Anda di halaman 1dari 12

Edisi 355 26 Juli 2013

Sekapur Sirih, , Halaman 2 Surat Pembaca, Halaman 2 Sikap, PR Bagi Masisir dan PPMI, Halaman 3 Laporan Utama, Setahun Bareng Bersama dan Bersatu, Halaman 4-5 Komentar Peristiwa, Apa yang Masisir Pahami dari Wasathiyah al-Azhar?, Halaman 6-7 Opini, Masisir dan Gejolak Politik Mesir, Halaman 8 Seputar Kita, Warga Sumatera Utara Berbuka Puasa Bersama Gubernur, Halaman 9 Dinamika, Politik, Media dan Mahasiswa, Halaman 10 Kolom, Seputar Pemimpin Ideal, Halaman 11

Setahun Bareng Bersama dan Bersatu


Kabinet DPP PPMI besutan Jamil dan Delfa akan mengakhiri tugasnya, berbagai macam program telah terlaksana. Bagaimana jalannya kepengurusan PPMI selama ini?
Simak Laporan Utama hal 4-5

Selamat Membaca! Santai dan penting dibaca Tajam tanpa melukai Kritis tanpa menelanjangi

TROBOSAN ADVERTISING

Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa menghilangkan makna dan tujuan.

Sekapur Sirih
telinga dari suara lain, maka akibatnya tidak akan ada pertemuan antara dua kubu tersebut. Begitu juga yang terjadi di Masisir. Permasalahannya terdapat pada bagaimana kita membaca berita. Kita sering melihat dikotomi media kepada media liberal sekular, dan media Islam. Lalu muncul perkataan Jangan baca media liberal dan sekular! Padahal kita sendiri belum bisa mendefinisikan apa yang dimaksud dengan media Islam itu sendiri. Apakah karena mendukung presiden Mursi maka kita bisa menyebut itu adalah media Islam? Dan media yang bersebrangan dengan itu berarti media sekular? Padahal tidak jarang kita melihat tersebar isu yang fiktif tersebar melalui media yang disebut media Islam ini, meski tak jarang juga media sekular ini pun memutarbalikkan fakta. Apakah ukuran islami sebuah media itu diukur dengan banyaknya konten Islam di dalamnya meski tak jarang melakukan provokasi dan penyebaran isu fiktif? Kata Fatabayyanu! dalam surat alHujurat ayat 6, yang menganjurkan kita untuk bersikap kritis terkadang dilupakan oleh sebagian media Islam tersebut. Selama mendukung kepentingannya, tak lagi mereka melihat asas berita berimbang. Maka tak heran jika beberapa kali media yang menyuarakan al-Azhar merilis klarifikasi pihak al-Azhar tentang beberapa hal, isu pengunduran diri Syaikh Ahmad Thayyib, isu pengurungan Mufti Mesir, isu pelarangan azan, dan berbagai isu lain. Sebagai mahasiswa, khususnya yang berkecimpung di dalam dunia media, mari kita perbaiki kualitas dan profesionalitas media kita. Jangan sampai mengaku sebagai media Islam namun tidak bisa mengabarkan berita sesuai dengan ajaran Islam. Kurang profesional-nya media-media yang mengaku sebagai media Islam justru akan memperburuk citra Islam itu sendiri. Ditambah lagi sebagian media melarang para pembaca untuk membaca media lain dengan tuduhan liberal dan sekular. Padahal bisa jadi media yang tertuduh itu jauh lebih profesional dan memberitakan secara Islami ketimbang media tadi. Semakin mendekatnya masa Sidang Umum MPA PPMI yang menandakan semakin berakhirnya masa tugas seluruh jajaran PPMI, maka kami menyajikan kilas balik kinerja PPMI selama satu tahun. Setidaknya agar Masisir bisa menilai kinerja mereka. Pada rubrik Komentar peristiwa kami mencoba mengadakan survey kepada beberapa orang Masisir terkait pemahaman mereka tentang Wasathiyah Azhar. Kita tahu bahwa keputusan Syaikh Ahmad Thayyib dalam krisis Mesir sekarang bisa disebut kontroversial. Maka hal itu secara tidak langsung akan menimbulkan pertanyaan Di mana letak Wasathiyah Azhar? Dalam rubrik Sikap pun kami memberikan sedikit catatan kepada Masisir terkait tentang kinerja MPA, BPA, dan DPP PPMI selama ini. Bagaimana kita menilai kinerja mereka, dan bagaimana seharusnya mereka berkinerja. Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu TROBOSAN baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada para pembaca yang telah setia menerima keberadaan kami. Selamat membaca!

Media Islam
Selamat melaksanakan ibadah puasa kami ucapkan kepada segenap pembaca, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Subhanahu wa ta`ala. Kondisi Mesir masih saja belum menentu. Satu tahun setelah revolusi Mesir baru memilih pemimpinnya, namun ternyata baru satu tahun presiden menjabat ia telah diturunkan dari jabatannya. Kondisi keamanan kritis, korban berjatuhan di mana-mana. Krisis politik Mesir telah menggoyangkan rakyatnya hingga negeri ini terseok untuk berjalan. Ternyata krisis politik negeri ini berdampak juga kepada komunitas mahasiswa Indonesia di Mesir. Dampak baiknya mata Masisir terbuka dengan adanya konflik dingin antara kubu Mesir yang saling bersebrangan. Masisir bisa mempelajari dan menilai bagaimana keadaan politik negeri ini. Masisir menjadi saksi sejarah dalam perjalanan negeri seribu menara ini. Namun sepertinya dampak buruknya lebih terasa. Di jejaring sosial bermunculan para pengamat politik baru. Perdebatan antar para pengamat politik baru ini lumayan hangat terjadi, bahkan tidak jarang para pengamat politik baru ini menjatuhkan lawan debatnya dengan tuduhan-tuduhan yang jauh dari fakta. Perdebatan ini terjadi karena masing-masing pihak hanya mencerna informasi dari sudut yang ia percayai saja. Kita tahu bahwa terdapat dua kubu yang bersebrangan dalam konflik Mesir ini, dan keduanya melancarkan propaganda media untuk menyuarakan suaranya. Kelompok pertama dengan berbagai cara menyudutkan pihak lain dengan tuduhan teroris (Irhabiyun), pengganggu keamanan dan ketertiban. Kelompok lain dengan gencarnya menyebarkan kabar bahwa mereka adalah kelompok yang menjadi korban dalam konflik ini. Kedua pihak saling bersuara dan menutup

