Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PERENCANAAN DAN FABRIKASI RANGKAIAN ELEKTRONIKA

Pemanfaatan mcu atmega sebagai jam digital dengan fasilitas alarm

Disusun oleh:

ANAS AMINULLAH CAMELIA ARIZONA DICHA DESI ANINDA GANJAR GANDHI S

(02) (08) (09) (10)

2A / KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI MALANG 2011

DAFTAR ISI Daftar isi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Batasan Masalah 1.4. Manfaat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. JAM DIGITAL 2.2. COUNTER / PENCACAH DIGITAL 2.3. MIKROKONTROLLER 2.4. ATMEGA 16 2.5. SEVEN SEGMEN 2.6. ALARM BAB III PERENCANAAN 3.1. Gambar rangkaian ii 1 1 1 2 2 3 3 4 5 6 8 9 10 10 10 15 16 17 18 19 19 19 19 19 20 20 21

3.2. Listing program 3.3. Perhitungan arus power supply 3.4. Pembuatan jalur rangkaian 3.5. Penyablonan BAB IV METODOLOGI 4.1. Pengumpulan Teori 4.2. Pemahaman Teori 4.3. Perencanaan 4.4. Pembuatan Program 4.5. Simulasi 4.6. Fabrikasi 4.7. Pengetesan DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era sekarang ini kebanyakan barang barang elektronik dalam penerapannya menggunakan prinsip prinsip logika atau yang dinamakan prinsip digital, dengan semakin maju cara berfikir kita, semakin bermacam - macam pula variasi suatu barang elektronika yang memanfaatkan prinsip rangkaian logika atau digital ini. Sehingga sekarang tidak menutup kemungkinan jika dimana mana menemukan bermacam macam alat yang memanfaatkan fungsi tersebut. Berdasarkan fakta diatas, maka kami ingin membuat suatu rangkaian sederhana yang memanfaatkan prinsip kerja rangkaian logika atau digital, lebih jelasnya kami mencoba mempraktekan teori yang sebelumnya telah kami dapatkan kedalam bentuk sebuah rangkaian yaitu jam digital. Jam digital merupakan perangkat elektronik yang sangat sederhana atau sudah terlalu umum, tapi dari jam digital dapat dipelajari prinsip-prinsip dasar control dengan mikrokontroler, antara lain sitem tampilan 7 ruas dan pemakaian timer. Jam digital umumnya menggunakan 50 atau 60 hertz osilator AC atau kristal osilator seperti dalam jam kuarsa untuk menjalankannya. Kebanyakan jam digital menampilkan jam dalam format hari 24 jam, di Amerika dan beberapa negara lain menggunakan pewaktu dalam format 12 jam dengan indikasi pembeda "AM" atau "PM". Jam elektronika digital yang terdiri dari pencacah yang merupakan komponen terpenting dari sistem jam digital. Kebanyakan jam menggunakan daya frekuensi jala-jala 60 Hz sebagai masukannya. Frekuensi ini dibagi menjadi detik, menit dan jam oleh bagian pembagi frekuensi dari jam tersebut. Kemudian pulsa satu-per-detik, satu-per-menit, dan satu-per-jam dihitung dan disimpan dalam akumulator pencacah jam tersebut. Selanjutnya isi akumulator pencacah (detik, menit, jam) yang tersimpan didekode, dan waktu yang tepat ditayangkan pada tayangan waktu keluaran. Jam digital mempunyai elemen sistem khusus. Pengolahan terjadi pada pembagi frekuensi, akumulator pencacah.

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana membuat jam digital dengan menggunakan mikrokontroler. 1.2.2. Bagaimana program mikrokontroler dalam pembuatan jam digital.

1.3. Batasan Masalah 1.3.1. Pembuatan dengan menggunakan IC mikrokontroler atmega. 1.3.2. Jam digital ditampilkan dengan seven segment. 1.4. Manfaat Jam digital yang dibuat digunakan untuk menunjukkan waktu dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. JAM DIGITAL Jam elektronika digital yang terdiri dari pencacah yang merupakan komponen terpenting dari sistem jam digital. Gambar (1) merupakan diagram blok sederhana suatu sistem jam digital. Kebanyakan jam menggunakan daya frekuensi jala-jala 60 Hz sebagai masukannya. Frekuensi ini dibagi menjadi detik, menit dan jam oleh bagian pembagi frekuensi dari jam tersebut. Kemudian pulsa satu-per-detik, satu-per-menit, dan satu-per-jam dihitung dan disimpan dalam akumulator pencacah jam tersebut. Selanjutnya isi akumulator pencacah (detik, menit, jam) yang tersimpan didekode, dan waktu yang tepat ditayangkan pada tayangan waktu keluaran. Jam digital mempunyai elemen sistem khusus. Masukannya berupa arus bolak-balik 60 Hz. Pengolahan terjadi pada pembagi frekuensi, akumulator pencacah, dan bagian pendekode.

