Anda di halaman 1dari 26

BAB I SKENARIO 1

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas. Ibu tersebut mengeluhkan anaknya sering gatal di daerah anus.

Yuliana

BAB II KATA KUNCI


Beberapa kata kunci yang dapat kami ambil dari skenario 1 tersebut ialah : 1. Anak laki-laki usia 5 tahun

Cacing Kremi biasanya menyerang pada anak. Hal ini karena kurangnya kesadaran akan kebersihan tubuh, terutama tidak mencuci tangan setelah sebelum atau sesudah makan adalah faktor utama dalam penyebaran infeksi cacingan. Dalam hal ini anak-anak lebih rentan mengalami cacingan. Gejala cacingan dapat dilihat dari perkembangan berat badannya. Bayi atau anak yang terkena cacingan lebih sulit menaikkan berat badan. Terjadi penurunan nafsu makan disertai dengan lemah dan lesu. Penyakit cacingan ini juga menjadi penyebab diare pada anak. Ciri ciri cacingan pada anak dapat dilihat melalui perkembangan berat badan . Anak yang mengalami cacingan biasanya sulit sekali mengalami kenaikan berat badan. Balita yang terkena cacingan juga sering mengalami diare dan sakit atau nyeri di bagian perut. Selain itu ciri anak cacingan yang lain adalah menurunnya nafsu makan anak yang disertai rasa lemah dan lesu. Kurangnya gizi pada anak menjadikan bayi memiliki perut buncit dengan badan yang kurus. Pada cacing kremi menyebabkan adanya rasa gatal di organ kelamin anak dan akan semakin bertambah gatal terutama saat malam hari. Cacing kremi ini bisa dilihat saat anak membuang feses. Melalui tinja memang dapat diketahui apakah anak positif menderita cacingan atau tidak. 2. Gatal sekitar daerah anus (Pruritus Ani)

Gatal anus merupakan iritasi kulit yang terjadi pada 'pintu keluar' dubur atau dikenal sebagai anus, dan disertai dengan keinginan untuk menggaruk. Gatal anus menyebabkan kulit sekitar anus memerah, peradangan, rasa terbakar, nyeri, berdarah, dan akan terjadi infeksi bila terus digaruk.

Yuliana

BAB III PERMASALAHAN


1. 2. 3. 4. 5. Jenis parasit apa yang dapat menyebabkan pruritus ani (gatal pada anus)? Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan? Apa pemeriksaan patogenesis yang diperlukan? Bagaimana penatalaksanaan yang perlu dilakukan kepada Budi? Bagaimana pencegahan yang dilakukan agar Budi tersebut tidak mengalami gatal di daerah sekitar anus?

Yuliana

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Batasan Karena pembahasan makalah ini dapat di uraikan secara luas, maka kami membuat batasan makalah ini, yaitu infeksi cacing kremi (Enterobius Vermicularis). 4.2Anatomi / Histologi / Fisiologi / Patofisiologi/Patomekanisme Untuk memperjelas hal-hal yang terkait penyakit yang di derita Budi, maka kami menguraikannya kedalam beberapa sub pokok pembahasan, yaitu : 4.2.1Anatomi Colon dan Rectum

Gambar anatomi colon, rectum dan anus Anatomi Colon Panjang usus besar (kolon dan rectum) 1.500 cm, yang terdiri dari sekum, kolon asenden, kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Dinding usus besar mempunyai tiga lapis yaitu lapisan mukosa (bagian dalam), yang berfungsi untuk mencernakan dan absorpsi makanan, lapisan muskularis (bagian tengah) yang berfungsi untuk menolak makanan ke bagian bawah, dan lapisan serosa (bagian luar), bagian ini sangat licin sehingga dinding usus tidak berlengketan satu sama lain di dalam rongga abdomen. Berbeda dengan mukosa usus halus, pada mukosa kolon tidak dijumpai villi dan kelenjar biasanya lurus-lurus dan teratur. Permukaan mukosa terdiri dari pelapis epitel tipe absortif (kolumnar) diselang seling sel goblet. Pelapis epitel kripta terdiri dari sel goblet.
Yuliana 4

