n alat • Pemeriksaan m e n g g u n a k a n alat 4. kualitas tanah;
laboratorium l a p a n g a n (insitu) laboratorium l a p a n g a n (insitu) 5. limbah cair;
sederhana (rapid test) sederhana (rapid test) 6. limbah pad at ;
• Pemeriksaan sampel m e d i a lingkungan 7. vektor d a n binatang
ke laboratorium
penular/ p e m b a w a
penyakit.
• Minimal 1 bulan sekali a t a u sesuai risiko (jenis • Minimal setahun 2 kali a t a u a d a n ya
Waktu indikasi pe nc e m a ra n
m e d i a lingkungan)

• Temuan untuk langsung d a p a t diperbaiki • Rekomendasi perbaikan dan/atau Daftar formulir IKL d a p a t didownload dari :
Output intervensi http://kesling.kesmas.kemkes.go.id

Peralatan pengawasan kualitas lingkungan:


alat ukur suhu ruangan; alat ukur suhu air; alat ukur kelembaban ruangan; alat ukur kebisingan; alat
ukur p e n c a h a y a a n ruangan; alat ukur swapantau kualitas air bersih; alat ukur swapantau kualitas air
limbah; d a n alat ukur ke p a da t a n vektor p e m b a w a penyakit.

72
Pe n gawa s a n m ed ia lingkungan dilakukan berbasis lokus
Hasil p e n g awa s a n diinput ke d a l a m emonev ESATU d a n d a p a t dipantau secara realtime

Lokus Pengawasan Pelaporan

Rekomenda
si
tida
k
y
Memenuhi Kepala Daerah melalui
a
Eksternal Syarat Kepala OPD terkait
(MS)

Input di sistem
informasi (ESATU)
TFU

y
Memenuhi Kepala Puskesmas/
a
Internal Syarat dinas kesehatan/ OPD
(MS) terkait setempat
tida
k
Perbaika
n

Lokus TFU ya ng menjadi prioritas 1. Pengawasan Eksternal dilaksanakan oleh t e n a g a kesehatan Hasil IKL dilaporkan
p e n gawa s a n saat ini a da l a h lingkungan/ sanitarian Puskesmas/ dinas kesehatan melalui dan k e p a d a Kepala OPD
Sekolah/ madrasah (SD/MI, mengguna ka n Formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL), terkait untuk d a p a t
SMP/Mts, Pasar, dan dilakukan minimal satu tahun sekali untuk masing-masing lokus. ditindaklanjuti
Puskesmas), untuk TFU lain
d a p a t dilakukan pengawa sa n 1. Pengawasan Internal dilaksanakan oleh penyelenggara/
m e n g a c u p a d a peraturan p e n a n g g u n g jawa b TFU secara mandiri mengguna ka n Buku
daera h masing-masing. Rapor Kesehatan Lingkungan dilakukan minimal satu bulan sekali.

73
74
PENGAWASAN KUALITAS
UDARA
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) d a n Persyaratan Kesehatan Me di a Lingkungan
Sesuai PMK 2 Tahun 2023