Express Copy
Menerima segala jenis fotokopi Mahatthah Mutsallas, Hay `Asyir Building 102 Sweesry. Hp: 01001726484

Terbit perdana pada 21 Oktober 1990. Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pemimpin Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Abdul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: A. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Luthfiatul Fuadah Al Hasan, Ainun Mardiah, Heni Septianingsih. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228, E-mail: terobosanmasisir@yahoo.com. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan iklan, pengaduan atau berlangganan silakan menghubungi nomor telepon : 01159319878 (Tsabit), 01122217176 (Fahmi), 01148433704 (Erika)

02

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

Sikap

PR untuk PPMI dan Masisir


Saat tim Terobosan mewawancarai beberapa orang seorang senior Masisir yang sempat berkecimpung secara langsung dalam PPMI, mereka banyak bercerita tentang sejarah perubahan dan penerapan sistem trias politika dalam SGS di tubuh PPMI ini. Awalnya, perubahan sistem dalam tubuh PPMI ini sangat menarik perhatian Masisir pada umumnya. Sidang Umum biasa diadakan di Auditorium Shalah Kamil karena menampung para hadirin yang antusias untuk mengikuti jalannya sidang PPMI. Saat jaringan internet belum masuk ke rumah-rumah, Masisir mencari kesibukan dengan mengikuti berbagai macam kegiatan PPMI baik itu sidang maupun kegiatan lain. Animo Masisir sangat tinggi terhadap PPMI saat itu. Pelatihan tentang sistem trias politika PPMI diadakan di mana-mana, berbagai macam pelatihan, seminar dan perkumpulan diadakan demi memahamkan Masisir akan sistem yang dijalankan dalam tubuh organisasi induknya. Sistem trias politika yang saat ini kita nilai terlalu rumit justru bisa menarik minat para mahasiswa saat itu. Tak terasa waktupun berjalan, perhatian Masisir pun kini tidak lagi terlalu terfokus pada PPMI. Sistem keorganisasian yang berjalan dalam tubuh PPMI tak lagi dipahami secara menyeluruh oleh Masisir, bahkan para pamangku kebijakan (baca: MPA, BPA, dan DPP) di dalam tubuh PPMI pun tidak bisa sepenuhnya paham akan sistem ini. Akhirnya perjalanan PPMI setiap tahunnya tergantung pada penafsiran setiap generasi akan sistem ini. Itulah yang mendasari kami membahas tentang sistem trias politika dalam tubuh PPMI ini pada edisi 350, 22 Februari 2013 lalu. Kami menilai bahwa Masisir saat ini telah terputus dari sejarah pembentukan sistem organisasi ini. Pemahaman Masisir akan sistem ini tidak lagi sesuai dengan apa yang direncanakan pada awalnya. Akhirnya, setiap generasi akan menjalankan sistem ini sebatas pemahaman mereka saja. Kita melihat bahwa DPP PPMI saat ini lebih menjadi sebuah Even Organizer (EO) ketimbang sebuah organisasi induk. PPMI lebih mirip dengan sebuah tim yang hanya mengadakan berbagai macam kegiatan. Kita sekarang tidak tahu lagi bagaimana menilai baik atau buruknya kinerja DPP PPMI dalam satu periode. Apakah kinerja DPP PPMI dinilai dari antusias dan kepuasan Masisir terhadap kinerja mereka? apakah dinilai dari kekompakan kabinetnya? apakah dari hubungan antara PPMI dengan organisasi lain di bawahnya? ataukah hanya dinilai dari hasil pencapaian kegiatan yang diadakan selama satu tahun? Kita telah melihat dalam sidang LPJ PPMI tahun lalu, DPP PPMI mendapatkan nilai Mumtaz dari para peserta sidang karena pencapaian program kerja yang mencapai angka 90%, nilai yang sangat tinggi dan bahkan konon belum pernah dicapai oleh pengurus DPP PPMI sebelumnya. Namun apakah dengan itu kita bisa menilai kinerja PPMI saat itu bagus dan nyaris sempurna sebagaimana nilai yang diberikan? Saat itu, setelah melihat nilai tinggi