Anda di halaman 1dari 25

KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI

PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL


Pertemuan Ke-3
Nurul Febrianti, M.Pd
Prodi PGSD FKIP
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Mahasiswa diharapkan
mampu menganalisis
karakteristik PKn sebagai
pendidikan nilai dan moral.
BAB II

PEMBAHASAN

3
1
Apakah sesungguhnya Pendidikan Nilai?
Konsep pendidikan nilai secara teoritik, Hermann (1972) “…value is neither
taught nor cought, it is learned”, yang artinya bahwa substansi nilai tidaklah
semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna dalam
arti ditangkap, diinternalisasi, dan dibakukan sebagai bagian yang melekat
Neal Creative ®
dalam kualitas pribadi seorang melalui proses belajar.
Pendidikan Nilai
• Adalah suatu kenyataan bahwa proses belajar
memang tidaklah terjadi dalam ruang bebas-budaya
tetapi dalam masyarakat syarat budaya karena kita
hidup dalam kehidupan masyarakat yang
berkebudayaan.
• Oleh karena itu memang betul bahwa proses
pendidikan pada dasarnya merupakan proses
pembudayaan atau enkulturasi untuk menghasilkan
manusia yang berkeadaban, termasuk di dalamnya
yang berbudaya,
• Proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam
kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi.
• Tradisi ini dapat dilihat dari petatah-petitih adat,
tradisi lisan turun-temurun seperti dongen, nasihat,
simbol-simbol, kesenian daerah, dsb.
Pendidikan Nilai
Dalam konteks pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Pendidikan
Kewarganegaraan, yang merupakan
mata pelajaran yang sarat dengan
nilai sosial, pendidikan nilai
mencakup substansi dan proses
pengembangan nilai patriotisme,
seperti cinta tanah air, hormat pada
para pahlawan yang sengaja dikemas
untuk melahirkan individu sebagai
warganegara yang cerdas dan baik,
rela berkorban untuk bangsa dan
negara.
Namun demikian perlu ditekankan bahwa aspek cerdas dan baik itu seyogianya
dipandang sebagai suati keutuhan, sepeti dua sisi mata uang. Hal ini tercermin dari
konsep kecerdasan pada saat ini, di mana kecerdasan tidak semata-mata berkenaan
dengan aspek nalar atau intelektualitas atau kognitif tetapi melingkupi segala potensi
individu.
“Values as integrating forces in personality,
society and culture” – Alisyahbana (1976)
Warganegara Indonesia yang seyogianya dikembangkan itu adalah
individu yang cerdas pikirannya, perasaannya, dan perilakunya. Oleh
karena itu proses pendidikan tidak bisa dilepaskan dari proses
kebudayaan yang pada akhirnya akan mengantarkan manusia menjadi
insan yang berbudaya dan berkeadaban.

Pembudayaan adalah proses pengembangan nilai, norma


dan moral dalam diri individu melalui proses pelibatan
peserta didik dalam proses pendidikan yang merupakan
bagian integral dari proses kebudayaan bangsa Indonesia
Tiga Dimensi Nilai Moral (Lickona, 1992)
Konsep Pendidikan Nilai para Ahli
2
Dalam Lampiran Permendiknas No.22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa
“Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.
Neal Creative ®
Berpikir kritis adalah proses
psikologis untuk memberikan
penilaian terhadap suatu objek
atau fenomena dengan
informasi yang akurat dan
otentik.
Berpikir rasional
adalah proses
psikologis untuk
memahami sesuatu
objek dengan logika.
Berpikir kreatif adalah proses
psikologis untuk
menghasilkan suatu cara atau
proses baru yang lebih
berkualitas atas dasar
pemikiran terbaik.
Partispasi aktif dan
bertanggung jawab
proses pelibatan sosial
kultural seseorang atas
dasar inisiatif sendiri
dengan penuh
perhatiaan dan
kesediaan memikul
resiko.
Bertindak cerdas adalah aktivitas nyata untuk
melakukan sesuatu dengan pertimbangan yang
matang dan utuh.
Hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain adalah sikap dan
cara hidup dengan individu yang berasal dengan masyarakat
bangsa lain dengan prinsip saling menghormati dan hidup
berdampingan secara damai.
3
Konsep-konsep “values education, moral education, education for virtues”
yang secara teoritik, oleh Lickona (1992) diperkenalkan sebagai program dan
proses pendidikan yang mengembangkan nilai dan sikap.
Roosevelt mengatakan bahwa, “mendidik orang hanya tertuju pada
pikirannya dan bukan moralnya sama dengan mendidikkan keburukan
kepada masyarakat”.
Neal Creative ®
Pendidikan Nilai Moral

Tujuannya adalah agar peserta didik menjadi melek etika, mampu berperilaku
baik di dalam masyarakat. Dalam konteks itu dunia pendidikan diharapkan
semakin mampu mewujudkan tujuan utama pendidikan, yakni
mengembangkan individu yang ”cerdas dan baik”.
Pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi perkembangan dan
berhasilnya kehidupan demokrasi.
JEAN PIAGET
• Penelitiannya mengenai sikap verbal
anak (children verbal attitudes)
terhadap berbagai aturan permainan,
perilaku sehari-hari, mencuri dan
membohong.
• Ia mengidentifikasi bahwa ada dua
tingkat perkembangan moral pada
anak usia antara 6-12 tahun yakni
heteronomi dan autonomi.
• Heterenomi: segala aturan oleh anak
dipandang sebagai hal datang dari
luar jadi bersifat eksternal dan
dianggap sakral karena merupakan
hasil pemikiran orang dewasa.
• Autonomi: anak menyadari adanya
kebebasan untuk tidak
sepenuhnyamenerima aturan itu
sebagai hal yang datang dari luar
dirinya.
Terima Kasih…

Anda mungkin juga menyukai