Media Udara Indoor


No Parameter SBMKL Unit Metode Pengukuran Keterangan
Persyaratan Kesehatan Udara dalam Ruang
A Parameter Fisik
1 Suhu 18-30
oC
Direct reading, Tergantung penggunaan ruang Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang harus memenuhi
thermometer. Persyaratan Kesehatan agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan
2 Pencahayaan Minimal 60 Lux Direct reading, Tergantung penggunaan ruang dan kenyamanan bagi masyarakat, khususnya orang yang ada dalam
Luxmeter
ruangan tersebut.
3 Kelembapan 40 – 60 % Rh Direct reading, Tergantung penggunaan ruang
Hygrometer.
Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang sebagai berikut:
4 Laju Ventilasi 0,15 – 0,25 m/detik Direct reading,
Anemometer.
Direct reading, Terdapat sirkulasi dan pertukaran udara
5 PM10 70 μg/m3 gravimetri, Dust sampler Durasi 24 jam (batas tertinggi) Sistem penghawaan/ventilasi harus menjamin terjadinya pergantian
PM10 udara yang baik di dalam ruangan yaitu dengan sistem ventilasi silang
Direct reading, Durasi 24 jam (batas tertinggi) dengan luas ventilasi minimal 10-20% dari luas lantai atau
6 25 μg/m3 gravimetri,
PM2,5
Dust sampler PM2,5
menggunakan ventilasi buatan.
7. Kebisingan :
Lokus SBMKL Unit Metode Pengukuran Keterangan Terhindar dari paparan asap
7.1 Permukiman 55 Media Udara Dalam Ruang harus terhindar dari paparan asap, antara
7.2 Tempat Rekreasi 70 lain asap rokok, asap dapur, asap dari sumber bergerak (contoh asap
7.3 Fasilitas Pendidikan 55 kendaraan bermotor), dan asap dari sumber lainnya.
7.4 Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
7.5 Pasar dan Pusat Perbelanjaan 65
dB(A)
Direct reading, Tidak berbau tidak sedap
7.6 Pelabuhan Laut 70 Sound-level meter
7.7 Stasiun Kereta, Terminal, Bandar Udara Disesuaikan dengan
Media Udara Dalam Ruang harus terbebas dari bau tidak sedap,
ketentuan Menteri terutama bebas dari H2S dan amoniak.
Perhubungan
7.8 Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) lainnya 60 Terbebas dari debu
kecuali Fasilitas Pelayanan Kesehatan Media Udara Dalam Ruang harus tidak terlihat banyak partikel yang
beterbangan.
75
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) d a n Persyaratan Kesehatan Media
Lingkungan Sesuai PMK 2 Tahun 2023
Media Udara Indoor
B Parameter Kimia
500 μg/m3 rata-rata 10 menit
- Spektrofoto meter
1 Sulfur dioksida (SO2) 20 μg/m3 - Gas analyzer rata-rata 24 jam

200 μg/m3 - Spektrofoto 1 jam


2 Nitrogen dioksida (NO2) meter
40 μg/m 3 1 tahun
- Gas analyzer
3 Ozon (O3) 100 μg/m3 Spektrofoto rata-rata 8 jam
meter

Parameter Kimia Tambahan


C
1 Carbon monoksida (CO) 9 ppm Gas analyzer 8 jam

2 Carbon dioksida (CO2) 1.000 ppm Gas analyzer 8 jam

Atomic absorban
Spektrofotometer/AAS,
3 Timbal (Pb) 1,5 μg/m3 Inductively Coupled Plasma 24 jam
(ICP)
4 Asbes 5 Serat/ml Mikroskop
5 Radon 100 – 300 Bq/ m3 Radon gas detector
6 Formaldehida (CH2O) 0,1 ppm Gas kromatografi 30 menit
7 Volatile Organic Compound (VOC) sebagai 3 ppm Gas kromatografi 8 jam
CH4 Gas detektor
8 Environmental Tobacco Smoke (Nikotin) 1 -10 μg/m3 pajanan seumur hidup
9 Merkuri 1 μg/m3 portable mercury analyzer
10 Parameter kimia lain

