Anda di halaman 1dari 39

KONSEP NEONATUS ESENSIAL

BY ERNI YUNIATI, S.KEP.,NS.,M.KEP


BAYI BARU LAHIR

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. Neonatus (0-28 hari), bayi (sejak lahir-1 tahun), balita (bayi
berusia dibawah 5 tahun)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram.
CIRI-CIRI BAYI BARU LAHIR

 Lahir aterm antara 37-42 minggu


 Berat badan 2.500-4.000 gram
 Panjang badan 48-52 cm
 Lingkar dada 30-38 cm
 Lingkar kepala 33-35 cm
 Lingkar lengan 11-12 cm
 Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
 Pernapasan 40-60 x/menit
 Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
 Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
 Kuku agak panjang dan lemas
 Nilai APGAR > 7 : warna kulit, denyut jantung, tonus otot, aktivitas, pernapasan
 Gerak aktif
 Bayi lahir langsung menangis kuat
 Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut)
sudah terbentuk dengan baik
 Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
 Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik
 Refleks grasping (menggenggam) sudah baik
 Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya meconium dalam 24 jam pertama dan berwarna
hitam kecoklatan
 Genetalia
 Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang
berlubang
 Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya
labia minora dan mayora
TAHAPAN BAYI BARU LAHIR

 Tahap I
Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama
kelahiran, pada tahap ini digunakan system scoring apgar untuk
fisik
 Tahap II
Tahap II disebut juga tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku
 Tahap III
Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24
jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh
BAYI BARU LAHIR BERMASALAH

1. Prinsip Asuhan BBL


Sebelum memberikan asuhan pada bayi baru lahir, sebaiknya mengkaji hal-hal berikut :
a. Apakah bayi dilahirkan oleh ibu yang mengalami komplikasi dalam persalinan
b. Apakah bayi mempunyai kondisi/ masalah yang harus ditangani
c. Apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian atau tidak
sama sekali
2. Masalah yang Perlu Tindakan Segera Setelah 1 Jam
a. Tidak/ sulit bernapas
b. Sianosis/ kebiruan dan sukar bernapas
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR) < 2.500 gram
d. Letargi
e. Hipotermi
f. Kejang
g. Diare
h. Obstipasi
i. Infeksi
j. Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/
SIDS)
TRAUMA PADA BAYI BARU LAHIR

Trauma pada bayi baru lahir adalah cedera yang didapatkan saat persalinan.
Trauma ini bisa disebabkan oleh makrosomia, premature, chepalo pelvic
disproportion (CPD), distosia, persalinan lama, presentasi abnormal dan
persalinan dengan tindakan (vaccum atau forceps). Trauma atau cedera pada
bayi baru lahir dapat dibedakan menjadi :
1. Cedera kepala (kaput suksedaneum, sefal hematoma dan perdarahan
intracranial)
2. Cedera leher dan bahu (fraktur klavikula dan brakial palsi)
3. Cedera intraabdomen (perdarahan di hati, limpa atau kelenjar adrenal)
KELAINAN-KELAINAN PADA BAYI BARU LAHIR

Contoh kelainan-kelainan pada bayi baru lahir yang sering terjadi :


 Labioskizis dan labiopalatoskizis
 Atresia esophagus
 Atresia rekti dan anus
 Hirscprung
 Obstruksi billiaris
 Omfalokel
 Hernia diafragmatika
 Meningokel, ensefalokel
 Hidrosefalus
 Fimosis
 Hipospadia
NEONATUS BERISIKO TINGGI

1. Asfiksia Neonatorum
suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen
dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.
2. Perdarahan tali pusat
Pendarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma
pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukan thrombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali
pusatjuga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi
3. Kejang neonatus
Kejang pada neonates bukanlah suatu penyakit, namun merupakan
suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang
atau adanya kelainan susunan syaraf pusat. Penyebab utama terjadinya
kejang adalah kelainan bawaan otak, sedangkan sebab sekunder adalah
gangguan metabolic atau penyakit lain seperti penyakit infeksi. Di Negara
berkembang, kejang pada neonates sering disebabkan oleh tetanus
neonatorum, sepsis, meningitis, ensefalitis, perdarahan otak dan cacat
bawaan.
4. BBLR
5. Hiperbilirubin
6. Sepsis neonatorum
7. Sindrom gangguan nafas
BONDING ATTACHMENT