Gambar 1. Blok diagram jam digital

Gambar 2. Blok diagram cara kerja jam digital

Penyimpanan terjadi pada akumulator. Bagian kendali barupa kendali set-waktu seperti pada gambar (2). Telah disebutkan bahwa semua sistem terdiri atas gerbang logika, flip-flop, dan subsistem. Diagram pada gambar (2) memperlihatkan bagaiman subsistem diorganisasikan sampai menampilkan waktu dalam jam, menit, detik. Ini merupakan diagram jam digital yang lebih terinci. Masukan berupa sinyal 60 Hz. 60 Hz dibagi 60 oleh pembagi frekuensi pertama. Keluaran rangkaian pembagi ini berupa pulsa 1 per detik. Pulsa 1 per detik dimasukkan ke pencacah naik yang mencacah naik dari 00 sampai 59 dan reset 00. Kemudian pencacah detik didekode dan ditayangkan pada 7segmen. Perhatikan rangkaian pembagi frekuensi tengah pada gambar (2). Masukan pada rangkaian ini berupa pulsa1 per detik. Keluarannya berupa pulsa 1 per menit. Keluaran pulsa 1 per menit dipindah ke pencacah menit 0 - 59. Pencacah naik ini mengawasi jumlah menit dari 00 sampai 59 dan reset menjadi 00. Keluaran akumulator pencacah menit didekode dan ditayangkan pada dua 7-segmen di sebelah atas tengah gambar (2). Memperhatikan rangkaian pembagi 60 di sebelah kanak gambar (2). Masukan pada pembagi frekuensi ini adalah pulsa 1 per menit. Keluaran rangkaian ii adalah pulsa 1 per jam. Keluaran pulsa 1 per jam dipindah ke pencacah jam di sebelah kiri. Akumulator pencacah jam ini mengawasi jumlah jam dari 0 sampai 23. keluaran akumulator jam didekode dan dipindahkan kedua penayang 7-segmen pada kiri atas gambar (2). Kita telah perhatikan bahwa rangkaian tersebut sudah berupa suatu jam digital 24-jam. Rangkaian tersebut dapat diubah dengn mudah menjadi jam 12-jam dengan menukar akumulator pencacah 0 sampai 23 menjadi pencacah 0 sampai 11.

2.2. COUNTER / PENCACAH DIGITAL Pencacah digital adalah sekumpulan FF yang berubah keadaan keluarannya dalam merespon pulsa-pulsa yang diberikan pada masukannya. Susunan beberapa FF tersebut menghasilkan bilangan biner ekivalen dari jumlah pulsa total yang diberikan pada saat itu. Pencacah banyak digunakan pada sistem digital, diantaranya sebagai penghitung pulsa, pembagi frekuensi, pewaktu, penunda waktu dan sebagainya. Berdasarkan Clock yang diberikan pada FF, maka Pencacah dikelompokkan menjadi Pencacah tidak serempak (Asynchronous) dan serempak (Synchronous). 2.2.1. Pencacah Tak Serempak (Asynchronous) / Ripple / Serial Jenis Pencacah ini paling sederhana dan tersusun dari FF yang sejenis (SC, JK, T atau D) yang keluarannya Q (atau Q) dihubungkan dengan masukan Clock FF 4

berikutnya, sehingga semua keluaran FF tidak berubah bersamaan dengan adanya pulsa Clock. Perubahan keadaan keluaran tiap FF terjadi pada setiap sisi naik (atau turun) dari masukan Clocknya. Suatu Pencacah yang apabila perubahan hitungan keluarannya naik dari hitungan awalnya (misalnya 0000) dinamakan Pencacah naik / maju ( UpCounter). Sebaliknya, apabila perubahan hitungan keluarannya turun dari hitungan awalnya (misalnya 1111) dinamakan Pencacah turun / mundur ( DownCounter). Jumlah masukan pulsa Clock yang menyebabkan Pencacah kembali ke hitungan awalnya dinamakan modulus Pencacah, yaitu jumlah total keadaan keluaran yang berbeda (termasuk nol) dari Pencacah yang dinyatakan : Jumlah Modulus Pencacah = 2N N = Jumlah FF

