Anda di halaman 1dari 18

PROSEDUR DAN TEKNIK AUDIT

Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Annisa Diah Wardani Ayu Rachmawati Wulan Azizah Ulva Rhizqhi Abadi Ema Damayanti Osakanova Faiza Aisyiah Niluh Shanti S Yuansari Eka Putri Rizqy Nurul Iftitah Wida Yunistya 040810371 040811391 040811398 040811407 040811424 040811434 040811440 040811441 040913184 040913187

APRIL 2010 PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
1. Prosedur Audit 1.1 Pengertian Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Auditor akan mempertimbangkan bagaimana setiap prosedur ini akan digunkan ketika merencanakan audit dan mengembangkan program audit. (Boynton,Johnson,Kell). Sedangkan menurut Sura Peranginangin, urutan langkah yang ditempuh oleh auditor dalam rangka memperoleh bukti disebut prosedur audit. Jadi, prosedur audit akan memberikan petunjuk atau perintah kepada tim audit mengenai apa yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan audit. Prosedur audit memberikan perintah secara rinci kepada tim audit mengenai apa yang harus dilakukan dalam rangka pelaksanaan audit. 1.2 Tujuan
1. Untuk memahami entitas dan lingkungan bisnis klien, termasuk di

dalamnya pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji material dalam tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi (prosedur penilaian risiko). Auditor selalu melakukan prosedur penilaian risiko untuk memberikan kepuasan terhadap risiko yang dinilai dari salah saji material. Namun, prosedur penilaian risiko sendiri tidak memberikan bukti yang cukup kompeten yang menjadi dasar opini audit
2. Untuk menguji keefektifan operasi pengendalian

prefentif atau

deteksi

salah

saji material

dalam

tingkat

asersi (pengujian

pengendalian). Pengujian pengendalian dibutuhkan ketika auditor

merencanakan untuk menilai pengendalian risiko di bawah maksimum dan mengembangkan strategi audit yang mengasumsikan keefektifan pengendalian internal aktiva lain. Pengujian pengendalian juga dibutuhkan ketika sistem akuntansi klien begitu intens terhadap teknologi informasi bahwa prosedur substantif saja tidak memberikan cukup bukti audit kompeten. 3. Untuk mendukung asersi dan deteksi salah saji material pada tingkat asersi (pengujian substantive). Audit merencanakan dan menyajikan pengujian substantive yang responsive terhadap risiko asersi. Selanjutnya, auditor selalu menyajikan pengujian substantive karena batasan inheren dari pengendalian internal dan karena prosedur penilaian risiko secara inheren telah menghakimi. 1.3 Manfaat 1. Memfasilitasi evaluasi kinerja, sistem kontrol, dan prosedur penjaminan mutu. 2. Menyakinkan bahwa sebuah institusi memiliki akuntabilitas terhadap mutu dan standar yang telah ditentukan. 3. Meningkatkan kemampuan institusi untuk memprioritaskan lingkup tertentu dan memfasilitasi pengambilan keputusan. diminta audit mutu eksternal serta 4. Memudahkan institusi untuk mrmberikan tanggapan lebih baik terhadap persyaratan yang untuk menilai mutu. 5. Menyediakan sarana untuk identifikasi cara kerja yang baik untuk disebarluaskan. 6. Menyediakan sarana yang tepat untuk peningkatan dan pengembangan mutu. 1.4 Contoh

PROSEDUR 1. 2. 3. 4. 5.

IMPLEMENTASI

AIMA

FAKULTAS

OLEH

AUDITOR FAKULTAS Atas permintaan klien/jadwal berkala dilakukan audit. Rektor/BPM memerintahkan atau mendisposisikan permintaan klien Kepada MAIMA. MAIMA bersama ketua tim audit Membentuk tim audit. Rektor/BPM menerbitkan Surat Tugas untuk tim audit. Tim audit menyusun tujuan, kewenangan dan tanggungjawab audit sesuai dengan ruang lingkup yang merujuk Permintaan klien atau jadwal berkala Perintah audit dari rektor/BPM Penunjukan ketua tim audit oleh MAIMA Pembentukan tim audit Penerbitan surat tugas Penyusunan tujuan, kewenangan dan tanggung jawab tim audit pada surat tugas Rektor atau permintaan Klien. 6. 7. 8. 9. Tujuan, kewenangan dan tangungjawab tim audit disahkan oleh BPM. Tim audit menyusun rencana dan jadwal audit bersama teraudit. Teraudit menyerahkan dokumen yang diperlukan kepada ketua tim audit sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Pembagian tugas tim audit untuk audit sistem. yang disepakati dan menyusun checklist untuk persiapan audit kepatuhan. 11. Ketua tim audit mengkomunikasikan jadwal visitasi kepada teraudit untuk disetujui
12. Berdasarkan

10. Melaksanakan audit dokumen yang tersedia sesuai dengan standar

hasil

pengecekan

bukti

dikumpulkan

melalui

wawancara, pemeriksaan dokumen (IK, DP dan BO), pengamatan aktivitas dan keadaan lokasi secara komprehensif. Pengesahan tujuan, kewenangan dan tanggung jawab tim audit Penyusunan rencana dan jadwal audit Penyerahan dokumen yang diperlukan kepada ketua tim audit Rapat persiapan tim audit Pelaksanaan audit

sistem Menyampaikan jadwal audit kepatuhan (visitasi) Pelaksanaan audit kepatuhan (visitasi) Manual Prosedur Akademik UNIMUS 13. Semua hasil temuan audit didiskusikan dengan teraudit untuk mendapatkan persetujuan. Temuan tidak lengkap harus segera diperbaiki dalam jangka waktu yang disepakati. 14. Laporan dibuat sesuai jadwal berdasarkan hasil temuan yang sudah disetujui oleh teraudit. 15. Laporan audit diserahkan kepada ketua MAIMA untuk diteruskan ke BPM, kemudian BPM mengirim laporan audit kepada rektor dan klien disertai permintaan tindakan koreksi (PTK) 16. Tim audit dibubarkan atas permintaan MAIMA dengan SK pemberhentian. 2. Teknik Audit 2.1 Pengertian Setiap prosedur audit berisi cara yang harus dilakukan untuk memperoleh bukti audit. Cara untuk memperoleh bukti audit tersebut disebut teknik audit. Teknik audit adalah cara-cara yang ditempuh auditor untuk memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya. Pada dasarnya seorang auditor dalam proses membandingkan apa yang sebenarnya dengan apa yang seharusnya, harus mengumpulkan bukti-bukti, baik bukti mengenai keadaan yang sebenarnya maupun bukti-bukti mengenai keadaan yang seharusnya. Dalam hubungan ini perlu disadari tindakan membuktikan tidaklah selalu mudah dilakukan. Selain bukti-bukti itu tidak mudah dipahami oleh auditor, sering kali bukti-bukti tersebut tidak mudah diperoleh pada saat audit. Dengan demikian perlu ditempuh berbagai cara agar bukti-bukti itu dapat diperoleh dan dipahami oleh auditor. Mengingat pembuktian di dalam audit adalah mutlak diperlukan, sedangkan hal itu hanya bisa diperoleh dengan cara-cara tertentu, maka jelaslah bahwa teknik audit harus

dipelajari secara mendalam oleh auditor. Dengan kata lain teknik audit memegang peranan penting dalam audit. 2.2 Tujuan 1. Memperoleh bukti-bukti audit, baik bukti mengenai keadaan yang sebenarnya maupun bukti-bukti mengenai keadaan yang seharusnya.
2. Membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang

seharusnya atas bukti audit yang diperoleh. 2.3 Manfaat Memperoleh bukti audit yang dapat diyakini kebenarannya sehingga mempermudah prosedur audit.
2.4 Macam-Macam Teknik Audit dan Contohnya

Berikut ini adalah 18 macam teknik audit yang umum digunakan: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)


8)

Analisis Observasi/pengamatan Permintaan informasi Evaluasi Investigasi Verifikasi Cek Uji/test Footing

10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18)

Cross footing Vouching Trasir Scanning Rekonsiliasi Konfirmasi Bandingkan Inventarisasi/opname Inspeksi

9)

Teknik-teknik ini diklasifikasikan dan dijelaskan dengan lengkap, yaitu meliputi : 2.4.1 Teknik Audit untuk Bukti Pengujian Fisik Observasi/pengamatan adalah peninjauan dan pengamatan terhadap suatu objek secara hati-hati, ilmiah dan kontinu selama 2.4.1.1 Observasi/Pengamatan

kurun waktu tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah. Teknik ini sering dilakukan dari jarak jauh dan tanpa disadari oleh pihak yang diamati. Observasi banyak mengandalkan panca indera, kecermatan dan pengetahuan auditor. Observasi umumnya dilaksanakan pada tahap survai pendahuluan dan evaluasi SPM untuk mendeteksi kondisi yang tidak memenuhi syarat/kriteria. Kemudian, terhadap hasil pengamatan akan diikuti dengan pengujian substantif. Hasil observasi harus dituangkan dalam kertas kerja audit. Contoh :

Pengamatan sekilas terhadap fasilitas dan operasi/kegiatan yang dilakukan pada tahapan survei pendahuluan. Mobil digunakan untuk melihat apakah reboisasi telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dari observasi ini terlihat apakah tanaman reboisasi (penanaman kembali) tumbuh dengan baik atau tidak.

Observasi untuk mengetahui tingkat produktivitas pegawai misalnya: a) observasi terhadap petugas lapangan menunjukkan pegawai yang telah berhenti bekerja setelah tengah hari dan tidak terdapat pengawasan atasannya, b) observasi terhadap pegawai bagian pemeliharaan menunjukkan pegawai yang datang terlambat dan pulang sebelum waktunya, serta yang cara kerjanya tidak teratur.

2.4.1.2 Inventarisasi/Opname Inventarisasi atau opname adalah pemeriksaan fisik dengan menghitung fisik barang, menilai kondisinya (rusak berat, rusak ringan, atau baik) dan membandingkannya dengan saldo menurut buku (administrasi), kemudian mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan apabila ada. Hasil opname biasanya dituangkan dalam suatu berita acara (BA). Teknik audit inventarisasi dapat diterapkan

misalnya untuk: barang inventaris, perabot kantor, kebun ataupun ternak, kas, persediaan barang, sejauh ada fisiknya. Contoh :

BAP (Berita Acara Pemeriksaan) Kas, beserta Register Pemeriksaan BAP Kas BAP (Berita Acara Pemeriksaan) Fisik Untuk Persediaan/Inventaris, beserta Daftar Pendukung BAP Fisik Untuk Persediaan/Inventaris

2.4.1.3 Inspeksi Inspeksi adalah meneliti secara langsung ke tempat kejadian, yang lazim pula disebut on the spot inspection, yang dilakukan secara rinci dan teliti. Inspeksi sering dilakukan dengan pendadakan dan biasanya tidak diikuti dengan pembuatan suatu berita acara (BA). Contoh :

Inspeksi pelaksanaan tugas di lapangan, apakah semua pegawai hadir. Inspeksi apakah ruang kerja rapi dan bersih.

2.4.2

Teknik Audit untuk Bukti Dokumen 2.4.2.1 Verifikasi Verifikasi adalah pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian perhitungan, kesahihan, pembukuan, pemilikan dan eksistensi suatu dokumen. Verifikasi mencakup teknik-teknik audit lain untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti dokumen. Contoh : Pada verifikasi atas bukti kas akan diteliti secara rinci mengenai:

Penjumlahan, perkalian, perhitungan (dengan teknik uji, footing dan crossfooting) Kesesuaian angka dengan huruf (dengan teknik cek)

Ketepatan nama dan kegunaan (dengan teknik uji) Kesesuaian vouching) Prosedur telah diikuti, ada otorisasi (dengan teknik uji dan cek) Meterai yang cukup (dengan teknik cek) tanggal (dengan teknik pembandingan dan

2.4.2.2 Cek Cek adalah menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu, dengan teliti. Contoh :

Cek apakah barang yang dibeli telah diterima Cek apakah merek mesin yang diterima sesuai dengan yang dipesan Cek apakah peralatan yang dibeli adalah baru dan lengkap Cek apakah barang yang dibeli dapat berfungsi dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan

2.4.2.3 Uji/Test

Uji atau test adalah penelitian secara mendalam terhadap halhal yang esensial atau penting. Contoh

Uji rumus yang digunakan oleh auditi. Dalam hal ini maka auditor harus melakukan penelitian untuk meyakini bahwa rumus yang digunakan auditi tepat.

Dalam hal auditi mempunyai beberapa alternatif, auditor menguji apakah alternatif yang dipilih oleh auditi adalah alternatif yang terbaik.

Uji apakah teknik metode kerja yang digunakan oleh auditi adalah tepat, efisien dan hemat.

2.4.2.4 Footing Footing adalah menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan total dari atas ke bawah (vertikal). Footing dilakukan terhadap data yang disediakan oleh auditi. Tujuan teknik audit footing adalah untuk menentukan apakah data atau laporan yang disediakan auditi dapat diyakini ketepatan perhitungannya. Teknik audit footing tidak digunakan untuk menguji kebenaran penjumlahan dari atas ke bawah (vertikal) atas kertas kerja yang dibuat sendiri oleh auditor. Contoh :

Pada audit atas penyampaian sembako kepada masyarakat, auditor menguji kebenaran penjumlahan dengan teknik footing atas Laporan Rekapitulasi Penyerahan Sembako yang dibuat oleh Dinas Sosial Kabupaten.

2.4.2.5 Cross Footing Cross Footing adalah menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan total dari kiri ke kanan (horizontal). Sama halnya dengan teknik audit footing, cross footing dilakukan terhadap perhitungan yang dibuat oleh auditi. Contoh :

Pada audit atas penyampaian buku Kejar Paket A kepada masyarakat, auditor menguji kebenaran penjumlahan dengan teknik cross footing atas Laporan Rekapitulasi Penyerahan Buku Kejar Paket A yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten.

2.4.2.6 Vouching Vouching adalah menelusuri suatu informasi/data dalam suatu dokumen dari pencatatan menuju kepada adanya bukti pendukung (voucher); atau menelusur mengikuti ketentuan/prosedur yang berlaku dari hasil menuju awal kegiatan. Vouching hanya

mengecek adanya bukti (voucher) tetapi belum meneliti isinya (substantif). Contoh :

Pada pemeriksaan termin pembayaran kontrak pemborongan dilakukan vouching dengan menelusuri dari laporan pembayaran termin ke buku kas keluar dan kemudian ke bukti kuitansi pembayaran, yang dihubungkan dengan berita acara pemeriksaan penyelesaian fisik.

2.4.2.7 Trasir/Telusur Trasir atau Telusur adalah teknik audit dengan menelusuri suatu bukti transaksi/kejadian (voucher) menuju ke penyajian/informasi dalam suatu dokumen. Teknik audit trasir merupakan cara perolehan bukti dengan arah pengujian yang terbalik dari teknik audit vouching. Contoh :

Pemeriksa mengambil secara sampel suatu bukti penerimaan IHH, kemudian menelusuri ke pencatatan buku kas, buku pengawasan setoran IHH per pemegang HPH, selanjutnya ke laporan penerimaan IHH bulanan.

2.4.2.8 Scanning Scanning adalah penelaahan secara umum dan dilakukan dengan cepat tetapi teliti untuk menemukan hal-hal yang tidak lazim atas suatu informasi/data. Contoh :

Scanning terhadap buku tamu untuk memperoleh data tentang pihak-pihak yang berhubungan dengan pemberian suatu perizinan.

Scanning

terhadap

agenda

surat

masuk/keluar

untuk

memperoleh adanya surat-surat masuk/keluar yang memuat

informasi/data penting yang tidak lazim atau ada hubungannya dengan suatu permasalahan.

Scanning terhadap buku kas keluar untuk mengetahui secara cepat pengeluaran-pengeluaran kas yang bernilai lebih dari Rp5.000.000,00

2.4.2.9 Rekonsiliasi Rekonsiliasi adalah mencocokkan dua data yang terpisah, mengenai hal yang sama yang dikerjakan oleh instansi/unit/bagian yang berbeda. Tujuan teknik audit rekonsiliasi adalah untuk memperoleh jumlah yang seharusnya atau jumlah yang benar mengenai suatu hal tertentu. Contoh :

Rekonsiliasi dilakukan terhadap catatan bendahara mengenai jumlah saldo simpanan di bank yang dituangkan dalam Buku Pembantu Bank dengan saldo simpanan di bank menurut rekening koran yang diterima dari pihak bank. Kedua data tersebut biasanya akan menunjukkan saldo yang berbeda karena perbedaan waktu pencatatan. Dengan melakukan teknik rekonsiliasi maka dapat diketahui berapa sesungguhnya saldo simpanan di bank yang seharusnya.

2.4.3

Teknik Audit untuk Bukti Analisis 2.4.3.1 Analisis Analisis adalah memecah/mengurai data/informasi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil atau bagian-bagian sehingga dapat diketahui pola hubungan antar unsur atau unsur penting yang tersembunyi. Auditor juga dapat melakukan pengujian dengan mencari pola hubungan dan kecenderungan, baik berdasarkan data internal auditi maupun berdasarkan data dari luar. Dari hasil analisis

ini diketahui adanya kekurangan, kecenderungan dan kelemahan yang perlu diperhatikan. Analisis tersebut antara lain dalam bentuk: Analisis Rasio Teknik analisis ini biasanya digunakan dalam audit atas laporan keuangan namun dapat dikembangkan untuk kepentingan selain audit atas laporan keuangan. Bentuk-bentuk rasio tersebut misalnya rasio perputaran persediaan (inventory turnover) dan ratio keuntungan (rentability ratio). Analisis Statistik Teknik analisis ini menggunakan teknik-teknik penghitungan statistik untuk melihat rata-rata, korelasi, kecenderungan maupun kesimpulan-kesimpulan lain yang dapat disimpulkan dari satu atau beberapa kelompok data. Perbandingan dengan Instansi/Unit Kerja Lain yang Diketahui oleh Auditor Teknik analisis ini dalam ilmu manajemen sering disebut sebagai benchmarking yaitu membandingkan kinerja suatu instansi dengan instansi lain yang sejenis, misalnya rata-rata nilai kelulusan SD A dengan SD-SD lain di kabupaten yang sama. Contoh :

Biaya bahan bakar dan pelumas dianalisis (diurai) menurut penggunanya. Auditor menyusun suatu daftar pesanan inventaris kantor ke dalam KKA yang terpisah dan menganalisis menurut syarat penawarannya, rekanan yang masuk, persetujuan, pembelian yang pernah dilakukan, analisis biaya, jadwal dan lain- lain.

2.4.3.2 Evaluasi Evaluasi adalah cara untuk memperoleh suatu simpulan atau pandangan/penilaian dengan mencari pola hubungan atau dengan menghubungkan atau merakit berbagai informasi yang telah

diperoleh, baik informasi/bukti intern maupun bukti ekstern. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan menyusun bagan arus (flowchart) dan melaksanakan walkthrough test. Walkthrough test yaitu melakukan pengujian dengan mengikuti proses suatu transaksi yang disampel untuk mengevaluasi sesuai atau tidaknya proses yang dilaksanakan dengan sistem dan prosedur yang ditentukan, hingga akhir prosesnya. Sampel yang diambil dapat berupa transaksi semu yaitu transaksi penguji yang dibuat oleh auditor, ataupun dengan transaksi yang sebenarnya. Contoh :

Evaluasi terhadap sistem informasi Evaluasi terhadap sistem pelaporan Evaluasi terhadap kinerja penerbitan sertifikat tanah Evaluasi terhadap kegiatan pengendalian banjir Evaluasi jumlah produksi bensin dan produk ikutan lainnya dari penyulingan 1000 M3 minyak mentah.

2.4.3.3 Investigasi Investigasi adalah suatu upaya untuk mengupas secara intensif suatu permasalahan melalui penjabaran, penguraian, atau penelitian secara mendalam. Investigasi merupakan suatu proses pendalaman dari verifikasi setelah adanya indikasi. Tujuan teknik audit investigasi adalah memastikan apakah indikasi yang diperoleh dari teknik audit lainnya memang benar terjadi dan merupakan penyimpangan atau tidak. Oleh karenanya, teknik investigasi mencakup juga teknik-teknik audit yang lain. Contoh : Auditor dapat melakukan pembacaan data atau penyitaan berkas yang diduga mempunyai kaitan dengan fraud yang sedang diselidiki atau dengan memotret ruangan atau benda yang diduga memiliki kaitan dengan peristiwa. Misalnya, pada kasus

pasca meledaknya travo dalam gardu induk atau Gas Insulated Switchgear (GIS) PT PLN (Persero) di Cawang, Menneg BUMN Sofyan Djalil menginstruksikan agar PLN melakukan audit investigasi secara menyeluruh untuk mengetahui penyebab ledakan travo tersebut. 2.4.3.4 Pembandingan Pembandingan adalah membandingkan data dari satu unit kerja dengan data dari unit kerja yang lain, atas hal yang sama dan periode yang sama atau hal yang sama dari periode yang berbeda, kemudian Contoh :

ditarik

kesimpulannya.

Teknik

pembandingan

ini

umumnya digunakan sebelum teknik analisis. Bandingkan jumlah pemakaian barang menurut administrasi unit kerja pemakai dengan jumlah pemakaian unit tersebut menurut administrasi gudang

Bandingkan biaya pegawai 2010 dengan 2009 Bandingkan harga beli dengan harga pasar menurut penawaran umum

2.4.4

Teknik Audit untuk Bukti Keterangan 2.4.4.1 Konfirmasi Konfirmasi adalah memperoleh bukti sebagai peyakin bagi auditor, dengan cara mendapatkan/meminta informasi yang sah dari pihak yang relevan, umumnya pihak di luar auditi. Dalam konfirmasi, auditor telah memiliki informasi/data yang akan dikonfirmasikan. Konfirmasi dapat dilakukan dengan lisan yaitu dengan wawancara langsung kepada pihak yang bersangkutan, atau dapat dilakukan secara tertulis dengan mengirimkan surat konfirmasi. Dalam konfirmasi, jawaban harus diterima langsung oleh auditor. Jika konfirmasi dilakukan secara tertulis, maka harus

ditegaskan bahwa jawaban agar dialamatkan kepada auditor. Surat permintaan konfirmasi kepada responden sebaiknya ditandatangani oleh auditi. Pada konfirmasi tertulis, terdapat dua teknik konfirmasi, yakni:

Konfirmasi positif yaitu konfirmasi yang harus dijawab secara tertulis oleh pihak luar tersebut mengenai data yang diminta. Konfirmasi negatif yaitu konfirmasi yang meminta jawaban tertulis bila data yang dikonfirmasikan berbeda/salah dan tidak perlu dijawab apabila data yang dikonfirmasikan telah sama/benar dengan data yang bersangkutan.

Contoh:

Konfirmasi saldo piutang, konfirmasi saldo hutang, konfirmasi keabsahan STTPL/ijazah, konfirmasi keabsahan sertifikat tanah dan luas tanah, konfirmasi tentang penggunaan tata ruang tempat pembangunan dilaksanakan.

2.4.4.2 Permintaan Informasi Permintaan informasi (inquiry) dapat dilakukan untuk menggali informasi tertentu dari berbagai pihak yang berkompeten. Pihak yang kompeten bisa berarti pegawai atau pejabat auditi yang berkaitan dengan permasalahan atau pihak ketiga termasuk para spesialis atau profesional suatu bidang ilmu. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengajukannya secara tertulis maupun secara lisan. Permintaan informasi secara tertulis dapat dilakukan dengan kuesioner (questioner), menulis surat permintaan informasi, atau nota permintaan informasi. Sedangkan wawancara adalah upaya memperoleh informasi/data melalui lisan yang lebih bersifat menggali informasi/data dari pihak yang relevan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah:

a. b. c. d. e. f. g. h.
i.

Tentukan sumber informasi/objek wawancara Jadwalkan wawancara lebih dahulu Buat persiapan materi dan cara bertanya Mulai dengan suasana yang bersahabat/hangat Perhatikan dan dengarkan Hindarkan pertanyaan yang cenderung jawabannya

mengiyakan Tutuplah wawancara dengan catatan positif Dokumentasikan hasil wawancara Mintakan penegasan/persetujuan hasil wawancara dari

pihak yang diwawancarai Contoh : (mengajukan pertanyaan) (-) Apakah Anda selalu menyusun rekonsiliasi bank secara berkala? (+) Bagaimana cara mencocokkan uang kas dengan buku banknya? (-) Apakah pegawai selalu datang ke kantor tepat waktunya? (+) Apakah pegawai merasa bahwa jam kantor terlalu ketat? (-) Apakah anda selalu mengunci brankas? (+) Bagaimana cara anda mengamankan uang yang ada di brankas? Keterangan: (-) Cara mengajukan pertanyaan yang kurang baik (+) Cara mengajukan pertanyaan yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA Boynton, C. William, Raymond N. Johnson& Walter G. Kell. 2005. Modern Auditing 8 edition. Amerika Serikat: John Willey&Sons Inc. Nurharyanto. 2009. Modul : Auditing. Edisi Kelima. Bogor : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Peranginangin, Sura. 2009. Auditing. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPKP http://diantrilestari.wordpress.com/2010/05/23/audit-investigasi/ tanggal 31 Maret 2011 pukul 18.28 http://www.unimus.ac.id/bpm/manual_prosedur.pdf diakses pada tanggal 29 Maret 2011 pukul 20.10 Tim Penyusunan Modul Pusdiklat Bea dan Cukai. 2011. Modul Dasar-Dasar Pemeriksaan. Jakarta : Kemenkeu RI Pusdiklat Bea dan Cukai diakses pada

Anda mungkin juga menyukai