Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA TUGAS INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATAKULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

Disusun oleh : KELOMPOK VI

1. ADITYO LISTIYANO 2. GINA TRI AYU RAMADHAN 3. HENI PUSPITASARI 4. FAISALADO CANDRA W 5. ENDANG SULISTYOWATI

G1D008005 G1D008017 G1D008032 G1D008045 G1D008058

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2011

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita anemia. Angka anemia ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2008). Hasil laporan kemajuan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2007 AKI ibu di Indonesia masih mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup, tertinggi di Asia Tenggara dan anemia berkontribusi terhadap kematian ibu mencapai 50 % hingga 70% (Depkes, 2008). Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Kehamilan dapat menimbulkan anemia karena saat hamil terjadi peningkatan volume darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah serta risiko perdarahan pada waktu persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia (Kompas, 30 Januari 2010). Ada cukup banyak bukti yang menunjukkan bahwa ibu anemia pada awal kehamilan dapat mengakibatkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Misalnya :Welsh, wanita yang pertama kali didiagnosis dengan anemia (hemoglobin <104 g / L) pada 13-24 minggu kehamilan memiliki 1,18-1,75 kali lipat lebih tinggi risiko lahir prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian perinatal. Bayi

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

yang lahir dari ibu anemia adalah lebih cenderung menjadi anemia sendiri (Allen, L. H. 2000).

B. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi anemia? 2. Bagaimana etiologi, patofisiologi dan manifestasi klinis anemia pada ibu hamil? 3. Bagaimana penatalaksanaan anemia pada ibu hamil? 4. Bagaimana asuahan keperawatan kehamilan dengan anemia?

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu hamil dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang dari 10,5 gr% pada trimester II, pada ibu yang tidak hamil adalah kurang dari 12 gr% (Saifudin, 2002). Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin di bawah 10 gr%. Perubahan fisiologis pada wanita hamil sering menyulitkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakitpenyakit kelainan darah. Penurunan kadar Hb pada wanita sehat yang disebabkan ekspensi volume plasma yang lebih besar dari pada peningkatan volume sel darah merah dan hemoglobin terutama terjadi pada trimester ke dua (Manjoer, 2000). Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan (Wiknjosastro, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan darah antara lain: 1. Komponen (bahan) yang berasal dari makanan Protein, glukosa dan lemak Vitamin B12, B6, asam folat dan vitamin C Elemen dasar Fe, ion Cu dan Zink. 2. Sumber pembentuk darah (sum-sum) 3. Komponen reabsorpsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

4. Umur sel darah merah (eritrosit) yang terbatas sekitar 120 hari. Sel darah merah yang usdah tua dihancurkan dan dimanfaatkan kembali untuk membentuk sel darah merah yang baru. 5. Pendarahan kronis Gagguan Menstruasi Penyakit yang menyebabkan pendarahan pada perempuan, seperti mioma uteri, polip serviks dan penyakit darah. Parasit dalam usus seperti askaris, ankilostomiasis, dan taenia (Manuaba, dkk., 2007)

Bahaya anemia pada kehamilan dapat digolongkan menjadi : 1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan a) Bahaya selama kehamilan Dapat terjadi abortus Persalinan premature Hambatan tumbuh kembang janin dalam kehamilan Mudah terjadi infeksi Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%) Mla hidatidoa Hiperemesis gravidarum Pendarahan antepartum Ketuban pecah dini (KPD). b) Bahaya saat persalinan Gangguan his kekuatan mengejan Kala satu akan berlangsung lama dan resiko partus terlantar Kala dua berlangsung lama sehingga melelahkan dan sering memerlukan tindakan pembedahan Kala tiga dapat diikuti retensi plasenta dan pendarahan postpartum akibat atonia uteri Kala empat dapat terjadi pendarahan post partum dan antonia uteri. c) Pada kala nifas

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

Terjadi subunvolusi uteri yang menimbulkan perdahan post partum Memudahkan infeksi puerperium Pengeluaran ASI berkurang Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan Anemia kala nifas Mudah terjadi infeksi mamae

2. Bahaya terhadap janin. Meskipun pada dasarnya janin mampu menyerap segala bentuk nutrisi dari ibu.

B. Klasifikasi Pemeriksaan hemoglobin ibu hamil secara rutin harus dilakukan minimal 2 kali yaitu trimester I dan trimesrter III (Dep. Kes RI, 2003). Klasifikasi anemia menurut Depkes RI : a) Normal b) Anemia Ringan c) Anemia Berat : kadar Hb dalam darah >11 gr% : kadar Hb dalam darah 8-<8 gr% : kadar Hb dalam darah < 8gr%.

