Pendahuluan
Ruptur uteri
Saat persalinan
Etiologi : multifaktorial
Pendahuluan
Indonesia (1:92 sampai 1:294 persalinan) Negara maju (1:1250 sampai 1:2000 persalinan)
Angka kematian pasien yang mengalami ruptur uteri berkisar antara 50 sampai 75 persen.
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku Alamat No. MR
ANAMNESIS
Pasien datang ke VK IGD RSUD AA pada tanggal 4 oktober 2012 pukul 05.45 WIB
Keluhan utama
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan
Mual (+), muntah (+) mengganggu RHM aktivitas (+), riwayat perdarahan (-) Mual (-), muntah (+), mengganggu RHT aktivitas (-), riwayat perdarahan (-)
Riwayat Haid
Menarche usia 14 tahun, siklus 30 hari selama 7 hari, ganti duk 1x/hari. HPHT: tidak ingat
Riwayat perkawinan
Pernikahan pertama, usia saat menikah 25 tahun
Pemeriksaan Fisik
KU Kesadaran : tampak sakit sedang : komposmentis Nadi :84 x/I Nafas: 22 x/i
Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Leher : pembesaran KGB (-) Muka : kloasma gravidarum (-)
Abdomen : status obstetrikus Genitalia : status obstetrikus Ektremitas: edema (-), akral hangat, CRT < 3
STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen
Inspeksi
perut tampak membesar sesuai usia kehamilan, striae gravidarum (+), linea nigra hiperpigmentasi (+)
L1: TFU teraba 2 jari dibawah proc. Xypodeus, teraba masa bulat, lunak L2: tahanan terbesar di kiri, terkecil di kanan L3: teraba massa bulat, keras terfiksir L4: bagian terbawah janin sudah masuk PAP
Palpasi
PEMERIKSAAN GENITALIA
Inspeksi
vulva/uretra livide, ppv (-)
VT
Portio: konsistensi lunak, penipisan: 100%, arah sumbu: medial, pembukaan : 10 cm Ketuban: (-), sisa jernih Terbawah: kepala bagian puncak Penurunan: H II Penunjuk: sulit dinilai
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin (4-10-2012)
Hb: 13,5 g/dl HT: 37,8% WBC: 25800 /uL PLT: 264000 /uL
Diagnosis Masuk
G3P2A0H2 gravid aterm + kala II memanjang +CPD
Bayi tidak lahir setelah dipimpin mengejan selama 4 jam oleh bidan praktek.
Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang diantar oleh pembantu bidan ke VK IGD
RSUD AA pada tanggal 04 oktober 2012, pukul 05.45 wib, dengan keluhan bayi tidak lahir setelah dipimpin mengejan selama 4 jam.
pinggang menjalar ke ari-ari disertai keluar lendir campur darah, dengan pembukaan tidak diketahui. 2 jam kemudian keluar air-air yang banyak dari kemaluan dan tidak tertahankan. Gerakan janin masih dirasakan. Pasien mengaku disuruh mengejan dan dilakukan pendorongan pada perut dari atas oleh 2 orang pembantu bidan secara bergantian, namun selama 4 jam bayi tidak lahir.
pembantu bidan dengan menggunakan mobil pribadi tanpa surat rujukan, infus terpasang. Pasien diberikan oksigen pada saat tiba di VK-IGD, dan pasien mengaku sangat kesakitan hingga menjerit-jerit. Menurut anamnesis dari dokter muda yang mengikuti operasi, operator operasi mengatakan adanya uterus bikornus.
Follow up
..\follow up.doc
Definisi
Ruptur uteri peristiwa robeknya uterus
lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi Persalinan lama salah satu penyebab dari ruptur uteri
Uterus unikornis
Uterus didelfis Uterus bikornis
Uterus arkuatus
Uterus unikornis
Uterus didelfis
Uterus Bikornis
Etiologi
Etiologi persalinan lama
Jalan Lintas (passage) ukuran dan tipe panggul kemampuan serviks untuk membuka kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.
Menurut lokasinya, Korpus Uteri Segmen Bawah Rahim Serviks Uteri Kolpoporeksis-Kolporeksis Menurut robeknya peritoneum: Ruptur Uteri Kompleta Ruptur Uteri Inkomplet
Patofisiologi
Diagnosis Anamnesis
his yang kuat syok,
kesakitan yang luar biasa, gelisah, takut, pucat, keringat dingin pernafasan dangkal dan cepat, haus, muntah-muntah
Inspeksi kontraksi uterus hilang, defans muskulaer kembung meteoristis (paralisis usus).
Palpasi
Teraba krepitasi pada kulit perut yang
menandakan adanya emfisema subkutan. Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.
di rongga perut, maka teraba bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut dan disampingnya kadang-kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa. Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek
Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak
Pemeriksaan Dalam
Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke
bawah, dapat didorong ke atas disertai keluarnya darah pervaginam yang banyak. Rongga rahim yang sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim
maka dapat diraba usus, omentum dan bagian janin, jika jari tangan yang didalam temukan dengan jari luar maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang sangat tipis dari dinding perut juga dapat diraba fundus uteri.
