Anda di halaman 1dari 10

PERANAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KOPING PASIEN DENGAN PENYAKIT KANKER TERHADAP PENGOBATAN KEMOTERAPI DI RB 1 RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010


Oleh : Rosita Saragih Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Darma Agung, Medan Abstrak Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon. Penderita kanker yang menjalani kemoterapi mengalami kendala terhadap dirinya sendiri yang merasa putus asa dan merasa pengobatan ini hanya sia-sia, serta ketidakmampuan penderita dalam mengatasi ketakutannya untuk tidak bisa sembuh, karena itulah dukungan keluarga terhadap pengobatan kemoterapi sangatlah penting agar pengobatan kemoterapi dapat berjalan dengan lancar dan sempuma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga dan koping pasien dengan penyakit kanker terhadap pengobatan kemoterapi di RB I RSUP Haji Adam Malik Medan Tahurt 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner yang dilakukan kepada keluarga dan pasien-pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi di RB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan. Dimana populasinya adalah 103 orang dan sampel yang digunakan adalah 25% dari 103 orang yaitu 25 orang yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi di RB l RSUP Haji Adam Malik Medan dari bulan Juni-Juli 2010. Dari penelitian diketahui bahwa dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi berdasarkan emosional adalah baik. Berdasarkan finansial dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi adalah baik. Berdasarkan spiritual dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi adalah baik. Berdasarkan Supresi koping pasien pada penderita yang mengalami kemoterapi adalah kurang baik. Berdasarkan cara mengalihkan rasa sakit koping pasien yang sedang menjalani kemoterapi adalah kurang baik Dari hasil peraelitian ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya dukungan dari keadaan (emosional, finalBiel, spiritual) serta koping pasien (supresi dan mengalihkan) untuk meningkatkan dukungan keluarga. Perawat berfungsi sebagai memberikan penyuluhan khususnya tentang dukungan keluarga dan koping pasien terhadap pengobatan kemoterapi. Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Koping Pasien dan Pengobatan Kemoterapi 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur, dan jenis kelamin. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa tak luput dari serangan kanker. Begitu pula dengan pria dan wanita dapat teserang penyakit yang paling banyak ditakuti ini. Namun, dari data yang ada kaum wanita paling banyak terkena kanker. Penyakit ini sebenamya timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal Berta pola makan dan pola hidup yang tidak sehat, meskipun kanker diketahui bisa diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Kaum wanita cukup rentan terhadap serangan kanker, terutama organ reproduksi seperti rahim, indung telur dan vagina. Bagi wanita, penyakil, ini menjadi momok yang menakutkan (Lina, 2009). Kanker termasuk penyakit yang tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Meskipun demikian, penyakit ini bisa diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Risiko terkena kanker sangat besar jika salah satu anggota kelnarga terkena keluarga (Lina, 2009). Kanker adalah penyakit yang paling menakutkan, tidak saja pada wanita tetapi juga pada pria dan anak-anak. Tanggal 4 Februari diperingati sebagai hari kanker sedunia. Pada tahun 2007 dan 2008, peringatan Mari kanker sedunia memfokuskan perhatian terhadap kanker pada anak. Di Indonesia, saat ini sudah ada Yayasan Onkologi anak. Yang memiliki slogan "kanker pada anak dapat sembuh bila ditemukan lebih dini" (Eni, 2009). Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian (Eni, 2009). Kanker Bering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal yang bukan radang. Berdasarkan golongannya, tumor dibagi menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Sedangkan kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh secara lambat. Oleh karena itu, pada umumnya

tumor jinak tidak cepat membesar. Pada masa perkembangannya, sel tumor mendesak jaringan sehat sekitamya secara serempak sehingga terbentuk sampai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Karena bersimpa , maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Eni, 2009). Di dunia, diperkirakan 7,6 juta orang meninggal akibat kanker pada tahun 2005 (WHO, 2005) dan 84 juta oranng akan meninggal hingga 10 tahun ke depan. Di Amerika Serikat lebih dari 496.000 orang meninggal akibat proses maligna, setiap tahunnya. Penyebab kematian tersebut meliputi kanker pant, prostat, dan area kolorektal pada pria dan kanker paru, payudara, dan area kolorektal pada wanita. Angka kelangsungan hidup relatif 5 tahun pada tahun 1991 adalah 38 % untuk orang Afrika dan 54 % utuk orang Amerika berkulit putih (Brunner, 2002). Di Indonesia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia (Depkes, 2003), dan diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Dengan demikian, masalah penyakit kanker terlihat lonjakan yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari peringkat 12 menjadi peringkat 6. Setiap tahun diperkirakan terdapat 190 ribu penderita bam dan seperlimanya akan meninggal akibat penyakit ini. Namun angka kematian akibat kanker ini sebenamya bisa dikurangi 3-35 persen, asal dilakukan tindakan prevalensi, screening dan deteksi dini. Sebagai catatan, hila seseorang penderita divonis bahwa penyakit kankemya dalam kategori stadium sate, maka harapan hidup lima tahun kedepan akan mencapai 90 persen. Stadium dua, 65 persen, stadium tiga, 15-20 persen, dan stadium empat harapan hidupnya hanya kurang dari lima persen (Diananda, 2008). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan prevalensi rate penyakit kanker yang cukup tinggi. Di wilayah ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua setelah Vietnam dengan kasus penyakit kanker mencapai 135.000 kasus pertahun (WHO, 2008). Data tersebut hampir sama dengan yang ditemukan Pusat Data dan Informasi Pusdatin) Departemen Kesehatan RI (2007) yang menyebutkan prevalensi penyakit kanker mencapai 1 00 ribu pertahun. Di Indonesia penyakit kanker menjadi penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung. (Depkes RI, 2008). Di Indonesia, diperkirakan 200.000 kasus kanker serviks setiap tahun. Di Rumah Sakit KankerDhannais pada 1993/1994, ada 710 kasus bam. Dori jumlah itu 65 persen berohat dalam