itu, kita seakan lupa untuk bertanya bagaimana kabar hubungan PPMI dengan organisasi lain semisal Senat Mahasiswa? Bagaimana cara PPMI merespon kritikan dari para anggota PPMI lain? Apa dampak yang dirasakan oleh Masisir dari program-program yang telah diadakan? Apakah penilaian kinerja DPP PPMI hanya tercukup pada persentase tercapainya program kerja? Permasalahan kurangnya perhatian Masisir terhadap PPMI secara umum tidak hanya dikarenakan oleh kecenderungan Masisir yang telah berubah, namun pemahaman para pemegang kebijakan di tubuh MPA dan BPA tentang tugasnya pun menjadi salah satu sebab utama permasalahan ini. Saat kami melakukan survey ke beberapa kekeluargaan pada bulan April lalu, tiga dari tujuh belas ketua kekeluargaan kami berikan pertanyaan Bagaimana pandangan anda tentang kinerja MPA dan BPA PPMI sekarang? dan ternyata mereka memberikan jawaban yang seragam, yaitu tidak ada hubungan langsung antara MPA dan BPA dengan ketua kekeluargaan selain melalui surat undangan. Memang tiga dari tujuh belas tidak bisa mewakili suara para ketua kekeluargaan secara keseluruhan, namun setidaknya kita bisa melihat bahwa terdapat kecacatan dalam sosialisasi program yang dilakukan oleh MPA dan BPA. Padahal kita tahu bahwa AD/ ART PPMI dipegang oleh MPA, berbagai macam Undang-Undang dipegang oleh MPA, kedua hal itu perlu untuk disosialisasikan kepada Masisir agar sidang dan perkumpulan-perkumpulan yang selama ini diadakan tidak hanya menjadi ajang penghamburan dana dan tenaga. BPA sebagai lembaga yang paling bertanggungjawab atas jalannya perundangundangan baru sampai pada tahap membuat dan pengesahan undang-undang, sosialisasi yang kurang maksimal menjadikan Masisir acuh tak acuh terhadap undang-undang tersebut. Padahal untuk disahkannya sebuah undang-undang diperlukan biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Salah satu hal yang perlu disorot adalah tentang undang-undang temus, beberapa nama yang lolos di kekeluargaan ternyata tertolak karena yang bersangkutan belum melaksanakan lapor pendidikan. Permasalahan ini tidak hanya karena kesalahan orang yang bersangkutan, namun pihak kekeluargaan dan BPA juga seharusnya memperhatikan undang-undang dan melakukan pencegahan agar masalah seperti ini tidak muncul. MPA pun tak bisa luput dari kritikan. Yang dipahami dari tugas MPA saat ini hanyalah mengadakan sidang LPJ dan LKS, dan membentuk panitia PPR. MPA kehilangan fungsinya sebagai Majelis Permusyawaratan Anggota PPMI, selain karena jumlah anggota sidang yang selalu sedikit, keanggotaan MPA yang simpang siur pun seolah dibiarkan begitu saja. Jika MPA dan BPA bertanya kenapa peserta sidang selalu sedikit di setiap sidang yang diadakan, maka para pihak kekeluargaan pun akan bertanya siapa itu MPA? Siapa itu BPA? Kedekatan antara MPA BPA dengan organisasi-organisasi lain saat ini hanya berbentuk garis koordinasi dan surat undangan, padahal hubungan berbentuk silaturahmi dan kunjungan juga diperlukan agar terjalin hubungan dekat antara masing-masing lembaga. MPA, BPA dan DPP PPMI akan mengakhiri jabatan mereka dalam beberapa hari lagi, kursi-kursi itu pun akan kembali di isi dengan wajah-wajah baru. Kesalahankesalahan yang telah lalu, yang kira-kira tak sempat lagi diperbarui oleh para pengurus saat ini cukuplah menjadi pelajaran bagi para pengurus setelahnya agar kesalahan serupa tidak lagi terulang. Kita masih memiliki saksi-saksi sejarah yang menyaksikan dan terjun langsung dalam pembentukan sistem keorganisasian ini, jika mereka tidak lagi dijadikan acuan dan rujukan bagi kita generasi sekarang maka janganlah heran jika kebijakan dan peraturan yang menyalahi aturan akan selalu muncul dalam tubuh PPMI. []