Kateterisasi Hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada kandung kemih.
Penatalaksanaan
Pencegahan
selesaikan persalinan koreksi hipovolemia dan kendalikan perdarahan Histerektomi Konservatif: tamponade dan antibiotik
Faktor non medik: Komplikasi persalinan yang tidak terduga Penolong pertama, jumlah penolong, dan lama pertolongan di luar rumah sakit. Pertolongan estafet Geografis
Prognosis
Harapan hidup bagi janin sangat suram
Penatalaksanaan
Histerektomi, baik total maupun subtotal
sebaik-baiknya, Konservatif, hanya dengan tamponade dan pemberian antibiotik yang cukup.
Faktor resiko
Gambaran klinis
Jenis rujukan
RDB
1. Primi muda APGO 2. Primi tua 3. Primi tua sekunder 4. Anak terkecil < 2 tahun 5. Grande multi 6. Umur 35 tahun 7. Tinggi badan 145 cm 8. Riwayat obstet buruk 9. Persalinan yang lalu: buatan pervaginam 10. Bekas sc
Faktor resiko 1. Penyakit ibu 2. Preeklampsia ringan 3. Gameli 4. Hidramnion 5. IUFD 6. Hamil serotinus 7. Letak lintang 8. Letak sungsang
antepartum
2. Preeklampsia berat/eklampsia
Kehamilan
RR RT RST
Komplikasi
obstetrik Perdarahan PP Retensio plasenta infeksi
Komplikasi
obstetrik Dini RTW Rujukan terlambat
Prognosis
Mortalitas janin : 50-70%
Pembahasan
1. Apakah diagnosis di IGD pada pasien ini sudah tepat ? 2. Apakah tindakan histerektomi pada pasien ini sudah tepat ? 3. Apakah sistem rujukan pada pasien ini sudah tepat ? 4. Bagaimana Prognosis Pada Pasien ini ?
dan CPD. janin hidup tunggal intra uterin letak memanjang presentasi puncak kepala.
dilakukan perasat kristeller dan dilakukan akselerasi 1 kolf berisi 1 ampul oksitosin (10 IU). Dari pemeriksaan dalam (vaginal toucher) : portio dengan konsistensi lunak, penipisan 100%, ketuban sisa jernih yang dilihat dari sisa air-air yang ada di handschoen pemeriksa dan dibuktikan dengan menggunakan kertas lakmus yang berubah dari merah menjadi biru, terbawah puncak kepala, arah sumbu medial, pembukaan lengkap, penurunan hodge II, penunjuk sulit dinilai, dan didapatkan caput dengan diameter 7 cm.
pembukaan yang sudah lengkap, portio sudah tidak bisa dinilai lagi. Pada penunjuk dikatakan sulit dinilai karena terbentuk caput pada kepala pasien dengan diameter lebih kurang 7 sentimeter. Pada handschoen pemeriksa, selain air ketuban juga terdapat bloody show yang menandakan bahwa pasien ini sudah in partu.
persalinan dilakukan sebelum pembukaan lengkap. Kala II pada pasien ini dikatakan memanjang karena sudah berlangsung selama 3 jam, Literatur pasien multipara seharusnya hanya membutuhkan waktu paling lama 30 menit untuk kala II Taksiran berat janin: 4030 gram Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
Pasien dengan kala II memanjang infeksi intrapartum dan ruptura uteri? kaput suksadaneum? Pasien diakselerasi dipimpin bersalin sebelum
dilahirkan secara pervaginam dengan bantuan ekstraksi vacuum. syarat vacuum tidak terpenuhi (penurunan bagian terbawah janin masih berada di Hodge II sementara pembukaan sudah lengkap, leukosit 25.800/L (infeksi intrapartum,)+ pecahnya ketuban, terminasi kehamilan perabdominam segera.
mendukung Ruptur Uteri, sehingga diagnosis preoperatif pada pasien ini menjadi G3P2A0H2 gravid aterm + CPD + kala II memanjang + Suspek ruptur uteri. diagnosis pre-operatif G3P2A0H2 gravid aterm + CPD + kala II memanjang + Suspek ruptur uteri.
sudah tepat Pasien ruptur uterus komplit (uterus telah compangcamping) indikasi mutlak histerektomi.
persalinan yang tidak terduga Penolong pertama dan lama pertolongan di luar rumah sakit.
Simpulan
Penegakan
tepat. Tindakan histerektomi pada pasien ini sudah tepat. Sistem rujukan pada pasien ini merupakan rujukan terlambat. Prognosis pada dubia ad malam.
Saran
Sebaiknya bidan lebih mengasah ilmu
pengetahuan dan ketrampilan pemeriksaan sehingga dapat mendeteksi bahaya-bahaya yang mungkin timbul pada proses persalinan. Perlunya pemahaman dan menjalankan sebaikbaiknya sistem rujukan untuk menghindari bahaya yang mengancam jiwa ibu dan bayinya.