Anda di halaman 1dari 60

KEBUDAYAAN ACEH

Presented by:
v v v v v v

Afrisa Ayu Ira Riska Akhmad Heni Khurohman Hasbi Rama Satria Murdiono Resti Astuto Safrul Munir
4/2/12

PETA ACEH

4/2/12

PENDAHULUAN

Aceh atau sering dikenal dengan Serambi Mekkah merupakan salah satu daerah istimewa di Indonesia yang memiliki ragam budaya yang unik dan menarik
Unsur-unsur

budaya yang terdapat di Aceh telah memperkaya keranekaragaman budaya Indonesia, begitu pula dengan produk budaya yang dihasilkan.
4/2/12

IDENTIFIKASI GEOGRAFI

Merupakan Propinsi paling barat Indonesia dengan luas 57.365,57 km2, diapit oleh Samudera Hindia dan Selat Malaka. Batas-batas :

Utara Timur Barat

: Laut Andaman : Selat Malaka : Samudera Hindia


4/2/12

Selatan: Sumatera Utara

SEJARAH ACEH

Kerajaan Islam pertama yang berdiri di Aceh adalah Kerajaan Perlak pada tahun 840 M (225 H). Pada tahun 1511, penguasaan pelabuhan di Malaka oleh Portugis telah menyebabkan banyak pedagang Arab dan India memindahkan perdagangan ke Aceh. Kemunduran Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan Iskandar Tsani pada tahun 1641 disebabkan penguasaan perdagangan oleh Inggris dan Belanda. Perang Aceh, yang berlangsung dari 1873 hingga 1942 (tetapi tidak berlanjut-lanjut), merupakan 4/2/12 sebuah peperangan paling lama menghadapi

IDENTIFIKASI PEMERINTAHAN

Kabupaten Aceh Barat Kabupaten Aceh Barat Daya Kabupaten Aceh Besar Kabupaten Aceh Jaya Kabupaten Aceh Selatan Kabupaten Aceh Singkil Kabupaten Aceh Tamiang Kabupaten Aceh

Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Bener Meriah Kabupaten Bireuen Kabupaten Gayo Lues Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Pidie Kota Banda Aceh
4/2/12

SEJARAH NAMA ACEH


Aceh => Aci, artinya adik Aceh => Acai, artinya cantik Aceh = Acas (Minangkabau), Lam Muri (Melayu), Lambri (Marcopolo), Acheh (Belanda), Achen (Portugis), Achin (Inggris), Asyi (Arab). Aceh = Ureung Aceh

4/2/12

SUKU BANGSA DI ACEH


Aceh Gayo Alas Tamiang Aneuk Jamee Simeuleu Kluet Gumbok Cadek
4/2/12

MATA PENCARIAN
Mata pencaharian pokok orang Aceh adalah bertani di sawah dan ladang, dengan tanaman pokok berupa padi, cengkeh, lada, pala, kelapa, dan lain-lain. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai pada umumnya menjadi nelayan. Sebagian besar orang Alas hidup dari pertanian di sawah atau ladang, terutama yang bermukim di kampung (kute). Tanam Alas merupakan lumbung padi di Daerah Istimewa Aceh. Di samping itu penduduk beternak kuda, kerbau, sapi, dan kambing, untuk dijual atau dipekerjakan di sawah. Mata pencaharian utama orang Aneuk Jamee adalah bersawah, berkebun, dan berladang, serta mencari ikan bagi penduduk yang tinggal di daerah pantai. Di samping itu ada yang melakukan kegiatan berdagang secara tetap (baniago), salah satunya dengan cara menjajakan barang dagangan dari kampung ke kampung (penggaleh). Matapencaharian pada masyarakat Gayo yang dominan adalah berkebun, terutama tanaman kopi. Matapencaharian utama orang style Click to edit Master subtitle Tamiang adalah bercocok tanam padi di sawah atau di ladang. Penduduk yang berdiam di daerah pantai menangkap ikan dan membuat aran dari pohon bakau. Adapula 4/2/12

