Pendahuluan.
�Benar!�
�Benar.�
�Oh�?�
�Setelah golok kelembutan dan Kait perpisahan
muncul dalam dunia persilatan, lamat-lamat seakan
muncul sebuah kekuatan kasat mata yang mendesak
Shau Gong-cu untuk melebur sisa dari baja yang dipakai
untuk membuat golok kelembutan serta sisa baja yang
dipakai untuk membuat kait perpisahan, ditambah
cucuran darah yang meleleh keluar dari kawanan jago
di bukit Thay-heng-san untuk menempa pedang ketiga.�
�Benar.�
�Dikubur di mana?�
BAB 1.
Oleh sebab itu dia selalu keluar dari rumah setiap pagi
hari, mengunjungi pelbagai toko dan warung untuk
memeriksa dan menyelesaikan pelbagai persoalan.
�Baik!�
�Apa artinya?�
�Buat apa?�
BAB 2.
Tentu saja Cong Hoa tahu akan hal ini, juga mengerti,
namun dia tidak pernah marah, jangan lagi berdebat,
membantah pun tidak.
BAB 3.
Bertemu lagi dengan Nyoo Cing.
Hujan di musim gugur baru saja berhenti, suasana di
dalam hutan selain gelap pun amat becek dan lembab,
bukan saja sinar matahari di siang hari tidak mampu
menembus masuk, dimalam haripun tidak bisa tampak
bintang dan rembulan, tidak heran kalau tidak seorang
manusia pun berani memasuki hutan itu kelewat dalam,
orang dusun disekitarnya juga karena takut, bisa tersesat
hingga selama hidup jangan harap bisa keluar dari
hutan itu dalam keadaan selamat.
Orang lain demikian takut, namun Nyoo Cing tidak
takut.
�Siapa?�
Tertanda: Cing-liong-hwee�
Dia tidak ingin Nyoo Cing mati kelewat cepat, dia pun
tahu bila jalan darah Ci-ti-hiat seseorang sampai
tertusuk, maka separuh badan korbannya akan
kesemutan, kaku dan akhirnya kehilangan rasa, dan dia
tidak akan mampu mengerahkan tenaganya lagi.
Ulah CongHoa.
BAB 4.
Kali ini Cong Hoa yang tidak ambil perduli, dia giat
melahap ikan bakar itu, ketika selesai melahap, sorot
matanya kembali mengincar ikan yang sedang dibakar
Lo Kaysian.
�Benar!�
�Cong Hui-miat!�
�Benar!�
�Benarkah begitu?�
Dia pun ingin tahu apa yang telah terjadi selama dua
puluh tahun perpisahan, dia ingin tahu setelah Lu Siokbun
kawin lagi dengan Hoa Coat, apakah dia hidup
dengan gembira dan bahagia?
BAB 5.
�Nyoo Cing!�
�Kenapa?�
�Tentu saja aku tahu, tapi saat itu dia sudah tidak
mampu menulis dengan tangannya lagi,� Un Hwee
sianseng menerangkan, �Sebab kedua tangan dan
kedua kakinya sudah ditebas orang hingga kutung.�
wanita.
�Daripada menganggur hujin!� sahutnya sambil
berpaling.
Orang ini tidak lain adalah Sin-gan-sin-kiam (mata
sakti pedang sakti) Lan Toa-sianseng, Lan It-ceng.
Walaupun wajahnya nampak jauh agak tuaan
namun mimik mukanya sama sekali tidak berubah,
hanya sorot matanya tidak setajam tempo hari.
... Apakah dia sudah tahu kalau kota kecil ini tidak
berpenghuni? Apakah dia tahu kalau sesosok mayatpun
tidak ada disitu maka dengan perasaan lega dia
berjalan sambil menundukkan kepala?
�Hey, mau apa sih kau ini?� sambil belari pengemis itu
berseru dengan napas terengah, �Apakah kau hendak
merampas goanpo yang ada ditanganku?�
�Benar.�
�Dapat... boleh...�
Tapi gadis itu tidak sudi kabur, dia pun tidak bisa
kabur. Karena itulah prinsip hidupnya selama ini.