D Parameter Biologi
1 Angka kuman 700 CFU/m3
76Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) d a n Persyaratan Kesehatan Media
Lingkungan Sesuai PMK 2 Tahun 2023
Media Udara Ambien yang Memajan Langsung pada Manusia
No Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Sistem Pengukuran
A. PARAMETER FISIK
1. Suhu 20 – 30 oC Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien yang
2. Kelembapan 40 – 70 %
3.a Debu Partikulat (PM10) 24 jam 75 μg/m3 aktif kontinu memajan langsung pada manusia adalah: kualitas
aktif manual Udara Ambien tidak boleh melebihi batas toleransi
Tahunan 40 μg/m3 aktif kontinu
3.b Debu Partikulat (PM2.5) 24 jam 55 μg/m3 aktif kontinu tubuh manusia.
aktif manual
Tahunan 15 μg/m3 aktif kontinu
4. Kebisingan Batas toleransi merupakan kemampuan fisik manusia
Perumahan dan Permukiman 55 dB(A) untuk menyerap zat pencemar pada udara yang menjadi
Perdagangan dan Jasa 70 dB(A) risiko kesehatan baik berupa fisik, kimia, dan biologi.
Perkantoran 65 dB(A)
Ruang Terbuka Hijau 50 dB(A)
Batas toleransi terutama dipengaruhi oleh durasi
Industri 70 dB(A) keterpajanan, waktu pajanan aktivitas yang dilakukan,
Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 dB(A) dan dosis pajanan.
Tempat Rekreasi 70 dB(A)
Stasiun Kereta Api 60 dB(A) Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien meliputi:
Pelabuhan Laut 70 dB(A)
Rumah Sakit dan sejenisnya 55 dB(A) tidak terpajan suhu udara yang melebihi batas toleransi,
Sekolah atau sejenisnya 55 dB(A) bebas dari kebauan yang berasal antara lain dari H2S dan
Tempat Ibadah atau sejenisnya 55 dB(A) amoniak atau dari parameter lain yang dihasilkan dari
pembusukan limbah.
B. PARAMETER KIMIA PP 22/2021
1. Karbon Monoksida (CO) 1 jam 10000 μg/m3 aktif kontinu
8 jam 4000 μg/m3 aktif kontinu Kemudian jika terdapat pajanan asap atau debu, baik
2. Ozon (O3) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual dari sumber bergerak maupun tidak bergerak maka tidak
8 jam 100 μg/m3 aktif kontinu sampai mengganggu pernafasan, menyebabkan iritasi
Tahunan 35 μg/m3 aktif kontinu
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 200 μg/m3 aktif kontinu mata, dan jarak pandang normal
aktif manual
24 jam 65 μg/m3 aktif kontinu
Tahunan 50 μg/m3 aktif kontinu
4. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual
24 jam 75 μg/m3 aktif kontinu
Tahunan 45 μg/m3 aktif kontinu
5. Partikel Tersuspensi Total (TSP) 24 jam 230 μg/m3 aktif manual
6. Timbal (Pb) 24 jam 2 μg/m3 aktif manual
Selain berbasis lokus p e n g awa s a n juga dilakukan berbasis m ed ia seperti Kualitas Air
Dilakukan p a d a : sumber, reservoir, pipa distribusi d a n rumah t a n g g a

Pengawasan Internal Pengawasan Eksternal


1. Melaksanakan pemeriksaan berkala setiap bulan 1. Pengawasan eksternal dilakukan d e n g a n d u a cara:
terhadap kondisi fisik sarana produksi untuk memastikan a. p e n gawa s a n berkala 2 kali dalam setahun terhadap
sarana produksi berfungsi baik d a n tidak a d a risiko sarana d a n prasarana produksi air untuk memastikan
terjadinya kontaminasi; sarana produksi berfungsi baik d a n tidak a d a risiko
2. Melaksanakan pemeriksaan laboratoris di laboratorium terjadinya kontaminasi
terakreditasi secara berkala sebulan sekali untuk b. pengawasan atas indikasi adanya pencemaran dilakukan
parameter fisik,dan biologi d a n enam bulan sekali untuk insidentil, jika terjadi kasus / indikasi a d a nya penc emaran
parameter kimia; p a d a air;
3. Pengambilan sampel dilaksanakan oleh tenaga yang 2. IKL dilaksanakan d e n g a n c a ra p e n g a m a t a n d a n penilaian
memiliki kompetensi (te na ga lab, sanitarian, t e n a g a lain kualitas air d a n faktor risikonya.
ya n g telah dilatih); 3. Melakukan pengambilan sampel d a n melaksanakan
4. Penyelenggara wajib melakukan analisis risiko kesehatan; pemeriksaan laboratoris p a d a laboratorium terakreditasi
5. Mengajukan sertifikasi kualitas air d e n g a n melampirkan berdasarkan jenis parameter ya n g telah ditetapkan.
hasil pemeriksaan laboratorium (khusus di pintu masuk); 4. Melaksanakan komparasi d a n analisis hasil pemeriksaan
6. Penyelenggara harus melakukan tindak lanjut perbaikan laboratorium ya n g dilaksanakan oleh p e n gawa s internal da n
kualitas air, jika dala m p e ngawa s a n internal diketahui eksternal;
tidak sesuai d e n g a n standar d a n persayaratan air yang 5. Memberikan rekomendasi tindak lanjut atas kegiatan
berlaku; penyehatan air berdasarkan temuan hasil pemeriksaan sarana
7. Melaksanakan tindakan lanjut penyehatan air sesuai prasarana d a n hasil laboratorium;
rekomendasi pe j a ba t karantina Kesehatan. 6. Memantau pelaksanaan tindak lanjut tindakan penyehatan air;
7. Merilis secara berkala setiap bulan penerbitan sertifikat kualitas
air.
PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM
PENGAWASAN HULU PENGAWASAN EKSTERNAL PENGAWASAN HILIR