stadium lanjut. Angka ketahanan hidup dalam dua tahun untuk stadium lanut berkisar 53,2 persen dan stadium awal hampir 90 persen (Diananda, 2008). Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1981, penderita kanker sekitar 3,4 % tetapi tahun 2001 sudah mencapai 6 %. Sedangkan data yang diperoleh dare Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan bahwa jumlah pasien kanker tahun 2005 adalah sejumlah 284 orang, pada tahun 2006 sejumlah 312 orang, tahun 2007 sejunllah 348 orang, tahun 2008 sejumlah 384 orang, sedangkan pada tahun 2009 terdapat 412 orang (Medical record RSVP HAM Medan) sedangkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit umum Hema Medan tahun 2009 adalah sejumlah 139 orang. Penyebab dari beragam penyakit kanker di Indonesia belum seluruhnya dapat dipastikan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membiasakan diri dengan program "hidup sehat" dengan rutin memeriksakan kesehatan (general chek up) sebagai upaya untuk mencegah tumbuhnya kanker di dalam tubuh dengan cara melakukan olahraga secara teratur, membiasakan diri untuk menkonsumsi makanan dan minuman sehat, menghindari kebiasaan menkonsumsi menu junk food, mengurangi makanan berkadar lemak tinggi, memperbanyak menkonsumsi makanan berserat, memperbanyak menkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan C (buah dan sayursayuran berwama), mengurangi menkonsumsi makanan yang telah diawetkan (dipsinkan, dibakar, diasap atau mengandung bahan pengawet) atau disimpan terlalu lama, menghindari minuman beralkohol, menghindari hubungan seksual multipasangan, menghindari kebiasaan merokok, mengupayakan hidup seimbang dan hindari stres serta rajin memeriksakan kesehatan secara teratur dan berkala (Eni, 2009). Pada dasamya, pengobatan terhadap kanker adalah sama, yaitu melalui caracara seperti, pembedahan (operasi), penyinaran (radioterapi), pemakaian obat - obatan pembunuh sel kanker (sitostatika / kemoterapi), peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi), dan pengobatan dengan hormon (Eni, 2009). Berbeda dengan terapi radiasi dan pembedahan, kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon. Kemoterapi dapat digunakan dengan efektif pada penyakit-penyakit baik yang diseminata maupun yang masih terlokalisasi. Pada tiga dekade terakhir ditemui kemajuan dalam penemuan senyawa-senyawa bare yang efektif Pada awal penemuannya, kemoterapi dianggap sebagai prosedur paliatif, tetapi akhir-akhir ini dapat diketahui bahwa beberapa jenis kanker dapat disembuhkan dengan kemoterapi. Penggunaan

kemoterapi kombinasi telah menunjukan keberhasilan yang substansial, terutama kombinasi obat-obat yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda, Kemajuan pengobatan pada beberapa jenis kanker tertentu dengan menggunakan beberapa jenis obat simultan, ataupun dengan pemberian kemoterapi secara sekuensial. Bebempa kanker diseminata dapat disembuhkan dengan kemoterapi saja. Hal ini membuktikan adanya toksisitas yang selektif dari kemoterapi (Sarwono, 2006). Dari uraian tersebut diatas, penderita kanker yang menjalani kemoterapi mengalami kendala terhadap dirinya sendiri yang merasa putus asa dan merasa pengobatan ini hanya sia-sia, serta ketidakmauan penderita dalam mengatasi ketakutannya untuk tidak bisa sembuh. Peran keluarga yang kurang optimal dapat dilihat pada penderita yang datang dengan kondisi lemah, pucat dan bahkan sangat serius. Kondisi yang demikian dapat mengganggu kelancaran pengobatan dengan kemoterapi. Kehadiran keluarga dan perannya sangat dibutuhkan oleh pasien kanker dengan memberikan motivasi agar tetap semangat menjalani kemoterapi. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang dukungan keluarga dan koping pasien dengan penyakit kanker terhadap pengobatan kemoterapi. 1.2. Perunrusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: "Bagaimana Dukungan Keluarga Dan Koping Pasien Dengan Penyakit Kanker Terhadap Pengobatan Kemoterapi Di RB 1 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010" 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dukungan keluarga dan koping pasien dengan penyakit kanker terhadap pengobatan kemoterapi di RB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. 1.4. Metode Penilitian Penelitian dilakukan di RB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Alasan dilakukan penelitian di RB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010 adalah RSUP 1-laji Adam Malik Medan ditemukan pasien dengan pengobatan kemoterapi. Karena RSUP Haji Adam Malik Medan adalah rumah sakit yang membuat 1 ruangan khusus untuk penyakit kanker yang menggunakan pengobatan kemoterapi. Tersedianya data yang lengkap yang dibutuhkan penulis direkam medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

