Anda di halaman 1dari 22

NYERI BAHU

Nyeri bahu merupakan keluhan yang sering dijumpai sehari-hari yang disebabkan oleh nyeri lokal atau nyeri saat menggerakkan lengan, misalnya pada waktu memakai baju, menyisir rambut, mengambil dompet di saku belakang. Keluhan di atas sering menimbulkan masalah diagnostik karena dapat melibatkan berbagai macam jaringan, seperti persendian, bursa, otot, syaraf bahkan organ yang jauh dari tempat nyeri.

Sendi-sendi yang berperan : 1. Sendi Glenohemeralis Sendi ini termasuk klasifikasi sendi bola dan mangkuk (ball and soket) dimana kaput humerus yang berberntuk hampir setengah bola dengan diameter tiga sentimeter berhubungan dengan fossa glenoidalis dari skapula. Segera akan tampak bahwa ada ketidaksesuaian antara dua bagian tulang yang mengadakan persendian ini, dimana bola dari caput humeri yang bernilai sudut 1530 masuk ke dalam mangkuk dari fossa glenoidalis yang bernilai sudut 75 0. Keadaan ini secara anatomis membuat sendi ini tidak stabil. Adanya labrium glenoidalis, suatu jaringan fibrokarfilaginous di sepanjang tepi fossa glenoidalis serta menghadapnya fossa glenoidalis agak ke atas membuat sendi ini lebih stabil. Kapsul sendi ini sangat tipis dan di bagian depan diperkuat oleh ligamentum glenohumeralis superior, medius dari ligamen ini terdapat lubang yang disebut foramen weitbrecht. Dengan demikian daerah ini merupakan daerah locus minoris resistensia yang

menyebabkan mudahnya terjadi dislokasi kaput humerus ke anterior. Terdapat tiga buah busa yang berhubungan dengan kavum sinovium, yaitu busa

subakromialis, subdeltoideus dan subkorakoideus. Fungsinya adalah memudahkan pergerakan otot-otot deltoideus supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan subskapularis.

2. Sendi Suprahumeral Merupakan sendi palsu yang bersifat melindungi ( protective) persendian antara kaput humerus dan lengkungan lebar ligamen yang menghubungkan proccesus korakoideus dan akromion. Lengkungan korakoakromialis melindungi sendi glenohumeralis terhadap trauma dari atas dan mencegah dislokasi ke atas dari kaput humerus. Sendi suprahumeral ini dibatasi oleh kavitas glenoidalis dibagian superiornya, proccesus akromialis dibagian posterior. Sedangkan dibagian anterior dan medialnya oleh proccesus

kcrakoideus dan dia atasnya terdapat ligamen korakoakromial. Kaput humerus berada di bawah susunan ini. Di dalam sendi ini didapatkan bursa subakromial, bursa subkorakoid, otot dan tendon supraspinatus, superior dari kapsul glenohumeral, tendon biseps dan jaringan ikat. Ketika lengan diabduksikan, tuberositas majus harus melewati di bawah ligamen korakoakromialis dan tidak mengadakan penekanan pada jaringan yang ada di bawahnya. Pergerakan ini memerlukan

koordinasi kerja otot yang halus, kelenturan (laxity) jaringan lunak dan gerakan eksorotasi dari humerus yang benar. Gangguan dari faktor tersebut dapat mengakibatkan pembatasan gerak, nyeri dan distabilitas.

3. Sendi Akromioklavikularis Adalah persendian antara klavikula dan akromion. Sendi ini termasuk dalam sendi yang tidak beraturan. Sendi ini diperkuat oleh ligamen akromioklavikular yang berjalan dari bagian atas distal klavikula hingga permukaan atas dari proccesus akromialis dan di belakang oleh

aponeurosis dari otot trapezius dan deltoid. Stabilitas klavikula oleh ligamen korakoklavikular sebenarnya terdiri dari 2 ligamen, yaitu ligamen conoid dan ligamen trapezoid) yang mengikat klavikula dengan proccesus korakoid. Rotasi dari klavikula primer terjadi bila lengan diabduksi lebih dari 90 0 (waktu skapula berotasi ke atas), maka terjadi rotasi klavikula mengitari sumbu panjangnya. Elevasi pada sudut 300 pertama terjadi pada sendi sternoklavikularis dan 300 berikutnya terjadi akibat rotasi klavikula pada sumbu panjangnya.

