Presented by:
v v v v v v
Afrisa Ayu Ira Riska Akhmad Heni Khurohman Hasbi Rama Satria Murdiono Resti Astuto Safrul Munir
4/2/12
PETA ACEH
4/2/12
PENDAHULUAN
Aceh atau sering dikenal dengan Serambi Mekkah merupakan salah satu daerah istimewa di Indonesia yang memiliki ragam budaya yang unik dan menarik
Unsur-unsur
budaya yang terdapat di Aceh telah memperkaya keranekaragaman budaya Indonesia, begitu pula dengan produk budaya yang dihasilkan.
4/2/12
IDENTIFIKASI GEOGRAFI
Merupakan Propinsi paling barat Indonesia dengan luas 57.365,57 km2, diapit oleh Samudera Hindia dan Selat Malaka. Batas-batas :
SEJARAH ACEH
Kerajaan Islam pertama yang berdiri di Aceh adalah Kerajaan Perlak pada tahun 840 M (225 H). Pada tahun 1511, penguasaan pelabuhan di Malaka oleh Portugis telah menyebabkan banyak pedagang Arab dan India memindahkan perdagangan ke Aceh. Kemunduran Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan Iskandar Tsani pada tahun 1641 disebabkan penguasaan perdagangan oleh Inggris dan Belanda. Perang Aceh, yang berlangsung dari 1873 hingga 1942 (tetapi tidak berlanjut-lanjut), merupakan 4/2/12 sebuah peperangan paling lama menghadapi
IDENTIFIKASI PEMERINTAHAN
Kabupaten Aceh Barat Kabupaten Aceh Barat Daya Kabupaten Aceh Besar Kabupaten Aceh Jaya Kabupaten Aceh Selatan Kabupaten Aceh Singkil Kabupaten Aceh Tamiang Kabupaten Aceh
Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Bener Meriah Kabupaten Bireuen Kabupaten Gayo Lues Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Pidie Kota Banda Aceh
4/2/12
Aceh => Aci, artinya adik Aceh => Acai, artinya cantik Aceh = Acas (Minangkabau), Lam Muri (Melayu), Lambri (Marcopolo), Acheh (Belanda), Achen (Portugis), Achin (Inggris), Asyi (Arab). Aceh = Ureung Aceh
4/2/12
Aceh Gayo Alas Tamiang Aneuk Jamee Simeuleu Kluet Gumbok Cadek
4/2/12
MATA PENCARIAN
Mata pencaharian pokok orang Aceh adalah bertani di sawah dan ladang, dengan tanaman pokok berupa padi, cengkeh, lada, pala, kelapa, dan lain-lain. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai pada umumnya menjadi nelayan. Sebagian besar orang Alas hidup dari pertanian di sawah atau ladang, terutama yang bermukim di kampung (kute). Tanam Alas merupakan lumbung padi di Daerah Istimewa Aceh. Di samping itu penduduk beternak kuda, kerbau, sapi, dan kambing, untuk dijual atau dipekerjakan di sawah. Mata pencaharian utama orang Aneuk Jamee adalah bersawah, berkebun, dan berladang, serta mencari ikan bagi penduduk yang tinggal di daerah pantai. Di samping itu ada yang melakukan kegiatan berdagang secara tetap (baniago), salah satunya dengan cara menjajakan barang dagangan dari kampung ke kampung (penggaleh). Matapencaharian pada masyarakat Gayo yang dominan adalah berkebun, terutama tanaman kopi. Matapencaharian utama orang style Click to edit Master subtitle Tamiang adalah bercocok tanam padi di sawah atau di ladang. Penduduk yang berdiam di daerah pantai menangkap ikan dan membuat aran dari pohon bakau. Adapula 4/2/12
Masyarakat Aceh Struktur masyarakat berdasar asal daerah Struktur masyarakat berdasar masalah yang diurus Struktur masyarakat berdasar strata / pola hidup Adat kelahiran dan perkawinan
4/2/12
MASYARAKAT ACEH
Semasa masih sebagai kerajaan, Aceh Rayeuk (Aceh Besar) merupakan inti Kerajaan Aceh (Aceh Proper) dan telah menyebarkan sebagian penduduknya ke darah-daerah lain di sekitarnya. Terdapat beberapa kelompok etnis, yaitu etnis Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk Jamee, Kluet, Simeulue, dan Singkil, dimana memiliki kekhasan tersendiri seperti bahasa, sastra, nyanyian, tarian, musik dan adat4/2/12
Kawom atau sukee lhee reutoh (dari Mante Batak) Kawom atau sukee imuem peut (agama Hindu atau dari India) Kawom atau sukee tol Batee (etnis lainnya) Kawom atau sukee Ja Sandang (imigran Hindu yang telah beragama Islam)
4/2/12
Adat Bak Poe Teumeureuhom Hukom Bak Syiah Kuala Qanun Bak Putroe Phang Reusam Bak Lakseumana yang semuanya bersumber dari Adat ngon agama lagei zat ngon sifeut
4/2/12
Gampong:
Kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu.