 PENGERTIAN
Bonding attachment terjadi pada kala IV, ketika terjadi kontak antara
ibu, ayah dan anak yang berada dalam ikatan kasih. Bonding merupakan
suatu ketertarikan mutual pertama antar individu, pertemuan pertama
kali antara orang tua dan anak. Sementara itu attachment adalah suatu
perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan
individu lain.
Dampak positif yang dapat diperoleh dari bonding attachment adalah bayi merasa
dicintai, diperhatikan, dipercayai, merasa aman, serta berani mengadakan
eksplorasi, menumbuhkan sikap social. Hambatan dalam melakukan bonding
attachment adalah kurangnya system dukungan, ibu dan bayi yang berisiko,
kehadiran bayi yang tidak diinginkan. Jika bonding attachment terhambat, maka
perkembangan tingkah laku anak juga akan terhambat.
 TAHAP-TAHAP BONDING ATTACHMENT
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,
memberikan sentuhan, mengajak berbicara dan mengeksplorasikan
segera setelah mengenal bayinya, hal ini merupakan bagian terpenting.
2. Keterikatan (bonding)
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain
 ELEMEN-ELEMEN BONDING ATTACHMENT
1. Sentuhan
2. Kontak mata
3. Suara
4. Aroma
5. Hiburan
6. Bioritme
7. Kontak dini
8. Kehangatan tubuh
9. Waktu pemberian kasih saying
10. Stimulasi hormonal
 PRINSIP-PRINSIP, UPAYA MENINGKATKAN BONDING ATTACHMENT

1. Bonding attachment dilakukan dimenit pertama dan jam pertama


2. Orang tua merupakan orang yang menyentuh bayi pertama kali
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis
4. Orang tua ikut terlibat dalam proses persalinan
5. Persiapan (perinatal care-PNC) sebelumnya
6. Cepat melakukan proses adaptasi
7. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan
rasa sakit ibu dan memberi rasa nyaman
8. Tersedianya fasilitas untuk kontak lebih lama
9. Penekanan pada hal-hal positif
10. Libatkan anggota keluarga lainnya
11. Pemberian informasi bertahap mengenai bonding attachment
ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN
DI LUAR UTERUS

 Fisiologi neonatus
 Sistem pernafasan
 Peredaran darah
 Suhu tubuh
 Metabolisme
 Keseimbangan air dan fungsi ginjal
 Imunoglobulin
 Traktus digestivus
 Hati
 Keseimbangan asam basa
Cara mempertahankan suhu, meningkatkan
bonding attachment
 Metode kangguru
FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR

1. DETAK JANTUNG BAYI


 Detak jantung BBL 120-160 x/mnt
 Hitung dengan stetoskop 2 jari diatas dada selama 1 menit
 Jika < 100x/mnt : pertolongan medis

2. REFLEKS
 Gerak badan alami & reaksi tanpa berfikir sesuatu
 Refleks yang baik : tanda otak dan syaraf bekerja baik
 Refleks BBL antara lain :
 Meringis, bila jari dimulut bayi : menghisap
 Moro : Bayi jika direbahkan, ada suara keras, bayi akan menghempaskan lengan lebar-lebar
 Bersin : bayi direaksi terhadap lender dan air
3. TONUS OTOT
 Tonus otot baik : lengan kaki perpegang erat kuat pada badan, siku lengan
dan lutut menekuk
 Tonus otot lemas : kaki & lengan lepas terbuka : stimulasi dengan gosok
punggung
 Jika tonus otot sangat lemah : coba bersihkan mulut & hidung
4. PERNAFASAN
 BBL harus mencobabernafas dalam waktu 1-2 menit setelah lahir
 BBL bernafas 60x/menit dalam 2 jam pertama setelah lahir
 Cuping hidung membesar ketika bernafas
 Kulit dibawah iga bergerak ketika mengambil nafas
5. WARNA
 BBL : warna biru dengan cepat berubah menjadi merah dalam 1-2 menit
 Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering
 Membantu bayi mulai menyusu
 Mengobati mata
 Pemberian erythromycin 0,5%, oksitetracyklin 1%
 Jika mata bengkak/ bernanah : bantuan
 Ibu bisa juga mempunyai infeksi vagina tanpa diketahui
 Berikan injeksi Vik K1 : dosis 1 mg/im
6. KONTROL SUHU PADA NEONATUS
 Dalam kandungan suhu tubuh ibu lebih hangat daripada suhu diluar
 Saat lahir kemampuan BBL belum baik : BBL basah : dapat menurunkan
suhu tubuh
 Kehilangan suhu tubuh disebabkan oleh karena penguapan cairan dari
permukaan tubuh bayi : dapat dicegah dengan cara dikeringkan, kontak
langsung dengan ibu (skin to skin), diselimuti
7. CIRI-CIRI KEHILANGAN PANAS
 Evaporasi
Menguapnya cairan dari kulit bayi yang basah
 Radiasi
Kehilangan panas karena tubuh bayi yang lebih panas menyentuh permukaan
yang lebih dingin, misalnya ruangan ber-AC
 Konduksi
Kehilangan panas karena berhubungan langsung dengan alat/ benda yang
lebih dingin, misalnya popok yang basah, ditimbang tanpa kain
 Konveksi
Terjadi bila bayi berada diruangan terbuka/ relative lebih dingin, misalnya :
tempat tidur dekat jendela
8. CIRI-CIRI BAYI NORMAL
a. Penampilan
 BB 2.500-4000 gr
 PB 50 cm, lingkar kepala 31-36 cm
 Kepala berukuran seperempat tubuhnya
 Tubuh lentur
 Saat terlentang : kepala condong kesamping
 Posisi telungkup, bokong terangkat, lutut menekuk menyentuh perut, kepala
miring kesamping
b. Kulit
 Vernic caseosa terserap dalam beberapa jam
 Warna kulit kemerahan (tergantung etnis)
 Kuku panjang, kadang melebihi ujung jari
 Rambut halus dan lembut
c. Alat kelamin dan Payudara
 BBL memiliki jaringan payudara
 Bayi laki-laki testis turun di skrotum
 Bayi perempuan labia mayora menutupi labia minora
d. Mata
 Adanya pembengkakan merah, perhatikan : bayi besar/ kecil, gemuk/ kurus, sesuai tidak
lengan, kaki dan kepala, BBL tegang/ tenang, aktif/ pasif
ASUHAN BAYI BARU LAHIR