PENGAWASAN INTERNAL Dilakukan oleh Dinas Kesehatan sesuai PENGAWASAN INTERNAL


kapasitasnya;
a. Dinas Kesehatan Provinsi Dilaksanakan oleh Rumah
1. Dilakukan oleh semua b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan KKP Tangga, Kelompok
penyelenggara air minum; c. Puskesmas Masyarakat
a. PDAM/BUMD
b. Non PDAM/ KPSPAM Surveilans Kualitas • Pendekatan Implementasi
Pengawasan
(Kelompok Pengelola Air Minum Rumah
Kualitas Air Minum Pilar ke 3 STBM:
Tangga
Sistim (PKAM)
(SKAM RT)
Penyedia Air Minum) Melalui Peningkatan
berbasis Komunal. pengetahuan, sikap dan
2. Fungsi: Jaminan mutu air 1. Pengawasan dilaksanakan secara berkala dan insidentil. perilaku rumah tangga
yang didistribusikan kepada 2. Dilaksanakan di titik terjauh distribusi (Jaringan Perpipaan, Depot dalam pengelolaan air
pelanggan memiliki kualitas Air Minum (pengisian galon) dan di sarana (bukan jaringan minum melalui PAMRT dan
air minum Aman perpipaan). implementasi Penggunaan
3. Uji kualitas air dilakukan di 3. Kegiatan: Inspeksi Kesehatan Lingkungan, Pengambilan sampel TTG untuk menjaga
laboratorium terakreditasi. sesuai hasil IKL, Pengujian kualitas air minum, Analisis hasil, kualitas air minum yang
Rekomendasi dan Tindak Lanjut dan Pemantauan Tindak lanjut.
digunakan terjamin aman
4. Publikasi (bebas kontaminasi fisik,
5. Ketentuan Administratif: Peringatan Lisan, Peringatan Tertulis, kimia dan mikrobiologi)
Pelarangan Distribusi Air Minum. • Menggunakan Sanitarian
6. Uji Kualitas Pada Laboratorium Terakreditasi/Alat Pengawasan Kit yang terkalibrasi
Sankit Terkalibrasi.
SURVEILANS KUALITAS AIR
MINUM
(Bagian dari Pengawasan
Memperoleh data proporsi rumah tangga
Eksternal) yang memiliki akses air minum aman

Memperoleh data proporsi rumah tangga


menurut tingkat risiko cemaran
lingkungan terhadap sarana air minum
berdasarkan penilaian Inspeksi Kesehatan
Lingkungan

Dapat mengidentifikasi subyek dan obyek


yang perlu di dilakukan perbaikan segera
untuk meningkatkan akses air aman
80
Hasil p e n gawa s a n kualitas m ed i a lingkungan dilanjutkan d e n g a n analisis risiko (risk
assessment, pengel o laan risiko, d a n komunikasi risiko)
Pengelolaan risiko harus bersifat end to end process