Mukim:
Kesatuan masyarakat hukum yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu 4/2/12 dan harta kekayaan sendiri.
4/2/12
UMARA
Umara dapat diartikan sebagai pemerintah atau pejabat pelaksana pemerintah dalam satu unit wilayah kekuasaan. Contohnya seperti jabatan Sultan yang merupakan pimpinan atau pejabat tertinggi dalam unit pemerintahan kerajaan, Uleebalang sebagai pimpinan unit Pemerintah Nanggroe (negeri), Panglima Sagoe (Panglima Sagi) yang memimpin unit pemerintahan Sagi, Kepala Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan Mukim dan Keuchiek atau Geuchiek yang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan4/2/12 Gampong
Tengku Meunasah, yang memimpin masalah keagamaan pada satu unit pemerintah Gampong. Imum Mukim (Imam Mukim), yaitu yang mengurusi masalah keagamaan pada tingkat pemerintahan mukim. Qadli (kadli), yaitu orang yang memimpin pengadilan agama atau yang dipandang mengerti hukum agama pada tingkat kerajaan dan juga pada tingkat Nanggroe.
4/2/12
Diatur oleh hukum adat yang berdasarkan kaidahkaidah hukum agama Islam. Susunan masyarakat :
Golongan Rakyat Biasa Golongan Hartawan Golongan ulama/cendekiawan Golongan kaum bangsawan
4/2/12
SISTEM KEKERABATAN
Bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah menikah bersifat matrilokal, yaitu tinggal di rumah orangtua istri selama beberapa waktu. Sedangkan anak merupakan tanggung jawab ayah sepenuhnya.
4/2/12
8 Upacara Adat dalam Menyelesaikan Persengketa 9 Pertunangan Menjelang Pernikahan 10 Ba Ranub Kong Haba
4/2/12
4/2/12
PRODUK BUDAYA
Bahasa Pakaian adat dan perhiasan pengantin Tarian tradisional Alat musik tradisional Senjata Permainan tradisional Tempat wisata Makanan tradisional
4/2/12
BAHASA
Masyarakat Aceh menggunakan Bahasa Aceh dan Bahasa Indonesia. Bahasa Aceh terdiri dari beberapa dialek, di antaranya dialek Peusangan, Banda, Bueng, Daya, Pase, Pidie, Tunong, Seunagan, Matang, dan Meulaboh, dialek Banda.
4/2/12
kereusen g
Patam dhoe
peunit i
Subang aceh
Taloe jeuem
Simplah 4/2/12
TARIAN ACEH Tari Saman Tari Likok Pulo Laweut Tari Pho Tari Seudati dll
4/2/12
Kalee
Gendang
(Geundrang)
Canang Rapai
4/2/12
SENJATA TRADISIONAL
Reuncong
(Rencong)
Siwaih Peudeung Tombak
(pedang)
4/2/12
PERMAINAN TRADISIONAL
Geudeue-geudeue Pacu
Peupok Bola
TEMPAT WISATA
Kerkhoff Krueng Raya Pantai Ujong Batee Lamreh Benteng Indra Patra Makam
Masjid Raya Baiturrahman Museum Negeri Aceh Pantai Lhoknga Dan Lampuuk Taman Sari Monumen RI Pendopo Gubernur
4/2/12
MAKANAN TRADISIONAL
Bebek Bakar Kari Kambing Martabak Aceh Mie Aceh Mie Kepiting Gule pleeu
4/2/12
Adat Aceh mengenal upacara ritual kematian Banyak rakyat Aceh yang masih memercayai makhluk halus, seperti berbagai jin (jen apui, si bujang itam, burong, geunteut, beunot, dan burong tujoh), dll.
4/2/12
faktor asing keamanan yang kurang komunikasi yang buruk sikap apatis terhadap gagasan untuk membangun
Sebenarnya Aceh mempunyai potensi yang besar untuk membangun, hanya cara menggerakkannnya yang kurang. 4/2/12
UU OTONOMI KHUSUS
Adanya lembaga Wali Nanggroe Adanya Mahkamah Syariah Adanya Qanun Peningkatan keamanan
4/2/12
Salah memahami konsep kebudayaan pada akhirnya hanya akan melahirkan pembangunan kebudayaan yang kurang tepat. Kebudayaan sering dikonkretkan kepada tarian, rumah adat, pakaian adat, dan lain-lain yang akhirnya akan memberi pemahaman kepada konsep kebudayaan yang sangat sempit.