4. Sendi Skapulokostalis Merupakan persendian antara skapula dan dinding thoraks, dimana diantaranya terdapat otot subskapularis dan serratus anter ior yang disebut juga a bone muscles bone articulation. Otot penggerak utamanya yaitu serratus anterior dan trapezius. Pada sendi ini, skapula bergerak menggelincir pada dinding thoraks. Gerakannya ada dua tipe, yaitu translasi (gerak dari skapula ke atas, ke bawah, ke depan dan ke belakang) dan gerak rotasi melalui sumbu tegak lurus. Biasanya gerak skapula adalah gerak kombinasi daripada kedua gerak ini. Beberapa peneliti mengatakan bahwa antara sendi glenohumeral dan skapulakostal terdapat perbandingan saat melakukan gerakan abduksi dan fleksi bahu. Mereka menemukan bahwa dua pertiga dari gerakan tersebut dilakukan oleh sendi glenohumeral (sekitar 120 0) sedangkan sepertiganya oleh sendi skapulakostalis (sekitar 60 0). Jadi perbandingannya 2:1, yang merupakan hasil yang konstan.

5. Sendi Sternoklavikular Adalah persendian synovial antara manubrium sterni dan klavikula bagian proksimal.

Meniskus menempel pada klavikula bagian superior dan pada kartilago tulang rusuk pertama, membagi sendi sternoklavikular menjadi dua unit fungsional untuk gerakan menggelincir. Anteroposteroir gliding (protraksi dan retraksi dari klavikula) terjadi antara sternum dan meniskus, sedangkan superoinferior gliding (elevasi dan depresi dari klavikula) terjadi antara klavikula dan meniskus. Penghubung antara sternum dan klavikula di bentuk oleh ligamen sternoklavikular anterior dan posterior, dan ligamen interklavikular menghubungkan antara dua klavikula.

6. Sendi Kostosternalis Merupakan persendian yang menghubungkan tulang iga dengan tulang sternum. Persendian ini termasuk dalam jenis sendi sinkondrosis.

7. Sendi Kostovertebralis Merupakan persendian antara tulang iga dengan korpus vertebralis yang terdiri dari : a. penghubung kaput kosta dengan kospus vertebra. b. Yang menghubungkan leher dan tuberkel kosta dengan proccesus transversus. Gerakan kompleks yang dapat dilakukan oleh bahu selain ditunjang oleh banyaknya sendi pada bahu ( 7 sendi) juga ditunjang oleh banyaknya otot yang berperan dalam melakukan gerakan bahu.

Kumpulan otot-otot ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok otot yang menggerakkan dan menstabilkan skapula (shoulder girdle). Otot-otot tersebut, yaitu : a. Penggerak Sendi Bahu

1. Deltoid Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Pars clavicularis (anterior) Origo Gerakan : Akromial sepertiga klavikula : Prime mover fleksi 900 dan adduksi bahu dan sebagai pembantu gerakan internal rotasi dan abduksi lebih dari 600 dari bahu. Pars acromialis (middle) Origo Gerakan : akromion : Prime mover abduksi bahu sampai 900

Pars spinalis (posterior) Origo : Spina skapula (ventral bertendon pendek, dorsal bertendo panjang) Gerakan Insertio : Prime mover ekstensi bahu : Tuberositas deltoid (bursa subdeltoid antara otot dan tuberkulum majus) Persyarafan : N. Axillaris (C5 C6)

2. Supraspinatus Origo Insertio Persyarafan Gerakan : Fosa supraspinatus : Tuberkulum majus humerus : N. Supraskapularis (C5) : Prime mover abduksi bahu hingga 900

2. Infraspinatus Origo Insertio Persyarafan Gerakan : Fosa infraspinatus : Middle dari tuberkulum majus humerus : N.Supraskapularis (C5) : Prime mover rotasi ke lateral dan ekstensi horisontal bahu dan sebagai

pembantu gerakan abduksi horisontal bahu.