Klasifikasi menurut WHO: a) Normal b) Anemia ringan c) Anemia berat : kadar Hb >11 gr% : kadar Hb 8 gr% : kadar Hb <8 gr%.

Klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut : 1) Anemia Defisiensi Besi Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya perdarahan. Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Pemberian suplemen zat besi selama kehamilan sangat

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

dianjurkan untuk menstransfer zat besi dari ibu ke janin yang diatur oleh plasenta. Zat besi ditransfer ke janin setelah 30 minggu usia kehamilan dimana puncak efisiensi zat besi ibu. Ketika status zat besi ibu menurun, jumlah reseptor transferin plasenta meningkat sehingga lebih banyak zat besi diambil oleh plasenta (Allen, L. H. 2000). 2) Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin). 3) Anemia Hipoplastik Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan. 4) Anemia Hemolitik Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang

sebelumnya tidak menderita anemia (Wiknjosastro, 1999).

C. Etiologi Secara umum, ada tiga penyebab anemia pada ibu hamil : 1. Kehilangan darah secara kronis, sebagai dampak perdarahan kronis seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infestasi parasit dan proses keganasan. 2. Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat. 3. Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa kehamilan dan menyusui (Arisman, 2004). Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari (Saifuddin, 2002). Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu: 1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah. 2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. 3. Kurangnya zat besi dalam makanan. 4. Kebutuhan zat besi meningkat. 5. Gangguan pencernaan dan absorbsi (Amiruddin dkk, 2004).

D. Patofisiologi Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Sarwono, dkk. 2002). Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sarwono, dkk. 2002).

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

E. Pathway
Hamil Keb. Gizi Perdarahan Infeksi

Sel darah merah encer

Kerusakan sel darah merah

Tercukupi Perubahan nutrisi kurang dari keb. tubuh b.d. kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrien yg diperlukan untuk pembentukan sel darah merah

Tidak tercukupi Defisiensi zat gizi

Pembentukan sel darah merah di sumsum tulang belakang tidak optimal zat gizi dalam darah Hb

Anemia Risiko tinggi Perubahan sirkulasi dan neurosensori Asupan makanan dan O ke seluruh organ tubuh Risiko tinggi thd kerusakan integritas kulit b.d. perubahan sirkulasi dan neurologis Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yg diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel Kurang pengetahuan b.d. kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi tidak mengenal sumber informasi Mati Dibiarkan
2

Daya tahan tubuh

terhadap infeksi b.d. tidak

Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimban gan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

adekuatnya pertahanan sekunder

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

F. Manifestasi klinis Manifestasi klinis pada anemia pada umumnya antara lain: 1. Cepat lelah atau kelelahan, hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga metabolisme otot terganggu. 2. Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak kekurangan oksigen, karena daya angkut haemoglobin berkurang. 3. Kesulitan bernapas, terkadang sesak napas merupakan gejala, dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi pernapasan lebih dipercepat. 4. Palpasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi. 5. Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut dan konjungtiva (Wasnidar, 2007). Keluhan anemia yang paling sering dijumpai dimasyarakat adalah yang lebih dikenal dengan 5L yaitu lesu, lemah, lelah, letih, lunglai. Disamping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003).

G. Pemeriksaan diagnostik Jumlah darah lengkap (JDL): hemoglobin dan hemalokrit menurun Pemeriksaan dan pengawasan Hb dengan menggunakan alat Sahli Jumlah eritrosit: menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Jumlah retikulosit: bervariasi, misal: menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). Pewarna sel darah merah: mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah: atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah: berguna dalam membedakan diagnosa anemia,

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

misal: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). SDP: jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit: menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik) Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik) TBC serum : meningkat (DB) Feritin serum : meningkat (DB) Masa perdarahan : memanjang (aplastik) LDH serum : menurun (DB) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster: penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi: sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik: memeriksa sisi perdarahan : perdarahan (Manuaba, 2007).

H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang Transpalasi sel darah merah

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1) Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan. 2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12 3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral 4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah (Wasnidar, 2007).