Rubrik Sikap adalah editorial buletin TROBOSAN. Ditulis oleh tim redaksi TROBOSAN dan mewakili suara resmi dari TROBOSAN terhadap suatu perkara. Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab redaksi.

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

03

Laporan Utama

Setahun Bareng Bersama Dan Bersatu


DPP PPMI masa baktu 2012-2013 be- dalam setahun terakhir yang diadakan KabiWorkshop atau Halaqah Ilmiah. Selama berapa hari lagi akan sampai garis akhir net Bersama dan Bersatu. tahun ini PPMI mengadakan workshop ilmiwaktu mengabdi. Kabinet yang dilantik pada Pertama, Training For Traainer Mawarits ah sebanyak 6 kali. Semua serial agenda itu 11 September 2012 ini menamakan dirinya (50 Jam Menguasai Mawarits). Acara digelar dilaksanakan pada termin ke dua. Adapun dengan Kabinet Bersama dan Bersatu. secara berkala mulai tanggal 16-30 Oktober rinciannya demikian berikut: Menurut Ketua MPA PPMI, Workshop I PPMI dengan tema Amrizal Batubara, LPJ akan "Peran Said Nursi dalam Perdigelar pada 28 Juli 2013. Unsatuan Umat Islam" dengan tuk itu, sebelum memasuki pembicara : 1. Prof Dr. Muruang sidang akhir Juli nanti, hamadIbrahim al-Mas (Makah sudah menjadi kewajiban bagi Al Mukaromah) 2.Prof. Dr. IhTROBOSAN untuk menyodorsan Qosim al-Solihi (Turki) 3. kan beberapa hal yang perlu Prof. Dr. Ma'mun Jaror disampaikan ke pembaca. Hal (Jordan). Hari Jum'at, 1 Maret ini tidak lain untuk pertim2013 Pukul 17.00 s/d selesai di bangan dalam sidang LPJ PPMI Audi-torium Griya Jawa Tentahun ini. Silahkan membaca! gah. Buletin Suara PPMI. Dalam Workshop II PPMI dengan tema setahun ini sudah terbit "Membumikan Islam Rahmatan sebanyak 4 kali. Edisi terakhir Lil Alamin" bersama salah satu kali terbit memuat edisi khuulama besar Mesir, Syaikh Dr. sus Simposium Internasional Yusri Rusydi. Hari Rabu, 13 Doc: TROBOSAN PPI kawasan Timur Tengah Maret 2013 di Auditorium LiJamil dan Delfa berfoto bersapa para tim sukses dan para pendukungnya sesaat setelah dan Afrika yang berlangsung mas. penghitungan suara hasil Pemilu Raya 28 Agustus 2012 lalu. di Mesir ini beberapa minggu Workshop III PPMI dengan tema lalu. Buletin yang berdiri pada enam tahun 2012 yang bertempat di Limas Kemmas dan "Perbandingan konsep ekonomi Islam silam ini merupakan corong bagi PPMI untuk sekretariat Fosgama. Acara dihadiri oleh 60 dengan ekonomi sosialis dan kapitalis" bermesosialisasikan agendanya dan berbagai peserta yang terdiri dari berbagai perwakisama salah satu pakar ekonomi Islam Mesir, informasi lainnya. Penerbitan bulletin Suara lan organisasi. Dr. Musthafa Dasuqi Kisbah. Hari Ahad, 24 PPMI ini patut kita sorot, terutama karena Kedua, Bedah Novel Panti Ku temukan Maret 2013 di Auditorium Wisma Nusantara. beberapa terbitan menurut kami terkesan Tuhan di Panti Pijat dan Sekolah Menulis Workshop IV PPMI dengan tema "Teori dipaksakan. Misalnya karena kebanyakan Sehari Bersama H.S. Priyo Soeaedy. Acara ini Akad Dalam Islam" bersama Dr. Musthafa berisi gambar agenda. Tulisan dari redaksi bekerjasama dengan IKPM Kairo, ICMI Orsat Dasuqi Kisbah. Hari Senin, 25 Maret 2013 di maupun dari luar seolah berimbang dengan Kairo dan Wihdah. Menurut laporan, acara Auditorium Wisma Nusantara. gambar yang mewarnai. yang diadakan pada 29 Oktober ini dihadiri Workshop V PPMI dengan tema Jamil pernah mengakui kurang oleh puluhan Masisir dan perwakilan organ- "Permasalahan Seputar Fatwa Kontemporer" maskimalnya penerbitan bulletin ini di daisasi di lingkungan PPMI Mesir. bersama salah satu ulama terkemuka Islam lam sidang LKS 16 Februari lalu. Terutama Ketiga, Intensive English Camp II. Mesir, Syekh Dr. Amru Al Wardany (Direktur karena Pimred sempat jatuh sakit sehingga Dilaporkan peserta acara berkisar 40 orang Eksekutif Pelatihan Fatwa Darul Ifta Mesir). mengganggu keredaksian. Memang berbagai yang terdiri dari pendaftar dan berbagai Hari Rabu, 27 Maret 2013 di aula Darul Hakendala yang menyerang Suara PPMI ini perwakilan organisasi. Menurut pengakuan san KMJ. tidak hanya terjadi pada periode ini. Bahkan PPMI acara yang digelar dari 17-21 NovemWorkshop VI PPMI dengan tema "Konsep dua tahun sebelumnya Fallah Abdul Halim ber ini menuai sukses dan lancar. Moderat Al Azhar dalam Menyongsong Tanselaku Presiden PPMI 2010-2011 pernah Keempat, Penerbitan Jurnal Himmah. tangan Zaman" bersama salah satu ulama berkomentar, Mungkin harus ada peruSampai berita diterbitkan Jurnal Himmah terkemuka Islam Mesir sekaligus Dekan bahan radikal dalam visi misi suara PPMI sudah dua kali terbit sesuai dengan juklak Fakultas Usuludin Univeristas Al-Azhar Caisupaya bisa berkembang dan semarak yang dicanangkan. Terbitan terakhir meruro, Syekh Prof. Dr. Bakr Zaki Ibrahim Awad. diterima Masisir. pakan volume ke delapan. Tahun ini struktur Hari Selasa, 2 April 2013, di Pasangrahan Demikianlah yang terjadi buletin Suara kepengurusan Jurnal Himmah berubah menKPMJB. PPMI. Lalu bagimanakah dengan iklim inteljadi badan semi otonom di bawah tanggungAgenda besar berikutnya adalah ektual Masisir yang coba dikembangkan jawab Menko 1. Menurut Ahmad Satriawan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Ada banpasangan pemimpin Jadda (Jamil-Delfa) ini? Hariadi selaku Pimred Junal Himmah yang yak rentetan acara di dalamnya yang mana Lima bulan yang lalu dalam reportase TROdihubungi melalui telepon seluler mengaada acara yang disediakan untuk Masisir dan BOSAN Helmi, salah seorang pegiat kajian takan, bentuk bantuan dari badan semi perlombaan maupun dialog bersama mahaberpendapat bahwa selama semester perotonom itu misalnya dengan bantuan dana siswa asing seperti ASEAN CUP dan Dialog tama lalu DPP PPMI dianggap kurang bisa dari PPMI. Selain itu dia menambahkan bahIlmiah Sumpah Pemuda dengan tema "Peran mendongkrak iklim intelektual Masisir. Lalu wa pemilihan pengurus juga dikonsultasikan Aktif Pemuda dalam Membangun Generasi sepenuhnya benarkah pendapat ini? kepada pihak PPMI. Lebih jauh dia berharap Unggul Bangsa" yang diadakan di asrama Bagaimanakah pandangan anda akan hal ini? agar ke depannya PPMI bisa terus menmahasiswa Madinatul Buuts. Pembicara saat Mari kita lihat agenda bersubtansi ilmiah dukung kemajuan jurnal ini. itu adalah Dr. Zawawi Abdul Wahid dari In-