4. Subskapularis Origo Insertio Persyarafan Gerakan : Fosa subskapularis : Tuberculum minus humerus : N. Subskapularis superior dan inferior (C5 C6) : Prime mover rotasi ke dalam dari humerus

5. Teres minor Origo Insertio Persyarafan Gerakan : Permukaan belakang lateral skapula : Distal dari tuberkulum majus humerus : N. Axillaris (C5) : Prime mover rotasi kelateral dan ekstensi horisontal bahu dan sebagai pembantu gerakan abduksi horisontal bahu.

Kelima otot di atas disebut juga sebagai otot intrinsik bahu, sedangkan otot nomor dua hingga lima disebut sebagai Rotator Cuff.

6. Teres Mayor Origo Insertio Persyarafan Gerakan : Lateral skapula dan angulus inferior : Krista tuberkulum minus humerus : N. Subskapularis inferior (C5 C6) : Prime mover ekstensi bahu

7. Latissimus Dorsi Origo : Proccesus spinosus dari thorakal 6 hingga lumbal, belakang sakrum, bagian posterior krista illiaka dan beberapa tulang iga bagian bawah. Insertio Persyafaran Gerakan : Medial sulkus bisipitalis : N. Thorakodorsalis (C7 C8) : Prime mover ekstensi dan rotasi kemedial dari bahu.

8. Korakobrakhialis Origo Insertio Persyarafan Gerakan : Proccesus korakoid skapula : Permukaan anteromedial humerus : N. Muskulokutaneus (C6 C7) : Prime mover fleksi bahu 900

9. Pektoralis Mayor Dibagi tiga, yaitu : Pars klavikularis Origo : dua pertiga bagian media klavikula

Pars manubrialis Origo : Sternum

Pars Sternokostalis Origo Insertio Persyarafan Gerakan : Kartilago kostae 1 6 : Tuberkulum majus humerus : N. Pektoralis medial dan lateral (C5, C6, C7, C8, T1) : Prime mover adduksi horisontal dan rotasi ke medial bahu.

b. Penggerak Pergelangan Bahu 1. Serratus anterior Origo Insertio Persyarafan Gerakan : 8 tulang rusuk bagian anterolateralis : Permukaan anterior skapula dari sudut atas hingga bawah : N. Thorakalis longus (C5, C6, C7) : Prime mover adduksi dan rotasi ke atas skapula dan sebagai pembantu gerakan abduksi bahu 900 2. Rhomboideus mayor Origo Insertio Persyarafan Gerakan : Proccesus spinosus thorakal 2, 3, 4, dan 5 : Medial skapula hingga bawah skapula : N. Skapulodorsalis (C5) : Prime mover adduksi dan rotasi ke bawah skapula dan sebagai pembantu gerakan elevansi skapula. 3. Rhomboideus minor Origo : Proccesus spinosus cervikal 7 dan thorakal 1

Insertio Persyarafan Gerakan

: Spina skapula : N. Skapulodorsalis (C5) : Prime mover adduksi dan rotasi ke bawah skapula dan sebagai pembantu gerakan elevansi skapula

4. Levator skapula Origo Insertio Persyarafan Gerakan : Proccesus transversus cervikalis 1 4 : Tepi atas skapula : N. Skapulodorsalis (C3, C4, C5) : Prime mover elevansi skapula

5. Pektoralis minor Origo Insertio Persyarafan Gerakan 6. Subsklavius Origo Insertio Persyarafan Gerakan 7. Trapezius Dibagi menjadi 3, yaitu : Superior Origo : Sepertiga medial dari tulang occiput : Permukaan atas tulang rusuk : Bagian bawah klavikula : N. Subklavius (C5 C6) : Depresi klavikula : Tulang iga 3, 4, 5 : Proccesus korakoideus : N. Pektoralis medialis (C8 Th1) : Adduksi horisontal bahu

Insertio Gerakan Middle Origo Insertio Gerakan Inferior Origo Insertio Persyarafan Gerakan