SISTEM KEMASYARAKATAN DAN KEKERABATAN


Masyarakat Aceh Struktur masyarakat berdasar asal daerah Struktur masyarakat berdasar masalah yang diurus Struktur masyarakat berdasar strata / pola hidup Adat kelahiran dan perkawinan

4/2/12

MASYARAKAT ACEH

Semasa masih sebagai kerajaan, Aceh Rayeuk (Aceh Besar) merupakan inti Kerajaan Aceh (Aceh Proper) dan telah menyebarkan sebagian penduduknya ke darah-daerah lain di sekitarnya. Terdapat beberapa kelompok etnis, yaitu etnis Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk Jamee, Kluet, Simeulue, dan Singkil, dimana memiliki kekhasan tersendiri seperti bahasa, sastra, nyanyian, tarian, musik dan adat4/2/12

STRUKTUR MASYARAKAT ASAL DAERAH

Dikelompokkan menjadi 4(empat) Kawom atau sukee :

Kawom atau sukee lhee reutoh (dari Mante Batak) Kawom atau sukee imuem peut (agama Hindu atau dari India) Kawom atau sukee tol Batee (etnis lainnya) Kawom atau sukee Ja Sandang (imigran Hindu yang telah beragama Islam)

4/2/12

STRUKTUR MASYARAKAT ASAL DAERAH


Narit Maja: Falsafah hidup rakyat Aceh
a. b. c. d.

Adat Bak Poe Teumeureuhom Hukom Bak Syiah Kuala Qanun Bak Putroe Phang Reusam Bak Lakseumana yang semuanya bersumber dari Adat ngon agama lagei zat ngon sifeut

4/2/12

KAWASAN PENGEMBANGAN APRESIASI ADAT

Gampong:

Kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu.

Mukim:

Kesatuan masyarakat hukum yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu 4/2/12 dan harta kekayaan sendiri.

STRUKTUR MASYARAKAT MASALAH YANG DIURUS


Lapisan masyarakat Aceh yang paling menonjol dapat dikelompokkan pada dua golongan, yaitu :

golongan Umara golongan Ulama

4/2/12

UMARA
Umara dapat diartikan sebagai pemerintah atau pejabat pelaksana pemerintah dalam satu unit wilayah kekuasaan. Contohnya seperti jabatan Sultan yang merupakan pimpinan atau pejabat tertinggi dalam unit pemerintahan kerajaan, Uleebalang sebagai pimpinan unit Pemerintah Nanggroe (negeri), Panglima Sagoe (Panglima Sagi) yang memimpin unit pemerintahan Sagi, Kepala Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan Mukim dan Keuchiek atau Geuchiek yang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan4/2/12 Gampong

MACAM-MACAM GOLONGAN ULAMA

Tengku Meunasah, yang memimpin masalah keagamaan pada satu unit pemerintah Gampong. Imum Mukim (Imam Mukim), yaitu yang mengurusi masalah keagamaan pada tingkat pemerintahan mukim. Qadli (kadli), yaitu orang yang memimpin pengadilan agama atau yang dipandang mengerti hukum agama pada tingkat kerajaan dan juga pada tingkat Nanggroe.

4/2/12

STRUKTUR MASYARAKAT STRATA / POLA HIDUP

Diatur oleh hukum adat yang berdasarkan kaidahkaidah hukum agama Islam. Susunan masyarakat :

Golongan Rakyat Biasa Golongan Hartawan Golongan ulama/cendekiawan Golongan kaum bangsawan
4/2/12

SISTEM KEKERABATAN

Bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah menikah bersifat matrilokal, yaitu tinggal di rumah orangtua istri selama beberapa waktu. Sedangkan anak merupakan tanggung jawab ayah sepenuhnya.