2.2.2. Pencacah Serempak (Synchronous) / Paralel Pada Pencacah biner sinkron, Clocknya dihubungkan dengan setiap masukan Clock FF, untuk itu setiap pemberian pulsa Clock akan menyebabkan semua keluaran juga berubah secara serentak. Hitungan pada Pencacah sinkron tidak hanya seperti Pencacah ripple yaitu berurutan, tetapi bisa melompat atau bahkan hitungan acak. Dalam merancang rangkaian Pencacah sinkron dengan hitungan tertentu harus mengetahui jenis FF yang digunakan, karena setiap FF mempunyai keluaran yang berbeda terhadap adanya pulsa Clock. Untuk itu harus mengetahui setiap perubahan keadaan keluaran FF sehubungan dengan hitungan yang diinginkan. 2.3. MIKROKONTROLLER Mikrokontroller adalah sistem mikroprosesor lengkap yang terkandung di dalam sebuah chip. Mikrokontroler berbeda dari mikroprosesor serba guna yang digunakan dalam sebuah PC, karena sebuah mikrokontroler umumnya telah berisi komponen pendukung sistem minimal mikroprosesor, yakni memori dan antarmuka I/O. Sistem komputer dewasa ini paling banyak justru terdapat di dalam peralatan lain, seperti telepon, jam, perangkat rumah tangga, kendaraan, dan bangunan. Sistem embedded biasanya mengandung syarat minimal sebuah sistem mikroprosesor yaitu memori untuk data dan program, serta sistem antarmuka input/output yang sederhana. Antarmuka semacam keyboard, tampilan, disket, atau printer yang umumnya ada pada sebuah komputer pribadi justru tidak ada pada sistem mikrokontroler. Sistem mikrokontroler lebih banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana yang penting seperti mengendalikan motor, saklar, resistor variabel, atau perangkat elektronis lain. Seringkali satu-satunya bentuk antarmuka yang ada pada sebuah sistem 5

mikrokontroler hanyalah sebuah LED, bahkan ini pun bisa dihilangkan jika tuntutan konsumsi daya listrik mengharuskan demikian. Berbeda dengan CPU serba-guna, mikrokontroler tidak selalu memerlukan memori eksternal, sehingga mikrokontroler dapat dibuat lebih murah dalam kemasan yang lebih kecil dengan jumlah pin yang lebih sedikit. Sebuah chip mikrokontroler umumnya memiliki fitur:
central processing unit - mulai dari prosesor 4-bit yang sederhana hingga prosesor

kinerja tinggi 64-bit.


input/output antarmuka jaringan seperti port serial (UART) antarmuka komunikasi serial lain seperti IC, Serial Peripheral Interface and

Controller Area Network untuk sambungan sistem


periferal seperti timer dan watchdog RAM untuk penyimpanan data ROM, EPROM, EEPROM atau Flash memory untuk menyimpan program komputer pembangkit clock - biasanya berupa resonator rangkaian RC pengubah analog-ke-digital

Sejarah mikrokontroller Mikrokontroler populer yang pertama dibuat oleh Intel pada tahun 1976, yaitu mikrokontroler 8-bit Intel 8748. Mikrokontroler tersebut adalah bagian dari keluarga mikrokontroler MCS-48. Sebelumnya, Texas instruments telah memasarkan

mikrokontroler 4-bit pertama yaitu TMS 1000 pada tahun 1974. TMS 1000 yang mulai dibuat sejak 1971 adalah mikrokomputer dalam sebuah chip, lengkap dengan RAM dan ROM.

2.4. ATMEGA 16 AVR merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. AVR mempunyai 32 register general-purpose, timer/counter fleksibel dengan mode compare, interrupt internal dan eksternal, serial UART, programmable Watchdog Timer, dan mode power saving, ADC dan PWM internal. AVR juga

mempunyai In-System Programmable Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk diprogram ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial SPI. ATMega16. ATMega16 mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz membuat disainer sistem untuk mengoptimasi konsumsi daya versus kecepatan proses.

Beberapa keistimewaan dari AVR ATMega16 antara lain: 1. Advanced RISC Architecture 130 Powerful Instructions Most Single Clock Cycle Execution 32 x 8 General Purpose Fully Static Operation Up to 16 MIPS Throughput at 16 MHz On-chip 2-cycle Multiplier

2. Nonvolatile Program and Data Memories 8K Bytes of In-System Self-Programmable Flash Optional Boot Code Section with Independent Lock Bits 512 Bytes EEPROM 512 Bytes Internal SRAM Programming Lock for Software Security

3. Peripheral Features Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescalers and Compare Mode Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescalers and Compare Modes One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler, Compare Mode, and Capture Mode Real Time Counter with Separate Oscillator Four PWM Channels 8-channel, 10-bit ADC Byte-oriented Two-wire Serial Interface Programmable Serial USART

4. Special Microcontroller Features Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection Internal Calibrated RC Oscillator External and Internal Interrupt Sources Six Sleep Modes: Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-down, Standby and Extended Standby 5. I/O and Package 32 Programmable I/O Lines 40-pin PDIP, 44-lead TQFP, 44-lead PLCC, and 44-pad MLF

6. Operating Voltages 2.7 - 5.5V for Atmega16L 4.5 - 5.5V for Atmega16

Gambar 3. Gambar pin- pin ATMega 16 kemasan 40 pin

Pin-pin pada ATMega16 dengan kemasan 40-pin DIP (dual in-line package) ditunjukkan oleh gambar 1. Guna memaksimalkan performa, AVR menggunakan arsitektur Harvard (dengan memori dan bus terpisah untuk program dan data).

2.5. SEVEN SEGMEN 2.5.1. Pengertian Seven Segment adalah suatu segmen- segmen yang digunakan menampilkan angka. Seven segmen ini tersusun atas 7 batang LED yang disusun membentuk angka 8 dengan menggunakan huruf a-f yang disebut DOT MATRIKS. Setiap segmen ini terdiri dari 1 atau 2 Light Emitting Diode ( LED ). 2.5.2. Jenis jenis seven segment 2.5.2.1. Common Anoda Disini, semua anoda dari diode disatukan secara parallel dan semua itu dihubungkan ke VCC dan kemudian LED dihubungkan melalui tahanan pembatas arus keluar dari penggerak. Karena dihubungkan ke VCC, maka COMMON ANODA ini berada pada kondisi AKTIF HIGH. 2.5.2.2. Common Katoda Disini semua katoda disatukan secara parallel dan dihubungkan ke GROUND. Karena seluruh katoda dihubungkan ke GROUND, maka COMMON KATODA ini berada pada kondisi AKTIF LOW. 2.5.3. Prinsip kerja Prinsip kerja seven segmen ialah input biner pada switch dikonversikan masuk ke dalam decoder, baru kemudian decoder mengkonversi bilangan biner tersebut menjadi decimal, yang nantinya akan ditampilkan pada seven segment.

2.6. ALARM Alarm secara umum dapat didefinisikan sebagai bunyi peringatan atau pemberitahuan. Dalam istilah jaringan, alarm dapat juga didefinisikan sebagai pesan berisi pemberitahuan ketika terjadi penurunan atau kegagalan dalam penyampaian sinyal komunikasi data ataupun ada peralatan yang mengalami kerusakan (penurunan kinerja). Pesan ini digunakan untuk memperingatkan operator atau administrator mengenai adanya masalah (bahaya) pada jaringan. Alarm memberikan tanda bahaya berupa sinyal, bunyi, ataupun sinar.

BAB III

PERENCANAAN 3.1. Gambar rangkaian

A B C D E F G DOT

PB1 PB2 PB3 D1 D2 D3 D4

MENU UP DOWN

C2
100uF

LS1

SPEAKER

Q3
2N3702

Q4
2N3702

Q5
2N3702

Q6
2N3702

R6
1,5k

R7
1K 9 RESET XTAL1 XTAL2 PA0/ADC0 PA1/ADC1 PA2/ADC2 PA3/ADC3 PA4/ADC4 PA5/ADC5 PA6/ADC6 PA7/ADC7 PB0/T0/XCK PB1/T1 PB2/AIN0/INT2 PB3/AIN1/OC0 PB4/SS PB5/MOSI PB6/MISO PB7/SCK PROGRAM=..\prg\Exe\jam.hex PC0/SCL PC1/SDA PC2/TCK PC3/TMS PC4/TDO PC5/TDI PC6/TOSC1 PC7/TOSC2 PD0/RXD PD1/TXD PD2/INT0 PD3/INT1 PD4/OC1B PD5/OC1A PD6/ICP1 PD7/OC2 22 23 24 25 26 27 28 29 14 15 16 17 18 19 20 21 A B C D E F G DOT D1 D2 D3 D4

Q1 Q2 R5
10 AC128 BC142

C1
0,1uF

C3

10uF/16V

13 12 40 39 38 37 36 35 34 33 PB1 PB2 PB3 1 2 3 4 5 6 7 8

R4
10k

R3
1M

C4
22nF

R2
330k

C5
22nF

X1
12MHZ

R1
32 30 100k

AREF AVCC

Gambar 4. Gambar rangkain jam digital dengan fasilitas alarm

3.2. Listing program


#include <mega16.h> #include <delay.h> int detik=0, menit=3, jam=12, temp_jam, temp_menit, ubah, indeks=4; int menit_satuan, menit_puluhan, jam_satuan, jam_puluhan; bit dot=0; // Timer 1 overflow interrupt service routine interrupt [TIM1_OVF] void timer1_ovf_isr(void) { // Reinitialize Timer 1 value TCNT1H=0xD23A >> 8; TCNT1L=0xD23A & 0xff; detik++; dot=dot^1; //logika menyalakan titik } void jam_digital() { if (detik==60)

10

{ detik=0; menit++; } if (menit==60) { menit=0; jam++; } if (jam==24) { jam=0; } } void ubah_ke_format7segment()//fungsi untuk mengubah kedalam format 7segment { if (ubah==0){ubah=0xc0;} if (ubah==1){ubah=0xf9;} if (ubah==2){ubah=0xa4;} if (ubah==3){ubah=0xb0;} if (ubah==4){ubah=0x99;} if (ubah==5){ubah=0x92;} if (ubah==6){ubah=0x82;} if (ubah==7){ubah=0xf8;} if (ubah==8){ubah=0x80;} if (ubah==9){ubah=0x90;} } void data_7segmen() { temp_menit=menit; menit_satuan=temp_menit%10;//sisa dari pembagian disimpan di variabel satuan ubah=menit_satuan; ubah_ke_format7segment();//panggil fungsi mengubah kedalam format 7segment menit_satuan=ubah; temp_menit=temp_menit/10; menit_puluhan=temp_menit%10; ubah=menit_puluhan; ubah_ke_format7segment(); menit_puluhan=ubah; temp_jam=jam; jam_satuan=temp_jam%10; ubah=jam_satuan; ubah_ke_format7segment(); jam_satuan=ubah; temp_jam=jam/10; jam_puluhan=temp_jam%10; ubah=jam_puluhan; ubah_ke_format7segment(); jam_puluhan=ubah; }

11

void tampil_7segment() { PORTC=jam_puluhan;//mengirimkan data kedigit5 PORTD=0b11110111;//menyalakan digit5 delay_ms(3); PORTC=jam_satuan;//mengirimkan data kedigit6 PORTC.7=PORTC.7^dot;//indikator detik dengan menyalakan segment DOT pada digit ke2 PORTD=0b11111011;//menyalakan digit6 delay_ms(3); PORTC=menit_puluhan;//mengirimkan data kedigit7 PORTD=0b11111101;//menyalakan digit7 delay_ms(3); PORTC=menit_satuan;//mengirimkan data kedigit8 PORTD=0b11111110;//menyalakan digit8 delay_ms(3); //lamanya waktu scanning ditentukan oleh intruksi delay } void set_jam() { if (PINB.0==0 && indeks==4) { TIMSK=0x00; //stop LAGI TIMER delay_ms(300); indeks=3; while (PINB.0==1 && indeks==3) { data_7segmen(); tampil_7segment(); if (PINB.1==0) { delay_ms(300); menit=menit+1; if (menit>=60) { menit=59; } } if (PINB.2==0) { delay_ms(300); menit=menit-1; if (menit<0) { menit=0; } } } } if (PINB.0==0 && indeks==3) { delay_ms(300);