: Sepertiga lateral dari klavikula bagian posterior : Elevasi skapula

: Proccesus spinosus thorakalis atas : Tepi medial spina skapula : Adduksi skapula

: Proccesus spinosus thorakalis bawah : Tepi bawah spina skapula : N. Accessory (C3 C4) : Depresi dan adduksi skapula

BLOMEKANIKA SENDI BAHU

A. Gerakan dan luas gerak sendi bahu Gerakan-gerakan dari bahu dibagi dua, yang didasarkan pada kelompok otot penggeraknya. Gerakan tersebut antara lain gerakan skapula dan gerakan dari humerus. Gerakan-gerakan tersebut antara lain : 1) Gerakan skapula a. Elevasi dan depresi Elevasi yaitu gerakan skapula ke atas sejajar dengan vertebra, dapat dilakukan dengan mengangkat bahu ke atas. Sedangkan depresi adalah kembalinya bahu

dari posisi elevasi. Gerakan vertikal disertai dengan tilting. Total luas geraknya adalah 10 12 cm. b. Abduksi (protraksi) dan Aduksi (retraksi) Protraksi adalah gerakan kelateral skapula menjauhi vertebra. Gerakan ini dapat terjadi ketika bahu melakukan gerakan mendorong ke depan. Retraksi yaitu

gerakan skapula ke medial, dapat dilakukan dengan menarik bahu ke belakang. Total luas geraknya adalah kira-kira 15 cm. c. Upward rotation dan downward rotation Upward rotation yaitu gerakan rotasi dari scapula pada bidang frontal sehingga fossa glenoidalis bergerak ke atas. Sedangkan downward rotation yaitu gerakan kembali dari upward rotation. Total luas gerak 60 0 , displacement sudut bawah skapula 10 12 cm dan sudut superolateral 5 6 cm. 4. Upward tilt dan reduction of upward tilt. Upward tilt yaitu gerakan skapula pada aksis frontal horisontal yang menyebabkan permukaan posterior skapula bergerak ke atas. Gerakan ini terjadi oleh karena rotasi dari klavikula, sehingga bagian superior skapula bergerak naikturun dan bagian inferiornya bergerak maju-mundur. Hal ini hanya terjadi jika bahu hiperekstensi. Reduction of upward tilt yaitu gerakan kembali dari upward tilt. 2) Gerakan humerus Posisi awal berdiri tegak dengan lengan di samping tubuh. a. Fleksi dan ekstensi Feksi adalah gerakan lengan atas dalam bidang sagital ke depan dari 0 0 ke 1800.

Gerak yang berlawanan ke posisi awal (00) disebut gerak depresi lengan. Gerak ekstensi adalah gerak dari lengan dalam bidang sagital ke belakang dari 0 0 ke kirakira 600. Gerakan fleksi dibagi menjadi 3 fase. Fase 1, fleksi 00 sampai 500 - 600. Otot yang terlibat yaitu deltoid anterior, korakobrakhialis, pektoralis mayor serabut klavikular. Gerakan fleksi bahu ini dibatasi oleh tegangan dari ligamen

korakohumeralis dan tahanan yang dilakukan oleh teres minor, teres major dan infraspinatus. Fase II, Fleksi 600 - 1200. Pada fase ini diikuti gerakan shoulder girdle, yaitu rotasi 600 dari skapula, sehingga glenoid cavity menghadap ke atas dan ke depan, dan aksial pada sendi sternoklavikular dan akromioklavikular, setiap sendi membantu 300. Gerakan ini melibatkan otot trapezius, serratus anterior. Fleksi pada sendi skapulothorakis dibatasi oleh tahanan lattisimus dorsi dan serabut kostosternal dari pektoralis mayor. Fase III, fleksi 1200 - 1800. Jika hanya satu lengan yang fleksi dari spinal kolumn. Bila kedua lengan fleksi maksimum akan terjadi gerakan lordosis dari lumbal melebihi normal. b. Abduksi dan adduksi Gerak abduksi adalah gerak dari lengan menjauhi tubuh dalam bidang frontal dari 00 ke 1800 Gerak adduksi adalah gerak kebalikan dari abduksi yaitu gerak lengan menuju garis tengah tubuh. Tiga fase gerakan abduksi, fase I, abduksi 00 900 merupakangerakan start abduksi dari sendi bahu. Otot-otot yang terlibat yaitu deltoid middle dan supraspinatus. Pada akhir abduksi 90 0 , shoulder mengunci sebagai hasil greater tuberosity menyentuh superior margin dari glenoid. Fase II, abduksi 900 1500 , ketika abduksi 900, disertai fleksi sehingga dapat aduksi sampai 1200 shoulder mengunci dan abduksi hanya dapat maju dengan