4/2/12

ADAT ACEH MENGENAI KELAHIRAN DAN KEMATIAN


Rangkaian : 1 Meunineum, biasa juga disebut Keumaweueh 2 Kelahiran Bayi 3 Upacara Adat Peucicap 4 Peusijuek Dapu dan Peutron Aneuk (pada hari ke-44 setelah anak dilahirkan yaitu setelah Madeueng)
4/2/12

ADAT ACEH MENGENAI KELAHIRAN DAN KEMATIAN


5 Peutron Aneuk 6 Menyerahkan Anak ke tempat Pengajian 7 Upacara Sunat Rasul (Khitan)

8 Upacara Adat dalam Menyelesaikan Persengketa 9 Pertunangan Menjelang Pernikahan 10 Ba Ranub Kong Haba
4/2/12

ADAT ACEH MENGENAI KELAHIRAN DAN KEMATIAN


11 Upacara Adat Perkawinan (Woe Linto) 12 Mampleue (Mempelai) Woe Linto 13 Upacara Sesudah Mampleue 14 Tueng Dara Baro

4/2/12

PRODUK BUDAYA

Bahasa Pakaian adat dan perhiasan pengantin Tarian tradisional Alat musik tradisional Senjata Permainan tradisional Tempat wisata Makanan tradisional

4/2/12

BAHASA

Masyarakat Aceh menggunakan Bahasa Aceh dan Bahasa Indonesia. Bahasa Aceh terdiri dari beberapa dialek, di antaranya dialek Peusangan, Banda, Bueng, Daya, Pase, Pidie, Tunong, Seunagan, Matang, dan Meulaboh, dialek Banda.

4/2/12

PAKAIAN ADAT DAN PERHIASAN PENGANTIN


PAKAIAN ADAT PERHIASAN PENGANTIN

kereusen g

Patam dhoe

peunit i

Subang aceh

Taloe jeuem

Simplah 4/2/12

TARIAN ACEH Tari Saman Tari Likok Pulo Laweut Tari Pho Tari Seudati dll

4/2/12

ALAT MUSIK TRADISIONAL


Serune

Kalee

Gendang

(Geundrang)
Canang Rapai
4/2/12

SENJATA TRADISIONAL
Reuncong

(Rencong)
Siwaih Peudeung Tombak

(pedang)
4/2/12

PERMAINAN TRADISIONAL

Geulayang Tunang Kude leumo

Geudeue-geudeue Pacu

Peupok Bola

Keranjang (bahasa gayo: tipak rege) 4/2/12

TEMPAT WISATA

Kerkhoff Krueng Raya Pantai Ujong Batee Lamreh Benteng Indra Patra Makam

Masjid Raya Baiturrahman Museum Negeri Aceh Pantai Lhoknga Dan Lampuuk Taman Sari Monumen RI Pendopo Gubernur
4/2/12

MAKANAN TRADISIONAL

Bebek Bakar Kari Kambing Martabak Aceh Mie Aceh Mie Kepiting Gule pleeu
4/2/12

AGAMA DAN KEPERCAYAAN


Islam merupakan agama yang dominan yaitu sekitar 98% dari populasi. Masyarakat asli Aceh terutama beragama Islam, dan sisanya adalah agama Budha, Kristen dan Hindu yang dianut oleh keturunan Jawa, Cina, Batak dan India. Kendati demikian kehidupan beragama di Aceh cukup harmonis dengan toleransi yang cukup tinggi. Sarana 4/2/12 peribadatan seperti mesjid dan

AGAMA DAN KEPERCAYAAN

Adat Aceh mengenal upacara ritual kematian Banyak rakyat Aceh yang masih memercayai makhluk halus, seperti berbagai jin (jen apui, si bujang itam, burong, geunteut, beunot, dan burong tujoh), dll.

4/2/12

PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI


Perubahan-perubahan bergerak sangat lambat. Penyebab :


faktor asing keamanan yang kurang komunikasi yang buruk sikap apatis terhadap gagasan untuk membangun

Sebenarnya Aceh mempunyai potensi yang besar untuk membangun, hanya cara menggerakkannnya yang kurang. 4/2/12

UU OTONOMI KHUSUS

Adanya lembaga Wali Nanggroe Adanya Mahkamah Syariah Adanya Qanun Peningkatan keamanan

4/2/12

PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN ACEH

Salah memahami konsep kebudayaan pada akhirnya hanya akan melahirkan pembangunan kebudayaan yang kurang tepat. Kebudayaan sering dikonkretkan kepada tarian, rumah adat, pakaian adat, dan lain-lain yang akhirnya akan memberi pemahaman kepada konsep kebudayaan yang sangat sempit.

4/2/12

Dalam dinamika proses pewarisan beberapa unsur budaya luhur memudar atau bahkan menghilang seiring semakin menguatnya pengaruh globalisasi yang membayangi masyarakat Aceh. Setiap kebudayaan masyarakat bangsa di mana pun di dunia selalu mengalami pasang surut, hal ini dapat sebabkan oleh:

faktor politik yang tidak menentu perebutan kekuasaan konflik sosial lainnya

4/2/12

Pemahaman orang Aceh terhadap identitas mengkonkretkan pada hal-hal, antara lain : bahasa Aceh terbuka terhadap tamu bahasa Aceh sangat kurang dipergunakan mengingat masyarakat yang hidup di Banda Aceh sudah cenderung heterogen.
4/2/12

Penggunaan

4/2/12

Suku Alas
Orang Alas berasal dari kabupaten Aceh Tenggara yang lazim disebut Tanah Alas. Suku bangsa ini dianggap sebagai pecahan dari suku bangsa Gayo. Kata "alas" sendiri dalam bahasa Gayo berarti "tikar", dan nama ini mungkin ada hubungannya dengan keadaan wilayah pemukiman orang Alas yang terbentang luas seperti tikar terkembang di sela-sela Bukit Barisan. Jumlah penduduknya diperkirakan sekitar 90.000 jiwa lebih. Sebagai alat komunikasi sehari-hari orang Alas menggunakan bahasa sendiri, yaitu bahasa Alas. Penggunaan bahasa ini 4/2/12

Suku Aneuk Jamee


Suku bangsa Anak Jamek atau Aneuk Jamee di kecamatan Samadua dan Manggeng, Kabupaten Aceh Selatan. Jumlah populasinya diperkirakan sekitar 14.000 jiwa. Aneuk Jamee dalam bahasa Aceh secara harfiah berarti "anak tamu" atau pendatang. Orang Aneuk Jamee diduga pada mulanya adalah orang Minangkabau yang berasal 4/2/12 dari daerah Rao, Pariaman. Lubuk

Suku Gayo
Orang Gayo berdiam di Kabupaten Aceh Tengah, sebagian lain di Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Timur, terutama di sekitar Danau Laut Tawar. Tempat bermukim orang Gayo disebut Tanoh Gayo (Tanah Gayo). Diperkirakan jumlah orang Gayo seluruhnya sekitar 120.000 jiwa.

4/2/12

Suku Gumbak Cadek

Suku bangsa ini dikenal pula dengan nama orang Muslim Gunung Kong atau Orang Cumbok. Mereka hidup dari peladangan berpindah di hutan-hutan kabupaten Aceh Barat. Sebagian di antara mereka telah menetap di daerah gunung Kong, Kecamatan Baril Makmur, sedangkan sisanya masih tersebar di sekitar Blang (tanah) Teripa dan Krueng (sungai) Teripa. Mereka memang hidup terpencil dari sukubangsa lain, karena itu ada yang menganggap mereka masyarakat "terasing". Pemimpin kharismatik mereka disebut raja gunong. Dalam pergaulan sehari-hari orang Gumbak Cadek menggunakan suatu bahasa yang merupakan gabungan dialek Aceh Gayo. 4/2/12 Sedangkan sistem keyakinan mereka merupakan

Suku Simeuleu
Sukubangsa ini mendiami Pulau Simeuleu di Kabupaten Aceh Barat. Jumlah penduduknya sekarang diperkirakan sekitar 60.000 jiwa. Pulau ini dikenal pula dengan nama pulau Ue atau pulau kelapa, karena daerah ini banyak banyak menghasilkan kelapa. Nama Simeuleu dalam bahasa Aceh berarti "Cantik". Pulau Simeuleu dikenal dengan nama Simalur atau Simalul

4/2/12

Suku Tamiang
Orang Tamiang mendiami beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Timur, yang dahulu merupakan wilayah administratif Kawedanan Tamiang. Diperkirakan saat ini orang Tamiang berjumlah sekitar 125.000 jiwa lebih. Nama Tamiang berasal dari kata itam yang berarti "hitam" dan mieng yang berarti "pipi". Sebutan ini timbul karena seorang raja dari 4/2/12 Kerajaan Tamiang mempunyai

Kelahiran Bayi
Setelah bayi lahir dan setelah dibersihkan, maka kalau bayi tersebut lakilaki diazankan ditelinga kanan dan kalau bayi tersebut perempuan diqamatkan ditelinga kiri, yang dilakukan olah Ayah si bayi ataupun oleh kerabat tertua yang terpandang alim dalam keluarga.

4/2/12

Upacara Adat Peucicap


Menurut penyelidikan kami kepada orang-orang tua, bawah upacara ini dilakukan pada hari ke-7 setelah bayi dilahirkan, yaitu kepada bayi tersebut dicicipi Madu Lebah, Kuning Telur dan Air Zam-zam. Oleh pihak orang tua si suami dibawakan seperangkat keperluan bayi tersebut, yaitu ija (kain) ayunan, ija geudong (kain pembalut) bayi, ija tumpe (popok), tilam, bantal dan tali ayun (tali ayunan). Kalau di kalangan kaum hartawan ada juga yang membawa tali ayun dari emas. Selain itu juga diberikan sepersalinan pakaian kepada si istri yang baru melahirkan, 4/2/12

Peutron Aneuk

Anak yang telah berumur 44 hari tersebut diturunkan kehalaman dengan dipayungi dan kaki anak tersebut diinjakkan ke tanah (peugiho tanoh). Pada upacara ini diatas kepala si anak dibelah Buah Kelapa dengan alas kain putih yang dipegang oleh 4 orang. Kelapa yang telah dibelah tersebut, sebelah diberikan kepada pihak orang tua suami dan sebelah lagi diberikan kepada pihak orang tua si istri, dengan tujuan supaya kedua belah pihak tetap kekal dalam persatuan, rukun damai, kompak dan teguh dalam persaudaraan. Selanjutnya diadakan pembakaran petasan (mercon) dan disuruh orang-orang yang tangkas dan ahli bermain pedang mempertunjukkan ketangkasan dengan mencincang batang pisang, supaya anak tersebut nanti berani dalam menghadapi peperangan membela negara, dan dapat menjadi Panglima Perang yang tangkas dan arif bijaksana. Selanjutnya anak tersebut ditempatkan ke dalam sebuah balai di halaman, dengan tujuan supaya anak tersebut nanti dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dan dapat menjadi orang terkemuka dalam 4/2/12 Masyarakat. Setelah Upacara tersebut barulah anak itu

Menyerahkan Anak ke tempat Pengajian


Setelah anak berumur 7 tahun, anak tersebut dihantar oleh orang tuanya ketempat pengajian (Guru Mengaji), kalau anak lelaki ke tempat pengajian anak-anak laki-laki, kalau anak perempuan ke tempat pengajian anak perempuan dengan guru wanita. Pada waktu mengantar anak tersebut dibawa serta ketan kuning dengan tumpo dan ayam panggang, pisang abin beberapa sisir, kain putih 6 hasta, sehelai kain sarung, sedekah sekedarnya dan Beureuteh (Beras padi digongseng) dicampur kembang. Oleh Guru mengaji dibagi-bagikan makanan yang dibawa 4/2/12

Upacara Sunat Rasul (Khitan)


Sunat Rasul dilakukan setelah anak berumur antara 10 sampai 13 tahun. Anak tersebut diberi berpakaian adat didudukkan di atas pelaminan di mana diadakan acara Peusijeuk dengan setawar sedingin, beras padi serta dipesunting dengan ketan oleh kaum kerabat pihak ayah dan ibu serta teumeuntuk (pemberian) uang oleh kaum kerabat. Selain itu juga ada teumeuntuk uang dari pihak tamu yang diundang kepada orang tua si anak, ataupun hantaran berupa benda. Pada upacara Sunat Rasul ini diadakan jamuan kenduri, yang bagi rakyat 4/2/12

Pertunangan Menjelang Pernikahan

Kalau seorang anak lelaki yang telah dewasa hendak dijodohkan dengan anak perempuan dari seseorang, terlebih dulu diutus seorang yang bijak dalam berbicara untuk mengadakan urusan perjodohan (meuselungoue), dan pada orang tua dari anak perempuan.
4/2/12

Ba Ranub Kong Haba

Pada hari yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak maka datanglah serombongan orang tuatua dari pihak lelaki kepada pihak orang tua perempuan dengan membawa sirih penguat ikatan (ranub kong haba), yaitu sirih lengkap dengan alat-alatnya dalam cerana, pisang talon (Pisang Raja dan Wajib 1 Talam), ada juga yang disertakan kain baju. Selain itu juga dibawa benda mas 1 atau 2 mayam dengan ketentuan menurut adat kalau ikatan ini putus disebabkan oleh pihak lelaki yang memutuskannya, maka tanda mas tersebut hilang. Tetapi kalau ikatan putus disebabkan karena pihak perempuan yang memutuskannya, 4/2/12 maka tanda mas tersebut harus dikembalikan

Upacara Adat Perkawinan (Woe Linto)


Tiga hari sebelum naik Pengantin (Woe Linto) terlebih dahulu oleh pihak pengantin laki (Linto) diantar kepada pihak pengantin perempuan (Dara Baro) sirih inai (Ranub Gaca), Ranub lipat/Ranub Gapu 1 hidang, 1 hidang alat-lat pakaian Dara Baro, 1 Hidang Breueh Pade, 1 hidang telur rebus yang 4/2/12 diberi berwarna, setawar

Mampleue (Mempelai) Woe Linto

Pada upacara mempelai Linto diberi berpakaian Adat dan dihantar ke rumah Dara Baro beramai-ramai, dengan didahului oleh orang tua yang bijak, dan Linto diapit oleh anak-anak muda yang sebaya. Bawaan dari pihak Linto ialah Jeunamee (mahar atau mas kawin) seumpama1 bongkol mas, diisi dalam cerana beserta Jinong Kunyet dariBeras Padi. Cerana dibungkus dengan kain Sutra Kuning yang pada ujung kain diletakkan bohru dari emas, ranub rajeu atau ranub peurakan, kue-kue (peunajoh) wajeb, meuseukat, dhoi-dhoi, bhoi, penajoh tho keukarah, bungong kayee, dan lain-lain. Di halaman rumah Dara Baro rombongan Linto dijemput (dinantikan) oleh orang tua dari pihak Linto diberi salam dengan kata-kata bersanjak yang disambut pula dengan kata-kata halus bersanjak oleh pihak Dara Baro. Setelah itu Linto dibawa naik ke rumah, yang sewaktu tiba di tangga Linto disetawar-sedingin, dengan siraman air Mawar dan Beras Padi. Setiba di atas rumah Linto bersama rombongan ditempatkan di serambi, didudukkan di atas Pelaminan kecil, dimana diadakan jamuan makan, dan pernikahan Ijab Kabul. Ada juga pernikahan Ijab Kabul ini 4/2/12 didahulukan harinya sebelum upacara mempelai. Selain itu

Upacara Sesudah Mampleue


Upacara Petujoh, yaitu Linto pulang ke rumah Daro Baro dengan rombongan kira-kira 25 orang. Di halaman rumah Daro Baro diadakan Upacara penanaman Kelapa yang dilakukam oleh Linto bersama Dara Baro. Pada Upacara Peutujoh oleh ibu Dara Baro diadakan teumeutuek (pemberian) uang kepada Linto disertai sepersalinan pakaian. 4/2/12 Pemberian dari pihak orang tua