Pada lamina propria secara sporadik terdapat nodul jaringan limfoid. Sel berfungsi mengabsorpsi air, lebih dominan pada kolon bagian proksimal (asendens dan tranversum), sedangkan sel goblet lebih banyak dijumpai pada kolon desenden. Lamina propria lebih seluler (sel plasma, limfosit dan eosinofil) pada bagian proksimal dibanding dengan distal dan rektum. Pada bagian distal kolon, sel plasma hanya ada dibawah epitel permukaan. Sel paneth bisa ditemukan pada sekum dan kolon asenden. Pada anus terdapat sfingter anal internal (otot polos) dan sfingter anal eksternal (otot rangka) yang mengitari anus. 4.2.2 Histologi Colon

Yuliana

4.2.3 Fisiologi Colon Kolon mengabsorpsi air sampai dengan 90% dan juga elektrolit, sehingga mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat, disebut eses. Kolon tidak memproduksi enzim, tetapi hanya mukus. Terdapat sejumlah bakteri pada kolon, yang mampu mencerna sejumlah kecil selulosa, dan menghasilkan sedikit nutrien bagi tubuh. Bakteri juga memproduksi vitamin K dan juga gas, sehingga menimbulkan bau pada feses. Secara imunologis, oleh karena banyak limfonodus terutama di appendiks dan rektum; dan sel imun dilamina propria. Feses juga bewarna coklat yang disebabkan pigmen empedu. 4.2.4 Patofisiologi Cacing Enterobius vermicularis infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama,telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasadi dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telurdapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal.Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah. 4.2.5 Patomekanisme

Yuliana

4.3Jenis-Jenis Penyakit Yang berhubungan Pruritus Ani

4.4 Gejala Klinis Identitas Pasien: Nama : An. Budi. Umur : 5 tahun. Alamat : Banyuurip-Surabaya. Keluhan Utama (KU) Gatal di daerah sekitar anus. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) ~ Gatal didaerah sekitar anus sejak 5 hari yang lalu. ~ Gatal pada malam hari dan mengganggu tidurnya. ~ Suka menangis dan rewel. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) ~ Dulu pernah beberapa kali mengalami seperti ini. Riwayat Keluarga ~ Adik 1 bulan yang lalu pernah seperti ini dan sembuh setelah pergi kedokter. Riwayat Kebiasaan ~ Suka menghisap jempol. ~ Tidak mencuci tangan sebelum makan. ~ Kukunya jarang dipotong. ~ Anak tidak mengganti celana dalam.

Yuliana

~ Sprei dicuci 3 bulan sekali. ~ Tidur bersama adik. Keadaan Umum (KU) ~ Suka menangis. 4.5 Pemeriksaan Fisik Penyakit 1.) Kesadaran 2.) Tensi Nadi Suhu RR TB BB : Sadar penuh (Komposmentis). : 100/65 mmHg. : 100x/menit. : 36,5 C. : 18x/menit. : 104 cm. : 15 kg.

Status Lokalis Kepala : normal. Mata : normal. Telinga : normal. Hidung : normal. Mulut : normal. Leher : normal. Thorax : normal. Pulmo : Cor : normal. Abdomen Inspeksi : - Bentuk : distensi (-) - Permukaan Kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), luka bekas operasi (-), hiperpigmentasi (-). Auskultasi : - Bising usus normal. - Metallic sound (-). - Bising aorta (-).
Yuliana 8

Palpasi : - Turgor : normal. - Tonus : normal. - Nyeri tekan (-) diseluruh kuadran abdomen - Hepar/lien/renal tidak teraba. Perkusi : - Timpani (-) pada seluruh lapang abdomen - Redup beralih (-) - Nyeri ketok CVA: -/- Meteorismus (-) Extremitas : Ekstremitas bawah: - Akral hangat : +/+

4.6 Pemeriksaan Penunjang Penyakit / laboratorium Anal Swab : ditemukan telur bentuk lonjong, asimetris, pada salah satu sisinya datar sedangkan sisi lain cembung, dindingnya jernih dan tebal, isinya larva atau embrio.

Yuliana

BAB V HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)


1. Dermatitis

Dermatitis merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadipenyebab eksim. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol- bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan dapat menular. Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.

2.

Enterobiasis / Oxyuriasis / Pinworm infection

Etiologi Enterobiasis merupakan penyakit dari Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis) atau cacing kremi, pinworm, seatworm, thread worm. Enterobiasis ditandai dengan sering ditemukannya rasa gatal pada anus (pruritis ani) yang timbul pada malam hari, anoreksia, penurunan berat badan, sulit tidur, diare, dan nyeri perut. Cacing Enterobius vermicularis paling banyak ditemukan di daerah dingin karena pada umumnya di daerah dingin, orangorang jarang mandi dan berganti pakaian dalam. Enterobius vermicularis merupakan nematoda usus, siklus hidupnya tidak membutuhkan tanah ( non soil transmitted helminths).

Yuliana

10

Habitat

Ukuran kecil dan berwarna putih. Bentuk sinpdle-shaped. Pada ujung anterior terdapat pelebaran sayap didapatkan cervical alae yang merupakan suatu pelebaran cuticula didaerah cervical. Tidak mempunyai buccal cavity, ujung posterior oesophagus menggelembung (double bulb oesophagus). Bentuk oesophagus ini khas untuk Enterobius vermicularis. Hospes : Manusia. Penyakit : Oxyuriasis, Enterobiasis. Cara Infeksi : Tertelan telur infektif (per oral), inhalasi, autoinfeksi, retroinfeksi. Cacing dewasa didalam usus besar/halus, caecum, colon ascendens, ilium, dan appendiks. Dengan cara membenamkan kepala cacing pada lapisan mukosa usus.

Klasifikasi Kingdom Philum Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus Spesies Morfologi a.

: : : : : : : :

Metazoa Nemathelmintes Nematoda Plasmidia Rhabditia Oxyuroidea Enterobius Enterobius vermicularis

Cacing dewasa Cacing dewasa merupakan cacing kecil, berwarna keputih-putihan, seperti parutan kelapa. Pada ujung anterior terdapat pelebaran menyerupai sayap yang disebut ala chepalic lateral. Mulutnya dikelilingi tiga buah bibir yaitu bibir dorsal dan duah buah bibir lateroventral. Dari rongga mulut, masuk kedalam oesophagus dengan bulbus oesophagus. Cacing betina Berukuran 8-13 mm x 0,3-0,5 mm, ekornya lancip menyerupai jarum dan lurus, runcing seperti duri yang terdiri atas jaringan hialin. Pada kepala terdapat cervical alae. Vulva ditengah tubuh bagian ventral.
Yuliana 11

Pada cacing hamil uterus penuh berisi telur seluruh tubuh kecuali bagian ekor. Vagina memanjang ke posterior, alat genilat berpasangan (douplex) serta anus terletak pada 1/3 posterior tubuh. Gravid, akan melepaskan diri dari mukosa usus, migrasi ke colon, ke perianal, perineal dan bertelur.

Cacing jantan Lebih kecil sekitar 2-5 mm dan juga bersayap. Ekornya berbentuk seperti tanda tanya atau tumpul, ekor melingkar mempunyai spikula. b.Telur E.vermicularis Telur E. vermicularis oval berukuran 50x30 mikron. Bentuknya oval, berbentuk lonjong, asimetris, pada salah satu sisinya datar sedangkan sisi lain cembung, dindingnya bening dan tebal, isinya larva atau embrio. Dinding telur terdiri lapisan hyaline jernih dan lapisan albumin tipis. Telur infektif berisi larva. Telur menjadi matang +/- 6 jam setelah dikeluarkan. Telur tidak diletakkan dilumen usus, sehingga pemeriksaan tinja kurang penting. Migrasi cacing betina terjadi 15-40 hari setelah infeksi. c.Siklus Hidup Seekor cacing betina sehari dapat menghasilkan 11.000 telur. Cacing jantan mati setelah kopulasi, sedangkan cacing betina akan melanjutkan siklusnya. Cacing betina yang hamil dan mau bertelur, malam hari bermigrasi menuju anus. Karena suhu di luar lebih rendah, uterus dan vagina berkontraksi, telur keluar berkelompk didaerah perianal dan perinium. Cacing betina mati setelah bertelur. Telur-telur tersembunyi dalam lipatan perianal sehingga jarang ke luar dan didapatkan didalam tinja. Beberapa jam kemudian telur telah matang dan menjadi infektif, selanjutnya terjadi salah satu dibawah ini : Autoinfeksi : karena daerah perianal gatal, digaruk, telur menempel pada tangan atau dibawah kuku, kemudian telur ini dimakan bersama hospes yang sama. Telur tersebar pada kain tempat tidur, pakaian bahkan debu dalam kamar yang mengkontaminasi makanan atau minuman sehingga dapat menginfeksi orang lain.
Yuliana 12