disertai gerakan shoulder girdle. Gerakan ini adalah ayunan dari skapula dengan rotasi tanpa mengunci, sehingga kavitas glenoidalis menghadap agak keatas dengan luas gerakan 600 Aksial rotasi pada sendi sternoklavikularis dan

akromioklavikularis, setiap sendi membantu gerakan 300. otot- otot yang terlibat ialah trapezius atas dan bawah dan seratus anterior. Pada gerakan 150 0 , yang dihasilkan oleh rotasi skapula diketahui dengan adanya tahanan peregangan dari otot-otot abduktor yaitu latissimus dorsi dan pektoralis mayor . Fase III, abduksi 1500 1800 dalam fase ini, abduksi mencapai posisi vertikal dan disertai gerakan spinal kolumn . Bila gerakan hanya satu tangan disertai pemelesetan kelateral dari spinal kolumn yang dihasilkan oleh otot spinal lawannya. Jika kedua lengan abduksi bersama-sama sampai 1800 akan terjadi lumbar lordosis yang dipimpin oleh otot spinal. c. Fleksi dan Ekstensi lumbar Gerak fleksi horisontal adalah gerak dari lengan dalam bidang horisontal mulai 0 0 1350. Gerak ekstensi horisontal ialah gerak lengan kebelakang dalam bidang horisontal dari 00 450. d. Rotasi Rotasi dengan lengan disamping tubuh, siku dalam fleksi, bila lengan bawah digerakkan menjauhi garis tengah tubuh disebut eksorotasi, bila lengan bawah digerakkan menuju garis tengah tubuh disebut endorotasi. Luas geraknya 90 0 . Rotasi dengan lengan dalam abduksi 900 dan telapak tangan menghadap kebawah, bila lengan diputar kearah kranial disebut eksorotasi dan bila kearah kaudal disebut endorotasi. Luas geraknya 900 .

B. Pengukuran ROM ( Luas Gerak Sendi ) Bahu Alatnya disebut Goniometer. Untuk mengukur LGS dibutuhkan 3 ti tik atau minimal 2 titik. Titik pertama terletak diatas sendi yang akan diukur, titik kedua terletak pada sendi itu sendiri sedangkan titik ketiga berada dibawah sendi yang akan diukur. Dalam pengukuran LGS ini terdapat 2 macam sistem penulisan yaitu : a. ISOM ( International standart Orthopaedic measurement) Ketentuan pencatatan : Sendi : Bidang : Gerakan : Zero starting position- Gerakan Contoh : Shoulder: Sagital : Ekstensi- 00-fleksi Sagital : 500 - 00 1800

LGS (ROM) = 2300 b. AAOOS (American Academy of Orthopaedic Surgeon) Ketentuan pencatatan : Sendi : Zero Starting Position Gerakan Contoh : Shoulder : fleksi 00 180o

Etiologi nyeri bahu Menurut Cailiet, penyebab nyeri anggota gerak atas termasuk bahu bermacam-macam, antara lain : I. Musculoskeletal 1. Degeneratif a. Tendinitis, dengan atau tanpa kalsifikasi

b. Robekan Cuff sebagian atau total 2. Traumatik a. Fraktur b. Dislokasi c. Separasi akromioklavikular d. Robekan tendon biseps 3. Keradangan a. Radang sendi rematoid b. Gout c. Radang sendi infeksius 4. Tumor a. Tulang b. Jaringan lunak II. Neurologik 1. Saraf tepi a. Akar saraf b. Spiral Foraminal 1. Spondilosys 2. Hernia diskus intervertebralis fraktur 3. Hernia diskus intervertebralis dislokasi c. Tumor ekstramedullaris 2. Pleksus Brakhialis a. Mekanikal 1. Kompresi berkas neurovaskuler

2. Sindroma skalenus antikus 3. Cervikal rib 4. Sindroma kalikulo kostal 5. Sindroma pektoralis minor b. Trauma 1. Cedera tarikan atau tusukan c. Keradangan 1. Radang pleksus brakhialis d. Tumor 1. Panevast 2. Adenitia 3. Sistem saraf pusat a. Tumor indramedullar b. Syringomeylia

III.

Vascular 1. Arterial a. Sumbatan : akut dan kronis 1. Emboli 2. Vasospatik 3. Traumatik 4. Atherosklerotik b. Aneurisma atau Fistula 2. Vena

a. Plebitis 3. Saluran Limfe a. Limfedema

IV.

Nyeri rujukan dari organ dalam 1. Jantung a. Nyeri angina b. Infark myokard 2. Kandung Empedu 3. Diafragma 4. Ruptured Viscus

V.

Persendian 1. Degeneratif 2. Keradangan 3. Infeksi 4. Metabolik

PATOLOGI DISFUNGSI SENDI Pada dasarnya suatu restriksi gerak disebabkan oleh : 1. Permukaan sendi yang tidak sesuai Permukaan sendi Glenokumeral, Acromioclavikular dan Sternoclavikular yang tidak rata atau tidak sesuai dapat menyebabkan gerak sendi bahu tidak normal. terganggu akibat pembentukan osteofit pasca trauma. 2. Ploriferasi sel-sel synovial Permukaan sendi

Tebalnya membran synovial menyebabkan rongga sendi bertambah sempit dan kapsul sendi tidak dapat ditegangkan lagi. 3. Kapsul dan Ligamen Kapsul dan Ligamen dapat mempengaruhi/menyebabkan gerakan sendi menjadi terbatas karena pemendekan dan pembentukan jaringan parut. Kapsul dapat memmendek akibat

mobilisasi dan letak kapsul serta Ligamen pada posisi pendek. 4. Otot dan Tendon Keduanya dapat mempengaruhi jarak gerak sendi. Otot, tendon dan kapsul mempunyai sifat remodelling artinya kapsul dapat merenggang. Penulis membatasi pokok masalah nyeri bahu pada muskuloskeletal akibat degenerasi yang terdiri dari : I. Tendinitis II. Bursitis III. Kapsulitis Adhesiva

PATOGENESIS SENDI BAHU

1. Tendinitis Posisi manusia dalam keadaan tegak beserta aktivitas manusia sehari-hari selalu mengaktifkan tendon otot supraspinatus dan tendon otot bahu yang lain. Bila kita dalam posisi menggantung sehingga pengaruh gravitasi akan menyebabkan tarikan pada kapsul dan tendontendon bahu. Aktivitas manusia sehari-hari yang memerlukan gerakan fleksi dan abduksi bahu menyebabkan gesekan pada tendon yang berada diantara kaput humeri dan ligamentum koracoakromiale. Bahkan pada derajat tertentu, abduksi/elevasi, disamping gesekan juga akan menyebabkan penekanan pada tendon tersebut. Nyeri bahu pada pekerja yang aktivitasnya harus mengangkat beban yang berat bukan disebabkan oleh proses degenerasi, melainkan terjadi bila lengan harus diangkat sebatas atas akromion. Posisi yang demikian itu terjadi bila berlangsung terus menerus akan menyebabkan terjadinya iskemia pada tendon.