Tueng Dara Baro


Kira-kira hari ke-10 sampai 1 bulan, Dara Baro dijemput oleh ibu Linto dengan ranub Batee dan Gateng, Dara Baro dibawa ketempat Linto. Sesampainya di rumah Linto diadakan upacara, yaitu Peusijeuk Dara Baro dan Teumeutuek kepada Dara Baro yang dilakukan oleh ibu dan kerabat Linto. Tangan Linto dan Dara Baro dimasukkan ke dalam empang beras dan empang garam, sebagai ganti memberi tahu bahwa ini adalah rumahnya sendiri dan tahu dimana beras dan garam untuk perjanjian di masa-masa mendatang. Bawaan dari Dara Baro sewaktu pergi kerumah Linto adalah kue-kue Adat 3 hidang yang terdiri dari wajeb, dodoi, meusekat dan kue-kue kering lainnya serta ranub bate, kue-kue bawaan Daro Baro tersebut, oleh ibu Linto dibagi-bagikan kepada kerabat dan tetangga. Selanjutnya oleh orang tua pihak Linto dihadiahkan kepada Dara Baro sesuatu benda menurut kemampuan dan lazim yaitu hewan betina.

4/2/12

Tari saman

4/2/12

Meunineum, biasa juga disebut Keumaweueh

Pada waktu hamil pertama seorang istri, yang dinamakan Meutijeuem, sampai pada waktu hamil 5 bulan, oleh pihak orang tua perempuan yang hamil tersebut diadakan sedikit kenduri dengan disertai nasi ketan dan dipanggil ahli famili dari pihak istri yang hamil. Setelah ahli famili dari pihak istri berkumpul, maka diadakan upacara basuh Kepala (Rhah Ulee).Upacara meunieum ini ada juga dilakukan sewaktu seorang istri hamil setelah 7 bulan. Bahan makanan yang dibawa oleh pihak orang tua si suami ialah Bu Kulah yaitu nasi putih yang dibungkus dengan daun pisang berbentuk Piramid di dalam hidang, bu leukat (nasi ketan) untuk peusunting meunantu yang sedang hamil, disertai Ayam Panggang dan Tumpou. Maksud tujuan dari upacara adat 4/2/12 Meunineum ini pada mulanya ialah lebih

Peusijuek Dapu

Upacara peusijuek dapu (setawar sedingin tempat berdiang) dilakukan oleh orang tua dan ahli famili dari orang tua suami, yaitu orang tua pihak suami menyunting ketan kepada menantunya yang perempuan dengan uang Teumeutuek dan disertai dengan sepersalinan pakaian. Kalau di kalangan orang-orang bangsawan, selaian kepada menantu perempuan, juga turut diberi persalinan pakaian kepada orang-orang (dayang-dayang) yang turut serta mengasuh perempuan yang medeueng setelah melahirkan. Selain itu pada hari itu juga diadakan upacara turun anak kehalaman (Peutron Aneuk).

4/2/12

Upacara Adat dalam Menyelesaikan Persengketaan atau Perkelahian Antar Anak-Anak


Dalam suatu perkelahian antara anak-anak, jika terjadi pertumpahan darah (rho darah), oleh orang tua-tua kampung terus diadakan perdamaian di antara kedua belah pihak orang tua anak-anak yang berkelahi, dengan diwajibkan bagi pihak yang memukul dhirt kepada orang tua anak yang keluar darah, yaitu diwajibkan membawa ketan kuning, tumpou, kain putih 6 hasta, pakaian satu salin dan uang. Selama belum sembuh, segala urusan pengobatan ditanggung oleh pihak yang tidak rho darah dan dihadapkan orang-orang tua kampong kedua belah pihak orang tua anak-anak tersebut diadakan upacara bermaaf-maafan.
4/2/12

Anda mungkin juga menyukai