4/2/12
Dalam dinamika proses pewarisan beberapa unsur budaya luhur memudar atau bahkan menghilang seiring semakin menguatnya pengaruh globalisasi yang membayangi masyarakat Aceh. Setiap kebudayaan masyarakat bangsa di mana pun di dunia selalu mengalami pasang surut, hal ini dapat sebabkan oleh:
faktor politik yang tidak menentu perebutan kekuasaan konflik sosial lainnya
4/2/12
Pemahaman orang Aceh terhadap identitas mengkonkretkan pada hal-hal, antara lain : bahasa Aceh terbuka terhadap tamu bahasa Aceh sangat kurang dipergunakan mengingat masyarakat yang hidup di Banda Aceh sudah cenderung heterogen.
4/2/12
Penggunaan
4/2/12
Suku Alas
Orang Alas berasal dari kabupaten Aceh Tenggara yang lazim disebut Tanah Alas. Suku bangsa ini dianggap sebagai pecahan dari suku bangsa Gayo. Kata "alas" sendiri dalam bahasa Gayo berarti "tikar", dan nama ini mungkin ada hubungannya dengan keadaan wilayah pemukiman orang Alas yang terbentang luas seperti tikar terkembang di sela-sela Bukit Barisan. Jumlah penduduknya diperkirakan sekitar 90.000 jiwa lebih. Sebagai alat komunikasi sehari-hari orang Alas menggunakan bahasa sendiri, yaitu bahasa Alas. Penggunaan bahasa ini 4/2/12
Suku Gayo
Orang Gayo berdiam di Kabupaten Aceh Tengah, sebagian lain di Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Timur, terutama di sekitar Danau Laut Tawar. Tempat bermukim orang Gayo disebut Tanoh Gayo (Tanah Gayo). Diperkirakan jumlah orang Gayo seluruhnya sekitar 120.000 jiwa.
4/2/12
Suku bangsa ini dikenal pula dengan nama orang Muslim Gunung Kong atau Orang Cumbok. Mereka hidup dari peladangan berpindah di hutan-hutan kabupaten Aceh Barat. Sebagian di antara mereka telah menetap di daerah gunung Kong, Kecamatan Baril Makmur, sedangkan sisanya masih tersebar di sekitar Blang (tanah) Teripa dan Krueng (sungai) Teripa. Mereka memang hidup terpencil dari sukubangsa lain, karena itu ada yang menganggap mereka masyarakat "terasing". Pemimpin kharismatik mereka disebut raja gunong. Dalam pergaulan sehari-hari orang Gumbak Cadek menggunakan suatu bahasa yang merupakan gabungan dialek Aceh Gayo. 4/2/12 Sedangkan sistem keyakinan mereka merupakan
Suku Simeuleu
Sukubangsa ini mendiami Pulau Simeuleu di Kabupaten Aceh Barat. Jumlah penduduknya sekarang diperkirakan sekitar 60.000 jiwa. Pulau ini dikenal pula dengan nama pulau Ue atau pulau kelapa, karena daerah ini banyak banyak menghasilkan kelapa. Nama Simeuleu dalam bahasa Aceh berarti "Cantik". Pulau Simeuleu dikenal dengan nama Simalur atau Simalul
4/2/12
Suku Tamiang
Orang Tamiang mendiami beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Timur, yang dahulu merupakan wilayah administratif Kawedanan Tamiang. Diperkirakan saat ini orang Tamiang berjumlah sekitar 125.000 jiwa lebih. Nama Tamiang berasal dari kata itam yang berarti "hitam" dan mieng yang berarti "pipi". Sebutan ini timbul karena seorang raja dari 4/2/12 Kerajaan Tamiang mempunyai
Kelahiran Bayi
Setelah bayi lahir dan setelah dibersihkan, maka kalau bayi tersebut lakilaki diazankan ditelinga kanan dan kalau bayi tersebut perempuan diqamatkan ditelinga kiri, yang dilakukan olah Ayah si bayi ataupun oleh kerabat tertua yang terpandang alim dalam keluarga.
4/2/12
Peutron Aneuk
Anak yang telah berumur 44 hari tersebut diturunkan kehalaman dengan dipayungi dan kaki anak tersebut diinjakkan ke tanah (peugiho tanoh). Pada upacara ini diatas kepala si anak dibelah Buah Kelapa dengan alas kain putih yang dipegang oleh 4 orang. Kelapa yang telah dibelah tersebut, sebelah diberikan kepada pihak orang tua suami dan sebelah lagi diberikan kepada pihak orang tua si istri, dengan tujuan supaya kedua belah pihak tetap kekal dalam persatuan, rukun damai, kompak dan teguh dalam persaudaraan. Selanjutnya diadakan pembakaran petasan (mercon) dan disuruh orang-orang yang tangkas dan ahli bermain pedang mempertunjukkan ketangkasan dengan mencincang batang pisang, supaya anak tersebut nanti berani dalam menghadapi peperangan membela negara, dan dapat menjadi Panglima Perang yang tangkas dan arif bijaksana. Selanjutnya anak tersebut ditempatkan ke dalam sebuah balai di halaman, dengan tujuan supaya anak tersebut nanti dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dan dapat menjadi orang terkemuka dalam 4/2/12 Masyarakat. Setelah Upacara tersebut barulah anak itu
Kalau seorang anak lelaki yang telah dewasa hendak dijodohkan dengan anak perempuan dari seseorang, terlebih dulu diutus seorang yang bijak dalam berbicara untuk mengadakan urusan perjodohan (meuselungoue), dan pada orang tua dari anak perempuan.
4/2/12
Pada hari yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak maka datanglah serombongan orang tuatua dari pihak lelaki kepada pihak orang tua perempuan dengan membawa sirih penguat ikatan (ranub kong haba), yaitu sirih lengkap dengan alat-alatnya dalam cerana, pisang talon (Pisang Raja dan Wajib 1 Talam), ada juga yang disertakan kain baju. Selain itu juga dibawa benda mas 1 atau 2 mayam dengan ketentuan menurut adat kalau ikatan ini putus disebabkan oleh pihak lelaki yang memutuskannya, maka tanda mas tersebut hilang. Tetapi kalau ikatan putus disebabkan karena pihak perempuan yang memutuskannya, 4/2/12 maka tanda mas tersebut harus dikembalikan
Pada upacara mempelai Linto diberi berpakaian Adat dan dihantar ke rumah Dara Baro beramai-ramai, dengan didahului oleh orang tua yang bijak, dan Linto diapit oleh anak-anak muda yang sebaya. Bawaan dari pihak Linto ialah Jeunamee (mahar atau mas kawin) seumpama1 bongkol mas, diisi dalam cerana beserta Jinong Kunyet dariBeras Padi. Cerana dibungkus dengan kain Sutra Kuning yang pada ujung kain diletakkan bohru dari emas, ranub rajeu atau ranub peurakan, kue-kue (peunajoh) wajeb, meuseukat, dhoi-dhoi, bhoi, penajoh tho keukarah, bungong kayee, dan lain-lain. Di halaman rumah Dara Baro rombongan Linto dijemput (dinantikan) oleh orang tua dari pihak Linto diberi salam dengan kata-kata bersanjak yang disambut pula dengan kata-kata halus bersanjak oleh pihak Dara Baro. Setelah itu Linto dibawa naik ke rumah, yang sewaktu tiba di tangga Linto disetawar-sedingin, dengan siraman air Mawar dan Beras Padi. Setiba di atas rumah Linto bersama rombongan ditempatkan di serambi, didudukkan di atas Pelaminan kecil, dimana diadakan jamuan makan, dan pernikahan Ijab Kabul. Ada juga pernikahan Ijab Kabul ini 4/2/12 didahulukan harinya sebelum upacara mempelai. Selain itu
4/2/12
Tari saman
4/2/12
Pada waktu hamil pertama seorang istri, yang dinamakan Meutijeuem, sampai pada waktu hamil 5 bulan, oleh pihak orang tua perempuan yang hamil tersebut diadakan sedikit kenduri dengan disertai nasi ketan dan dipanggil ahli famili dari pihak istri yang hamil. Setelah ahli famili dari pihak istri berkumpul, maka diadakan upacara basuh Kepala (Rhah Ulee).Upacara meunieum ini ada juga dilakukan sewaktu seorang istri hamil setelah 7 bulan. Bahan makanan yang dibawa oleh pihak orang tua si suami ialah Bu Kulah yaitu nasi putih yang dibungkus dengan daun pisang berbentuk Piramid di dalam hidang, bu leukat (nasi ketan) untuk peusunting meunantu yang sedang hamil, disertai Ayam Panggang dan Tumpou. Maksud tujuan dari upacara adat 4/2/12 Meunineum ini pada mulanya ialah lebih
Peusijuek Dapu
Upacara peusijuek dapu (setawar sedingin tempat berdiang) dilakukan oleh orang tua dan ahli famili dari orang tua suami, yaitu orang tua pihak suami menyunting ketan kepada menantunya yang perempuan dengan uang Teumeutuek dan disertai dengan sepersalinan pakaian. Kalau di kalangan orang-orang bangsawan, selaian kepada menantu perempuan, juga turut diberi persalinan pakaian kepada orang-orang (dayang-dayang) yang turut serta mengasuh perempuan yang medeueng setelah melahirkan. Selain itu pada hari itu juga diadakan upacara turun anak kehalaman (Peutron Aneuk).
4/2/12