Seseorang dapat pula terinfeksi dengan menghirup udara yang tercemar (infeksi aerogen / per inhalasi). Retrofeksi, mungkin telah ada larva yang menetas setelah cacing betina dikeluarkan setelah cacing betina meletakkan telur diperianal, larva masuk kembali ke usus melaui anus sehingga akan terjadi infeksi baru.

Telur menetas didalam duodenum, keluar larva untuk menjadi dewasa didalam caecum dan sekitarnya. Waktu yang dibutuhkan sejak menelan telur infektif sampai cacing betina menghasilkan telur, lebih kurang 2-4 minggu. Cacing ini berumur pendek, maksimum 2,5 bulan. d.Epidemiologi Penyebaran luas, merupakan group infeksi oleh karena terdapat hubungan erat antara manusia dengan lingkungannya. Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-anak, meski tak sedikit orang dewasa terinfeksi cacing tersebut. Meskipun penyakit ini banyak di temukan pada golongan ekonomi lemah, pasien rumah sakit jiwa, asrama, anak panti asuhan, tak jarang mereka dari golongan ekonomi yang lebih mapan juga terinfeksi. Epidemiologi E. vermicularis a. Insiden tinggi di negara-negara barat terutama USA 35-41 %. b. Merupakan penyakit keluarga. c. Tidak merata dilapisan masyarakat. d. Yang sering diserang yaitu anak-anak umur 5-14 tahun. e. Pada daerah tropis insiden sedikit oleh karena cukupnya sinar matahari, udara panas, kebiasaan ke WC (yaitu sehabis defekasi dicuci dengan air tidak dengan kertas toilet). Akibat hal-hal tersebut diatas maka pertumbuhan telur terhambat, sehingga dapat dikatakan penyakit ini tidak berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat tapi lebih dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan. f Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan telur. g. Penularan Penyakit Binatang piaraan seperti anjing dan kucing bukan host bagi E.vermicularis, tapi bulunya dapat mengandung cacing kremi. Sehingga para pecinta binatang yang tidak cuci tangan mudah untuk terinfeksi. Telur cacing yang tertelan dapat tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus manusia dan berkembang biak dengan mengeluarkan banyak telur; seekor cacing betina bertelur sampai puluhan ribu per hari. Intensitas penularan penyakit tinggi pada anak-anak yang belum mengenal higiene pribadi yang baik. Tempat-tempat kumuh, rumah di huni banyak orang, rumah sakit, panti asuhan
Yuliana 13

merupakan tempat yang efektif bagi penularan Enterobiasis. Hygine yang buruk, seperti jarangnya penggantian seprei, tidur secara berkelompok, dan tukar menukar baju, serta frekuensi penggantian celana dalam dan baju yang jarang juga mempercepat penularan penyakit ini. h. Cara penularan Enterobiasis vermicularis dapat melalui tiga jalan : Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infeksi) atau pada orang lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam penederita. Melalui pernafasan / inhalasi dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh karena larva yang menetas didaerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Melalui alat tidur : seprei, baju tidur, sarung bantal, tidur bersama dengan penderita karena telur mengkotaminir alat-alat tidur.

i.Gejala Klinis Iritasi dan trauma mukosa usus karena cacing dewasa, menimbulkan ulkus kecil, lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan). Luka pada anus + infeksi bakteri karena rasa gatal, penderita menggaruk anus, kadang disertai bakteri. Pruritus ani dari rasa gatal sampai nyeri. Iritasi sekitar anus, kadang pendarahan. Rectal colic (bila jumlah cacing banyak directum). Laporan ditemukan : ~ telur di vulva --- vulvovaginitis.
Yuliana 14