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN a. Data umum : nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. b. Keluhan utama Pengkajian ini bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan adanya tandatanda bahaya pada ibu hamil, seperti rasa 5L (lesu, lemah, lelah, letih, lunglai) yang menunjukkan gejala anemia. c. Pola makan, tujuan untuk mengetahui tingkat kepatuahn ibu hamil dalam mengkonsumsi zag gizi yang mempengaruhi pembentukan darah d. Keadaan sosial, ekonomi dan spiritual Tidak mampu memenuhi standar makanan yang harus di konsumsi ibu hamil dan situasi lingkungan yang buruk sehingga masih terdapat penyakit parasit, seperti ankilostomiasis. e. Aktivitas sehari-hari 1) Pekerjaan 2) Pola istirahat Pada ibu hamil minimal pola istirahat / tidur adalah 8 jam / hari dimana pada siang hari (1-2 jam) dan pada malam hari (6-7 jam) (Doengoes, 2000).

B. DIAGNOSIS 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen 3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

4. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, mengingat atau tidak mengetahui sumber informasi 6. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan))

C. INTERVENSI 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang NOC Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil: asupan nutrisi untuk meningkatkan pembentukan darah terpenuhi, mempertahankan berat badan normal, tidak mengalami tanda malnutrisi, menununjukkan perilaku dan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai. NIC a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai dan alergi makanan b. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein, vitamin C serta bahan lain yang mempengaruhi pembentukan darah e. Observasi dan catat masukkan makanan pasien f. Timbang berat badan setiap hari g. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan h. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen NOC Tujuan : dapat mempertahankan atau meningkatkan aktivitas Kriteria hasil : istirahat dan aktivitas seimbang, mengetahui keterbatasan energinya, mengubah gaya hidup sesuai dengan tingkat energi, memelihara nutrisi yang adekuat NIC a. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas b. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energi c. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot d. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri)

3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel NOC Tujuan: peningkatan perfusi jaringan Kriteria hasil: menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil NIC a. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membran mukosa, dasar kuku b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi c. Monitor frekuensi dan irama pernapasan d. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium e. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

4. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis NOC Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit Kriteria hasil : mengidentifikasi faktor risiko atau perilaku individu untuk mencegah cedera dermal NIC a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema, ekskoriasi. b. Reposisi secara periodik dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur c. Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih d. Bantu untuk latihan rentang gerak

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, mengingat atau tidak mengetahui sumber informasi NIC Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostik dan rencana pengobatan Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit, mengidentifikasi faktor penyebab,

melakukan tiindakan yang perlu perubahan pola hidup NOC a. Kaji tingkat pengetahuan pasien sebelumnya b. Menjelaskan proses penyakit dan efek jangka panjang bagi ibu dan fetus c. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia d. Anjurkan pasien untuk memperhatikan diet makanannya

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

6. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)). NOC Tujuan : Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil : modifikasi perilaku untuk mencegah atau menurunkan risiko infeksi NIC a. Ajarkan pasien tentang cara mencuci tangan yang benar b. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat c. Motivasi perubahan posisi atau ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam d. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu hamil dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang dari 10,5 gr% pada trimester II, pada ibu yang tidak hamil adalah kurang dari 12 gr%. Sebagian besar anemia pada ibu hamil disebabkan oleh defisiensi zat besi. Ibu hamil memerlukan banyak tambahan zat besi untuk meningkatkan sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Kenaikan volume darah akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi.

B. Saran Untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil, maka perlu dilakukan pemeriksaan hemoglobin ibu hamil secara rutin harus dilakukan minimal 4 kali yaitu trimester I (1 kali), trimester 2 (1 kali) dan trimesrter III (2 kali). Selain itu ibu hamil juga harus mempertahankan asupan

nutrisi misalnya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dan asam folat.

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA Allen, L. H. 2000. Anemia and Iron Deficiency: Effects on Pregnancy Outcome. The American Journal of Clinical Nutrition, 71, 1280S-1284S Amiruddin R & Wahyuddin, 2004. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung. Amiruddin, Ridwan, Ermawati Syam, Rusnah, Septi Tolanda, Irma Damayanti. 2007. Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia (Evidenced Based). Diakses tanggal 02 Maret 2011.

http://ridwanamiruddin.wordpress.com Arisman M. B., 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Diakses tanggal 28 Maret 2011. http://www.depkes.go.id Depkes RI, 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS). Direktorat Jenderal Binkesmas. Jakarta Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. Jakarta: EGC Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran Ed III, Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius Manuaba, I.B.G., dkk. 2007. Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono, dkk. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP Wasnidar, 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Penerbit Trans Info Media Wiknjosastro H, 1999. Ilmu Kebidanan Edisi Ke-3. Jakarta: Bina Pustaka Sarwon Prawirohardjo -------------------. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai