Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI SISTEM SARAF

DISUSUN OLEH : Kelompok 14 / Angkatan 2008


Nama Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Yesica (08-) (08-) (08-) (08-) (08-) (08-) (08-) (08-) (08-191) (07-) (06-)

I.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2010 PENDAHULUAN


Fungsi dari suatu organ atau suatu sistem dapat diketahui dengan cara melakukan rangsangan (stimulasi) atau penghambatan(inhibisi) pada organ atau sistem tersebut dan dengan cara menghilangkan bagian-bagian dari organ atau sistem, kemudian diamati aktivitas fungsional organ atau sistem yang hilang.

II.

TUJUAN
Untuk mengetahui fungsi dari bagian-bagian susunan saraf pusat.

III.

ALAT & BAHAN


Alat diseksi Papan fiksasi katak Penjepit tulang Statif Larutan asam cuka 1% Beker Glass Stopwatch Katak (Rana Spesies)

IV.

CARA KERJA
4.1 Pengamatan Aktivitas Katak Normal a. Letakkan katak pada papan fiksasi kemudian lihat sikap badan (posisi tubuh dan sudut yang dibentuk tubuh dengan papan fiksasi). Amati dan hitunglah frekuensi napas. Amati frekuensi denyut jantung/denyut nadi. b. Gerakan spontan c. Keseimbangan (kemampuan hewan mencoba untuk bangkit kembali setelah ditelentangkan dengan cepat). d. Taruh katak didalam ember yang berisikan air, perhatikan gerakan katak saat berenang.

e. Lalu angkat katak dan letakkan kembali di papa fiksasi, perhatikan frekuensi napas, frekuensi denyut jantung/denyut nadi.

4.2

Katak Deserebrasi a. Pegang katak dengan tangan kiri, ambil gunting yang kuat lalu masukkan salah satu kaki gunting ke dalam mulut katak. b. Gunting rahang atas katak dengan batas antara kelopak mata bagian belakang dan membran timpani bagian depan (didapatkan katak deserebrasi). c. Biarkan katak hilang shock setelah pemotongan rahang atas, berapa menit lamanya keadaan shock akan hilang. Lalu letakkan pada papan fiksasi. d. Amati kembali aktivitas 4.1 diatas.

4.3

Katak Spinal a. Katak deserebrasi kemudian dirusak serebelum dan medula oblongatanya dengan sonde. b. Sonde dibatasi sepanjang dari tempat pemotongan 4.2 sampai ke foramen magnum, kemudian ditusukkan ke ventrikel otak dan diputar-putarkan sehingga serebelum dan medula oblongatanya rusak. c. Didapatkan katak spinal. Letakkan katak pada papan fiksasi, amati sampai berapa lama (detik/menit) sampai timbulnya aktivitas (hilangnya fase spinal shock).

4.4

Pulihnya Refleks-Refleks Gantung katak spinal pada statif dengan cara menjepit rahangnya pakai penjepit tulang. Rangsang Mekanis a. Jepitlah kaki belakang katak pakai pinset. Bila shock belum hilang, katak tidak bereaksi. Tetapi shock telah hilang, katak akan menarik kaki saat dijepit (melakukan refleks pelindung/withdrawal refleks). b. Adakalanya kakinya tetap diangkat, setelah menarik kakinya. Untuk hal ini, jepitlah kaki lainnya, sehingga katak akan menurunkan kakinya kembali (penghambatan reflektorik).

c. Jepitlah lagi kaki pertama dengan lebih kuat. Katak akan menarik kedua kakinya, bahkan kedua kaki depannya (iridiasi refleks). d. Hitung berapa detik waktu yang diperlukan sejak saat dijepit sampai saat menarik kakinya (waktu refleks). Rangsang Listrik a. Rangsang kaki belakang dengan rangsang faradis (pakai induktorium). Rangsanglah mulai dari yang lemah dan perlahan ditambah kekuatannya. Catat kekuatan induktorium saat terjadi reflek pada kaki yang dirangsang tersebut. b. Rangsang ditambah lagi kekuatannya, dan catat saat kaki sebelah lainnya extensi (crossed extention reflek). c. Hal sama juga dicatat bila kaki depan (iridiasi). d. Bedakan reflek dengan kontraksi biasa akibat perangsang listrik. Rangsang Kimia a. Ambil larutan asam cuka 1% dan taruh dalam gelas piala, celupkan salah satu kaki pada larutan tersebut. Sesaat kemudian, kaki tersebut ditarik keluar oleh katak (refleks pelindung/withdrawal refleks). b. Adakalanya kaki lainnya berusaha menghapus bekas asam (reflek penghapus). Jangan lupa untuk selalu membersihkan kaki dengan air setiap kali dilakukan percobaan dengan bahan kimia. c. Basahkan kulit perut/dada katak dengan asam yang tersedia. Perhatikan apa yang dilakukan katak saat tersiram asam.

V. VI.

HASIL PENGAMATAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil praktikum, katak deserebrasi masih memiliki tingkat kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya dirusak. Kesadaran sudah hilang pada katak spinalis. Menurut (Thomas, 2002), serebrum bertanggung jawab dalam proses belajar, kecerdasan, kesadaran, dll. Hasil praktikum ini kurang sesuai karena pada serebrum yang dirusak, kesadarannya masih baik. Namun, pada serebellumnya yang dirusak, kesadarannya menurun. Hal ini berbalik

dengan pernyataan literatur tersebut yang mungkin disebabkan karena kerusakan serebrum pada tahap parsial sehingga kesadaran masih baik. Kemungkinan terjadinya kerusakan serebrum secara parsial karena metode praktikum yang digunakan tidak dapat melakukan perusakkan serebrum secara total. Gerakan spontan kurang baik pada katak deserebrasi dan menghilang pada pengrusakan serebellum dan katak spinalis. Menurut literatur, diencephalon berfungsi untuk menyambung sensori ke kortex, berperan dalam saraf otonom dan sekresi hormon dari pituitary gland. Dengan kata lain, hasil praktikum tersebut sejalan dengan literatur karena gerakan spontan makin menurun ketika medulla oblongata dan medulla spinalis dirusak. Frekuensi jantung katak meningkat saat setelah perusakan serebrum dari ...x/menit menjadi ...x/menit dan kembali menjadi ...x/menit setelah dirusak serebellumnya. Frekuensi jantung pada katak tampak tidak menunjukkan pengaruh dari perusakan serebrum maupun serebelum dikarenakan jantung dikontrol oleh saraf otonom. Apapun peningkatan frekuensi pada perusakan serebrum mungkin disebabkan hewan stress. Pusat pengaturan frekuensi nafas terletak di medula oblongata (Guyton, 1995). pada praktikum ini terlihat hasil yang tidak sesuai dengan teori yang ada karena pada katak deserebrasi frekuensi nafas telah mengalami penurunan menjadi ...x/menit dan menjadi ...x/menit setelah perusakan serebellum dan medula oblongata. Hal ini mungkin disebabkan ketika merusak serebrum, medula oblongata ikut mengalami kerusakan dan mempengaruhi pernafasan. Pusat keseimbangan terdapat di vestibuloserebellum bersama batang otak dan medulla spinalis (Guyton, 1995). Hasil pengamatan menunjukkan keseimbangan tereliminasi setelah kerusakan serebrum. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah dalam proses kerusakan serebrum diikuti juga kerusakan serebellum sehingga kesadaran hilang. Pusat rasa nyeri terdapat pada korteks serebri (Guyton, 1995). Hasil pengamatan menunjukkan sesuai dengan teori karena katak deserebrasi memperlihatkan tidak ada rasa nyeri. Rasa nyeri ditunjukkan melalui respons mengangkat kaki setelah kaki dicelupkan dalam larutan asam selama beberapa detik. Pusat tonus otot pada medulla spinalis. Fakta hasil pengamatan menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori. Tonus otot hilang pada katak deserebrasi. Kemungkinan

yang terjadi hingga menyebabkan penyimpangan dari teori adalah kerusakan medulla spinalis terjadi dalam deserebrasi katak. Pusat gerakan spontan berada diserebrum karena perlu adanya memori terhadap suatu aktivitas untuk melakukan gerakan spontan. Dalam praktikum gerakan spontan tidak ada lagi karena serebrum hilang. Sementara itu refleks lain diatur oleh medulla spinalis. Setelah spinalis rusak maka refleks tersebut hilang.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, disimpulkan bahwa fungsi serebrum adalah kesadaran, gerakan spontan, posisi istirahat, rasa nyeri. Fungsi medulla oblongata adalah pengendali pernafasan. Serebellum berperan dalam keseimbangan. Medulla spinalis berperan dalam refleks dan tonus otot. Pengendalian denyut jantung dipengaruhi oleh pacemaker.

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, F.William. 1995. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC. Penerjemah H. M Djuahari Wdjokusumah. Terjemahan dari review off Medical Physiology. Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Penerjemah Ken Ariata Tengadi. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology. http://pakdokterhewan.wordpress.com/2010/03/29/pemberian-obat-pada-hewan-coba/

Anda mungkin juga menyukai