keluarga atau pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi selama dirawat di RIB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul,2007). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi yang ada dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan mengambil 25 % dari 103 orang. Variabel penelitian ini yaitu dukungan keluarga yang terdiri dari emosional finansial dan spritual, sedangkan variabel independen adalah pengobatan terapi. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Dukungan Keluarga Menuntt Cohen ( 1996:241) Dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tabu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya. Sedangkan menurut Friedman (1998:174) Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga adalah suatu keadaan atau proses hubungan antara keluarga yang memberi manfaat kepada orang lain. Jenis dukungan keluarga ada enam, yaitu: (1) Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. (2) Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi). (3) Dukungan penilaian (apprasial), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. (4) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. (5) Dukungan finansial, stress finansial biasanya mempengaruhi sistem keluarga dan mengakibatkan hancumya keluarga. Tagihan tagihan medis mengharuskan ibu bekerja Jana ayah melakukan pekerjaan sambilan, sehingga liburan dan aktivitas-aktivitas waktu Luang hilang, ketegangan perkawinan memuncak sehingga mengancam hubungan keluarga. Perceraian, pisah, anak-anak yang berandal, masalah-masalah psikosomatis, penyalahgunaan obatobatan merupakan gejala dari efek-efek kacau balau jangka panjang yang ditimbulkan oleh stres finansial. (6) Dukungan spiritual, sesungguhnya kepercayan terhadap Tuhan dan berdoa diidentifikasikan oleh keluarga sebagai cam paling penting bagi keluarga untuk mengatasi suatu

stressor yang berkaitan dengan kesehatan atau sebagai suatu metode dan sangat penting dan sangat sering digunakan, karena agama sebagai cara paling penting untuk menanagani kanker (Friedman, 1998:198). Menurut Cohen (1984), ada tiga tipe mekanisme dukungan : (1). Dukungan nyata, mekispun sebenamya setiap orang dengan sumbersumber yang tercukupi dalam bentuk uang atau perhatian, dukungan nyata merupakan paling etktif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pemberian dukungan nyata yang berakibat pada perasaan ketidakadekuatan dan berhutang akan benar-benar menambah stress individu. (2). Duk.ungan pengharapan, kelompok. dukungan dapat mempengaruhi persepsi individu akan ancaman dukungan sosial menyangga orang-orang untuk melawan stress dengan membantu mereka mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil, bagaimanapun dukungan sosial hanya membantu jika stressor tersebut dapat diterima, pasien kanker umumnya tidak ingin mendiskusikan penyakitnya karena cacat yang didapat pada kondisi tersebut dan tidak mencari bantuan dari pasien kanker lain agar terhindar dari ucapan umum bahwa mereka mengalami kanker. (3). Dukungan enrusionul, jika stress mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai, dukungan emosional dapat menggantikanya atau. menguatkan perasaanperasaan ini. Stress yang tidak terkontrol dapat berakibat pada hilangnya harga diri. Jika hat ini terjadi, jaringan pendukung memainkan peran yang berarti dalam meningkatkan pendapat yang rendah terhadap diri sendiri. Kejadian-kejadian yang berakibat seseorang merasakan hilang perasaan memilki dapat diperbaiki dengan bentuk dukungan yang mengembangkan hubungan personal yang relatif. Tahapan Dukungan adalah sebagai berikut: (1) Tahap dukungan dalam pengambilan keputusan, (2) Tahap dukungan dalam perencanaan kegiatan, (3) Tahap dukungan dalam pelaksanaan kegiatan, (4) Tahap dukungan dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan, (4) Tahap dukungan dalam pemanfaatan hasil kegiatan (Mardikanto, 2003). 2.2. Keluarga a. Pengertian Keluarga Menurut Setiacd (2008), Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dui keuarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari kluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogiyanya dimulai dari keluarga, sedangkan menurut Sayekti