Iskemia ini selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya atropi kelemahan otot daerah pundak sehingga bahu tersebut kelihatan kempis. Degenerasi yang progesif pada Rotator Cuff biasanya terjadi pada mereka yang kurang atau tidak mewaspadai adanya rasa nyeri dan gangguan fungsi pada bahu. Kebanyakan otot Rotator Cuff telah mulai tertarik serta memperlihatkan tanda -tanda penipisan dan fibrotisasi. Penipisan denegerasi ini terutama terjadi pada daerah Critical Zone. Beberapa tahun kemudian, memungkinkan terjadinya robekan ringan yang akan bertambah besar. Bila proses degenerasi semakin lanjut akan diikuti oleh adanya erosi dari tuberkulum humerus. Erosi ini menyebabkan terjadinya penekanan tendon biseps oleh karena siklus bisipitalis tmenjadi dangkal dan berubah arah (menjadi lebih miring) dan bahkan tidak jarang seakan-akan menghilang. Bursa subrakromialis menjadi ikut terjepit di daerah tersebut sehingga dinding bursa menebal. Bila terjadi ruptur tendon atau kalsifikasi, dinding bursa ini menjadi tegang. Permukaan bawah akromion oleh adanya gesekan dan tekanan dari humerus akan mengeras dan menebal. Pertambahan usia harus dipertimbangkan sebagai faktor yang berperan penting dalam proses tendinitis degenerativa, meskipun faktor-faktor yang lain juga memegang peranan. Pertambahan usia juga mempengaruhi luas gerak sendi yang disebabkan oleh perubahan posisi skapula ini sebagai akibat dari berkembangnya lengkung kiposis thorakal karena degenerasi diskus intervertebralis.

KALSIFIKASI PADA TENDINITIS Penimbunan kristal kalsium karbonat pada Rotator Cuff sangat sering terjadi. Garam ini tertimbun dalam tendon, Ligamen, Aponeurosis dan Kapsul sendi serta dinding pembuluh darah. Penimbunan ini berhubungan dengan perubahan degenerasi. Umumnya terjadi pada daerah kritis dimana degenerasi ini dapat menyebabkan ruptur atau nekrosis pada tempat penimbunan kalsium. Penimbunan pertama kali didapatkan didalam tendon kemudian menuju ke permukaan. Selanjutnya Ruptur ke atas menuju ruang di bawah bursa subdeltoid. Evakuasi kalsium dari timbunan yang ruptur juga sementara saja dan rasa nyeri ini kemudian timbul mlagi. Evakuasi kalsium ke ruang bawah bursa akan menekan ke atas ke arah bursa dengan iritasi dan penekanan, kemudian timbunan ini dapat ruptur ke dalam bursa itu sendiri. Raptur ini terjadi secara akut dan

menimbulkan nyeri hebat. Di dalam bursa, timbunan ini dapat meluas ke lateral maupun ke distal (medial), sehingga berbentuk seperti dumbbelt dengan pemisahnya adalah ligamentum korakoakromial. Dalam keadaan ini, baik abduksi maupun adduksi bahu tidak lagi dapat

dilakukan sepenuhnya (akan terganggu). Radang bursa yang terjadi berulang kali oleh karena adanya tekanan yang terus menerus dapat menyebabkan penebalan dinding bursa dengan atas bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesiva. Tendinitis pada daerah bahu yang sering terjadi adalah tendinitis supraspinatus dan tendinitis bisipitalis.

Tendinitis Supraspinatus Tendon otot supraspinatus sebelum berinsertio pada tuberkulum majus humerus akan melewati terowongan pada daerah bahu yang yang dibentuk oleh kaput humerus (dengan bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan akromiale sebagai penutup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan saling tumpang tindih dengan tendon kaput dari longus biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh tendon otot supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus. Penderita tendinitis yang biasanya datang dengan keluhan nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu. Bila ditelusuri daerah rasa nyerinya adalah keseluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul pada waktu mengangkat bahu. Pada malam hari, nyeri ini dirasakan terus menerus dan bertambah nyeri bila lengan diangkat. Keluhan umum yang biasa disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir rambut, memasang konde atau mengambil bumbu di atas rak. supraspinatus didapatkan adanya : Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus Nyeri pada abduksi bahu antara 600 - 750 Tes Apley scratch dan mosley-positif (kedua tes ini bukan merupakan tes khusus bagi tendinitis supraspinatus) Pemeriksaan fisik pada tendinitis