~ migrasi cacing betina ke vagina uterus tuba faloppi -salpingitis. Pada anak-anak : Insomnia/kurang tidur(karena rasa gatal yang timbul malam hari ketika cacing dewasa betina bergerak kedaerah anus dan menyimpan telurnya disana) ---- lelah, cengeng, rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu), , nafsu makan menurun, berat badan menurun, irritable. rasa gatal atau iritasi vagina ( pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk kedalam vagina).

j.Patalogi Anatomi Histologi telur Enterobius vermicularis di rectum, perianal.

Yuliana

15

BAB VI ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS


6.1 GEJALA KLINIS 1. 2. 4. 5. Pruritus ani iritasi perdarahan Rectal colic Insomnia Nafsu makan menurun

Penyakit enterobiasis, cacing ini relatif tidak berbahaya jarang menimbulkan lesi besar. Gejala klinis kebanyakan iritasi didaerah sekitar anus, perinium oleh migrasi cacing betina yang hamil, jarang disebabkan aktivitas cacing dalam usus. Menimbulkan rasa gatal sekitar anus (pruritus ani) yang terjadi pada malam hari. Anak tidurnya terganggu, cengeng, dan menangis pada malam hari. Anak menjadi lemah, nafsu makan menurun sehingga berat badan menurun. Walaupun cacing ini sering ditemukan didalam appendix tetapi jarang menimbulkan apendisitis. 6.2 Pemeriksaan Fisik Pasien mengalami nyeri pada perutnya, nafsu makan dan berat badan turun, dan diare, anoreksia, badan menjadi kurus, sukar tidur. Disamping itu juga timbul rasa mual,muntah, disebabkan karena iritasi cacing dewasa pada sekum, apendiks, dan sekitar muara anus. 6.3Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Metode Scotch adhesive tape swab Pemeriksaan tinja hasil kurang baik (Colonoscopy)

Pemeriksaan tinja hasilnya kurang baik karena hasil positif hanya 5% hanya ditemukan cacing dewasa. Yang paling baik dengan metode Scoth adhesive tape swab menurut Graham. Pemeriksaan ini dilakukan paling baik pagi hari sebelum kontak dengan air, mandi atau defekasi. Scoth tape yang transparan ditempelkan didaerah perianal kemudian diangkat, tempelkan pada kacasediaan yang ditetesi toloul atau larutan iodium dalam xylol, periksa dibawah
Yuliana 16

mikroskop. Pemeriksaan perlu dilakukan berulang-ulang dalam beberapa hariberturut-turut karena migrasi betina yang hamil tidak teratur. Sekali pemeriksaan hanya menemukan lebih kurang 50% dari semua infeksi, tiga kali pemeriksaan menemukan lebih kurang 90%. Dan sebaiknya diperiksa 7x agar hasilnya 100%. Dikatakan seseorang bebas dari infeksi cacing ini pada pemeriksaan yang dilakukan 7 hari berturut-turut hasilnya negatif. Metode Selotip Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari sebelum anak kontak dengan air. Plester plastik yang tipis dan bening dipotong dengan ukuran 2 X 1,5cm. Plester ditempelkan pada permukaan lubang anus lalu ditekan dengan ujung jari. Plester dilepas perlahan-lahan dan langsung ditempelkan pada permukaan objek glass yang telah ditetesi toluol atau larutan iodium dalam xylol, kemudian dilihat di bawah mikroskop.

Nilai untuk metode selotip + 1-5 telur plp ++ 6-10 telur plp +++ 11-20 telur plp ++++ > 20 telur plp

Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari cacing E. vermiculsris. Adapun caranya adalah sebagai berikut : a. Cacing dewasa Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dicuci dalam larutan Nacl agak panas, kemudian dikocok sehingga menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan. Nematoda kecil seperti E. vermicularis dapat juga difiksasi dengan diawetkan dengan alkhohol 70% yang agak panas. b. Telur cacing Telur E. vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya 5% yang positif pada orangorang yang menderita infeksi ini. Telur cacing E. vermicularis lebih mudah ditemukan dengan tekhnik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar anus dengan Scotch adhesive tape swab. Laboratorium Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan laboratorium yaitu dengan Anal Swab. Pemeriksaan Anal swab dilkukan untuk menemukan telur atau cacing dewasa di daerah perianal di dalam tinja. Pemeriksaan Anal swab dilakukan pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok). Anal Swab