(1994), keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat yang terkecil yang dapat melahirkan suatu ikatan atas dasar perkawinan, pertalian darah ataupun adopsi. Pembagian tipe keluarga hergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan.secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya, (2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakeknenek, paman-bibi). Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individuakisme, pengelompokkan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi : (1) Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya, (2) Orangtua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anakanak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya, (3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan, (4) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pemah menikah, (5) Keluarga dengan anak tanpa pemikahan sebelumnya, (6) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Suprajitno, 2004). b. Struktur Keluarga 1). Tugas-Tugas Keluarga Pada dasamya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut: (1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya, (2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, (3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing, (4) Sosialisasi antar anggota keluarga, (5).Pengaturan jumlah anggota keluarga, (6) Pemeliharan kctertiban anggota keluarga, (7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas, (8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendi, 1998). 2). Fungsi Pokok keluarga Secara urmun fungsi keluarga adalah sebagai berikut: (1) Fungsi efektif, fungsi keluarga yang utara untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. (2) Fungsi sosialisasi, fungsi mengembangkan dan tempat mclatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan prang lain di luar rumah. (3) Fungsi reproduksi, untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. (4) Fungsi ekonomi, keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (5) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan, untuk mempertahankan keada.n kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi (Friedman, 1998). c. Peranan Keluarga Manakala keluarga tahu bahwa salah satu anggotanya menderita kanker, maka lazimnya pihak keluarga tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatan dalam menghadapi penderitaan ini. Sebahagian keluarga menunjukkan rasa simpati dan kasihan, namun sebahagian lain bersikap menolak akan kenyatan ini. Peranan keluarga amat penting, pihak keluarga yang penuh pengertian dan kooperatif dengan pihak perawatan dan memberikan dorongan moril penuh kepada penderita, akan banyak membantu dalam penatalaksanaan penderita kanker. Dalam banyak hal, temyata respon penderita terhadap pengobatan banyak sedikitnya ditentukan oleh faktor keluarga dan lainnya dalam memberikan reaksi terhadap penyakit yang dideritanya (Dadang, 2004). Dalam pengalaman praktek sering di jumpai sikap negativistik (penolakan) dari pihak keluarga. Mungkin karena ketidaktahuan (ignorancy) ataupun kepercayaan tradisional tentang penyebab dan pengobatan kanker, maka dokter seringkali kehilangan peluang yang baik (momentum) untuk melakukan tindakan ini (Dadang, 2004). 2.3. Koping Pasien a. Defenisi Koping Pasien Menurut Friedman (1998) coping didefinisikan sebagai respons yang positif, sesuai dengan masalah, afektif, persepsi. dan respon prilaku yang digunakan keluarga dan subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi stres yang diakibatkan oleh masalah atau peristiwa. Sedangkan Menurut Hafsari (2002) Coping pasien adalah reaksi terhadap tekanan yang berfungsi memecahkan, mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan. Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa coping merupakan suatu reaksi atau respons dari individu dalam memecahkan

suatu masalah. b. Metode Koping Ada daa metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti : (1) Metode koping jangka panjang, cara ini adalah kontruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistic dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang lama, contohnya adalah : a. Berbicara dengan orang lain "curhat" (Curah pendapat dari hati kehati) dengan teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang dihadapi. b. Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi. c. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural. d. Melakukan latihaa fisik untuk mengurangi ketegangan / masalah. e. Membuat berbagai altematif tindakan untuk mengurangi situasi. f. Mengambil pelajaran pristiwa atau pengalaman masa lalu. koping religius dan non religius ini merupakan salah satu strategi mekanisme koping dalam proses kognator yang sesuai. c. Jenis-Jenis Koping Ada dua tipe coping utama yang biasanya dapat menurunkan stres seperti yang diungkapkan oleh Lazarus & Folkman (Neale, Davidson & Haaga, 1996) yaitu : (1) Problem-focused coping, Individu yang menggunakan problem-focused coping biasanya langsung mengambil tindakan untuk memecahkan masalah atau mencari informasi yang berguna untuk membantu pemecahan masalah. (2) Emotion-focused coping, Individu yamg menggunakan emotion-focused coping lebih menekankan pada usaha untuk menurunkan emosi negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalah atau tekanan (Fitri, 2008). d. Strategi Koping Keluarga Menurut friedman (1998), Dalam strategi coping keluarga intemal, terdapat tujuh strategi tersebut adalah : (1) mengandalkan kelompok keluarga, (2) penggunaan humor, (3) lebih banyak melakukan pengungkapan bersama, (4) mengontrol makna dari masalah dan penyusunan kembali kognitif, (5) pemecahan masalah secara bersamasama, (6) fleksibilitas peran, (7) menormalkan. Dalam strategi koping keluarga ekstemal, terdapat empat strategi tersebut adalah: (1) Mencari informasi, (2) memelihara hubungan aktif dengan komunitas, (3) mencari dukungan sosial, (4) mencari dukungan spiritual. 2.4. Masalah Psikologi Pada Pasien Kanker Reaksi Psikis normal, Selain gangguan jasmaniah dan ketidaknyamanan yang diungkapkan dalam keluhan, pada pasien kanker juga ada gangguan emosi. Kanker sering dirasakan sebagai

penyakit yang tiada akhimya. Pengobatan holistic atau holistic medicine didasarkan atas dua hal yaitu pengobatan fisik dan pengobatan psikis dan keduanya sangat erat hubungannya. Seperti yang pemah dikatakan oleh ahli filosofi Plato, "Tidak ada gunanya mengobati badan tanpa mengobati fikirannya". Pemil.iran ini sangat mengena terutama pada para penderita penyakit berat, termasuk didalamnya penderita kanker. Badan yang sakit akan mempengaruhi fikiran dan sebaliknya juga demikian. 13adan yang schat juga akan bcrpengaruh menyehatkan fikiran dan demikian juga sebaliknya. Ilmu pengetahuan juga membuktikan bahwa kondisi emosional seseorang akan mempengaruhi tingkat kekebalan tubuh manusia. Orang yang berada pada tingkat emosional yang rapuh akan lebih cepat tertularkan penyakit, karena tingkat kekebalan tubuhnya menurun akibat kondisi emosi yang buruk tadi. Kondisi emosi yang positif, penuh pengharapan, akan menin.gkatkan daya tahan tubuh kita, sedangkan sikap negatif, takut, dan pasrah, akan menurunkan daya kekebalan tubuh. Perubahan kondisi emosi ini akan diteruskan didalam rangkaian proses biokimia didalam badan kita. Hal yang sebaliknya juga terjadi, dimana perbaikan selsel ditubuh kita alum juga dapat meinperbaiki tingkat emosional dan fikiran kita. Dengan pemahaman diatas, pengobatan yang menyeluruh (holistic) adalah merupakan cara penyembuhan yang perlu diupayakan. dimana keduanya diperbaiki dalam waktu yang bersamaan. Banyak diantara penderita kanker mengalami depresi mental sehingga cenderung untuk melakukan bunuh diri. Beberapa hal berikut ini yang memperbesar resiko penderita kanker melakukan tindak bunuh diri, antara lain : (1) Depresi dan rasa putus asa (2) Tidak mampu menahan rasa sakit (3) Menurunnya kesadaran (delirium) (4) Perasaan lepas kendali (5) Kelelahan (6) Kecemasan (7) Adanya gangguan psikopatologi sebelumnya,seperti penyalahgunaan NAZA ( Narkotika, Alkohol & Zit Adiktif ), kelainan karakter dan ganguan jiwa berat (psikois) (8) Problem keluarga akut (9)Adanya riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya (10) Rwwayat keluarga, ada yang bunuh diri. 2.5. Kemoterapi Menurut Brunner (2002), Kemoterapi adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi selular. Sedangkan menurut Sarwono (2006), Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon. Dan uraian tersebut

diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon untuk membunuh sel- sel tumor. Berdasarkan alasan utama dilakukan, kemoterapi dibedakan atas tiga yaitu : (1). Kemoterapi paliatif, jenis kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk mengendalikan atau melenyapkan tumor untuk meringankan gejala kanker seperti rasa sakit.(2). Kemoterapi adjuvant, jenis kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk mencegah kemunculan kembali sel-sel kanker setelah pembedahan atau terapi radiasi untuk mengontrol tumor. Cara kerja kemoterapi ini adalah dengan membidik dan melenyapkan sel kanker yang berkembang dengan sangat cepat di dalam tubuh.(3). Kemorerpai Neo-adjuvant, kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk mengurangi tumor sehingga mudah dioperasi yang diberikan sebelum operasi. Ada beberapa cara pemberian kemoterapi (1) Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari. Keuntungan kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah. (2) Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter, rumah sakit, klinik, bahkan di rumah. (3) Dalam bentuk infus, Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh paramedis yang terlatih).Tergantung jenisnya, kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa sering penderita harus menjalani kemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita Manfaat kemoterapi ada tiga yaitu, (1) Pengobatan, beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi (2) Kontrol, kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain (3) Mengurangi gejala, bila kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kcinotcrapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada pasien, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuian pada daerah yang diserang. Kamarullah (2005), menyebutkan obat-obat kemoterapi dapat digolongkan sesuai dengan mekanisme kerjanya yaitu: (1) Obat Golongan Alkalating Agent, platinum compouns dan antibiotik antarisklin. Obat ini bekerja dengan mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi. (2) Obat Golongan Anti Metabolit, obat ini bekerja secara langsung pada molekul basa inti sel yang berakibat menghambat sintesis DNA. (3) Obat Golongan Topoisomerase, inhibitor, vica Alkaloid dan Taxanes bekerja pada

gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjad.i hambatan mitosis sel. (4) Obat Golongan Enzim seperti Asparaginase, bekerja dengan menghambat sintesis DNA dan MA dari sel sel kanker tersebut. Pengobatan secara kemoterapi memiliki efek samping, dimana efeknya tergantung jenisnya, Kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa serf penderita harus menjalani Kemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita. Yang paling ditakuti dari kemoterapi adalah elek sampingnya. Ada-tidak atau berat-ringannya kondisi akan pulih seperti semula. Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek samping kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh. Bisa menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu dengan dokter juga. Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obatobatan herbal (yang semakin diterima kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa memberikan kemoterapi herbal yang bebas efek samping. Kalau Anda bermaksud menggunakannya, pastikan yang menangani Anda di klinik tersebut adalah seorang dokter medis. Paling tidak Anda hares berkonsultasi dengan dokter yang merawat Anda, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk memantau hasilnya. Pola pengobatan kanker dengan sistem kemoterapi yang dikembangkan pada 1980-an saat ini mulai mendapat tempat di kalangan pasien kanker karma memberikan harapan terhadap peningka.tan kualitas hidup terhadap penderita kanker kategori stadium tingkat tinggi. Dr Noorwati S., Subag Hematologi Onkologi FKUI/RSCMIRS Kanker Dharmais menjelaskan, kemoterapi merupakan jawaban untuk pengobatan kanker jenis tertentu yang bersilat menyeluruh di tubuh penderita, seperti kanker darah (leukimia) yang tidak mungkin diatasi dengan sistem pengobatan yang ada sebelumnya. Selain efek samping, kesiapan kantong juga perlu dilakukan agar pengobatan kemoterapi tidak terputus. Sebab kemoterapi juga perlu dilakukan sebanyak enam kali, dengan interval tiga inggu sekali. Dengan ancar-ancar sekali kemoterapi Rp. l,l juta hingga Rp. 4,5 juta, maka dibutuhkan biaya sedikitnya Rp. 6,6 juta hingga Rp. 27 juta.Itu belum termasuk biaya pengelolaan efek samping yang juga tidak kalah mahalnya antara Rpl juta sampai Rp. 3 juta untuk sekali terapi. Jadi total untuk pengobatan kemoterapi dan pengelolaan efek sampingnya, yang standar tidak cukup Rp50 juta. Penyakit kanker bisa membuat orang yang mampu pun menjadi miskin. Karena Pengobatannya mahal, bisa mencapai Rp 200-300 juta. Bahkan ada juga yang klaimnya mencapai Rp 700 juta.