Med i a lingkungan ya n g terkena Pengelolaan risiko selain membutuhkan strategi ya n g tepat


APA juga harus dilakukan d e n g a n c a ra a t a u m e t o d e ya n g tepat.
d a m p a k , jenis kegiatan ya n g menjadi
sumber d a m p a k , jenis polutan a p a D a l a m aplikasinya c a ra pengel ol aan risiko d a p a t dilakukan
ya n g potensial melalui 3 pendekatan yaitu:
1. Pendekatan teknologi m e n g g u n a ka n teknologi yang
DIMANA Wilayah administrasi, wilayah tersedia meliputi p e n g g u n a a n alat, b a h a n , d a n metode,
geografi, batas sosial, batas ekologis. serta teknik tertentu. Contoh: penerapan p e n g g u n a a n IPAL,
p e n g o l a h a n / penyaringan air, modifikasi c e ro b o n g asap ,
Prevalensi penyakit terkait lingkungan, p e n a n a m a n t a n a m a n penyerap polutan, dll.
BAGAIMANA 2. Pendekatan sosial - ekonomis m e n g g u n a ka n pendekatan
konsentrasi a g e n risiko p a d a media
lingkungan, jumlah populasi yang sosial - ekonomis meliputi pelibatsertaan pihak lain,
potensial terkena. efisiensi proses, substitusi, d a n penerapan sistem
kompensasi. Contoh: 3R (reduce, reuse, d a n
recycle) limbah, p e m b e r d aya a n masyarakat ya n g
KAPAN Hari, bulan, tahun, d a n durasi berisiko, pemberian kompensasi p a d a masyarakat ya n g
(lamanya) masalah berlangsung. terkena d a m p a k , permohonan bantuan pemerintah
akibat keterbatasan pemrakarsa (pihak ya n g
Kelompok masyarakat ya n g potensial bertanggung jawab mengelola risiko), dll.
SIAPA terkena : g ol o nga n umur, kelompok 3. Pendekatan institusional d e n g a n menempu h jalur d a n
berdasarkan tempat tinggal, pekerjaan, mekanisme ke l e m b a g a a n d e n g a n c a ra melakukan kerja
d a n komunitas tertentu (komunitas hobi, s a m a d e n g a n pihak lain. Contoh: kerja s a m a d a l a m
komunitas a d a t , dll). p e n g o l a h a n limbah B3, mendukung p e n g a wa s a n yang
dilakukan oleh pemerintah, menyampaikan laporan ke p a d a
instansi ya n g berwenang, dll
02
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
(STBM)
Outcome: Menurunnya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan perilaku
melalui penciptaan kondisi sanitasi total

Output: Meningkatnya pembangunan sanitasi melalui peningkatan demand & supply

Pilar 1:
Pilar Pilar 3: Pilar 4: Pilar 5:
Stop Buang
2: Tangan
Cuci Pangan Pengelolaan Pengelolaan
Air Besar
Pakai Aman Sehat Sampah RT Limbah Cair
Sembarangan
Sabun RT
Komponen STBM:
1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Dukungan institusi kepada masyarakat
842/10/
23
83
Alur Verifikasi 5 pilar STBM

Pemilihan 30%
kelurahan/ Pemilihan 30%
Verifikasi Pemilihan 30% Pemilihan 30% Pemilihan
desa dari RW dari
dokumen kecamatan RT dari RW 30% KK dari
kecamatan kelurahan/des
terpilih RT terpilih
terpilih a terpilih

Mengumpulkan Sampel Stratifikasi Dikunjungi di


strattifikasi acak Stratifikasi Stratifikasi
semua berita random lapangan
untuk verifikasi random random
acara verifikasi sampling
lapangan sampling sampling Dicek kesesuaian
dengan berita
acara

Anda mungkin juga menyukai