Yuliana

17

adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidahyang pada ujungnya dilekatkan pita perekat atau Scoth adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus (perianal), telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Pada pemeriksaan anal swab sebaiknya dilakukan sebanyak 7x agar memperoleh hasil yang maximal 100%, pemeriksaan tinja 5% hasilnya kurang baik, sedangkan colonyscopy untuk kelainan pada sistem GIT dan mahal.

Yuliana

18

BAB VII HIPOTESIS AKHIR


Setelah menganalisis lebih lanjut maka kelompok kami mendiagnosis pasien ini (An. Budi) mengalami Enterobiasis / Oxyuriasis / Pinworm infection yang dialami oleh An. Budi yang pada diagnosa perianal swab ditemukan ditemukan telur bentuk lonjong, asimetris, pada salah satu sisinya datar dan sisi lain cembung, dindingnya jernih dan tebal, isinya larva atau embrio dan parasit/ cacing tersebut dinamakan Enterobius vermicularis/ cacing kremi. terkait dengan keluhan utamanya datang dengan keluhan gatal sekitar anus (pruritus ani) ini kita dapat menyimpulkan bahwa An. Budi menderita Enterobiasis / Oxyuriasis / Pinworm infection.

Yuliana

19

BAB VIII MEKANISME DIAGNOSIS


Pemeriksaan Fisik Penyakit
1.) Kesadaran 2.) Tensi Nadi Suhu RR TB BB : : : : : : : Sadar penuh (Komposmentis). 100/65 mmHg. 100x/menit. 36,5 C. 18x/menit. 104 cm. 15 kg.

Pemeriksaan Penunjang Status Lokalis


Abdomen Perkusi : Meteorismus (-) Extremitas :Ekstremitas atas : Akral hangat : +/+ Ekstremitas bawah: Akral hangat : +/+ Pemeriksaan Penunjang Penyakit / laboratorium Anal Swab : ditemukan telur bentuk lonjong, asimetris, pada salah satu sisinya datar sedangkan sisi lain cembung, dindingnya jernih dan tebal, isinya larva atau embrio.

Anamnesa
Nama : An. Budi. Umur : 5 tahun. Alamat : Banyuurip-Surabaya.

Diagnosa

Enterobiasis / Oxyuriasis / Pinworm infection

Riwayat Keluarga ~ Adik 1 bulan yang lalu pernah seperti ini dan sembuh setelah pergi

Keluhan Umum (KU) Gatal di daerah sekitar anus Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

kedokter. Riwayat Kebiasaan ~ Suka menghisap jempol.

~ Gatal didaerah sekitar anus sejak 5 hari yang lalu. ~ Tidak mencuci tangan sebelum makan. ~ Gatal pada malam hari dan mengganggu tidurnya. ~ Kukunya jarang dipotong. ~ Suka menangis dan rewel. ~ Anak tidak mengganti celana dalam. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) ~ Sprei dicuci 3 bulan sekali. ~ Dulu pernah beberapa kali mengalami seperti ini. ~ Tidur bersama adik. Riwayat Keluarga Keadaan Umum (KU) ~ Adik 1 bulan yang lalu pernah seperti ini dan sembuh setelah pergi kedokter. ~ Suka menangis.

Yuliana

20

BAB IX STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH


9.1 Penatalaksanaan Pengobatan dan Terapi Enterobiasis / Oxyuriasis / Pinworm infection 1.Tujuan Pengobatan a.Membuat orang merasa sehat dan bertenaga kembali. b.Mencegah timbulnya komplikasi. c.Mengobati komplikasi yang sudah terjadi. 9.2 Prinsip Tindakan medis

Farmakologi dan non Farmakologi Farmakologi OBAT CACING (ANTHELMINTIKA) Pengobatan farmakologi memberantas cacing dewasa saja, sedangkan telurnya tidak bisa rusak dan harus melakukan pencegahan, dimana terapi pada keluarga dan pengobatannya diulang. Efek samping gangguan saluran cerna, yaitu mual, muntah, dan anoreksia. Pyrantel pamoate dan albendazole sangat efektif untuk enterobiasis. Pengobatan dianjurkan seluruh keluarga. 1. Pyrantel pamoat: 11 mg/kg BB/po dosis tunggal ; max pemberian 1 gram 2. Piperazin : 65 mg/kg BB/ po dosis tunggal; max 2,5 gram 3. Pyrvinium pamoat : 5 mg/kg BB/oral/max 250 mg/ dosis tunggal 1)Mebendazole Pemberian mebendazole dengan dosis tunggal 500 mg, diulang setelah 2 minggu kemudian. Kerjanya merusak subseluler dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing, menghambat ambilan glukosa. Absorpsi oral buruk, ekskresi terutama lewaturin dalam dalam bentuk utuh. Absorbsinya baru, plasma darah rendah, 95% berikatan dengan protein, dimetabolisme diempedu, dan sedikit ditemukan diurine. Mekanisme kerja : Bersifat ovisidal. Efek samping : Nyeri abdomen, distensi, diare, enzim tranferase meningkat, dan reaksi alergi. 2)Albendazole Albendazole diberikan dosis tunggal 400 mg diulang setelah 2 minggu kemudian. Absorbsinya lebih baik dari mebendazol, meningkat bila ada makanan, metabolitnya berupa
Yuliana 21

albendazole sulfoksida yang aktivitas antelmintik poten. Waktu paruhnya 4-15 jam dan 70% berikatan dengan protein plasma. Mekanisme kerja : -Menghambat polimerisasi mikrotobulus dengan tubulina parasit. -Menghambat fumarat reduktase mitokondria, menurunkan transpor gula dan pelepasan fosforilasi oksidatif parasit. -Resistensi terjadi karena penurunan ikatan terhadap tubulina. -Bersifat ovisidal. -Efektif terhadap kutaneus larva migran. Efek samping : peningkatan enzim aminotransferase (15%) dan leukopenia (2%). 3)Piperazin sitrat Piperazin sitrat diberikan dengan dosis 2x 1g/hari selama 7 hari berturut-turut dapat diulang dengan interval 7 hari. Kerjanya menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Absorpsi melalui saluran cerna, ekskresi melalui urine. 4)Pirvium pamoat Obat ini diberikan dengan dosis 5 mg/kg berat badan(maksimum 0,25 g) dan diulangi 2 minggu kemudian. Obat ini dapat menyebabkan rasa mual, muntah dan warna tinja menjadi merah. Bersama mebendazole efektif terhadap semua stadium cacing Enterobius vermicularis. 5)Pirantel pamoat Pirantel pamoat diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebagai dosis tunggal dan maksimum 1 gram. Kerjanya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls, menghambat enzim kolinesterase. Absorpsi melalui usus tidak baik, ekskresi sebagian besar bersama tinja, <15% lewat urine. 6)Tiabendazol Absorbsinya cepat lewat usus, kadar puncak plasma 1 jam, dieksresikan dalam waktu 24 jam bersama urine.Mekanisme kerja : Bersifat topikal. Efek samping : gangguan di SSP (mental), hepatotoksik, dan kolelitiasis. Tambahan : ~Salep antiseptik untuk luka-luka disekitar anus akibat garukan. ~Terapi untuk seluruh keluarga untuk menghindari re-infeksi Kontraindikasi 1.Alergi. 2.Anak <2 tahun Mebendazol.
Yuliana 22

Non farmakologis 1. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAK dan BAB. 2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku. 3. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu. 4. Mencuci jamban setiap hari. 5. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya. 6. Menjauhi jari tangan dan kuku dari hidung dan mulut. 7. Telur tidak bisa rusak jika mengandalkan obat farmakologis, tetapi pasien, dan keluarga juga harus diterapi serta melakukan pencegahan berulang. 8. Memperbaiki hygiene seseorang. 9. Pengobatan penderita, kemudian dievaluasi dengan pemeriksaan anal swab sampai 7x. 10.Mensterilkan alat-alat tidur, seprei, sarung bantal dalam air mendidih supaya telur-telur mati. 11.Anak-anak pada waktu tidur diberi pakaian rapat terbuat dari bahan nonporous, sehingga tidak bisa menggaruk anus.

