Anda di halaman 1dari 6

Praktikum: Urgensi Pendidikan Ilmiah Perguruan Tinggi Ameilia Zuliyanti Siregar, SSi, MSc Staf Pengajar Departemen HPT

Fakultas Pertanian USU zuliyanti@yahoo.com, Ameilia@usu.ac.id Mahasiswa merupakan sumber daya manusia yang dididik sebagai generasi penerus pembangunan di negara kita, Indonesia. Dalam mencari identitas dirinya, mahasiswa dapat berkiprah dan mengali potensi yang dimiliki. Seorang mahasiswa harus memiliki adab dalam menuntut ilmu, diantaranya adalah dengan berniat menerima ilmu, duduk sopan dan tenang, berkonsentrasi penuh mendengarkan materi yang diajarkan dosen, perbanyak berdiam diri dalam menerima ilmu, meminta izin untuk bertanya, memberi masukan dengan sopan terhadap materi ilmu yang diajarkan dosen, dan jangan menyinggung perasan dosen dengan berdebat tanpa alasan yang rasional dan tepat. Apabila adab mahasiswa tersebut dilaksanakan, mudah-mudahan transfer knowledge akan terjadi dari seorang guru terhadap muridnya. Proses Belajar Mengajar (PBM) dapat dilaksanakan dengan baik apabila terjalin hubungan yang sinergis antara mahasiswa, dosen dan pihak perguruan tinggi. Disamping penyediaan infrastruktur yang memadai, harus didukung pula oleh fasilitas laboratorium yang kompetibel sehingga dibentuk mahasiswa yang memenuhi tridharma perguruan tinggi di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian serta unggul bersaing dalam memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya di lingkungan masyarakat. Belajar di Perguruan Tinggi merupakan sarana dalam menggali ilmu pengetahuan, pengalaman dalam pengembangan kepribadian mahasiswa. Tujuan belajar akan tercapai dengan memenuhi beberapa indikator, diantaranya pemanfaatan infrastruktur diperkuliahan, seperti ruangan pengajaran yang memadai, penyediaan OHP, Projector, Note Book, LCD, CD, USB, papan tulis, spidol dan kelengkapan bahan dan materi pengajaran sangat mendukung dalam keberhasilan PBM. Disamping kelengkapan fasilitas laboratorium seperti air, listrik, alat-alat laboratorium standard (Kimbal, 1967; Burton, 2001) sangat berperan penting dalam menghasilkan mahasiswa yang memiliki kapabilitas keilmuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di masa ini, krisis intelektualitas terjadi di lingkungan akademik. Meminjam pendapat Andi Hakim Nasution dari tulisan Salim (1986 & 1989) dan Soemarwoto (1989), apabila binatang memiliki nalar maka bukan harimau Jawa yang dilestarikan
1

supaya jangan punah, melainkan manusia Jawa. Usaha pelestarian akan dipimpin oleh Menteri PPLH (Pengawasan Pembangunan Lingkungan Hidup) yang bukan bernama Emil Salim, melainkan seekor harimau yang bergelar profesor.Dengan cakarnya, dengan taringnya, dengan kekuatannya, ini harimau jelas manusia bukan tandingan manusia!.Kemampuan menalar menyebabkan mengembangkan

pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-Nya. Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa dan setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuan ini. Dia mengetahui mana yang benar, mana yang salah, dapat menimbang mana yang buruk, mana yang baik, membela mana yang hak dan mana yang bathil, mempertahankan mana yang indah, mana yang jelek. Mahasiswa bagian integral dari manusia mengembangkan proses nalar dalam hidupnya. Mahasiswa mengembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal dan penemuan baru, menjelajah hakikat ilmu karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan kebudayaan, seni, teknologi, memberi makna kepada kehidupan. Hal yang lebih penting lagi adalah mahasiswa dapat memanusiakan diri dalam hidupnya, ditengah krisis moral yang semakin membumi. Diadopsi dari pendapat Andrew (1983); Murray (1983); Ameilia (2002) bahwa penalaran mahasiswa dapat diasah melalui empat tahap. Pertama, mahasiswa mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Ayahku miskin tapi jujur kata Dita, mahasiswa Kedokteran tingkat 1 tanpa perasaan malu, melainkan bangga. Secara nalar kita kebanyakan malu mengakui hakikat kebenaran yang dimiliki, namun secara nyata Dita telah mengkomunikasikan diri secara benar dan tepat. Kita harus menerima kenyataan tersebut dan berusaha untuk menekan budaya gengsi yang membumi dikalangan mahasiswa. Kedua, kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Hewan mampu berpikir tetapi tidak mampu berpikir nalar. Perbedaan utama seorang profesor nuklir dengan mahasiswa Departemen Fisika tentang bom atom terletak pada kemampuannya dalam menalar. Selain itu, bila dibandingkan instink hewan jauh lebih peka daripada seorang insinyur geologi, mereka akan berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus. Namun hewan tidak bisa menalar dan membangun kemampuan berpikir analisis mengapa gunung meletus, faktor apa yang menyebabkannya, apa yang dapat dilakukan agar semua hal tersebut tidak terjadi.
2

Mahasiswa sejak di bangku perkuliahan diharapkan mampu membentuk mind set yang logis, kritis, dan inovatif. Ketiga, mahasiswa kurang berlogika. Alkisah, seorang peneliti ingin menemukan penyebab seseorang mabuk. Mula-mula peneliti mencampur air dengan wiski luar negeri dan meminumnya, dia pun terkapar mabuk. Setelah siuman, dia mencampur air dengan TKW, wiski lokal yang dijual di pasar dan mereguknya, ternyata dia kembali mabuk. Kemudian sambil menghisap kretek, dia meminum campuran air dengan tuak, minuman lokal yang banyak ditemukan di pinggir jalan. Ternyata dia tetap mabuk. Berdasarkan kajian tersebut, si peneliti berkesimpulan air yang menyebabkan manusia mabuk. Benar-benar masuk akal, namun apakah hal itu benar? Mahasiswa kita sering menarik kesimpulan yang salah dari premis mayor dan premis minor yang dikemukakan. Lebih tragisnya lagi, ketika PBM berlangsung, banyak mahasiswa yang tidak mau mengemukakan opini, malu bertanya, dan bersikap apatis. Logika mahasiswa tidak terasah apabila kondisi tersebut dibiarkan. Mahasiswa diharapkan berpartisipasi secara aktif berkomunikasi apabila PBM berlangsung. Diharapkan dunia akademik dapat menampung logika berpikir, aspirasi, dan sumbangsih minat/bakat mahasiswa di bidang pendidikan. Budaya sharing information dan diskusi seharusnya menjadi bagian rutinitas dalam pendidikan kita. Keempat, mahasiswa mendapatkan sumber informasi kurang akurat dan tepat. Karena kemajuan informasi dan teknologi, mahasiswa lebih sering mengemukakan sesuatu penemuan tanpa dilandasi oleh sumber yang sahih dan terpercaya. Hanya 30-40 % mahasiswa kita yang benar-benar mengetahui tata cara pengambilan sumber kepustakaan (buku, internet, jurnal, koran, majalah) secara tepat guna dengan informasi yang akurat dan terkini. Kemajuan jasa warnet hendaknya membuat mahasiswa dapat memilah dan membedakan mana sumber yang bersifat opini, penelitian, dan tulisan singkat seorang pakar. Kurikulum pendidikan di Indonesia sekarang ini berbasis kompetensi. mahasiswa menerima konsep ilmu melalui perkuliahan didukung dengan aplikasi terapan melalui praktikum. Implementasi praktikum yang berbasis kompetensi seharusnya menjadikan mahasiswa lebih berpikir ilmiah, analisis, dan mengemukakan penemuan-penemuan baru yang inovatif. Menurut Kimbal (1967); Murray (1983): Parjatmo (1994); & Rumanta (2002), Praktikum yang baik akan tercipta apabila memenuhi 3 kriteria utama, yaitu:

1. Fasilitas infrastruktur laboratorium yang memadai, seperti ketersedian ruangan ber-ac, air dan listrik yang tetap menyala, alat dan bahan mencukupi yang berperan penting dalam mendukung keberhasilan praktikum. 2. Mahasiswa memahami konsep ilmiah dengan melakukan kegiatan praktikum mandiri/berkelompok, disiplin, jujur, bertanggung jawab, dan membuat laporan data yang valid dan akurat sehingga menghasilkan mahasiswa beralur pikir ilmiah. 3. Ketersediaan sarana pendukung lainnya seperti buku penuntun praktikum, logbook, Standar Operasional Prosedur (SOP) Praktikum, daftar inventaris alat dan bahan, tenaga laboran, tenaga teknisi, tenaga administrasi dalam laboratorium. Urgensi praktikum sangat menentukan kualitas mahasiswa yang akan dihasilkan di Perguruan Tinggi. Praktikum merupakan pola mahasiswa berkonsep ilmiah yang berpikir logis, analisis, & kritis. Praktikum yang dilakukan mahsiswa diharapkan mampu membentuk keterampilan teknis, berdaya guna, sikap mental, kepribadian yang mandiri, kearifan berpengetahuan ilmiah, cerdas, mengerti substansi dari pengetahuannya, berakal sehat, memahami makna kebenaran, dan menjadikan pengalaman hidup sebagai guru pribadinya. Tujuan belajar yang ideal seharusnya terdapat dalam keseimbangan dalam menggali ilmu pengetahuan, memahami konsep ilmu, menjalankan praktikum yang mandiri, dan aplikasi teknologi dan seni dalam kehidupan bermasyarakat. Di era globalisasi, mahasiswa tidak perlu takut kekurangan likuiditas. Banyak cara yang dapat dicari dalam upaya pengembangan diri mahasiswa. Diantaranya dengan persiapan langkah-langkah berikut ini: 1. Mencari informasi untuk memperoleh beasiswa prestasi maupun mendukung dana pendidikan tambahan yang bersumber selain dari orang tua, seperti PPA (peningkatan Potensi Akademik), TID (Tunjangan Ikatan Dinas), BBM, pihak instansi (seperti BUMN, dinas perkebunan, Pertamina, PT Arun), perusahaan asing atau pun pihak swasta. 2. Mengembangkan kewirausahaan mahasiswa dengan cara latihan kewirausahaan, peminjaman modal, serta mitra bersama dalam menggali potensi minat/bakat mahasiswa di bidang entrauprehenship. Banyak mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan dalam berbisnis untuk melatih keberanian, kemandirian, bargain position (seni tawar-menawar), dan mendapatkan penghasilan tambahan yang bermanfaat dan mendukung pendidikannya. Bahkan mahasiswa yang telah tamat dari universitas

karena mengetahui potensi dirinya berani melakukan bargain position dalam menentukan gajinya.Hal ini baik dan bersikap profesional. 3. Menguasai dan mengembangkan kemampuan berbahasa asing secara aktif (seperti Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Perancis, Bahasa Cina, Bahasa Jerman, dan lainnya) sehingga dapat mengikuti kemajuan teknologi dan informasi dalam mendukung dunia pendidikan dan bermanfaat dalam mencari pekerjaan setelah selesai perkuliahan. 4. Mempersiapkan kemampuan menguasi teknologi informasi dengan cara mengakses internet untuk strategi riset, mencari pekerjaan, atau program beasiswa pasca sarjana. Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi memberikan kemungkinan yang tidak terbatas untuk menggali informasi yang kita butuhkan. Akan tetapi pencarian yang tidak cerdik akan banyak membuang waktu dan juga biaya. Keunggulan penggunaan internet diantarnya adalah konektivitas dengan jangkauan global, akses 24 jam, kecepatan, kenyamanan, kemudahan akses, biaya relatif, interaktivitas, dan fleksibilitas. Namun beberapa kelemahan penggunaan internet perlu dicermati karena selektivitas dan anonimitas, penyebaran virus, karekteristik demografis pemakai, reliabilitas dan validitas sumber acuan/hasil riset, dan ketergantungan terhadap Internet Service Provider (ISP). Diperlukan strategi yang tepat untuk mencari dan memanfaatkan informasi dari internet. 5. Mengembangkan minat/bakat terhadap profesionalisme bidang keilmuan yang dimiliki dengan cara menguasai salah satu bidang keahlian. Sejak berada di perkuliahan, mahasiswa diharapkan secara aktif terlibat sebagai asisten dosen, asisten laboratorium, mengikuti organisasi kemahasiswaan seperti Senat Fakultas, BEM, Resimen Mahasiswa (Menwa), Himpunan/Ikatan Mahasiswa Departemen, Pramuka, Pers dan Jurnalistik, dan lainnya dalam membentuk pribadi yang mandiri, sabar, tekun, tabah, ulet, setia, memiliki kemampuan memimpin, tidak sombong dan sifatsifat positip lainnya yang membentuk mahasiswa dengan intelektualitas profesional. 6. Memiliki pengalaman Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang inovatif sehingga mendukung proses memperoleh pekerjaan sesuai bidang ilmu yang dimilikinya. Diharapkan dengan praktek kerja lapangan terjalin hubungan bilateral sinergis antara pihak perusahaan, perguruan tinggi, dan mahasiswa sehingga diciptakan suasana hubungan kerja yang baik, dimana apabila perusahaan atau pun instansi membutuhkan pegawai atau pun pekerja, pihak perguruan tinggi siap untuk mengirimkan tenaga kerja terampil yang profesional.
5

Peran orang tua, tenaga pengajar (akademis), dan perguruan tinggi bermitra dan berkesinambungan sangat menentukan produk akhir seorang mahasiswa. Mahasiswa setelah selesai perkuliahaan hendaknya mendaftarkan diri di Ikatan Alumni (IKA) sehingga didapatkan data yang akurat tentang status alumni. Status alumni diperlukan dalam menginventarisasi data di Perguruan Tinggi. Mahasiswa dipersiapkan menjadi anggota masyarakat akademik dan/atau profesional dengan kemampuan menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Disamping itu mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam bentuk menghasilkan produk/jasa pendidikan, penelitian,dan pengabdian masyarakat bermutu yang dibutuhkan dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat. Partisipasi aktif dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan nasional menjadi tugas mulia para mahasiswa.

Daftar Pustaka Ameilia Zuliyanti Siregar. 2002. Mahasiswa Tidak Perlu Kekurangan Likuiditas. Opini : Waspada, Medan. Andrew WA, Andrews BJ, Balconi DA, & Purcell NJ. 1983. Discovering Biological Science. Prentice-Hall, Ontario-Canada Inc. Burton IJ. 2001. Biology. Cambridge University Press, United Kingdom. Kimbal JW. 1967. Biology: A Laboratory Introduction. Massachusetts AddisonWesley Publ. Co. Murray J. 1983. Experimental Work in Biology. DG Mackean, USA. Rumanta, M. 2002. Praktikum Biologi III. Modul 2 & 4. Pusbit UT, Jakarta. Salim E.1989.Lingkungan Hidup dan pembangunan. Muatan Sumber Wijaya, Jakarta. Salim E. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES, Jakarta. Soemarwoto O. 1989. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jambatan, Jakarta. Parjatmo. W. 1994. Petunjuk Praktikum Biologi. Modul 3. Karunika UT, Jakarta. Disampaikan Pada Seminar Pentingnya Laboratorium di Fakultas Pertanian USU Medan 2010.

Anda mungkin juga menyukai