12

indeks=2; while (PINB.0==1 && indeks==2) { data_7segmen(); tampil_7segment(); if (PINB.1==0) { delay_ms(300); menit=menit+10; if (menit>=60) { menit=59; } } if (PINB.2==0) { delay_ms(300); menit=menit-10; if (menit<0) { menit=0; } } } } if (PINB.0==0 && indeks==2) { delay_ms(300); indeks=1; while (PINB.0==1 && indeks==1) { data_7segmen(); tampil_7segment(); if (PINB.1==0) { delay_ms(300); jam=jam+1; if (jam>=60) { jam=59; } } if (PINB.2==0) { delay_ms(300); jam=jam-1; if (jam<0) { jam=0; } } } } if (PINB.0==0 && indeks==1)

13

{ delay_ms(300); indeks=0; while (PINB.0==1 && indeks==0) { data_7segmen(); tampil_7segment(); if (PINB.1==0) { delay_ms(300); jam=jam+1; if (jam>=60) { jam=59; } } if (PINB.2==0) { delay_ms(300); jam=jam-1; if (jam<0) { jam=0; } } } indeks=4; TIMSK=0x04; //MEMULAI LAGI TIMER delay_ms(300); } } void alarm() { If (menit==15){PIND.4==1;} else {PIND.4==0;} if (menit==30){PIND.5==1;} else {PIND.5==0;} if (menit==0){PIND.5==1;} else {PIND.5==0;} } void main(void) { PORTB=0xff; DDRB=0x00; PORTC=0xff; DDRC=0xff; PORTD=0xff; DDRD=0xff; // Timer/Counter 1 initialization // Clock source: System Clock

14

// Clock value: 11.719 kHz // Mode: Normal top=FFFFh // OC1A output: Discon. // OC1B output: Discon. // Noise Canceler: Off // Input Capture on Falling Edge // Timer 1 Overflow Interrupt: On // Input Capture Interrupt: Off // Compare A Match Interrupt: Off // Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0x00; TCCR1B=0x05; TCNT1H=0xD2; TCNT1L=0x3A; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00; // Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x04; // Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off // Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80; SFIOR=0x00; // Global enable interrupts #asm("sei") while (1) { set_jam(); jam_digital(); data_7segmen(); tampil_7segment(); alarm(); }; }

3.3. Perhitungan arus power supply 3.3.1. Arus untuk seven segment Sebuah seven segment membutuhkan arus sebesar 10 - 20 mA, sehingga dengan menggunakan 4 seven segment maka arus yang diperlukan kurang lebih 40 - 80 mA. 3.3.2. Arus mikrokontroller ATMega 16 Sebuah mikrokontroller atmega membuuhkan 20 mA

15

3.3.3. Arus total yang harus disediakan oleh power supply Dengan arus seven segment yang 80 mA dan mcu ATMega 16 yang 20 mA, maka powersupply yang digunakan harus mampu menyediakan arus sebesar 100 mA. Sehingga untuk lebih aman power supply yang digunakan menghasilkan paling tidak 5X arus yang diperlukan. 3.4. Pembuatan jalur rangkaian Pada perencanaan jalur rangkaian diatas bisa seperti protel,visio dll. Hal hal yang perlu diperhatikan : 1. memperhatikan lebar jalur yang dibutuhkan guna meningkatkan efesiensi arus dan tempat. 2. Disisi lain kita harus mempersiapkan komponen yang dibutuhkan sesuai rangkaian yang telah kita rancang. 3. Mengecek keberadaan jalur,sehingga benar-benar sesuai dengan rangkaian diatas menggunakan bantuan softwere

Berikut gambar layout dan pictorial dari rangkaian gambar 12 diatas. 1. Layout (skala 1:2)

Gambar 5. Layout sisi atas (kiri), bawah (kanan)

16

2. Pictorial (skala 1:1)

Gambar 6. Pictorial rangkaian jam digital

3.5. Penyablonan Setelah perencanaan selesai kita bisa memulai memindahkan jalur ke pcb,disini kita mengunakan metode penyablonan yang dulu telah kita pelajari pada semester sebelumnya,dengan memperhatikan langkah-langkah yang benar agar mendapatkan hasil yang maksimal.

17

BAB IV METODOLOGI
START

PENGUMPULAN TEORI

PEMAHAMAN TEORI

PERENCANAAN

PEMBUATAN PROGRAM

SIMULASI YA

TIDAK

FABRIKASI

TIDAK

PENGETESAN YA FINISH

18

Penjelasan Metodologi 4.1. Pengumpulan Teori Mengumpulkan teori yang berhubungan dengan jam digital mikrokontroler, dan teori yang berkaitan. Mencari teori yang berhubungan dari internet maupun dari buku yang sesuai dan relevan. 4.2. Pemahaman Teori Teori adalah sesuatu yang mendasar yang perlu dipelajari dalam melakukan suatu kegiatan. Dimana disini, jika akan membuat jam digital mikrokontroler, maka harus memahami teori sistem dasar jam digital, IC mikrokontroler dan system alarm jam yang terkait terlebih dahulu. Bagaimana fungsi dari setiap blok serta komponen komponen di dalamnya. Terutama parameter yang digunakan untuk mengetahui hasil yang kita inginkan. 4.3. Perencanaan Melakukan perencanaan kita lakukan setelah kita memahami teori sistem. Dari teori yang telah ada kita melakukan perencanaan apa. Mikrokontroler yang digunakan dan penampil pada jam digital yang disertai alarm. Serta untuk mendapatkan karakteristik tersebut diperlukan parameter untuk melakukan perhitungan nilai komponen komponen yang diperlukan. 4.4. Pembuatan Program Pembuatan program yang dimaksud adalah pembuatan program yang berada pada IC mikrokontroler untuk menjalankan jam digital yang ditampilkan pada seven segment agar pada saat 15 menit, 30 menit, dan 60 menit alarmnya dapat berfungsi dengan ketentuan yang sesuai yang telah ditentukan. 4.5. Simulasi Darirencana yang sudah diperhitungkan, kita mencoba mensimulasikan dalam sebuah software. Software yang digunakan yaitu Codevision dan Proteus. Tujuan dari simulasi ini adalah untuk meminimalisir rusaknya komponen komponen karena tidak sesuainya nilai dari komponen tersebut. Dan dari Codevision dan Proteus kita bisa mengetahui output dari rangkaian sudah sesuai dengan karakteristik yang diinginkan atau tidak. Jika tidak maka harus mengulas kembali teori sistem yang ada serta merencanakan perhitungan nilai komponen komponennya lagi.

19

4.6. Fabrikasi Fabrikasi adalah kegiatan aplikasi dari software dan benar benar akan dipraktekan untuk sebuah alat agar bisa berfungsi. Dimana jika dalam pembuatan program dan simulasi sesuai maka kita memulai pembuatan PCB serta merangkai komponen jam digital mikrokontroler. Pembuatan jam digital mikrokontroler bisa dimulai dengan merancang program dalam sebuah software seperti Codevision dan Proteus. Setelah program atmega didalam software Codevision selesai kita bisa memindah file ke software Proteus untuk memunculkan simulasi penjalanan program. Kemudian jika pembuatan pembuatan program selesai dan simulasi sesuai dengan perencanaan, kita bisa merangkai komponen komponennya sesuai dengan letak yang telah ditentukan dalam jalur tersebut. Setelah merangkai harus menyatukan kaki kaki komponen dengan jalur PCB dengan cara mensoldernya. Hasil solderan tidar boleh mempengaruhi jalur PCB dan kaki kaki komponen lainnya. Karena semua itu bisa menghambat sistem kerja alat dan dapat mempercepat kerusakan komponen komponennya. Bahkan alat tersebut tidak bisa berfungsi atau mati. 4.7. Pengetesan Setelah proses fabrikasi selesai, selanjutnya ialah proses pengetesan rangkaian apakah sudah sesuai dengan hasil pada proses simulasi atau tidak.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. http://elektro-kontrol.blogspot.com/2011/06/jam-digital-dengan-penampil-seven.html 2. http://elektro-kontrol.blogspot.com/2011/06/program-mengakses-seven-segment.html 3. http://elektro-kontrol.blogspot.com/2011/06/timer-dan-counter-avr.html 4. http://wahyusp.wordpress.com/2009/06/28/proyek-jam-digital-ii-ds1307/ 5. http://tips-trik-8.blogspot.com/2009/11/jam-digital-dengan-mikrokontroler_23.html 6. http://wirkamdwyfebrian.blogspot.com/2010/03/bel-pintu.html

21

Anda mungkin juga menyukai