3. Pembahasan 3.1. Dukungan Keluarga Berdasarkan Emosional Penderita kanker yang menjalani kemoterapi akan mengalami kendala terhadap dirinya sendiri yang setiap Saat akan merasa putus asa dan takut karena penyakit tidak dapat disembuhkan, sehingga dalam hal ini diperlukan peran keluarga yang memberikan dukungan emosoinal sebagai tempat pasien mengatakan isi hatinya, apa yang dia rasakan dan keluarga memberikan dukungan bahwa pasien harus percaya akan dapat sembuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan emosional dalam kategori baik sebanyak 12 orang (52%), scdangkan kategori kurang baik sebanyak 11 orang (44%) dan tidak baik sebanyak I orang (4 %) yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pada keluarga. Hal ini didapat berdasarkan hasil observasi penelitian yang dilakukan terlihat dukungan keluarga dalam memberikan dukungan emosional baik yang berarti bahwa keluarga menipakan tempat pasien untuk mencurahkan isi hati yang paling efektif dalam membantu pasien terhadap penguasaan emosi yang dapat timbul saat menjalani kemoterapi. Selaras dengan pendapat Cohen (1984), dengan tipe mekanisme dukungan emosionalnya dimana dengan memberikan dukungan emosional dapat memberikan parasaan bahwa kita dicintai oleh orang lain sehingga tidak ada merasa rendah diri maupun stress sehingga dukungan tersebut dapat mengembangkan hubungan personal yang relatif. Sedangkan menurut pendapat Friedman (1998) dukungan emosional adalah keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa dukungan emosional terhadap pasien yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi sangatlah diperlukan, karena dengan adanya keberadaan dari dukungan emosional dari partisipasi keluarga ini maka pasien tidak akan marasa sendiri dan akan merasa berkurang bebannya karena dapat mencurahkan segala yang dirasakannya. 3.2. Dukungan Keluarga Berdasarkan Finansial Hasil penclitian menunjukkan bahwa berdasarkan finansial dalam kategori baik sebanyak 19 orang (76%), sedangkan dalam kategori kurang baik sebanyak 5 responden (20%) Jan tidak baik sebanyak 1 orang (4%) yang disebabkan karena keluarga berasal dari keluarga yang status perekonomian rendah. Hal ini didukung dari observasi dan basil penclitian dengan nicnggunakan

kuesioner dan didapat sumber finansial yang dapat keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien dan pengobatan dalam kategori baik dikarenakan responden mendapatkan sumber finansial dari bantuan keluarga lain, pemerintah berupa Jamkesmas maupun Askes sehingga keluarga mampu mengatasi pengobatan selama klien menjalani kemoterapi. Menurut pendapat Mil.lingtonm (1996) dukungan finansial, stress finansial biasanya mempengaruhi sistem keluarga dan mengakibatkan hancumya keluarga. Tagihan-tagihan medis mengharuskan ibu untuk bekerja dan ayah melakukan pekerjaan sambilan sehingga liburan da aktivitas-aktivitas waktu Luang hilang, ketegangan perkawinan memuncak sehingga mengancam hubungan keluarga. Perceraian, pisah anak-anak yang berandal, masalah psikosomatis, penyalahgunaan obatobatan merupakan gejala dari efek kacau balau jangka panjang yang ditimbulkan oleh stress finansial. Sumber finansial keluarga tidak terlepas dari sumber pendapatan dari pekerjaaan maupun status sosial ekonomi yang diperoleh keluarga dimana responden terbanyak yaitu IRT sebanyak 11 responden (44%), yang wiraswasta sebanyak 7 orang (28%), dimana responden mendapatkan dukungan finansial dari pemerintah berupa jamkesmas dikarenakan keluarga berasal dari status yang perekonomian rendah sehingga keluarga selain dapat memenuhi kebutuhan klien dari sumber pendapatan yang minim dengan adanya bantuan pemerintah untuk warga miskin sehingga anggota keluarga yang manjalani kemoterapi mendapatkan pengobatan di rumah sakit pemerintah dari hal ini menjadi sumber finansial yang membantu keluarga. Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa dukungan finansial dari dukungan keluarga sangatlah penting bagi para penderita yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi karena pendapatan keluarga yang kurang menyebabkan pemberian pengobatan kemoterapi yang tidak optimal, pemberian pengobatan terlambat ditangani karena minimnya dukungan finansial. Bila dukungan fiansial memadai dapat mencegah stress finansial. 3.3. Dukungan Keluarga Berdasarkan Spiritual Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan dukungan spiritual dalam kategori baik sebanyak 22 responden (88%), kurang baik 3 responden (12%) dikarenakan oleh keluarga mempunyai semangat dan yakin terhadap Tuhan mereka sehingga pasien mampu mengontrol rasa nyeri, status mental dan persepsi terhadap yang terjadi pada dirinya adalah yang terbaik untuknya