TUJUAN
 Mampu melakukan penilaian awal & langkah esensial asuhan BBL
 Pencegahan infeksi pada BBL
 Menjaga temperature & mencegah kehilangan panas tubuh
 Memahami manfaat kontak dini (termasuk asupan dini ASI) & rawat gabung ibu-bayi
 Melakukan profilaksis gangguan pada mata
 Menjelaskan cara yang benar dalam pemberian ASI/ laktasi
 Melakukan perawatan & mencegah gangguan pada payudara
 Melakukan inisiasi pernafasan pada asfiksia
 Mengenali kondisi kesehatan BBL yang memerlukan pelayanan rujukan/ tindakan
lanjutan
 Penatalaksanaan bayi dengan pewarnaan meconium pada cairan ketuban
PENATALAKSANAAN AWAL BBL
 Penilaian awal
 Mencegah kehilangan panas tubuh
 Rangsangan taktil
 Merawat tali pusat
 Memulai pemberian ASI
 Pencegahan infeksi, termasuk profilaksis gangguan mata
PENILAIAN AWAL
 Menangis kuat/ bernafas tanpa kesulitan
 Warna kulit bayi (merah muda, pucat atau kebiruan)
 Gerakan, posisi ekstremitas/ tonus otot bayi
PENCEGAHAN INFEKSI
 Cuci tangan sebelum & setelah kontak dengan bayi
 Gunakan sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan
 Semua peralatan sudah di DTT & jangan menggunakan alat dari bayi yang
satu dengan lainnya sebelum diproses dengan benar
 Pastikan handuk, pakaian, selimut, kain dsb dalam keadaan bersih sebelum
dipakaikan pada bayi, termasuk penggunaan timbangan, pita pengukur,
stetoskop & peralatan lainnya
MEKANISME KEHILANGAN PANAS TUBUH
 Tubuh BBL belum mampu melakukan regulasi temperature tubuh sehingga
apabila penanganan pencegahan kehilangan panas tubuh & lingkungan
sekitar tidak disiapkan dengan baik, maka bayi dapat mengalami hipotermi
yang dapat mengakibatkan bayi menjadi sakit/ mengalami gangguan fatal
 Evaporasi
 Konduksi
 Konveksi
 Radiasi
PENCEGAHAN KEHILANGAN PANAS TUBUH
 Keringkan tubuh bayi dengan handuk bersih, kering & hangat
 Selimuti
 Tutup bagian kepala bayi
 Minta ibu untuk mendekap tubuh bayi & segera menyusukan bayinya
 Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
 Jangan segera menimbang (tanpa tutup tubuh) & memandikan bayi
REKOMENDASI UNTUK MEMANDIKAN BAYI
 Tunggu minimal 6 jam sebelum memandikan bayi (tunggu lebih lama untuk
bayi asfiksia/ hipotermi)
 Lakukan setelah temperature suhu 36,5-37,5
 Memandikan dalam ruangan yang hangat & tidak banyak hembusan angin
 Mandikan secara cepat dengan menggunakan air hangat, segera keringkan
tubuhnya dengan handuk bersih, kering dan hangat dan segera kenakan
pakaiannya
 Tempatkan didekat ibunya & beri ASI sedini mungkin
MERAWAT TALI PUSAT
 Sementara menggunakan sarung tangan, bersihkan cemaran/ darah dalam
larutan klorin 0,5%
 Bilas dengan air matang/ DDT kemudian keringkan dengan handuk
 Ikat dengan simpul kecil tali pusat pada 1 cm dari pusat bayi dengan tali/
penjepit
 Lepaskan klem penjepit tali pusat & masukkan dalam klorin 0,5%
 Jangan kompres/ membungkus tali pusat (pengolsan alcohol/ povidone
iodine pada putung tali pusat masih dibolehkan selama tidak menyebabkan
tali pusat basah/ lembab)
NASEHAT BAGI IBU ATAU KELUARGANYA UNTUK MERAWAT TALI
PUSAT
 Lipat popok dibawah putung tali pusat
 Jika putungnya kotor, bersihkan dengan air matang/ DDT kemudian
keringkan kembali secara seksama
 Warna kemerahan/ timbulnya nanah pada pusar/ putung tali pusat adalah
tanda abnormal (bayi tersebut harus dirujuk untuk penanganan lebih
lanjut)
MULAI PEMBERIAN ASI
 Pastikan pemberian ASI dimulai dalam 1 jam setelah bayi lahir
 Anjurkan ibu memeluk & menyusukan bayinya setelah tali pusat dipotong
 Lanjutkan pemberian ASI setelah plasenta lahir & tindakan lain yang
diperlukan, setelah selesai dilaksanakan
 Minta anggota keluarganya membantu ibu menyusukan bayinya
PEDOMAN UMUM MENYUSUI
 Mulai dalam 1 jam setelah bayi lahir
 Jangan berikan makanan/ minuman lain selain ASI
 Pastikan ASI diberikan hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi
 Berikan ASI setiap saat (siang & malam) bila bayi membutuhkannya

PEMBERIAN ASI SECARA DINI


 Merangsang produk ASI
 Memperkuat reflex hisap bayi
 Promosi keterikatan pasif melalui kolostrum
 Merangsang kontraksi uterus (untuk involusi)
CARA MENYUSUI
 Peluk tubuh bayi & hadapkan mukanya ke payudara ibu sehingga
hidungnya berada di depan puting susu
 Dekatkan mulut bayi ke payudara bila tampak tanda-tanda siap menyusui
 Cara menempelkan mulut pada payudara : sentuhkan dagu bayi pada
payudara, tempelkan mulutnya (yang terbuka lebar) pada putting susu
sehingga melingkupi semua areola mamae (bibir bawahnya melingkupi
putting susu)
 Perhatikan gerakan menghisap & jaga agar hidung bayi tidak tertutup oleh
payudara
PERAWATAN PAYUDARA
 Pastikan putting susu dan areola mamae selalu dalam keadaan bersih
 Gunakan kain bersih untuk menyeka putting susu & gunakan sedikit ASI
sebagai pelembab
 Lecet & retak bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI, ajarkan
cara menyusukan yang benar untuk menghindarkan lecet/ retak dan
kurangnya asupan untuk bayi
 Ajarkan cara untuk mengenali & mencari pertolongan bila terjadi
bendungan ASI/ mastitis
TETES MATA PROFILAKSIS
 Gunakan tetes mata perak nitrat 1%, salep tetrasiklin 1%, atau salep eritromisin
0,5%
 Berikan dalam 1 jam pertama kelahiran
 Setelah pemberian tetes mata profilaksis, kembalikan bayi pada ibunya untuk
disusukan
MECONEUM PADA CAIRAN KETUBAN
 Berkaitan dengan adanya gangguan intrauterin bayi terutama bila konsistensinya
kental/ jumlahnya berlebihan
 Menimbulkan masalah apabila terjadi aspirasi ke dalam saluran nafas BBL
 Walaupun bayi tampak bugar, tetap lakukan pemantauan terhadap kemungkinan
terjadinya penyulit
KONDISI BAYI YANG MEMERLUKAN RUJUKAN
 Bayi dengan kelainan bawaan (hidrosefalus, mikrosefalus, megakolon, bibir
sumbing)
 Bayi dengan gejala & tanda infeksi, tidak dapat menyusu atau keadaan
umumnya jelek
 Asfiksia & tidak memberi respon yang baik terhadap tindakan resusitasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai