Anda di halaman 1dari 32

Mahasiswa Adalah Manusia Modern

Mahasiswa Adalah Manusia Modern


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Syaeful Gunawan 210110100193 Kelas E

Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad 2010

Latar Belakang Manusia diciptakan untuk menjaga dan melestarikan semua isi alam semesta ini semua itu telah di tuliskan dalam al-qur`an. Kita tidak cukup hanya bangga karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Sebagai aktualisasinya, mandat kebudayaan harus dilaksanakan. Untuk melaksanakannya kita harus terus mengalami perubahan tanpa keluar dari apa yang di perintahkan oleh Allah. Sebagai pelaksanaannya pada zaman modern, modernisasi manusia perlu dilaksanakan. Modernisasi itu terdiri dari: 1. Siap menghadapi pengalaman baru dan terbuka terhadap inovasi; 2. Menerima dan menghargai perbedaan (demokratis); 3. Berorientasi pada masa kini dan mendatang; 4. Berorientasi pada perencanaan; 5. Mempelajari derajat substansialnya untuk menguasai lingkungannya guna mencapai tujuan dan sasaran; 6. Mempercayai bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan dan bukan ditentukan nasib; 7. Menghargai dan menghormati orang lain; 8. Menghargai ilmu dan teknologi; 9. Bersikap adil. Negara Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang yang sedang berupaya membangun masyarakatnya dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Hal itu dilakukan dengan adanya pembangunan masyarakat secara keseluruhan dalam bidang modernisasi. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia agar setara dengan masyarakat modern bangsa lain. Oleh sebab itu modernisasi di Indonesia dapat dikatakan terbuka, artinya bahwa dalam proses modernisasi tidak tertutup kemungkinan untuk menerima unsur-unsur dari luar. Namun tentunya harus ada filterisasi (penyaringan) terhadap unsur-unsur dari luar. Gejala-gejala yang tampak dari proses modernisasi di Indonesia meliputi segala bidang, baik teknologi, politik, sosial, ekonomi, agama dan kepercayaan. Pengertian modernitas berasal dari perkataan modern; dan makna umum dari perkataan modern adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan kehidupan masa kini. Lawan dari modern adalah kuno, yaitu segala sesuatu yang bersangkutan dengan masa lampau. Jadi modernitas adalah pandangan yang dianut untuk menghadapi masa kini. Selain bersifat pandangan, modernitas juga merupakan sikap hidup. Yaitu sikap hidup yang dianut dalam menghadapi kehidupan masa kini. Kalau kita berbicara tentang masa kini, maka yang dimaksudkan adalah waktu sekarang dan masa depan. Kini, kemoderenan juga dikaitkan dengan nilai, kesadaran akan semesta. Efektivitas dan efisiansi tidak selalu terkait dengan kecanggihan dan pemborosan. Alat-alat sudah memenuhi bumi ini, bahkan mungkin sudah memasuki taraf

menyesakkan. Orang mulai berfikir, bagaimana lingkungan dimana kita hidup terlihat lebih segar, tidak menyesakkan. Modernisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak membawa perubahan bagi masyarakat dalam cara berfikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi positif sekaligus berdampak negatif. Konsekuensi negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah timbulnya problem manusia modern. Karena itu merupakan keharusan untuk kembali menghayati ajaran Islam secara kaffah. Menurut Alex Inkeles & David H. Smith dalam Bukunya yang berjudul: Becoming Modern ciri-ciri manusia modern itu seperti:

Terbuka terhadap inovasi dan perubahan Maksud dari hal ini adalah bahwa manusia modern tidak boleh tertutup terhadap perubahan, harus selalu mengamati perkembangan yang berada di sekitar kita. Kita tidak akan bisa maju bila kita selalu tertutup terhadap perubahan. Jaman sudah jauh berubah dibandingkan dulu. Teknologi sudah semakin maju. Bila kita tidak ingin tertinggal maka sudah sepantasnyalah kita mengikuti perubahan, tentunya dengan tidak menentang hal-hal yang dianggap salah.

Memiliki opini terhadap berbagai masalah Manusia modern tidak bisa hanya tinggal diam terhadap berbagai hal yang terjadi tanpa memiliki opini sedikitpun. Kita harus mempunyai pendapat tentang hal-hal yang terjadi supaya kita tidak hanya ikut-ikutan saja ketika orang mengkritik atau memuji sesuatu. Kita harus punya sudut pandang kita sendiri. Tetapi sudut pandang itu juga tidak harus selalu disampaikan. Terkadang melihat kondisi sedang dimana kita akan jauh lebih baik.

Berorientasi terhadap masa depan Banyak orang yang tidak memikirkan apa yang akan terjadi setelah dia bertindak. Hal itu sangat bertentangan dengan konsep manusia modern ini. Seseorang harus berfikir tentang masa depan yang akan dilaluinya. Kita tidak bisa hanya berbuat suatu hal, entah itu baik atau buruk tanpa perhitungan, karena hal itu akan menjerumuskan kita. Bagaimanapun masa depan masih panjang dan harus dipikirkan dengan baik.

Mengadakan perencanaan dan pengorganisasian

Seperti yang kita tahu, hal yang direncanakan akan jauh lebih matang daripada hal yang dilakukan tanpa perencanaan. Mungkin memang ada saat dimana kita melakukan sesuatu tanpa ada perencanaan dan berjalan baik-baik saja. Tetapi bisa saja hal itu hanya karena kita mendapat pertolongan dari Tuhan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan keberuntungan saja untuk membantu hidup kita sehari-hari.

Percaya bahwa manusia dapat belajar dalam batas tertentu Pesimis. Adalah kata yang sangat tidak enak didengar dan memiliki arti yang buruk. Orang yang pesimis tidak akan mau mencoba ketika hal yang dilaluinya akan sulit dan dia akan merasa tidak mampu. Padahal sebagai manusia kita memiliki otak dan akal untuk berfikir dan belajar. Segala sesuatu dapat dipelajari bila kita mau berusaha, tentunya tidak melampaui Tuhan. Tetapi ada satu kenyataan yang kurang enak didengar, bahwa ternyata selama ini manusia hanya memakai 30% saja kapasitas dari otak yang dimilikinya. Maka dari itu, kita harus sadar bahwa kita belum memaksimalkan apa yang kita miliki. Mulai sekarang lakukan semua hal dengan kpercayaan yang tinggi terhadap diri sendiri.

Punya sikap segala sesuatu dilaksanakan dengan perhitungan Ketika kita sudah berfikir tentang berbagai hal yang akan terjadi ataupun tidak, maka kita akan melakukan segala sesuatu dengan lebih berhati-hati. Perhitungan dalam melakukan berbagai hal sangatlah penting demi kelancaran tentang hal apa yang akan kita lakukan.

Menghargai harkat manusia lain Bila kita merasa sebagai manusia modern maka kita tidak boleh meremehkan orang lain. Mungkin orang yang kita remehkan itu terlihat (maaf) bodoh, jelek, dsb. Tetapi kita tidak bisa merendahkan orang lain begitu saja. Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ketahuilah bahwa mungkin dalam hal tertentu kita jauh lebih buruk daripada orang yang kita rendahkan. Maka mulailah untuk menghargai orang lain saat ini juga.

Lebih percaya pada ilmu dan teknologi Ramalan tentang hidup yang banyak dilakukan oleh orang saat ini itu, tidak dapat sepenuhnya dipercaya, bagaimanapun ramalan itu tidak memiliki dasar ilmu. Hal yang tidak masuk logika tidak dapat dipercaya sebagai ilmu. Sebagai orang modern, alangkah baiknya bila kita tidak percaya dengan hal-hal seperti itu. Jangan membohongi diri anda sendiri dengan mencoba percaya dengan hal-hal seperti itu.

Menjunjung tinggi sikap bahwa pahala sesuai dengan prestasi dan kontribusinya

Tentang hal ini saya yakin kebanyakan dari kita sudah mengetahuinya. Kita tidak mungkin akan menerima pahala yang lebih banyak daripada yang kita kerjakan. Tetapi dalam hal ini saya tidak membahas manusia. Manusia itu banyak yang berbohong, bahkan mungkin pada saat anda membaca tulisan ini anda sudah berbohong kepada orang lain hari ini, dan jangan tersenyum bila anda teringat terhadap kesalahan anda itu. Ketika manusia berbohong, mungkin berkata bahwa kita mengerjakan lebih kepada sesama manusia mungkin kita akan mendapat imbalan lebih. Walaupun ada juga yang kurang. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan akan memberi kita imbalan terhadap semua kebaikan yang kita capai dan kita lakukan. Semua itu Muncul sebagai upaya: 1. AS untuk memenangkan perang ideologi melawan sosialisme. 2. Untuk membangun Negara eropa pasca PD II. 3. Istilah modernisasi merupakan gerakan sosial yg bersifat revolusioner, kompleks, dan sistematik. Dan dapat di simpulkan bahwa Syarat-syarat Modernisasi itu memiliiki beberapa faktor

Cara berfikir ilmiah ( Scientific thinking) yang institutionalized dalam the ruling class maupun masyarakat. Sistem administrasi negera yang baik, yang benar-benar mewujudkan bureaucracy (birokrasi). Adanya system pengumpula data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. Penciptaan iklim yang favoureble dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara pengunaan alat-alat komunikasi masa. Tingkat organisasi yang tinggi, yang disatu pihak berarti disiplin, sedangkan dilain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. Sentrasi wewenang dalam social planning.

Mahasiswa Adalah Manusia Modern Tidak hanya pada kategori teknologi yang bisa maju menuju moderen, tepai mahasiswa pun bisa dikatakan sebagai manusia moderen. Mahasiswa adalah manusia moderen ini semua merupakan salah satu pernyataan dari seorang tokoh yang bernama Alex Inkeless. Menurut beliau, manusia modern itu bisa dinilai dari sikap moralnya. Mahasiswa sebagai seorang yang berpendidikan tinggi dituntut untuk bisa menjadi manusia modern yang memiliki pemikiran yang

lebih baik dibandingkan dengan orang yang berpendidikan lebih rendah. Sangat tidak pantas bila mahasiswa memiliki pemikiran yang jauh lebih buruk daripada orang yang memiliki tingkat di bawahnya. Perilaku juga sangat mempengaruhi kepribadian seorang manusia modern di masa sekarang ini. Tetapi dalam hal ini tidak hanya mahasiswa yang memiliki pemikiran modern. Banyak tingkat yang lebih rendah tetapi memiliki sikap modern. Alasan Mahasiswa Sebagai Manusia Modern Mahasiswa Adalah Manusia Modern penyataan di atas diperkuat dengan beberapa hal yang mendukung, bahwa mahasiswa adalah manusia modern. Selain dari pernyataan Alex Inkeles dan David H. Smith, mahasiswa itu selalu di tuntut berfikir secara kritis dengan menggunakan otak kanan dan kirinya secara logika yang rasional. Selain itu, mahasiswa juga memiliki sikap untuk siap menerima ilmu-ilmu yang belum dikenal, hal-hal yang baru atau pengalaman-pengalaman baru, pergaulan yang menuju dewasa dan terbuka dalam menerima inovasi-inovasi perubahan untuk hal yang lebih baik, dan sebaliknya mahasiswa juga kritis dalam menerima setiap hal yang menurutnya kurang baik, misalnya saja mahasiswa tidak tinggal diam saat pemerintahan kita di permainkan Soeharto oleh karena itu semua mahasiswa dari berbagai daerah memaksa Soeharto lengser pada jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998. Selain itu mahasiswa ikut dalam membantu kaum yang lemah dan para korban bencana, dengan turun langsung ke jalanan untuk mengumpulkan dana dengan orasi-orasinya yang membujuk agar bisa memberikan doa dan bantuannya kepada para korban agar tidak putus asa dan menjadi semangat untuk meraih masa depan. Dan didalam setiap kegiatan kemahasiswaan itu, pastilah ada sebuah perencanaan dan pengorganisasian untuk mengatur semuanya, dan setiap hal itu dilaksanakan dengan perhitungan yang matang agar dapat berjalan lancar. Seorang manusia modern juga harus menghargai harkat manusia lain, dengan tidak meremehkan kemampuan seseorang, menghina, dll. Mahasiswa layaknya menjadi panutan bagi masyarakat. Dan sebagai seorang yang mempelajari ilmu pengetahuan secara rasional, maka seorang mahasiswa lebih mempercayai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Yang terpenting adalah seorang manusia modern tau bahwa sesuatu yang kita dapat/peroleh adalah sesuai dengan prestasi dan konstribusi kita terhadap hal itu, baik itu besar ataupun kecil. Dan kita juga tak mungkin mengharapkan nilai kita bagus tanpa mencontek jika kita tak belajar sama sekali, dan begitu juga kita tak mungkin punya uang sendiri jika kita tak bekerja. Karena mahasiswa adalah awal dari menuju pendewasaan dimana semua yang pernah kita pelajari akan membantu pada masa yang akan datang.

Bukan semata-mata mahasiswa adalah manusia yang paling moderen dan patut kita contoh tapi mahasiswa pun tidak luput pada kesalahan karena mahasiswa adalah mahluk yang pastinya memiliki kekurangan. Semua itu kembalikan kepada kepercayaan kita sendiri mau kemana hidup kita di bawa. Moderen bukan saja memiliki hal yang positif tapi pasti selalu saja ada hal negative yang kerap tak terpisahkan dari kelakuan kita. Dalam hal positif, adanya kemajuan teknologi yang dapat membantu mahasiswa untuk mengenal dunia luar dengan cepat tanpa harus mengunjungi tempat itu, modernisasi membuat mahasiswa berpikir lebih maju dan kritis, adanya kebebasan, adanya pertukaran mahasiswa antar Negara. Sebaliknya hal yang negative mempengaruhi mahasiswa, sehingga mereka lupa akan tidak membudayakan kebudayaan lokal yang akan berdampak pada lunturnya budaya lokal dan nilai luhur, adanya penyalahgunaan teknologi dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki untuk melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Gagasan Pribadi
Apa yang dikatakan Alex Inkeles & David H. Smith itu benar kenyataannya, mahasiswa adalah manusia moderen. Moderen yang artinya suatu perubahan di berbagai aspek. Mahasiswa adalah orang yang ingin mencari ilmu yang lebih dalam lagi dan menambah pengalamman, selain itu mahasiswa di tuntut harus memiliki opini tentang segala aspek yang berguna untuk membantu mengembangkan pengetahuannya. Mahasiswa senantiasa selalu berpikir keritis dengan hal yang baru dia temukan dengan logika yang rasional. Dan tidak kalah lagi mahasiswa selalu menerima hal yang baru dalam berbagai hal dengan tujuan yang berguna. Apa boleh buat mahasiswa adalah orang yang terpilih untuk meneruskan generasi sebelumnya, dan mahasiswa itu menentukan suatu perubahan di bangsanya. Sudah sepantasnya mahasiswa menyadari bahwa tugasnya di dunia ini bukan sembarangan. Jadi mahasiswa itu berperan penting sebagai kunci perubahan akan tetapi penurunan pun tergantung mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa itu manusia pelajar dimana dia dituntut untuk menjadi orang yang bisa membuat bangsa ini maju dalam pembangunan di tanah air agar menjadi bangsa yang lebih baik lagi.

Reference artikel: www.r1nto.wordpress.com/2009/.../mahasiswa-sebagai-manusia-modern/ www.dhamiens.wordpress.com/.../mahasiswa-adalah-manusia-modern/ Diposkan oleh Ipul di 22:08


http://seico-study.blogspot.com/2011/09/mahasiswa-adalah-manusia-moderndisusun.html

CIRI-CIRI MASYARAKAT MODERN


Kata Modern berasal dari bahasa latin Modo = cara dan Ernus = masa kini Menurut Talcott Parson : 1. Netralitas efektif yaitu bersikap netral, bahkan dapat menuju sikap tidak memperhatikan ol/ling. 2. Orientasi diri yaitu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri. 3. Universalisme yaitu menerima segala sesuatu dengan obyektif. 4. Prestasi yaitu masyarakatnya suka mengejar prestasi. 5. Spesifitas yaitu berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu. Menurut Alex Inkeles manusia modern memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1. Menerima hal-hal baru. 2. Menyatakan pendapat baik tentang lingkungannya sendiri maupun luar. 3. Menghargai waktu. 4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian. 5. Percaya diri 6. Perhitungan 7. Menghargai harkat hidup orang lain 8. Lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi. 9. Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan sesuai dengan prestasi yang diberikan. Tambahan : 1. Masyarakatnya heterogen. 2. System pelapisan sosialnya terbuka 3. Mobilitas sosialnya tinggi 4. Melakukan tindakan secara rasional. 5. Tidak terikat pada tradisi/adat. Syarat-syarat modernisasi: 1. Berfikir ilmiah ( scientific thinking ) 2. System administrasi Negara yang baik. 3. System pengumpulan data yang baik. 4. Penciptaan iklim yang menyenangkan ( favourable ) 5. Tingkat organisasi yang tinggi.

6. Social planning yang baik Eka, 5 April 2009 Diposkan oleh MAS EKA GUNAWAN di 4/04/2009 09:10:00 PM
http://nilaieka.blogspot.com/2009/04/ciri-ciri-masyarakat-modern.html

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan umat manusia pun mengalami perubahan. Menurut para pemikir post modernis dekonstruksi, dunia tak lagi berada dalam dunia kognisi, atau dunia tidak lagi mempunyai apa yang dinamakan pusat kebudayaan sebagai tonggak pencapaian kesempurnaan tata nilai kehidupan. Hal ini berarti semua kebudayaan duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan yang ada hanyalah pusat-pusat kebudayaan tanpa periferi. Sebuah kebudayaan yang sebelumnya dianggap pinggiran akan bisa sama kuat pengaruhnya terhadap kebudayaan yang sebelumnya dianggap pusat dalam kehidupan manusia modern. Wajah kebudayaan yang sebelumnya dipahami sebagai proses linier yang selalu bergerak ke depan dengan berbagai penyempurnaannya juga mengalami perubahan. Kebudayaan tersebut tak lagi sekadar bergerak maju tetapi juga ke samping kiri, dan kanan memadukan diri dengan kebudayaan lain, bahkan kembali ke masa lampau kebudayaan itu sendiri. Lokalitas kebudayaan karenanya menjadi tidak relevan lagi dan eklektisme menjadi norma kebudayaan baru. Manusia cenderung mengadaptasi berbagai kebudayaan, mengambil sedikit dari berbagai keragaman budaya yang ada, yang dirasa cocok buat dirinya, tanpa harus mengalami kesulitan untuk bertahan dalam kehidupan. Perubahan tersebut dikenal sebagai perubahan sosial atau social change. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya, namun perubahannya hanya mencakup kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, kecuali organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan sosial

tersebut bardampak pada munculnya semangat-semangat untuk menciptakan produk baru yang bermutu tinggi dan hal inilah yang menjadi dasar terjadinya revolusi industri, serta kemunculan semangat asketisme intelektual. Menurut Prof Sartono, asketisme dan expertise ini merupakan kunci kebudayaan akademis untuk menuju budaya yang bermutu. Sebagai homo faber, manusia mencipta dan bekerja, untuk memperoleh kepuasan atau self fulfillment. Dalam kaca mata agama dan unsur untuk beribadah, suatu orientasi kepada kepuasan batin dan menuju ke arah sesuatu yang transendental. Di sinilah yang disebut etos bangsa itu muncul. Sebenarnya etos bangsa kita juga sudah banyak disinggung oleh para pujangga seperti dalam Serat Wedatama karya Mangkunegoro IV yang disebutnya sebagai etos mesu budi. Etos ini merupakan suatu ajakan untuk mementingkan penampilan yang bermutu baik lahir, maupun batin, atau kalau dalam bahasa modern disebut juga etos intelektual. Kemudian, etos intelektual inilah yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya, sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern. Sedangkan proses menjadi masyarakat yang modern disebut dengan istilah Modernisasi. Jadi dengan kata lain, modernisasi ialah suatu proses transformasi total, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspeknya. B. Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Masyarakat Menjadi Masyarakat yang Modern
1. perkembangan ilmu 2. perkembangan teknologi 3. perkembangan industri

4. perkembangan ekonomi C. Gejala-gejala Modernisasi 1. Bidang IPTEK Gejala Modernisasi di bidang IPTEK ditandai dengan adanya penemuan dan pembaharuan unsur teknologi baru yang dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat.

2. Bidang Ekonomi Gejala Modernisasi di bidang Ekonomi ialah meningkatnya produktivitas ekonomi dan efisiensi sumber daya yang tersedia, serta pemeanfaatan SDA yang memperhatikan kelestarian alam sekitar. 3. Bidang Politik dan Idiologi Pada bidang ini, gejala modern ditandai dengan adanya system pemerintahan perwakilan yang demokratis, pemerintah yang diawasi dan dibatasi kekuasaanya, dihormati hak-hak asasinya serta dijaminnya hak-hak sosial. 4. Bidang Agama dan Kepercayaan Gejala Modernisasi di bidang Agama dan Kepercayaan ditandai dengan adanya pengembangan nalar (rasio) dan kebahagiaan kebendaan (materi), yang pada akhirnya akan menimbulkan paham sekularisasi dan sekularisme. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Masyarakat Modern Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan. B. Ciri-ciri Masyarakat Modern 1. Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.

2. Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling memepengaruhi 3. Keprcayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat 4. Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesiyang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan 5. Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata. 6. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks 7. Ekonomi hamper seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkanatas penggunaan uangdan alat-alat pembayaran lain. C. Masyarakat Modern dilihat dari berbagai Aspek Aspek Mental Manusia : 1. Cenderung didasarkan pada pola pikirserta pola perilaku rasionalatau logis, dengan cirri-cirimenghargai karya orang lain, menghargai waktu, menghargai mutu, berpikir kreatif, efisien, produktif percaya pada diri sendiri, disiplin, dan bertanggung jawab. 2. Memiliki sifat keterbukaan, yaitu dapat menerima pandangan dan gagasan orang lain. Aspek Teknologi : 1. Teknologi merupakan factor utama untuk menunjang kehidupan kearah kemajuan atau modernisasi. 2. Sebagai hasil ilmu pengetahuan dengan kemampuan produksi dan efisiensi yang tinggi. Aspek Pranata Sosial :

I. Pranata Agama : Relatif kurang terasa dan tampak dalam kehidupan sehari-hari, diaibatkan karena sekularisme II. Pranata Ekonomi : 1. Bertumpu pada sektor Indusri Pembagian kerja yang lebih tegas dan memiliki batas-batas yang nyata. 2. Pembagian kerja berdasarkan usia dan jenis kelamin kurang terlihat. 3. Kesamaan kesempatan kerja antar priadan wanita sangat tinggi. 4. Kurang mengenal gotong-royong. 5. Diobedakan menjadi tiga fungsi, yaitu: produksi distribusi, dan konsumsi. 6. Hampir semua kebutuhan hidupmasyarakat diperoleh melalui pasar dengan menggunakan uang sebagai alat tukar yang sah. III. Pranata Keluarga : 1. Ikatan kekeluargaan sudah mulai lemahdan longgar, karena cara hidup yang cenderung inidividualis. 2. Rasa solidaritas berdasarkan kekerabatan umumnya sudah mulai menipis. IV. Pranata Pendidikan : Tersedianya fasilitas pendidikan formal mulai dari tingkat rendah hingga tinggi, disamping pendidikan keterampilan khusus lainnya. V. Pranata Politik :

Adanya pertumbuhan dan berkembangnya kesadaran berpolitik sebagai wujud demokratisasi masyarakat. D. Gambaran Umum Kehidupan Masyarakat Modern Pada kehidupan masyarakat modern, kerja merupakan bentuk eksploitasi kepada diri, sehingga mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pola hubungan pribadi dengan keluarga. Sehingga dalam kebudayaan industri dan birokrasi modern pada umumnya, dipersonalisasi menjadi pemandangan sehari-hari. Masyarakat modern mudah stres dan muncul penyakit-penyakit baru yang berkaitan dengan perubahan pola makanan dan pola kerja. Yang terjadi kemudian adalah dehumanisasi dan alienasi atau keterasingan, karena dipacu oleh semangat kerja yang tinggi untuk menumpuk modal. Berger menyebutnya sebagai lonely crowd karena pribadi menemukan dirinya amat kuat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kebudayaan industrialisasi, terus terjadi krisis. Pertama, kosmos yang nyaman berubah makna karena otonomisasi dan sekularisasi sehingga rasa aman lenyap. Kedua masyarakat yang nyaman dirobek-robek karena individu mendesakkan diri kepada pusat semesta, ketiga nilai kebersamaan goyah, keempat birokrasi dan waktu menggantikan tokoh mistis dan waktu mitologi. Para penganut paham pascamodern seperti Lyotard pernah mengemukakan perlunya suatu jaminan meta-sosial, yang dengannya hidup kita dijamin lebih merdeka, bahagia, dan sebagainya. Khotbah agung-nya (metanarasi) ini mengutamakan perlunya new sensibility bagi masyarakat yang terjebak dalam gejala dehumanisasi budaya modern. Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah, sehingga penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern diarahkan untuk kenikmatan pribadi. Sehingga, munculah praktek-peraktek kotor seperti nepotisme, korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu yang amat rendah. E. Kebudayaan Modern

Proses akulturasi di Negara-negara berkembang tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: the things of humanity all humanity enjoys. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif. Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan, kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi dalam (Bakker; 1984). Apakah kebudayaan Barat modern semua buruk dan akan mengerogoti Kebudayaan Nasional yang telah ada? Oleh karena itu, kita perlu merumuskan definisi yang jelas tentang Kebudayaan Barat Modern. Menurut para ahli kebudayaan modern dibedakan menjadi tiga macam yaitu: a. Kebudayaan Teknologi Modern Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang. Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataanpenyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.

Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat instumental. b. Kebudayaan Modern Tiruan Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC). Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan batin. Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran. Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita

kehilangan

kemampuan

untuk

menikmati

sesuatu

dengan

sungguh-sungguh.

Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern. c. Kebudayaan-Kebudayaan Barat Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas mereka masing-masing. Meskipun di mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola. Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan demikian belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya, apakah paham tanggung jawabnya (Suseno; 1992). F. Tantangan Kebudayaan Masyarakat Modern 1. Kebudayaan Modern Tiruan Tantangan yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah Kebudayaan Modern Tiruan. Dia mengancam justru karena tidak sejati, tidak substansial. Yang ditawarkan adalah semu. Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia plastik, manusia tanpa kepribadian, manusia terasing, manusia kosong, manusia latah. Kebudayaan Blasteran Modern bagaikan drakula: ia mentereng, mempunyai daya tarik luar biasa, ia lama kelamaan meyedot pandangan asli kita tentang nilai, tentang dasar harga diri,

tentang status. Ia menawarkan kemewahan-kemewahan yang dulu bahkan tidak dapat kita impikan. Ia menjanjikan kepenuhan hidup, kemantapan diri, asal kita mau berhenti berpikir sendiri, berhenti membuat kita kehilangan penilaian kita sendiri. Akhirnya kita kehabisan darah , kehabisan identitas. Kebudayaan modern tiruan membuat kita lepas dari kebudayaan tradisional kita sendiri, sekaligus juga tidak menyentuh kebudayaan teknologis modern sungguhan (Suseno;1992) 2. Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa, budaya adalah perjuangan manusia dalam mengatasi masalah alam dan zaman. Permasalahan yang paling mendasar bagi manusia adalah masalah makan, pakaian dan perumahan. Ketika orang kekurangan gizi bagaimana ia akan mendapat orang yang cerdas. Ketika kebutuhan pokok saja tidak terpenuhi bagaimana orang akan berpikir maju dan menciptakan teknologi yang hebat. Jangankan untuk itu, permasalahan pemenuhan kebutuhan kita sangat mempengaruhi pola hubungan di antara manusia. Orang rela mencuri bahkan membunuh agar ia bisa makan sesuap nasi. Sehingga, kelalaian dalam hal ini bukan hanya berdampak pada kemiskinan, kelaparan, kematian, akan tetapi akan berpengaruh dalam tatanan budaya-sosial masyarakat. 3. Masalah Pendidikan yang Tepat Pendidikan masih menjadi permasalahan yang menjadi perhatian serius jika bangsa ini ingin dipandang dalam percaturan dunia. Ada fenomena yang menarik terkait dengan hal ini, yaitu mengenai kolaborasi kebudayaan dengan pendidikan, dalam artian bagaimana sistem pendidikan yang ada mengintrinsikkan kebudayaan di dalamnya. Dimana ada suatu kebudayaan yang menjadi spirit dari sistem pendidikan yang kita terapkan. 4. Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Problem ini beranjak ketika kita sampai saat ini masih menjadi konsumen atas produk-produk teknologi dari negara luar. Situasi keilmiahan kita belum berkembang dengan baik dan belum didukung oleh iklim yang kondusif bagi para ilmuan untuk melakukan penelitian dan penciptaan produk-produk, teknologi baru. Jika kita tetap mengandalkan impor produk dari luar negeri,

maka kita akan terus terbelakang. Oleh karena itu, hal ini tantangan bagi kita untuk mengejar ketertinggalan iptek dari negara-negara maju. 5. Kondisi Alam Global Beberapa waktu yang lalu di halaman depan harian Kompas tanggal 12 April 2007, ada berita menarik mengenai keadaan bumi hari ini, Pemanasan Global, Jutaan Orang akan Teracam. Pemanasan global akan memberi dampak negatif yang nyata bagi kehidupan ratusan juta warga di dunia. Demikianlah antara lain isi laporan kedua PBB yang sudah dipublikasikan tahun 2007. Laporan pertama berisikan bukti ilmiah perubahan iklim, sedangkan laporan ketiga akan membeberkan tindakan untuk menanganinya. Laporan para pakar yang tergabung dalam Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) dibeberkan dalam jumpa pers secara serentak di berbagai belahan dunia, Selasa (10/04/2007). Laporan setebal 1.572 halaman itu ditulis dan dikaji 441 anggota IPCC. Salah satu dampak pemanasan global adalah meningkatnya suhu permukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang. Hal itu akan mengakibatkan gunung es di Amerika Latin mencair. Dampak lanjutannya adalah kegagalan panen, yang hingga tahun 2050 mengakibatkan 130 juta penduduk dunia, terutama di Asia, kelaparan. Pertanian gandum di Afrika juga akan mengalami hal yang sama. Laporan itu menggarisbawahi dampak pemanasan global berupa meningkatnya permukaan laut, lenyapnya beberapa spesies dan bencana nasional yang makin meningkat. Disebutkan, 30% garis pantai di dunia akan lenyap pada 2080. Lapisan es di kutub mencair hingga terjadi aliran air di kutub utara. Hal itu akan mengakibatkan terusan Panama terbenam. Naiknya suhu memicu topan yang lebih dasyat hingga mempengaruhi wilayah pantai yang selama ini aman dari gangguan badai. Banyak tempat yang kini kering makin kering, sebaliknya berbagai tempat basah akan semakin basah. Kesenjangan distribusi air secara alami ini akan berpotensi meningkatkan ketegangan dalam pemanfaaatan air untuk kepentingan industri, pertanian dan penduduk.

Asia menjadi bagian dari bumi yang akan paling parah. Perubahan iklim yang tak terdeteksi akan menjadi bencana lingkungan dan ekonomi, dan buntutnya adalah tragedi kemanusiaan. Laporan itu mengingatkan, setiap kenaikan suhu udara 2 derajat celsius, antara lain akan menurunkan produksi pertanian di Cina dan Bangladesh hingga 30 persen hingga 2050. Kelangkaan air meningkat di India seiring dengan menurunya lapisan es di Pegunungan Himalaya. Sekitar 100 juta warga pesisir di Asia pemukimannya tergenang karena peningkatan permukaan laut setinggi antara 1 milimeter hingga 3 milimeter setiap tahun. Saat ini, pemanasan global sudah terasa dengan terjadinya kematian dan punahnya spesies di Afrika dan Asia G. Dampak Negatif dari Budaya Masyarakat Modern 1. Penyalahgunaan media teknologi sebagai sarana pencarian hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan. 2. Timbulnya praktek-peraktek curang dalam dunia kerja seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. 3. Sekularisasi adalah sebuah proses pemisahan institusi-institusi dan simbol-simbol politis dari initusi-institusi dan simbol-simbol religius. Kebijakan-kebijakan Negara yang mengatur sebuah masyarakat tidak lagi didasarkan pada norma-norma agama, melainkan pada asas-asas nonreligius, seperti: etika dan pragmatisme politik. Kelahiran Negara nasional dan Negara konstitusional di zaman modern menandai proses ini. Konstitusi Negara modern tidak lagi didasarkan pada doktrin-doktrin religius, seperti pada Negara-negara tradisional di Eropa abad pertengahan, melainkan pada prosedur-prosedur birokratis rasional yang mengakui kesamaan hak dan kebebasan setiap warganegara. Mengapa masyarakat modern menempuh jalan sekularisasi? Karena (1) Otoritas politis tidak merasa cukup dengan wewenangnya atas wilayah publik dan ingin juga memberikan regulasi dalam ruang privat seperti yang dilakukan oleh otoritas religius; dan (2) pikiran kritis dicurigai sebagai unsur subversif yang melemahkan kepatuhan kepada otoritas. Sekularisasi adalah upaya memberi batas-batas di antara kedua bidang itu dengan memandang keduanya otonom, yakni yang satu tidak dapat direduksi kepada yang lain. Dengan sekularisasi, urusan-urusan religius dianggap beroperasi di dalam ruang privat, tercakup dalam kebebasan subjektif individu untuk menemukan jalan hidupnya. Efek positif sekularisasi adalah toleransi agama, sebab doktrin-doktrin dan nilai-nilai religius tidak

lagi

dikalkulasi

di

dalam

politik.

Kita berbicara tentang sekularisme jika kita memusatkan perhatian kita pada efek negatif sekularisasi. Sekularisasi dapat mendorong pada ekstrem atau ekses, yakni suatu sikap berlebihlebihan untuk menyingkirkan segala alasan, motif atau dimensi religius sebagai omong kosong. Pandangan-pandangan seperti ateisme, materialisme dan saintisme merupakan berbagai aspek dalam sekularisme. Sekularisme dalam arti ini bukanlah sebuah proses sosial-epistemologis, melainkan sebuah ideologi dengan kesempitan berpikir yang tidak dapat mentoleransi eksistensi agama di dalam masyarakat majemuk. Jika agama menghasilkan fundamentalisme religius, proses sekularisasi juga dapat menghasilkan suatu fundamentalisme tertentu, yakni fundamentalisme profane. Itulah sekularisme. Jadi, di sini kita dapat mengatakan bahwa sekularisasi adalah proses yang wajar di dalam modernisasi, karena pemisahan antara agama dan Negara memang diperlukan untuk memungkinkan kebebasan dan keadilan dalam masyarakat majemuk, namun sekularisme harus diwaspadai. Untuk masyarakat kita yang cenderung religius, sekularisme bukanlah ancaman real; fundamentalisme agamalah yang merupakan ancaman real bagi kemajemukan. Yang sebaliknya juga harus dikatakan: Sekularisme bukanlah solusi untuk masalah kemajemukan, sebab sekularisme adalah bentuk intoleransi terhadap agama manaupun yang merupakan anggota masyarakat majemuk. Yang dibutuhkan masyarakat kita adalah tingkat sekularisasi tertentu (baik secara structural maupun kultural) agar dapat bersikap fair terhadap kemajemukan orientasi nilai di dalam masyarakat kita. Kebijakan-kebijakan politis yang berorientasi agama tertentu, misalnya, tidak dapat begitu saja dijadikan norma publik untuk mengatur keseluruhan masyarakat, karena akan bersikap tidak fair terhadap kelompok-kelompok lain bahkan dalam agama yang sama. 4. Liberalisme adalah ideologi modern, karena ia muncul bersamaan dengan modernisasi dan segala pertentangan ideologis dalam masyarakat modern tak lain daripada pertentangan dengan liberalisme, sehingga cerita tentang modernitas tak kurang daripada cerita tentang liberalisme dan para lawannya. Dalam arti ini, liberalisme sangat sensitif terhadap kolektivisme dan absolutisme kekuasaan. Ekonomi tidak dapat tumbuh jika terus diintervensi Negara, maka liberalisme sejak awal mendukung ekonomi pasar bebas. Di dalam pasar orang tidak bertransaksi dengan membeda-bedakan latar-belakang agama dan kebudayaan. Yang penting transaksi itu

fair. Dengan kata lain, di dalam transaksi orang melihat agama partner transaksinya sebagai urusan privatnya yang tidak relevan untuk proses pertukaran dalam pasar. Pola transaksi yang melihat agama sebagai persoalan privat yang tidak relevan untuk proses pertukaran itu oleh liberalisme diaplikasikan di dalam hubungan yang lebih luas, yaitu di dalam Negara modern. Liberalisme ekonomi mengandung bahaya tertentu, yaitu intoleransi terhadap mereka yang dimarginalisasikan secara ekonomis oleh mekanisme pasar bebas itu. Namun liberalisme yang berkaitan dengan pendirian intelektual dan sikap-sikap politis justru membantu sebuah masyarakat untuk toleran terhadap kemajemukan. Jika Negara berkonsentrasi pada the problem of justice dan tidak mengintervensi the problem of good life yang adalah kewenangan kelompokkelompok dalam masyarakat itu, Negara akan menjadi milik bersama kelompok-kelompok sosial itu dan tidak bersikap diskriminatif. Negara liberal berupaya bersikap netral terhadap agamaagama di dalamnya, dan ini justru mendukung kebebasan individu. Di sini liberalisme dapat juga dilihat sebagai hasil dari sekularisasi yang tidak secara mutlak perlu bermuara pada sekularisme. Artinya, suatu Negara liberal tidak harus sekularistis, yakni ingin menyingkirkan agama di dalamnya. Negara liberal juga bisa memiliki respek terhadap agama, namun regulasi-regulasinya tetap sekular. Ia bersikap netral dari agama, namun memberi infrastruktur yang adil bagi agamaagama untuk berkembang, sebab para anggota agama-agama itu adalah juga warganegaranya. 5. Pluralisme adalah sebuah pandangan yang beroperasi di dalam kebudayaan dalam bentuk sikapsikap yang menerima kemajemukan orientasi-orientasi nilai di dalam masyarakat modern. Dasar pluralisme adalah the fact of plurality, yakni suatu kenyataan bahwa jika sebuah masyarakat mengalami modernisasi, masyarakat itu mengalami pluralisasi nilai di dalam dirinya. Pluralitas tidak serta merta memunculkan pluralisme, karena tidak semua orang setuju pluralitas. Kaum konservatif dan rmonatis, misalnya, akan meratapi pluralitas sebagai sindrom disintegrasi sosial dan moral. Namun ada kelompok-kelompok yang menerima pluralitas sebagai kenyataan hidup bersama dan mencoba hidup bersama secara toleran. Kelompok-kelompok ini bisa berasal dari kalangan agama, cendikia, politikus atau budayawan. Pandangan yang menerima pluralitas sebagai realitas hidup bersama dan mencoba mengembangkan sarana-sarana moral dan intelektual untuk membuka ruang kebebasan dan toleransi bagi aneka orientasi nilai etnis, religius ataupun poltis di dalam mayarakat modern itu kita sebut pluralisme. Jika kita menilik ke belakang, ke dalam sejarah agama-agama itu, kita tidak dapat memisahkan

agama dari kebudayaan. Setiap agama tertanam dan tumbuh dalam konteks kebudayaan dan juga sejarahnya, maka pluralitas juga menandai sejarah setiap agama. Tidak ada hanya satu Kristen, satu Hindhu, satu Islam atau satu Budhisme, karena di tiap kebudayaan berkembang cara-cara dan simbol-simbol spesifik dalam menghayati Tuhan. Simbol-simbol itu bahkan dipinjam dari konteks kebudayaan tertentu, misalnya, Jawa, Romawi, India atau Arab. Namun tak semua kelompok agama mau bersikap fair terhadap fakta pluralitas di dalam agama-agama ini. Kelompok-kelompok macam ini di antara mereka konservatif garis keras terobsesi pada sebuah fiksi bahwa agama mereka itu homogen dan murni dari unsur-unsur kebudayaan. Fiksi itu sudah barang tentu berbahaya sekali karena menjadi intoleran terhadap kemajemukan kebudayaan dan agama. Kelompok-kelompok agama yang menerima fakta kemajemukan bahkan di dalam agama mereka sendiri serta mencoba mengembangkan sebuah teologi pluralis sering dicurigai sebagai sesuatu yang morongrong integritas iman, padahal mereka ini bisa saja justru mendorong cara-cara beriman yang dewasa dan terbuka terhadap perubahan dan perbedaan di dalam masyarakat modern. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-semangat untuk menciptakan produk baru , sehinnga terjadilah revolusi industri, dan kemunculan semangat asketisme intelektual. Kemudian, asketisme intelektual menimbulkan etos intelektual, dan inilah yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya, sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern. Sedangkan proses menjadi masyarakat yang modern disebut dengan istilah Modernisasi. I. Pengertian Masyarakat Modern Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini.

II. Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Masyarakat Menjadi Masyarakat yang Modern 1. perkembangan ilmu 2. perkembangan teknologi 3. perkembangan industri 4. perkembangan ekonomi III. Gejala-gejala Modernisasi 1. adanya penemuan dan pembaharuan unsur teknologi baru yang dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. 2. meningkatnya produktivitas ekonomi dan efisiensi sumber daya yang tersedia, serta pemeanfaatan SDA yang memperhatikan kelestarian alam sekitar. 3. adanya system pemerintahan perwakilan yang demokratis, pemerintah yang diawasi dan dibatasi kekuasaanya, dihormati hak-hak asasinya serta dijaminnya hak-hak sosial. 4. adanya pengembangan nalar (rasio) dan kebahagiaan kebendaan (materi), yang pada akhirnya akan menimbulkan paham sekularisasi dan sekularisme. IV. Ciri-ciri Masyarakat Modern 1. Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi. 2. Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling memepengaruhi 3. Keprcayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

4. Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesiyang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan 5. Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata. 6. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks 7. Ekonomi hamper seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkanatas penggunaan uangdan alat-alat pembayaran lain. V. Kebudayaan Modern 1. Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan suatu kebudayaan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasilhasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. 2. Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja 3. Kebudayaan-Kebudayaan Barat VI. Tantangan Kebudayaan Masyarakat Modern 1. Kebudayaan Modern Tiruan 2. Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah 3. Masalah Pendidikan yang Tepat 4. Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 5. Kondisi Alam Global

VII. Dampak Negatif dari Budaya Masyarakat Modern 1. Penyalahgunaan media teknologi 2. Timbulnya praktek-peraktek curang 3. Sekularisasi 4. Liberalisme 5. Pluralisme B. Saran Sebaiknya kita sebagai masyarakat modern tidak harus menyerap semua budaya modernisasi, agar tidak terjadi dampak-dampak negative dalam kehidupan kita sebagai masyarakat yang modern. Daftar Pustaka Bakker, JWM. 1999. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius. Davis, Kingsley. 1960. Human Society The Macmillan Company. New York. Dewantara, Ki Hajar. 1994. Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.. Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta Sarjono. Agus R (Editor). 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Soemardjan, S dan Breazeale, K. 1993. Cultural Change in Rural Indonesia; Impact of Village Development. Honolulu: UNS-YISS-East West Center.

Sorokin, Pitirim A. 1957. Social and Cultural Dynamics. Boston: Sargent.


http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/makalah-masyarakat-moderndan-kebudayannya/

Senin, 21 Desember 2009

Ciri-Ciri Manusia Modern


Ciri-ciri manusia atau masyarakat modern menurut inkles dan smith yang didasarkan pada penelitian. Mereka berpendapat bahwa faktor pengalaman kerja di lembaga kerja yang modern dapat membuat manusia tradisional menjadi manusia modern dan manusia memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa mengendalikan alam dan bukan sebaliknya. Hal ini terlihat dari teknologi-teknologi tinggi karya manusia modern yang pada umumnya memiliki sistem kontrol untuk menegaskan kekuasaan manusia. Adanya dikotomi manusia modern dan manusia tradisionalsebagai lawan dari manusia modern-juga berdampak dari gaya hidup kedua kelompok tersebut. Teknologi sebagai buah budaya manusia modern secara langsung memiliki sifat sama dengan manusia modern. Meskipun tidak terdapat suatu kesepakatan tantang formulasi teoritis dari modernitas, namun ada indikator-indikator kuat suatu masyarakat dikategorikan sebagai masyarakat modern. Menurut Lerner dalam Modernization: Social Aspect (1968), secara sosiologis masyarakat modern ditandai : 1. pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, 2. partisipasi politik, 3. Mobilitas geografis dan sosial pada tingkat tinggi, dan 4. Transformasi kepribadian, yang cocok dengan pemungsian secara efisien lembaga-lembaga modern. Ciri-ciri manusia modern menurut Inkeles dan Smith didasarkan pada penelitian, mereka berpendapat bahwa faktor pengalaman kerja di lembaga kerja yang modern dapat membuat manusia tradisional menjadi manusia modern. Mereka menyatakan bahwa individu modern memiliki ciri-ciri yang sama disetiap bangsa, menurut mereka manusia modern adalah: 1. Seorang warga negara yang berpartisipasi, 2. Mempunyai pendirian yang ditandai keyakinan pribadi, 3. Sangat bebas dan Atonom dalam hubungannya dengan sumber-sumber pengaruh tradisional, terutama jika sedang membuat keputusan penting mengenai bagaimana cara menyelesaikan persoalan pribadinya, 4. Siap untuk menerima ide dan pengalaman baru. Artinya, ia relatif berpikiran terbuka dan lentur,

5. Berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, 6. Mempunyai kesanggupan merencanakan, 7. Percaya bahwa manusia bisa menguasai alam, dan 8. Menemukan bahwa pendidikan 3 kali lebih kuat untuk mengubah manusia dibandingkan yang lainnya.
Diposkan oleh dodolipet di 02:08 Label: Tugas

http://sidodolipet.blogspot.com/2009/12/ciri-ciri-manusia-modern.html

PSIKOLOGI Online

HALAMAN DEPAN

Manusia modern
Oleh Achmanto Mendatu Apakah modern? Sebuah perspektif menegaskan bahwa modern adalah suatu keadaan dimana masyarakat telah menghasilkan produk-produk secara massal guna memenuhi kebutuhan sehingga kehidupan menjadi lebih mudah. Lalu Postmodern adalah keadaan dimana produk-produk yang dihasilkan diciptakan justru untuk menciptakan kebutuhan-kebutuhan. Sementara itu, tradisional dinilai sebagai keadaan dimana produk-produk yang dihasilkan masyarakat hanya mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat saja. Dalam masyarakat tradisional tidak ada produksi massal. Jika ditelusur akan sangat banyak pembedaan-pembedaan antara modern dan bukan modern, namun untuk kepentingan tulisan ini cukuplah dengan kita menyepakati modern sebagai situasi yang kita alami sekarang ini. Bagaimanakah manusia modern? Jika keadaan sekarang ini disebut modern, lalu apakah kita yang hidup saat ini dikategorikan sebagai manusia modern? Menurut Alex Inkeles, Guru Besar Sosiologi Universitas Harvard, jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Kita memenuhi satu tanda

khas dari manusia modern, yakni ciri luar dari manusia modern. Ciri luar itu berkaitan dengan dengan keterlibatan kita dalam urbanisasi, pendidikan, politikisasi, industrialisasi, dan komunikasi massa. Juga ditandai dengan terlepasnya individu-individu dari jaringan-jaringan keluarga dekat; orang semakin impersonal dalam berhubungan dengan orang lain. Ciri-ciri itu adalah ciri-ciri keadaan lingkungan bagi manusia modern, yang tidak cukup untuk mengatakan orang-orang yang terlibat dalam ciri-ciri itu sebagai manusia modern. Sebagai manusia modern, seseorang harus memenuhi ciri dalam yang berkaitan dengan semangat, cara merasa, cara berpikir, dan cara bertindak modern. Menurut Alex Inkeles, setidaknya ada sembilan tema yang mendasari definisidefinisi bagi manusia modern: 1. Tema yang berkaitan dengan hal-hal baru Manusia modern memiliki kesediaan untuk menerima pengalaman baru dan keterbukaannya bagi pembaharuan dan perubahan. 2. Tema yang berkait dengan dunia opini. Memiliki kesanggupan untuk membentuk atau mepunyai pendapat mengenai sejumlah persoalan-persoalan dan hal-hal yang timbul disekitarnya maupun di dunia luar. a. Demokratis, dalam arti sadar akan keragaman sikap dan opini disekitarnya, dan tidak menutup diri denagn menyangka semua orang mempunyai pendapat yang sama dengan dirinya. b. Menerima pendapat-pendapat yang berbeda tanpa perlu tegas atau keras menolaknya karena khawatir kalau pendapat-pendapat itu akan menghancurkan pandangan-pandangan dunianya. c. Tidak menerima opini secara otokratis dan hierarkis. Manusia modern tidak segera menerima ide-ide dari orang yang lebih tinggi kedudukannya dan segera menolak pendapat-pendapat dari orang-orang yang lebih rendah kedudukannya. Ide dari pihak manapun didengar dan dihargai sama, serta hanya dinilai berdasarkan kualitas idenya saja. 3. Tema yang berkaitan dengan konsepsi waktu. a. Manusia modern berorientasi waktu kekinian dan masa depan, bukannya masa lampau. b. Manusia modern selalu tepat waktu c. Manusia modern memiliki waktu-waktu tetap (jadwal) sehingga hidupnya terencana dan teratur. 4. Tema yang berkait dengan perencanaan. Manusia modern menginginkan terlibat dalam perencanaan akan hal-hal yang berkait dengan hidupnya dan organisasi, serta menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar.

5. Tema yang berkait dengan keyakinan akan kemampuan manusia Manusia modern yakin bahwa orang dapat belajar, dalam batas-batas tertentu untuk menguasai alam, untuk kepentingannnya sndiri, bukan dikuasai seluruhnya oleh alam. 6. Tema yang berkait dengan kemampuan memperhitungkan segala sesuatu. 7. Tema yang berkait dengan harga diri Manusia modern adalah orang-orang yang sadar akan harga diriorang-orang lain dan bersedia menghargainya. 8. Tema ilmu dan teknologi, dimana sangat dipercayai oleh Manusia modern. 9. Tema tentang keadilan. Manusia modern percaya bahwa ganjaran-ganjaran seharusnya diberikan sesuai dengan tindakan-tindakan, bukan karena hal-hal atau sifat-sifat yang dimiliki seseorang yang tidak ada hubungannya dengan tindakannya. Masalah psikologis manusia modern Setelah kita lihat bagaimana manusia modern didefinisikan, sekarang kita akan melihat apa-apa masalah manusia modern. Sebagaimana yang kita lihat diatas, manusia modern telah semakin terasing dari hubungan-hubungan karib dengan sesama manusia. Keluarga besar yang akrab tidak lagi mudah ditemui. Yang ada keluarga-keluarga kecil yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak. Demikian pula polapola hubungan antar sesama berubah dari hubungan-hubungan yang personal: akrab, dekat, dan hangat, menjadi impersonal, dimana orang berhubungan karena adanya kepentingan-kepentingan ekonomi atau kekuasaan belaka. Akibatnya manusia-manusia modern mengalami masalah-masalah psikologis yang kurang dijumpai pada masyarakat tradisional. Masalah-masalah itu berkisar pada pengingkaran kecenderungan manusia sebagai mahluk sosial, dimana orang semakin menjauh dari pergaulan sosial. Victor Frankl, salah seorang tokoh psikologi eksistensial terkemuka, mengatakan bahwa manusia modern mengalami masalah frustrasi eksistensial (Frustrasi dalam pemenuhan keinginan kepada makna) dan kehampaan eksistensial (merasa kehidupan tidak memiliki makna) yang semakin meluas.2 Menurutnya, individu masyarakat modern dilanda keraguan atas makna kehidupan yang mereka jalani. Hilangya tradisi dan nilai-nilai sebagai salah satu sumber utama kemunculan frustrasi eksistensial dan kehampaan eksistensial. Akibat dari hal itu, individu melakukan kompensasi-kompensasi melalui berbagai aktivitas seperti memembenamkan diri dalam pekerjaan, berjudi, alkoholisme, obat bius,dan seks

Frankl berpendapat pada manusia modern sekarang ini dijumpai suatu fenomena umum yang mirip dengan kondisi neurosis, tetapi tidak bisa di kategorikan ke dalam suatu bentuk patologi. Fenomena itu dinamakannya neurosis kolektif dengan empat gejala sebagai berikut: 1. Sikap Pesimistis terhadap hidup Individu-individu yang mengalami gejala ini menjalani hidup seakan-akan tidak ada hari esok.. Karenanya tidak ada perencanaan-perencanaan untuk masa depan. 2. Sikap Fatal terhadap hidup. Individu yang terlanda gejala ini melihat rencana masa depan sebagai kesia-siaan. Mereka bertingkah laku seolah-olah bukan dari dirinya sendiri dan bukan untuk dirinya sendiri. Mereka cenderung mendevaluasi dirinya sendiri dan kehidupannnya. 3. Konformisme dan Kolektivisme. Terlihat pada individu yang meleburkan diri ke dalam massa, kehilangan kepribadiannya dan bertingkah laku seakan-akan mereka adalah fungsi atau alat belaka dari massa, atau dinegara-negara totaliter, dari negara. 4. Fanatisme. Individu yang terlanda fanatisme mngingkari kepribadian orang lain. Mereka hanya mau mendengar opini-opini mereka sendiri yang pada hakikatnya bukan opini-opini pribadi mereka, melainkan opini-opini penguasa, opini-opini partai, atau opini-opini publik. Rollo May, tokoh psikologi eksistensial lainnya menyoroti permasalahan manusiamanusia modern pula. Ia menyatakan ada tiga masalah utama manusia modern, yaitu kekosongan, kesepian, dan kecemasan. 1. Kekosongan. Kekosongan adalah kondisi individu yang tidak lagi mengetahui apa yang diinginkannnya, dan tidak lagi memeiliki kekuasaan terhadap apa yang terjadi dan dialaminya. Kekosongan telah mengarahkan individu-individu menjadi outer directed yakni mengarahkan diri pada orang lain dalam rangka mencari pegangan dan petunjuk untuk menentukan hidup. Ciri pertama kekosongan adalah bisa merespon tapi tidak bisa memilih sendiri respon apa yang paling baik bagi masalahmasalahnya. Ciri kedua adalah pasivitas terhadap ligkungan sosial. Ciri ketiga adalah apati terhadap dunia sekitar, atau tidak perduli. 2. Kesepian Kesepian dialami individu-individu dalam masyarakat sebagai akibat langsung dari kekosongan, keterasingan dari diri sendiri dan sesama. Individu dalam masyarakat modern mengalami ketakutan akan kesepian. Mereka memiliki hasrat yang kuat untuk diterima orang lain, dan memiliki ketakutan yang dalam akan ditolak. Kegiatan menciptakan kebersamaan dengan orang-orang dilandasi oleh ketakutan diisolasi oleh orang lain bukan untuk menciptakan hubungan yang akrab dan hangat. 3. Kecemasan Ketidakmenentuan yang semakin besar dari hari ke hari, tidak bisa tidak telah

meningkatkan kecemasan individu dalam masyarakat modern. Kecemasan timbul karena perubahan traumatik yang dialami sebelumnya, yakni hilangnya nilai-nilai persaingan individu yang ditujukan kepada kesejahteraan bersama yang digantikan oleh persaingan antar individu yang eksploitatif, hilangnya penghargaan atas keutuhan pribadi yang digantikan oleh pembagian pribadi menjadi rasionalitas dan emosionalitas (berpikir dianggap baik, mengalami emosi dianggap buruk), hilangnya rasa berharga, rasa bermartabat, dan rasa diri dari individu-individu. Individu yang cemas bingung siapa dirinya dan apa yang harus diperbuatnya. Salah seorang tokoh psikologi yang paling terkenal dalam menyoroti persoalanpersoalan masyarakat adalah Erich Fromm. Gagasannya mencakup masalah yang luas di masyarakat. Ia melihat bahwa masyarakat modern sekarang ini telah semakin terisolasi dan mengalami kesepian karena dipisahkan oleh alam dan dari orang-orang lain. Dalam sejarah manusia, dari waktu ke waktu manusia semakin bebas dalam menentukan apapun mengenai hidupnya, akan tetapi mereka juga semakin merasa kesepian. Tercerabutnya manusia modern dari hubunganhubungan akrab dan hangat atas dasar kemanusiaan belaka, telah menjadikan manusia menjadi mesin-mesin hidup. Tapi itu konsekuensi yang harus dibayar dari pola kehidupan sekarang, yang terlalu teratur dan tanpa warna. Jangan heran jika suatu saat (kini sudah) terjadi anti-modern, suatu gerakan yang bukan tanpa dasar tentunya, jika menilik tulisan diatas.

Permalink
Newer Post Older Post Home Powered by Blogger & Blogger Templates

http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/manusia-modern.html

http://www.scribd.com/doc/38579058/PKN

Anda mungkin juga menyukai