�Buat apa?�
�Oya?�
�Tidak mengerti.�
�Memangnya tidak?�
�Say Siau-li?�
�Benarkah?�
�Tidak tahu?�
BAB 7.
�Kau toh sudah tahu kalau aku ini malas sekali,� kata
Lo Kay-sian sambil memenuhi cawannya dengan arak,
�Kalau urusan bisa sekaligus diselesaikan, kenapa aku
mesti mengerjakannya dua kali?�
�Cong Poan-long.�
BAB 8.
�Pisau bagus!�
�Mencabut bunga?�
�Paling tidak ada dua orang yang hadir disini saat ini
dapat menghadapi pisau terbangmu itu!� sahut Ui sauya
hambar.
�Tentu saja.�
�Kenapa?�
... Siapa tahu sikap dingin dan tenang dari Say Siau-li
jauh lebih dingin ketimbang pisau terbang yang berada
dalam genggamannya, jauh lebih menakutkan.
�Menurutmu?�
habis mengerti.
�Benar!�
�Tentu saja maksudku, juga maksud semua orang.�
�Apa artinya?�
�Dia kelewat pelit, kelewat itungan, setiap orang yang
Hari ini, hari ini pada dua puluh tahun berselang, untuk
pertama kalinya dia mengajak Lu Siok-bun mendatangi
tempat ini.
�Benar.�
�Lan toako!�
... Bila saat ini usiaku sepuluh tahun lebih muda, aku
pasti akan berkata begini, pasti akan kuusahakan
dengan pelbagai cara untuk menahanmu, minta
kepadamu untuk membuang jauh jauh semua
persoalan, tinggal bersamaku disini dan hidup
berbareng hingga akhir jaman.
�Benar.�
�Tidak pernah.�
�Tahukah kau mengapa? Sebab aku percaya
kepadamu, seperti aku memahami perasaan Lu Siokbun.�
Tapi ada satu hal yang tidak bisa disangkal, yang bisa
membuat kau �sedih�, �menderita� dan �menyesal�
biasanya hanya �sahabat�.
�Oya?�
�Siapa?�
�Seng Sam!�
�Manusia!�
�Tepat sekali!�
�Benar!�
�Benar.�
�Rasanya begitu.�
�Rasanya tidak.�
�Kesalahan apa?�
Tapi kenyataannya?
Ketika hembusan angin utara membawa suara jerit
kesakitan, Nyoo Cing sadar bahwa dugaannya ternyata
keliru besar.
BAB 10.
Pesanggrahan Tabib sakti.
�Barter apa?�
�Bagaimana tukarnya?�
�Bagus.�
�Siapa?�
�Benar.�
�Oooh?�
�Benar!�
�Maksudmu dia...�
�Hong Coan-sin!�
�Benar.�
�Bukan?�
�Kau!�
�Bagus sekali!�
�Bagus sekali!�
�Aku... hamba...�
�Hoa toa-siocia?�
�Cong Hoa!�
�Benar.�
�Kapan?�
�Sekarang!�
�Di mana?�
�Duduk!�
�Terima kasih!�
�Tidak boleh!�
�Kenapa?�
�Benar!�
�Benar.�
�Benar.�
�Tiga tahun.�
�Itu berarti kau baru tujuh belas tahun berlatih silat,
mana mungkin bisa menandingi kemampuan
perkumpulan naga hijau?�
�Baik.�
�Benar.�
�Hawa tubuh?�
�Benar, hawa tubuh yang menyusup masuk melalui
pori-pori kulit, kemudian tanpa disadar mereka
keracunan dan mati.�
�Benar.�
�Dia berhasil?�
�Betul, dia berhasil,� Hong Coan-sin mengangguk,
�Tapi putrinya telah menjadi buta sementara istrinya
edan.�
�Toan Capsa?�
�Benar!�
�Yan Capsa.�
Tiba tiba sorot mata tajam berkilat dari balik mata Tay
Thian, dia menghembuskan napas panjang dan
bergumam, �Mengerti aku sekarang, mengerti aku
sekarang...�
�Tidak mampu.�
�Benar!�
�Entahlah!�
Kenapa?
BAGIAN -2
BAB 1.
Manusia persilatan.
Benarkah begitu?
�Oya?�
�Benarkah?�
�Benar.�
�Kau keliru.�
�Kenapa?�
�Hanya begitu?�
�Benar.�
memperhatikannya.
Oleh karena dia kelewat sederhana maka kau tidak
berdaya untuk memperhatikannya.
BAB 2.
�Baik!�
�Baik.�
Kait perpisahan.
�Benar.�
�Benar.�
Tapi kini?
Dia tahu hari ini gedung raja muda akan luar biasa
sibuknya.
jujur.
Tentu sajajawaban mereka adalah jawaban yang
sejujurnya.
Asal Tay Thian percaya maka tujuan mereka pun
sudah tercapai.
Dia percaya Tay Thian pasti akan melakukan suatu
tindakan, asal dia melakukan satu tindakan,
bagaimanapun hati hatinya dia, bagaimana pun
rahasianya gerak-geriknya, Siau-tiap pasti dapat
menyelidikinya.
�Hoa toa-siocia?�
�Benar.�
�Seperti?�
�Maksudku, dalam tidurku aku seperti mendengar
sesuatu, atau mungkin aku sedang bermimpi?�
�Baik.�
Mustahil.
�Sudah.�
�Kenapa?� tanyanya.
ditempat gelap.�
�Cukup besar?�
�Yang seorang sudah kita ketahui sejak awal,� kata
Tay Thian, �Yang seorang lagi tidak dikenali Cu Liok.�
�Kenapa?�
�Betul.�
�Tidak.�
�Benar.�
�Ayoh kita tinjau rumah kayu kecil ditengah hutan
bunga bwee!�
BAB 3.
�Ooya? Kenapa?�
�Benar.�
�Siapa namamu?�
�Thian-hong Capsi-long!�
�Thian-hong Capsi-long?� seru Cong Hoa terperanjat.
Dulu di dalam dunia persilatan kedatangan seorang
ninja yang berasal dari lembah Giho di negeri Hu-Siang,
dia datang ke daratan Tionggoan dengan mengajak
kedua orang putranya, mula-mula dia menantang ketua
Kay-pang untuk berduel, tapi akhirnya terhajar sebuah
pukulan. Menyusul kemudian diapun menantang ketua
Siau-lim-pay, Thian-hong thaysu untuk berduel.
�Benar.�
�Dan kau?�
�Aku tidak minum.�
�Kenapa?�
�Katakan saja!�
�Aku bersungguh-sungguh!�
�Aku tahu.�
�Aku!�
�Kenapa?�
ke tulang sumsum.�
dalam tubuhku.�
�Siapa?�
�Kenapa?�
�Benarkah begitu?�
�Kemudian?�
�Benar.�
�Benar.�
BAB 4.
�Benar.�
... Mati ada yang enteng bagai bulu angsa, ada pula
yang berat bagai bukit Thay-san.
�Kenapa?�
�Benarkah begitu?�
BAB 1.
�Kenapa?�
�Tidak perlu!�
�Mata-mata.�
�Mata-mata?�
�See Si?�
�Siapa?�
�See Si!�
�Dia juga?�
�Benar,� ujar Nyoo Cing, �Demi membantu Kou Jian
membangun kembali negerinya, Huan Tay-hu tidak
segan mengirim wanita kesayangannya, See Si menjadi
seorang mata-mata, demi cinta See Si menjalankan
misinya, tahukah kau betapa tersiksa dan menderitanya
penghidupan wanita itu?�
�Benar.�
rahasia Tiong-gi.
�Tauke, siapkan dua kati telur!� teriak enso Cho yang
ada dirumah tetanggal memang keras lagi nyaring.
�Segera!� jawab Ui Ceng-piau cepat, �Delapan belas
butir telur, persis dua kati!�
Setelah menerima pembayaran, sembari tertawa
kembali Ui Ceng-piau bertanya, �Enso Cho, memangnya
lagi cia-po (makan bergizi tinggi)?�
�Tidaklah!� enso Cho tertawa cekikikan, �Suamiku
�Baik.... baiklah.....�
Dengan tubuh gemetar perlahan-lahan dia mundur
ke belakang, mungkin saking takutnya, kakinyajadi
lemas dan nyaris jatuh tertelungkup, terpaksa dia berdiri
bersandar dimeja sambil mengawasi kakek itu dengan
pandangan penuh ketakutan.