Yuliana

23

BAB X PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI


10.1 Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien Berdasarkan prinsip bioetika yang sesuai dengan prinsip autonomi pasien yakni pasien berhak mengetahui penyakit yang dideritanya. Maka dokter bisa menyampaikan secara langsung kepada pasien dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi dari pasien tersebut terlebih dahulu. Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganan serta pencegahan tentang Penyakit Enterobiasis / Oxyuriasis / Pinworm infection. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien Penyakit Enterobiasis / Oxyuriasis / Pinworm infection dapat disembuhkan jika pasien rutin minum obat dan menjaga kebersihan individu. Tanda Untuk Merujuk Pasien Dilakukan pengobatan medis dan non medis 10.3 Peran Pasien / Keluarga Untuk Penyembuhan

10.2

Peran Pasien - Kooperatif dengan mengikuti nasehat maupun arahan serta tindakan yang dilakukan dokter. - Melakukan terapi dan pengobatan yang telah yang diberikan oleh dokter secara baik dan teratur. - Selalu kontrol secara rutin ke dokter. - Mandi di pagi hari merupakan hal pertama untuk mengurangi kontaminasi telur. - Cuci tangan dan dibawah kuku secara menyeluruh, setelah menggunakan kamar mandi, sebelum makan, dan setelah mengganti popok. - Mencegah menggigit kuku dan menggaruk anal untuk menghindari infeksi ulang. - Potong kuku dipangkas sangat pendek. - Infeksi ini sering terjadi pada lebih dari satu keluarga. Perlakukan semua anggota keluarga yang terinfeksi pada saat yang sama. Peran Keluarga Memotivasi pasien agar melakukan anjuran dokter dengan baik dan teratur. Memberi semangat hidup agar pasien kondisinya tidak down yang dapat memperparah kondisi penyakitnya. Semangat hidup sangat perlu dimiliki pasien agar kesembuhan dapat tercapai.
Yuliana 24

Mengingatkan pasien mengenai pantangan-pantangan yang harus dilakukan oleh pasien tersebut. Memantau kondisi pasien. Mengganti dan mencuci pakaian dan piyama dalam air panas setiap hari. Seprai, selimut, handuk dan pakaian dalam air panas untuk menghancurkan telur ketika menggunakan mesin cuci. Ketika menggunakan suhu tinggi pada mesin pengering. Telur sensitif terhadap sinar matahari, sehingga tirai di kamar tidur dibuka pada sianghari. Karena telur cacing kremi ringan dan mudah menyebar, debu harus dibersihkan dengan hati-hati dari semua permukaan di rumah. Hati-hati penyedot debu atau penggunaan kain yang diminyaki (yang dapat direbus atau dihancurkan kemudian) dapat membantumencegah dari hamburan telur). Pencegahan Penyakit Telur cacing kremi akan terus ada (diekskresikan) dalam tinja orang yang terinfeksi sampai seminggu setelah pengobatan, sehingga tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah infeksi ulang. Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan menitikberatkan kepada mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan. Pakaian dalamdan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit .

10.4

11. Komplikasi - Infeksi ulang. - Peradangan.

Yuliana

25

DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Parasitologi KedokteranEd.4.Jakarta :BalaiPenerbit FKUI. Djaenudin Natasisastra dr.SP.ParK. Corwin, Elizabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGCDorland, W.A,dkk. 2002. Kamus Kedokteran DorlandEd 25.Jakarta : EGCHassan, Rusepno. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.Latief, dkk., 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC.Markum, A.H. dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta : Media AesculaplusFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Prasetyo, Heru. 2003. Pengobatan Penyakit Parasit.Jakarta : Sagung Seto.Sudoyo, A,W. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid ke-3.Jakarta :EGCSutanto, I,dkk. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Surabaya :Airlangga University Press.Widoyono. 2008. PenyakitTropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasan.Jakarta : Erlangga.

Yuliana

26

Anda mungkin juga menyukai