dengan mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini didapat dari observasi penelitian dengan mengggunakan keusioner. Sejalan dengan pendapat Koening (1998) yang membuat mekanisme koping religius dimana koping dengan keyakinan religius dapat mengurangi status emosional terhadap suatu stressor dan klien melakukan strategi religius dengan sholat, berdoa dan membaca alkitab maupun al qur'an. Dengan melakukan strategi tersebut klien dapat mengontrol rasa nyeri, status mental dan persepsi seseorang terhadap apa yang terjadi pada dirinya baik sehat maupun sakit. Sedangkan menurut Mc. Cubin (1979) mencari dukungan spiritual adalah dengan cara berdoa, menemui pemuka agama atau aktif dalam pertemuan ibadah. Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa dukungan spiritual yang diberikan keluarga membuat klien mempunyai semangat dan yakin bahwa tidak ada yang mustahil bila klien percaya is dapat sembuh maka itulah yang terjadi. Dengan strategi spiritual dan rcligius mcrupakan salah satu aktivitas dalam managemant stress emosional atau kctidaknyamanan fisik dapat diatasi tergantung dari kekuatari religius (keyakinan). 3.4. Koping Pasien Berdasarkan Supresi Hasil penelitian menunjukkan bahwa koping pasien berdasarkan supresi dalam kategori kurang baik sebanyak 13 responden (52%), sedangkan kategori baik sebanyak 11 responden (44%) dan tidak baik sebanyak 1 responden (4%) yang disebabkan kareaa klien merasa terpaksa menjalani kemoterapi. Hal ini dilihat dari hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dikarenakan klien merasa terpaksa menjalani kemoterapi dan merasa kemoterapi tidak ada gunanya hanya membuat klien tambah merasa sakit. Sejalan dengan pendapat R.asmun (2001) yaitu berdasarkan macam reaksi yang berorientasi Dada pertahanan ego yaitu supresi dimana klien menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan is ingkari sebagaimana seperti yang dikomunikasikan sebelumnya. Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa klien selalu merasa bahwa kemoterapi yang dijalaninya secara terpaksa sehingga apapun yang dirasakan klien selalu tidak sesuai dengan perasaannya (mengingkari), sehingga klien lebih memilih mempertahankan ego dengan reaksi supresi dan represi yang tetap menekan perasaannya atau pengalaman yang menyakitkan dari kesadarannya yang cendrung memperkuat mekanisme ego lainnya. 3.5. Koping Pasien Berdasarkan Mengalihkan Rasa Sakit Cara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koping pasien berdasarkan cara mengalihkan rasa sakit dalam kategori tidak baik sebanyak 11 orang (44%), sedangkan dalam kategori kurang baik 9 orang (36%), dan kategori baik sebanyak 5 responden (20%) yang disebabkan klien tidak pemah merasa nyaman saat melakukan kemoterapi bahkan selalu merasakan sakit. Hal ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner dan hal ini dikarenakan klien kurang dapat mengalihkan rasa sakit dimana klien hanya mengingkari apa yang dia rasakan (supresi) juga klien tidak mendapatkan perasaan nyaman setelah menjalani kemoterapi seperti merasa mual, demam juga tidak mendapatkan rekreasi keluarga untuk mendapatkan suasana atau udara yang sejuk, segar dan nyaman. Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa klien selalu merasakan dampak yang sangat membuat klien semakkin merasakan sakit setelah kemoterapi yang membuat klien merasakan mual, muntah, lemas, rambut rontok, sariawan dan ainlain sebagainya. Hal tersebut membuat klien tidak dapat lagi menghindari kemoterapi yang wajib dijalaninya dengan kata lain klien juga nrer.galami gangguan pisikologis sehingga untuk menahan rasa sakit kadang pasien hanya bisa diam oleh karena merasa ada perasaari tertekan dalam menjalani kemoterapi. 3.6. Koping Pasien terhadap Pengobatan Kemoterapi Hasil penelitian menunjukkkan bahwa responden yang menjalani kemoterapi dalam kategori baik sebanyak 12 orang (48%), kurang baik scbanyak 8 orang (32%), dan tidak baik sebanyak 5 orang (20%) dikarenakan walaupun merasa terpakasa dalam menjalani kemoterapi namun klien berharap dengan dilakukan kemoterapi i.ni setidaknya pertumbuhan kanker dapat diperlambat. Hal ini didapat dari basil penelitian dengan menggunakan kuesioner dikarenakan klien tetap menjalani kemoterapi walaupun terpaksa, tertekan tetapi klien tetep mejalani kemoterapi demi mengharapkan rasa nyaman yang lebih baik. Menurul Sarwono (2006), K.emoterapi merupakan pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon untuk membunuh sel tumor. Klien yang menjalani kemoterapi berharap dapat sembuh dari penyakit kanker yang dialami.nya sehingga klien tetap menjalani kemoterapi walaupun tidak dapat sembuh tetapi setidaknya dapat memperlambat pertumbuhan kanker dan gejala, walaupun klien mengetahui dan mengalami dampak dan efek camping yang timbul karena kemoterapi tetapi khan tetap menjalani kemoterapi secara berkala. Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa

pengobatan kemoteapi bukanlah menjalani pengobatan satu atau dua minggu tetapi kemoterapi dapat berlangsung selama sel kanker masih ada dan membahaya.kan klien. Pengobatan kemoterapi termasuk pengobatan yang dapat membuat klien merasa jenuh sehingga dibutuhkan perm keluarga dalam mendampingi klien selama menjalani kemoterapi. 3.7. Dukungan Keluarga Dan Koping Pasien Dengan Penyakit Kanker Terhadap Pengobatan Kemoterapi Hasil penelitian menunujkkan bahwa responden terhadap partisipasi keluarga dan koping pasien terhadap tindakan kemoterapi dalam kategori baik sebanyak 18 orang (72%) dan kurang baik sebanyak 7 orang (28%). Hal ini didapat dari observasi dari basil penelitian dengan menggunakan kuesioner dikarenakan hubungan keluarga dan pasien terjalin dengan baik. Menurut Mckkay (1984) dukungan keluarga meliputi mekanisme dukungan nyata berupa finansial,emosional dan pengalihan rasa sakit dimana bentuk partisipasi berupa memberikan spiritual, memberikan rasa humor agar klien merasa rileks dan tidak tertekan. Dukungan keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar demi berjalannya pengobatan kemoterapi dengan adanya paartisipasi keluarga yang timbul secara spontan maka klien dapat dengan mudah tanpa beban untuk menjalani kemoterapi. Sejalan dengan dukungan keluarga yang terjalin baik maka koping pasien terhadap tindakan juga dalam kategori baik dimana koping menurut Hafsari (2002) merupakan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi memecahkan, mengurangi, menggantikan kondisi yang penuh tekanan. Dimana koping pasien merupakan koping dalam jangka panjang dimana klien selama menjalani kemoterapi pasti meriliki perasaan terkadang putus asa, sehingga klien memerlukan lawan bicara untuk mengungkapkan perasaannya, dan menangis untuk nnengalihkan rasa sakit scrta herganlung pangharapan pada kcpercayaaannya yang menurut klien hal yang paling efektif dalam mengalihkan stress dan emosional dengan koping religius yang dilak ukan oleh klien. 4. Kesimpulan 4.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan penelitian tentang Dukungan Keluarga Dan Koping Pasien dengan Penyakit Kanker Terhadap Pengobatan Kemoterapi Di RB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan Tabun 2010, maka dapat disimpulkan : 1. Dukungan Keluarga Berdasarkan Emosional Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan emosional dalam kategori baik sebanyak 13 orang (52%), sedangkan kategori

2.

3.

5.

6.

kurang baik sebnyak 11 orang (44%) dan tidak baik sebanyak 1 orang (4 %). Dukungan Keluarga Berdasarkan Finansial Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan finansial dalam kategori baik sebanyak 19 orang (76%), sedangkan dalam kategori kurang baik sebanyak 5 responden (20%) dan tidak baik sebanyak 1 orang (4%). Dukungan Keluarga Berdasarkan Spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan dukungan spiritual dalam kategori baik sebanyak 22 responden (8S%), kurang baik 3 responden (12%). 5.1.4 Koping Pasien Berdasarkan Supresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa coping pasien berdasarkan supresi dalam kategori kurang baik sebanyak 13 responden (52%), sedangkan kategori baik sebanyak 11 responden (44%) dan tidak baik sebanyak 1 responden (4%). Koping Pasien Berdasarkan Cara Mengalihkan Rasa Sakit Hasil penelit an menunjukkan bahwa coping pasien berdasarkan cara mengalihkan rasa sakit dalam kategori tidak baik sebanyak 11 orang (44%), sedangkan dalam kategori kurang baik 9 orang (36%), dan kategori baik sebanyak 5 responden (20%). Dukungan Keluarga Dan Koping Pasien Dengan Penyakit Kanker Terhadap Pengobatan Kemoterapi Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menjalani kemoterapi dalam kategori baik sebanyak 12 orang (48%), kurang baik sebanyak 8 orang (32%), dan tidak baik sebanyak 5 orang (20%).

Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medica. Aziz, Farid dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi Edisi pertama Cetakan Pertama. Jakarta : Pustaka sarwono prawirohardjo. Baradero, Merry dkk. 2007. Seri Keperawatan Klien Kanker Pertama. Jakarta : EGC. Asuhan Cetakan

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi Delapan Vol Pertama dun Kedua Cetakan pertama. Jakarta : EGC. Diananda, Rama. 2008. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Kata hati. Fausiah, Fitri dkk. 2008. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta : Universitas Indonesia. Hawaii, Dadang. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta : FKUI. Hidayat, Azis Alimul. 2007. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Medica. http://www.infosehat_co.id12009, Kanker di dunia. Jong, De Wim. 2005. Kanker apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup Dan Dukungan keluarga, Cetakan pertama. Jakarta : Arcan.

4.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran disimpulkan sebagai berikut : 1. Kepada penderita yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan, agar selalu semangat dalam menjalani pengobatan kemoterapi dan tidak merasa terpaksa agar pengobatan kemoterapinya dapat berjalan dengan lancar dan dapat menghasilkan hasil yang baik terhadap kesehatannya. 2. Untuk Tenaga Kesehatan, diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang bentuk dukungan keluarga yang baik pada setiap keluarga, terutama pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya mendapatkan pengobatan kemoterapi dan juga kepada pesien yang menjalani pengobatan kemoterapi. Daftar Pustaka Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan

Neil, Niven. 2002. Psikologi Kesehatan Edisi Kedua. Jakarta : EGC. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Cetakan Ketiga Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga Edisi Pertama. Jakarta : Fajar Interpratama. Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu Sukardja, Gede Dewa I. 2000. Onkologi Klinik Cetakan Pertama Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press.

10

Anda mungkin juga menyukai