�Aku tahu.�
�Kau...�
Perempuan itu tertawa. Rasa ketakutan, tubuhnya
yang tadi menggigil, tiba-tiba hilang lenyap tidak
berbekas, dengan penuh daya pikat dia bangkit berdiri.
�Menengok kau.�
�Apa tujuanmu?�
�Aku ingin melihat, kau kah orang yang akan
membunuhku di hutan bunga bwee pada berapa hari
berselang?�
�Aneh jika orang itu adalah kau, suara orang itu kasar
dan serak seperti suara babi, tapi terus terang,
perawakan tubuhnya maupun gerak-geriknya, persis
sekali dengan dirimu.�
�Sungguh?�
�Betul.�
�Tidak mungkin!�
�Peluang apa?�
�Kenapa?�
BAB 2.
Nama: Siau-tiap.
Usia: 24 tahun.
Tempat lahir: negeri Hu-siang.
Kepandaian andalan: Ninja, ilmu samurai tujuh warna.
Kode rahasia: bulan tiga tanggal tujuh.
Keahlian: bercocok tanam, ikebana.
Lokasi: Seputar istana raja muda, sebagai tukang
�Benar.�
�Soal apa?�
�Benar!�
�Bagus sekali!�
�Baik.�
�Baik.�
Menjelang fajar.
�Ada apa?�
�Mana obatnya?�
�Bukan.�
Tangan kiri.
aku?�
�Memang tidak ada,� sahut si nona sambil tertawa,
�Benar.�
�Apa itu?�
�Kemudian?�
�Kemudian?�
�Tidak ada?�
�Sejak masuk ke dalam losmen hingga jenasahnya
ditemukan di dasar jurang, tidak seorangpun tahu kabar
beritanya lagi.�
�Aku tahu.�
�Baik.�
resmi,� katanya.
�Baik.�
�Tidak tahu.�
�Tidak tahu?�
kematiannya?�
�Pasti bisa ditemukan, toch aku belum membedah isi
perutnya.�
�Kau akan mengeluarkan isi perutnya?�
�Benar, bahkan harus, jika dalam isi perutnya tidak
ditemukan gejala yang mencurigakan, aku akan
membedah otaknya.�
�Seberapa kecil?�
�Benar!�
�Aku dengar jarum pembetot sukma langit dan bumi
diciptakan oleh seseorang yang sama sekali tidak
mengerti ilmu silat?�
�Kemudian?�
�Aku tahu!�
BAB 4.
Kosong!
Ternyata isi peti mati itupun kosong, yang ada hanya
satu stel pakaian. Paras muka Cong Hoa telah berubah
amat serius, dia mulai termenung sambil mengawasi
kedua peti mati yang kosong itu.
Tapi mengapa?
�Betul!�
Konon kawanan setan dan iblis yang menghuni
dalam alam baka tidak memiliki darah. Berita tersebut
sesungguhnya kurang tepat. Setan memang tidak
punya darah, tapi iblis mempunyai darah.
Darah iblis!
�Siapakah aku?�
Tay Thian menghela napas panjang, �Aaai,
bagaimana pun kupandang, rasanya kau tetap seorang
wanita.�
�Benarkah?�
Tiba-tiba pandangan sinar api yang membara itu
padam seketika, yang muncul kini adalah kesenduan
dan kesedihan, semacam kesedihan yang tidak bisa
diungkap dengan ucapan.
Yaa, seseorang!
�Benar.�
�Baik!�
Terpaksa Tay Thian bulatkan hati dengan melangkah
masuk ke dalam dinding itu, ternyata kakinya dengan
gampang melangkah masuk ke balik dinding. Tay Thian
merasa girang bercampur tercengang, bagaimana
mungkin seluruh tubuhnya dapat memasuki dinding itu?
Jantung manusia!