Tendinitis Bisipitalis Tendon otot biseps dapat mengalami kerusakan secara tersendiri, meskipun berada

bersama-sama tendon otot supraspinatus. Tendinitis ini biasanya merupakan reaksi terhadap adanya trauma akibat jatuh atau dipukul pada bahu dengan lengan dalam posisi seperti tersebut diatas secara berulang kali. Tendinitis bisipitalis memberi rasa nyeri pada bagian depan lengan atas. Penderitanya biasanya datang dengan keluhan-keluhan kalau mengangkat atau menjinjing benda berat. Pemeriksaan fisik pada penderita tendinitis bisipitalis didapatkan adanya : Adduksi sendi bahu terbatas Nyeri tekan pada tendon otot biseps (pada sulkus bisipitalis/sulkus intertuberkularis) Tes yergason positif. Bila pada tes yergason disamping timbul nyeri juga didapati

penonjolan disamping medial teberculum minus humeri, berarti tendon bisep tergeser dan berada di luar sulkus bisipitalis.

BURSITIS Meskipun peradangan dari bursa, kelainan ini jarang primer, tetapi biasanya sekunder terhadap kelainan degenerasi dari rotator cuff. Bursitis daerah bahu yang sering adalah bursitis subacromialis dan bursitis subcleltoideus. Penderita bursitis subakromialis memiliki keluhan yaitu penerita tidak dapat mengangkat lengan ke samping (abduksi aktif), tetapi sebelumnya sudah merasa pegal-pegal dibahu. Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis subacromialis yang khas. Bursa subdeltoideus merupakan lapisan sebelah dalam dari otot deltoideus dan akromior serta lapisan bagian luar dari otot rotator cuff. Bursa ini sedikit cairan. Gerakan abduksi dan fleksi lengan atas akan menyebabkan dua lapisan dinding bursa tersebut saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga akan menyebabkan saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga akan menyebabkan peradangan pada bursa. Gejala klinis Bursitis adalah : Nyeri pada lengan bagian luar Nyeri tajam, tetap, berdenyut dan lain-lain. Pada keadaan akut, penderita menggendong tangannya dengan gendongan. Gerakan ke semua arahgerak akan menimbulkan nyeri Merupakan kelanjutan dari tendinitis (kadang-kadang) nyeri akut biasanya 12-72 jam Pada gerakan aktif, ditandai adanya pembatasan pada semua bidang Kadang-kadang nyeri agak berkurang pada saat elevasi lengan Pada gerakan pasif. Pembatasan gerak karena nyeri tidak pada kapsula pattern. Tidak terasa

adanya gerakan tertahan karena rasa nyeri yang hebat Gerakan rotasi dengan lengan disisi badan dapat dilakukan, tetapi gerakan abduksi 600 atau fleksi 900 biasanya tidak dapat dilakukan tertahan karena timbulnya rasa sakit. Dapat dilakukan kontraksi kuat-kuat tanpa nyeri bila dilakukan dengan hati-hati

KAPSULITIS ADHESIVE Untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan keterbatasan luas gerak sendi maka istilah yang digunakan adalah frozen shoulder. Kapsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif ini adalah suatu gambaran teknis yang dapat menyertai tendinitis, intark myokard, diabetes melitus, fraktur, immobilisasi berkepanjangan atau radikulitis servikalis. Keadaan ini biasanya multilateral, terjadi pada usia diatas 45-60 tahun dan lebih sering pada perempuan. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoid. Bila terjadi pada malam hari, sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan disik didapatkan adanya kesukaran penderita

dalam mengangkat lengan (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat bahunya. Hal ini juga dijumpai adanya atropi otot gelang bahu. Gejala-gejala klinis antara lain : Nyeri pada lengan bagian luar, mungkin menyebar ke daerah segment C 5 dan C6 Nyeri dapat tetap atau nyeri gerakan pada LGS tertentu Penderita kadang terbangun dari tidur karena timbul nyeri bahu karena tertindih Pada gerakan aktif. Pembatasan LGS pada kapsular pattern Sulit atau tidak dapat menyisir rambut atau merogoh saku celana belakang Pada gerakan pasif. Pembatasan pada kapsular pattern. External rotasi tertahan, abduksi setengah tertahan, flexi dan internal rotasi terbatas.

Anda mungkin juga menyukai