..... Seratus ribu iblis sakti, seratus ribu tetes darah iblis,
tercipta seekor kakak tua berdarah, karena dalam
kenyataan hanya membutuhkan sembilan puluh
delapan ribu enam ratus enam puluh empat tetes, maka
sisanya yang seribu tiga ratus tetes terwujud menjadi tiga
belas ekor burung iblis.
Budak darah!
Dari balik dinding api dan salju, dari balik angin dan
kabut bermunculan seratus ribu bilah golok iblis, golok
lengkung yang memantulkan cahaya aneh.
Kali ini dia tidak boleh goblok lagi. Tay Thian mulai
berpikir, walaupun dia masih muda, suatu ketika tentu
akan berangkat tua dan akhirnya mati, kenapa tidak
menggunakan kesempatan ini dia memohon kehidupan
yang kekal dan tidak pernah tua?
�Boleh juga.�
Mendadak kakak tua berdarah tertawa tergelak,
sambil tertawa dia membalikkan tubuh seraya berseru,
�Ikut aku!�
�Tempat apa?�
BAB 5
Jurus pedang ke lima belas.
Sampan iblis masih mengapung.
Tiada jawaban.
lenganmu.�
Perkataan macam apakah itu? Mungkin hanya Ui
sauya seorang yang berani mengucapkan kata-kata
seperti itu.
Sebuah perkataan yang mengandung maksud
mendalam. Perkataan semacam ini mungkin hanya
manusia segolongan Ing Bu-ok yang memahami artinya.
Jelas perkataan itu mengandung sindiran.
Tidak seorangpun!
�Betul!�
�Memusnahkannya!�
�Memusnahkannya?�
sebuah rahasia?�
�Dibakar!�
membesar.�
�Coh Liu-hiang!�
�Coh Liu-hiang?�
�Kenapa?�
BAGIAN - 4.
BAB 1.
Tidak ada. Cong Hoa yakin orang itu sudah tidak ada.
�Lepaskan aku!�
�Mungkiin!�
�Sau-li-cing?�
�Oya?�
�Apa keanehannya?�
�Bagaimana bedanya?�
�Siapa?�
�Tentu saja aku, kecuali aku, siapa lagi didunia saat ini
yang memiliki begitu banyak resep dari tabib Hua Tuo?�
�Benar.�
�Benar.�
�Benar.�
�Benar.�
BAB 2.
�Aneh, hari ini Tay suya tidak berada disini, juga tidak
balik ke istana, sebenarnya dia pergi kemana?� tanya
Hoa U-gi.
�Benar.�
�Hanya begitu?�
�Benar.�
�Baik.�
BAB 3.
�Oya?�
�Baik.�
�Masuk!�
�Baik.�
�Peranan apa?�
BAB 4.
Perasaan kasih dari Hoa U-gi.
Suasana diluar jendela sangat tenang, sedemikian
tenangnya hingga suara serangga yang seharusnya
mulai berbunyi, saat ini seolah ikut bungkam, ikut
menikmati keheningan yang mencekam.
�Benar.�
Yaa, kenapa?
Hoa U-gi sendiripun tidak tahu, dia sendiripun tidak
sanggup menjawab pertanyaan ini, apakah lantaran
dia sudah jatuh hati kepada lelaki itu? Atau perasaan
hatinya sudah tersentuh, sudah dibuat terenyuh oleh
sikap lelaki itu?
�Kenapa?�
�Kabut?�
�Kenapa?�
�Sungguh?� bisiknya.
�Benar.�
Kepala pusing.
kirinya.
�Keadaan apa?�
�Lima orang?�
�Lenyap.�
.....Musuh bebuyutan.
�Benar.�
�Benar.�
�Soal apa?�
�Benar.�
�Benar.�
bertanya.
�Apa keistimewaannya?�
�Aku...�
�Kau tidak yakin bukan?� seru nona hitam.
Kemudian tanpa menanti Nyoo Cing buka suara, dia
berkata lebih jauh, �Ti Cing-ling sengaja berbuat begitu
karena dia ingin kau mengira rambut itu adalah rambut
milik Lu Siok-bun, dia berharap kau mengira Lu Siok-bun
sudah terjatuh ke tangannya, agar perasaanmu tidak
tenang, agar dia memiliki kesempatan untuk
membunuhmu.�
�Mungkin saja.�
�Kenapa?�
�Soal apa?�
�Tidak perlu!�
�Apa arti tidak perlu?�
�Tidak perlu artinya walau kita mengeta-hui tempat
persembunyiannya pun tidak usah pergi mencarinya.�
�Maksudmu, diapun sedang menduga-duga
bagaimana reaksimu sekarang?�
�Benar.�
�Soal apa?�
�Juga bukan.�
�Benar.�
�Kecepatan?�
�Benar.�
�Tidak dapat.�
�Kenapa?�
�Tidak!�
�Jadi kau tahu kalau kemampuanmu masih bukan
tandingannya?�
�Benar.�
�Benar.�
�Sejenis manusia?�
�Aku tahu.�
�Kau tahu?�
�Sudah impas?�
�Benar.�
Akhirnya kakek itu mendongakkan kepalanya,
mengawasi Nyoo Cing dengan wajah tanpa perasaan,
sinar matanya kelihatan sangat aneh, entah sorot mata
kegembiraan ataukah sorot mata kesedihan.
�Tentu saja aku akan datang dan tentu saja kau pasti
tahu,� kata kakek itu sambil menatapnya makin tajam,
�Kalau tidak, mengapa kau biarkan aku pergi pada
delapan tahun berselang?�
BAB 6.
�Benar.�
�Sudah terbayar?�
�Toan capsa?�
�Benar.�
�Benar.�
�Konon begitu.�
�Kenyataannya keliru?�
Ti Cing-ling manggut manggut.
�Demi mengalahkan Sam sauya, Yan Capsa tidak
segan membarter ilmu pedang tiga belas jurus
pembetot sukmanya dengan ilmu pertabiban milik Toan
Capsa.�
�Resep Ngo-ma-san?�
�Benar.�
Wanita berbaju putih itupun termenung, termenung
sambil meneguk araknya.
Ti Cing-ling manggut-manggut.
�Benar.�
�Menurut kau?�
Tangan yang pucat telah meloloskan pedang yang
hitam, dibawah cahaya rembulan, pedang itu nampak
jauh lebih hitam dan gelap.
�Aku tahu.�
�Aku mengerti.�
�Aku tahu.�
�Benar.�
BAB 1.
�Aku tidak ingin tidur lagi,� ujar Cong Hoa pula sambil
membuka matanya, �Saat ini aku hanya pingin makan
sekenyang-kenyangnya, kemudian menenggak empat
puluh cawan arak.�
�Kalau aku mah tidak senapsu itu, paling hanya ingin
minum dua puluh cawan arak,� sambung Tay Thian,
kemudian sambil berpaling ke arah budak darah,
ujarnya lagi, �Setiap narapidana yang sudah di vonis
hukuman mati, mereka punya kesempatan untuk
menikmati hidangannya yang terakhir menjelang
dilaksanakannya eksekusi, entah fasilitas semacam itu
berlaku tidak untuk kami bertiga?�
�Benar!�
�Benar.�
�Benar.�
�Benar.�
�Betul.�
�Benar.�
�Hoa U-gi!�
Apakah karena...?
�Oya?�
�Benar.�
�Jalan kematian?�
�Tidak percaya?�
�Baik.�
BAB 2.
memancar ke udara.
Diantara kilauan cahaya tajam, tubuhnya ikut
melompat bangun.
Sambil mengawasi pedang dalam genggamannya,
Nyoo Cing menghadapkan mata pedang ke arah
namun hanya sekejap kemudian sudah lenyap tak
berbekas.
�Benarkah begitu?�
�Benar.�
�Golok kelembutan?�
�Aku tahu.�
�Benar.�
�Belum tentu.�
�Senjata ketiga?�
�Benar.�
�Kenapa?�
�Pedang amarah!�
�Pedang amarah?�
�Kenapa?�
BAB 4.
�Takdir!� gumamnya.
Nyoo Cing tidak menjawab, dia hanya mengawasi
kakek itu.
Duel.
BAB 1.
�Silahkan duduk.�
�Oya?�
�Kau keliru.�
�Benar.�
BAB 2
Golok Kelembutan!