03

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

Laporan Utama
mengadakan acara Coffee Break. Acara ini dilaksanakan guna berbagi ide dan saling tukar informasi antar Masisir. Berbagai isu yang berkembang di Masisir seperti mahasiswa baru, keamanan, Temus dan lainnya sudah dibahas dalam acara ini. Coffee Break berjalan sampi tiga kali. Kegiatan pertama dan terakhir kegiatan ini diadakan diadakan di Auditorium Limas Kemass. Sedangkan untuk Coffee Break kedua diadakan di Aula KMB. Pada Coffee Break ketiga sempat dihadiri Dubes, Bapak Nurfaizi Suwandi yang membincangkan isu keamanan WNI. Tugas lain yang patut disorot adalah Viko (Visa Kolektif). Tahun ini memang menjadi tahun pertama pengurusan visa secara kolektif ini. Ratusan nama bisa mendapatkan ijin tinggal berkat bantuan sistem ini. Jika merunut reportase kami, program ini terlaksana sebagai bentuk jalan keluar dari kasus semrawutnya birokrasi di imigrasi Mesir ini. Setelah muncul laporan akan kesulitan ini akhirnya KBRI bersedia membantu menangani dengan melobi pihak imigrasi. Selain pihak KBRI, DPP PPMI juga ikut andil bagian pekerjaan ini yang mana mereka adalah pelaksana program seperti pengumpulan paspor dan pengajuan ke pihak imigrasi. Agenda besar yang berhasil diadakan atas kinerja DPP PPMI adalah Simposium Pelajar Timur Tengah dan Afrika. Acara yang berlangsung dari 4-7 Juli 2013 ini tetap berlangsung kendati Mesir tengah bergejolak. Bahkan puncak gejolak terjadi di tengah acara ini berlangsung. Keadaan ini membuat beberapa pembicara yang didatangkan memilih untuk tidak menghadiri undangan seperti Prof. Dr. Mahfud M.D dan Dr. Nur Hasan Wirajuda karena alasan keamanan ini. Namun akhirnya acara tetap terlaksana dengan pembicara pengganti seperti Dr. Musthofa Abd. Rahman, Dra. Hj. Sastri Yunizarti Bakry, Atk. M.Si dan Ir. Muhammad Najib, M.Sc. Satu lagi kegiatan yang dilakukan oleh PPMI adalah Malam Gebyar Kreasi Masisir yang diadakan di Aula Pasanggrahan KPMJB pada tanggal 7 Juli 2013 lalu. Acara yang direncanakan akan diadakan di Aula American Future ini terpaksa dialihkan ke KPMJB karena beberapa sebab. Respon dan kebijakan PPMI terkait beberapa permasalahan yang terjadi pun patut untuk kita perhatikan. Sekitar bulan November lalu, Doc: TROBOSAN PPMI mengeluarkan Jamil dan Delfa saat mengambil sumpah di hadapan para peserta Sidang Umum II surat pernyataan sikap di Aula Rumah Limas 3 September 2012 lalu. donesia, Dr. Ibrahim dari Burkinafaso dan Dr. Syarafuddin dari Nigeria. Pada acara ini sempat terjadi kesalahpahaman dengan panitia bedah tesis karya Dr. Zawawi karena acara di asrama Madinatul Buuts mepet dengam agenda bedah tesis di KSW. Karena jalanan macet maka panitia bedah tesis harus rela mengundur acara yang dilaksanakan Senin sore, 22 Oktober 2012. Selanjutnya mari kita melirik agenda olahraga yang diadakan DPP PPMI 20122013. Pada semester kedua yang lalu TROBOSAN pernah menerbitkan laporan berjudul Semester Olahraga Masisir, menyorot tentang kegiatan-kegiatan olah raga selama satu semester. Hal ini tak lain karena pada semester musim dingin itu Masisir disibukkan dengan banyak sekali kejuaraan olahraga. Kendati demikian DPP PPMI juga mengadakan berbagai even olahraga pada tahun ini. Pertama, Hari Kebersamaan Masisir" Rabu, 28 November 2012 bertempat di Nadi Central 1 Zahro. Konsep acara ini berisi berbagai perlombaan sebagai ajang saling temu sapa organisasi di bawah PPMI Mesir. Yaitu bekerjasama dengan DPP WIHDAH, empat DPD PPMI dan 17 Kekeluargaan. Acara yang berlangsung selama satu hari saja. Kedua ASEAN CUP yang dilaksanakan dalam rangka menyambut Hari Sumpah Pemuda. Selanjutnya Indonesian Games yang baru saja berakhir pada awal bulan Juli ini. Semua acara olahraga ini berjalan dengan meriah dan penuh antusias. Pada bidang kaderasasi, Kabinet Bersama dan Bersatu PPMI ini mengadakan agenda guna pengkaderan Masisir. Acara Ormaba yang berlangsung di KBRI, Garden City dan Shalah Kamil. Marhalah Gaza terbentuk dari acara ini. Mereka juga sempat beberapa kali tampil dalam pagelaran seni seperti di Nadi Wafidin, Ramsis dan Aula KSW. Untuk masalah silaturrahmi, DPP PPMI tentang agresi militer Israel ke Palestina. Surat pernyataan sikap itu keluar setelah mendapatkan masukan dan kritikan dari berbagai pihak. PPMI pun kemudian mengadakan acara malam pengumpulan dana yang meski begitu tetap tidak lepas dari berbagai kritikan. Pada 5 Mei 2013 PPMI mengadakan pertemuan dengan dekan fakultas Ushuluddin di kantor dekan, salah satunya adalah membahas tentang kasus keracunan makanan di asrama mahasiswa dan isu politik yang menimpa al-Azhar dan sempat menimbulkan perdebatan di kalangan Masisir saat itu. PPMI pun mengeluarkan pernyataan sikap tentang kasus ini setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak. Pada 9 Mei pun PPMI mengeluarkan surat pernyataan terkait akun facebook yang menamakan diri sebagai Forum Mahasiswa Timur Tengah (FORMAT). Surat pernyataan ini pun ditekankan kembali dalam salah satu poin hasil pertemuan terbatas DPP PPMI, Atdik dan beberapa ketua organisasi yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli lalu. Pada 18 Juni lalu PPMI pun mengeluarkan pernyataan ketika sebuah akun twitter yang menamakan dirinya Guemasisir menyebarkan kabar tentang bantuan dana dari beberapa pihak kemudian mengaitkannya dengan isu intervensi politik di tubuh PPMI. PPMI pun cepat memberikan respon ketika tersebar kabar pembatalan seleksi tes Universitas al-Azhar yang diadakan di Kementrian Agama. Respon tersebut berupa pertemuan bersama Atase Pendidikan KBRI Kairo, para ketua-ketua organisasi dan beberapa media pada tanggal 13 Juli lalu. Hasil pertemuan itu pun dilaporkan dua hari setelahnya melalui akun resmi PPMI. Dan pada akhir masa jabatannya, PPMI pun berhasil menjalin hubungan dengan beberapa muhsinin dan berhasil mendistribusikan beasiswa kepada kurang lebih 600 orang Masisir dibantu dengan BWAKM dan ketua-ketua kekeluargaan. Jamil mengatakan bahwa beasiswa ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang benar-benar membutuhkan, maka ia bekerjasama dengan kekeluargaan untuk mendata calon penerima beasiswa ini. Ia pun menambahkan bahwa hubungan ini baru dijalin tahun ini, ia pun berharap agar hubungan dengan pihak muhsinin ini tidak terputus sampai di sini agar bantuan kepada Masisir tetap ada. Demikian beberapa kinerja dan kegiatan PPMI tahun ini yang berhasil kami pantau. Sukseskah mereka dalam mengemban amanat menurut anda? Atau tidak samasekali? Silahkan sampaikan aspirasi kritik dan saran anda di Sidang LPJ DPP PPMI 28 Juli nanti. [] Tsabit, Fahmi

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

04

Komentar Peristiwa

Apa yang Masisir Pahami dari Wasathiyah (Moderatisme) al-Azhar?


Al-Azhar sebagai institusi keilmuan tertua maqoshidu syari'ah. Jargon fiqihnya, alfiqhu yajuz fihi al khilaf. yang telah berdiri selama lebih dari satu mileattaisir ma'a dalil. Pokoknya nggak ifroth juga Lebih lanjut, Harun al-Rasyid yang merunium, tercatat dalam tinta sejarah dan diakui tafrith ungkapnya. pakan salah satu tim redaksi Sinai menamdi dunia internasional dengan moderatisme Sama halnya dengan Jajang, Kurniawan bahkan, Wasathiyah berarti tidak radikal dan (Wasathiyah) yang dijunjungnya. Tidak hanya Saputra, keluarga Informatika ini menamjuga tidak terlalu longgar. Sehingga dengan dalam dunia Islam, bahkan moderatisme al bahkan bahwa moderatisme yang dimaksud prinsip ini seluruh mazhab diterima di alAzhar mendapat pengakuan dari kalangan juga berarti memahami Islam dengan logis Azhar. Namun Wasathiyah bukan berarti abunon-muslim. Lantas bagaimana pemahaman namun tetap dalam batasan-batasan syari, abu. Ada prinsip yang diperjuangkan untuk masisir yang belajar dalam naungan al -Azhar mengikuti metode ulamamembawa misi izzah Islam Manhaj yang diusung terhadap moderatisme al-Azhar itu sendiri? ulama terdahulu yang tersebagai Rahmatan lil 'alamin, al-Azhar adalah manhaj Berikut beberapa opini Masisir seputar modjewantahkan dalam bukudan prinsip itulah yang tak tarbawi melalui study eratisme al-Azhar yang kami rangkum beserta buku mereka, sembari membisa ditawar-tawar, karena alkomparasi berbagai pendapat beberapa ulama Azhar yang dimuat pertahankan sikap kritis Azhar merupakan institusi pemikiran dengan dalam Shoutul Azhar edisi Jumat, 21 Juni sesuai dengan perkembangan Islam Sunni tertinggi. berpegang teguh pada Muslim Sunni mengenal 4 2013. Selamat membaca. zaman. Berbicara tentang moderatisme al -Azhar Begitu pula Nuhdi Febrimadzhab fikih yang masyhur al-Quran dan Sunnah tidak terlepas dari sejarah awal mula pendiriansyah, Ketua Umum PCIM dan menjadi patokan dalam an al-Azhar. Dr. Bakr Zaki Awadh, Dekan Mesir ini menyatakan bahwa moderatisme al bermadzhab. Hanafi, Maliki, Syafii dan HamFakultas Ushuluddin menjelaskan bahwa pada Azhar terasa dalam dua ranah, pola pikir ilmibali. al-Azhar menawarkan pembelajaran 4 awalnya al-Azhar didirikan untuk menyebarah dan sikap-laku. Pola pikir ilmiah yang madzhab tersebut kepada murid-muridnya. kan ajaran Syiah, di mana sebagian pengiberimbang antara "tekstualis dan kontekstuDr. Mahjah Ghalib, Dekan Fakultas Dirasat kutnya tidak mengenal moderatisme. Hal teralis", antara "Dhahiri dan Ta'wili", antara Islamiyah menyitir permulaan ayat 143 dari sebut dikarenakan pengkultusan mereka ter"teks dan realitas". Sedang dalam sikap -laku surat al-Baqarah dalam mengungkapkan modhadap ahlul bait pada wilayah tertentu dan ditunjukkan dalam keadilan tanpa tendensi eratisme Islam yang menjadi pedoman al kebencian mereka terhadap beberapa sasektarian, kekerasan dan pemaksaan Azhar. Beliau juga mengaitkan antara moderhabat. (toleran). atisme al-Azhar dengan pembelajaran 4 Senada dengan hal ini mantan Dekan Pemahaman sebagian masisir tersebut madzhab dalam institusi al -Azhar, bahFakultas Ushuluddin, Dr. Mahmud Mazru dikuatkan dengan pernyataan Dr. Majidah wasanya hal tersebut menunjukkan ketidyang menyatakan bahwa semenjak Kamil Darwis, Ketua Jurusan Aqidah Fakultas akcondongan berpihaknya al-Azhar dengan berkuasanya Shalahuddin al -Ayyubi di Mesir, Dirasah Islamiyah, Manhaj yang diusung almadzhab tertentu. Sebagaimana hal ini juga merubah pembelajaran di al -Azhar menjadi Azhar adalah manhaj tarbawi melalui study membuka wawasan pembelajar untuk pusat keilmuan Sunni yang moderat sehingga komparasi berbagai pemikiran dengan bermengenal berbagai macam madzhab, guna menarik minat ulama dari berbagai negeri pegang teguh pada al-Quran dan Sunnah serta mengetahui mana yang moderat dan mana untuk datang ke al-Azhar. Dan Adil, proporsional, membuka pintu ijtihad bagi yang yang ekstrim. Mana yang benar dan mana moderatisme al-Azhar itu berberkompeten di dalamnya. yang salah. seimbang, tahan hingga saat ini. Dengan syarat tidak ada tendensi Sementara itu, Musa al -Azhar, Direktur pertengahan. Itulah Apakah yang dimaksud khusus dan jika menakwilkan Muhamamdiyah Center for Islamic Studies wasath! dengan moderatisme al-Azhar suatu nash, tidak boleh berten(MCIS) Mesir menyatakan bahwa salah satu tersebut? Jauhar Ridloni Marzuq secara singtangan dengan nash-nash pokok dalam Islam. makna moderatisme al -Azhar adalah tidak kat mengatakan, Washatiyah al -Azhar adalah Beliau juga menyatakan bahwa al -Azhar juga liberal dan tidak radikal. Selanjutnya ia mekemampuannya menggabungkan antara dalil mempelajari pemikiran para orientalis yang nukil apa yang telah disampaikan Syaikh Usaaqli dan naqli. al -Azhar tidak alergi dengan telah masuk Islam. Dengan demikian al -Azhar mah Sayyid al-Azhari tentang terwujudnya penalaran akal, tapi tidak kebablasan dengan turut mempelajari pemikiran -pemikiran baik moderatisme al-Azhar melalui 8 manhaj. Di mengabaikan nash. Itulah yang membuat al itu dari Barat atau dari Timur. mana setiap manhaj melahirkan manhaj beriAzhar berada di posisi tengah. Tidak Berikutnya, pemimpin redaksi Informatkutnya. mendewakan akal atau menafikan perannya. ika, Achmad Fawatih Nurizqi mengatakan 1. Sanadnya tersambung. Karena setiap Tidak pula memahami nash secara tekstual bahwa al-Azhar mengajarkan khilaf yang rahmurid pasti belajar dari ulama yang juga atau mengabaikannya sama sekali. Adil, promah (bisa ditolerir-red) dan khilaf yang azab pernah belajar dari guru ulama tersebut, hingporsional, seimbang, pertengahan. Itulah wa(tidak boleh ditolerir-red). Perbedaan hal-hal ga seterusnya. Melalui proses belajar tersebut, sath. tambahnya. sepele jangan sampai menimbulkan perlahir poin kedua. Sementara Jajang Hermawan, Gubernur pecahan, karena itu yang diinginkan musuh 2. Pemahaman terhadap ilmu alat. Tanpa KPMJB tahun 2012-2013 berpendapat bahwa musuh Islam. Adapun perbedaan dalam hal ilmu alat, mustahil seorang pembelajar paham moderatisme al-Azhar adalah sikapnya dalam tak seharusnya, seperti hal -hal yang sudah agama. Dengan kata lain, tidak ada ulama menghukumi sesuatu dengan tidak terlalu disepakati oleh jumhur ulama, ini yang harus yang tidak paham ilmu alat. Karena ilmu alat cepat (ekstrem), tidak juga bertele -tele. Dan dihindari. Ungkapnya menukil pernyataan merupakan perangkat memahami al-Quran juga berhati-hati dalam mengedepankan asas Syaikh Abdu Jalil Isa dalam karyanya, Ma la dan Sunnah.

06

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

Komentar Peristiwa
3. Memahami maqashid syariah. Dengan keduanya, di mana Islam menjelaskan metode memahami tujuan hidup manusia. Seperti syari yang shahih dalam politik syari untuk ibadah, memakmurkan bumi, dan menyucikan mengatur rakyat dan negara sesuai Al -Quran diri sehingga bisa membawa Islam rahmatan dan Sunnah untuk kemaslahatan bersama. lil alamin. Dan bukan justru menjadi ulama Hal serupa dinyatakan oleh Jamil Abdul peneror, yang hanya membebani dan tidak Latief, Presiden PPMI Mesir. Ia mengatakan, menjadi solusi ummat. Mauqif Mutawasith adalah sikap tersendiri 4. Memahami al-Quran sesuai tempatnya. dalam menghadapi dua kubu yang berseAyat untuk orang kafir ditujukan untuk orang brangan. Saat ada dua kubu yang bersekafir, tidak untuk orang Islam, begitu pula brangan, Azhar selalu mengambil sikap di sebaliknya. tengah 5. Menghormati umat Nabi Muhammad Fatimah Insani Zikra memiliki sudut panSaw. Dengan tidak mudah menfasikkan atau dang lain terkait moderatisme al-Azhar, mengkafirkan sesama muslim. Wasathiyah al-Azhar itu berkaitan dengan 6. Antusias membawa hidayah. Hidayah misi yang di bawa oleh al -Azhar, yaitu memyang dimaksud adalah penjelasan, bukti, dan perkenalkan Islam kepada non muslim. Dan argumen. Oleh karenanya, al-Azhar banyak juga menjadi wibawa al -Azhar sebagai instimemberikan ilmu tentang manusia, dunia, dll. tusi terbesar keilmuan Islam. al-Azhar se7. Bangunan keilmuan yang lengkap. Inbagai lembaga besar yang disorot tidak hanya tinya, ilmu tidak sekedar dalil, melainkan daoleh kaum muslimin tapi juga non-muslim, lil, metode, dan kompetensi. selalu menekankan hal tersebut dalam 8. Menghormati dan mengoptimalkan berbagai kesempatan. Menurut saya, Waturats. Karena turats adalah warisan pewaris sathiyah tersebut lebih kepada respon perNabi dan melalui turats lah kita mendapatkan tahanan diri al-Azhar berhadapan dengan penjelasan tentang bagaimana nash tersebut tudingan-tudingan dengan terma teroris, funturun untuk realita yang terjadi, tentunya damental, dan lain-lain terhadap islam dan dengan pembacaan yang berkualitas. kaum muslimin. Kedelapan hal inilah yang membuat pemaHal tersebut terbukti dengan pengakuan haman Islam cara al-Azhar itu Wasathiyah pemikir Koptik Jamal Asad, akan moderatsesuai makna lughawinya yaitu lurus, musisme al-Azhar. Moderat adalah prinsip al taqim. Azhar, dan menjadi pilar utama yang Mantan Menteri Wakaf Mesir, Dr. Al Ahmenopang berdirinya institusi tersebut. Modmadi Abu An-Nur mendefinisieratisme itu terwujud, bukan ...moderat di sini kan moderatisme al -Azhar karena ke-Mesir-annya, akan berarti prinsip untuk sebagai keseimbangan tetapi itu murni prinsip al menghindari fanatisme Azhar yang juga menjadi pen(balance) antara pemahaman dan mengikuti aliran dan penerapan yang tidak gayom bagi moderatisme Ispolitik tertentu... disertai dengan sikap berlebilam. Tidak hanya di Mesir, han (ekstrim). Beliau juga melainkan di seluruh dunia. menambahkan bahwa pangkal eksistensi al Sedangkan menurut penilaian Abu Nashar Azhar adalah berdirinya di atas konsep Bukhari, Presiden PPMI periode 2012-2013, musyawarah. Yang mana hal itu tercermin Wasathiyah yang al-Azhar ajarkan melalui dalam Badan dan Lembaga di bawahnya. Sepdiktat dan kurikulum pendidikannya terbagi erti Majma Al Buhuts Al Islamiyah, Majlis al dalam dua wilayah: Ala milik al-Azhar, Dewan Tinggi Ulama dan Pertama, dalam tataran keberagaman. sebagainya yang berjalan dengan konsep Wasathiyah berarti moderat dalam menganut musyawarah. kepercayaan. Bukan berarti menganggap Di sisi lain Mantan Mufti Mesir, Dr. Nasr semua agama benar, melainkan bersikap proFarid Washil membenarkan soal keterkaitan porsional. Tegas dalam hal prinsipil, lentur moderatisme al-Azhar dengan ketidakberdalam hal lainnya dan jauh dari paham dan pihakannya dalam aliran atau partai politik tindakan radikal. Itulah mengapa kita diajartertentu, menjadi salah satu pilar eksistensi al kan Milal Wa Nihal dan tata cara ber -Azhar. Karena moderat di sini berarti prinmu'amalah dengan non muslim ala Nabi Saw sip untuk menghindari fanatisme dan mengimelalui hadits dan sirah. kuti aliran politik tertentu. Lebih lanjut beKedua, dalam ruang lingkup agama Islam. liau mengatakan bahwa Islam posisinya lebih Wasathiyah melingkupi 4 hal: tinggi dari politik. Meski begitu Islam tidak Satu, jauh dari fanatisme berlebihan yang terlepas dari politik, baik secara umum maucenderung berujung pada paham monopun khusus. Tetap ada korelasi antara sekterian kelompok. Apapun kelompok itu,

baik madzhab fikih, madzhab aqidah, aliran dakwah dll. Hal ini terbukti dengan diajarkannya 4 Madzhab fikih, dalam akidah juga semua madzhab dipaparkan, termasuk dalam Ilmu hadist dan dakwah. Dua, jauh dari fanatisme personal yang berujung pada pengkultusan manusia dan menganggap semua ucapan dan perbuatannya adalah benar. Ini diambil dari metode alAzhar yang mengajarkan Ilmu akidah, fikih, mustholah hadits, hadits tahlili, hadits Maudhu'I dll. Tiga, Wasathiyah berarti siap menerima perbedaan. Ini terbukti dengan diajarkannya fikih muqaran, bahkan Ilmu Hadits versi Syi'ah pun diajarkan. Empat, Wasathiyah bukan berarti tidak punya pilihan, tidak berani mengambil sikap hanya karena anggapan bahwa semua dinilai benar. Ini ditunjukkan al-Azhar dengan meminta pelajarnya memilih salah satu dari 4 madzhab fikih yang diajarkan. Azhar ajarkan konsep rojih dan marjuh, dll. Dari berbagai pandangan di atas, bisa disimpulkan bahwa moderatisme al-Azhar menjadi salah satu pilar eksistensinya selama lebih dari seribu tahun. Moderatisme itu menempati dua ranah. Pertama, berkaitan dengan pandangan dan interaksi al -Azhar dengan agama non Islam. Dan Kedua, terkait dengan internal ummat Islam dipandang dari dua sisi. Keilmuan dan realisasinya. Keilmuan, dengan bersikap moderat dan proporsional dalam menyimpulkan nash dan menyediakan sarana pembelajaran 4 madzhab fikih Sunni. Sedang dalam realisasi, al-Azhar menyeimbangkan antara pemahaman dan penerapan. Dan dengan tidak ikutserta bernaung dalam partai atau aliran politik tertentu menjadikan al-Azhar mampu berada dalam posisi netral. [] Ainun, Fahmi

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

07

Opini

Masisir dan Gejolak Politik Mesir: Upaya Membuka Dialog


Oleh Ihsan Zainuddin*
30 Juni 2013 adalah hari yang hingga kini masih diperdebatkan di panggung politik Mesir. Satu pihak menilainya sebagai revolusi rakyat menandai jatuhnya Dr.Muhammad Morsi (baca kekuasaan Ikhwanul Muslimin) dari kursi presiden, namun pihak lain memandang bahwa kejatuhan Morsi adalah hasil konspirasi kalangan oposisi yang melibatkan militer atau santer disebut sebagai kudeta militer. Saya setuju dengan sebuah pendapat bahwa betapa sulit memposisikan diri sebagai pengamat yang benar-benar independent dalam membaca peristiwa politik nan bersejarah ini. Karena jika tidak cermat, apalagi terbawa emosi, maka hasil analisa akan terbawa bias subjektivitas. Sebagai manusia kita diberi tugas untuk terus membaca fenomena yang terjadi di muka bumi ini. Dari hasil bacaan ini, kita bisa mengambil ibrah untuk menata kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Ya, termasuk fenomena atau konflik politik yang sedang terjadi di negeri para nabi ini. Sedikitnya ada dua alasan mengapa kita sebagai masisir harus paham betul lembar demi lembar gejolak politik Mesir khususnya pasca revolusi 25 Januari 2011. Pertama, sebagai insan akademik, rasanya tidak wajar jika informasi tentang perkembangan atau peristiwa politik di Mesir hanya kita dapatkan melalui media -media berbahasa Indonesia, ataukah berbahasa Arab namun terbawa emosi sektarian. Dari hasil amatan saya, budaya baca koran atau portal berita belum menjadi tradisi di kalangan masisir. Ditambah lagi, tidak sedikit masisir yang aktif di partai politik yang menuntut pembenaran-pembenaran atas persepsi politik yang mereka pasarkan ke publik. Bukan pembacaan objektif atas segala peristiwa politik yang terjadi. Kedua, Ikhwanul Muslimin (IM) yang muncul pada tahun 1928 lahir di tempat kita menuntut ilmu saat ini. Organisasi yang mencitrakan diri sebagai gerakan dakwah pembaharu dan syumuliyah ini, diakui atau tidak, menjadi inspirasi munculnya gerakan gerakan dakwah serupa di belahan dunia lain termasuk di Indonesia. Professor Dr. Kamaluddin, Guru Besar USIM Malyasia menulis dalam sebuah paper yang dipresentasikan di Cairo University beberapa bulan lalu, menyebutkan bahwa PKS (Partai Keadilan Sejahtera) di Indonesia merupakan representasi pergerakan IM di Indonesia. Nah, dari sini kita tertantang untuk mengenal lebih dekat IM dengan cara membaca langsung buku-bukunya, demikian pula melalui interaksi kita dengan kader-kader IM, yang semakin mudah kita lakukan beberapa tahun belakangan ini. Sejarah juga telah mencatat bahwa setelah revolusi 25 Januari, IM berhasil berkuasa dengan penempatkan kadernya sebagai orang nomor satu di Mesir. Nour akhirnya setuju dengan lengsernya Morsi. Padahal kita tahu, partai Nour adalah sekutu politik utama FJP (IM) di parlemen selama ini. 15 Alasan ini kemudian terkuak sebagai jawaban, lantaran serangan bertubi -tubi yang dilancarkan IM kepada partai Nour yang dinilai telah berkhianat secara politik. Belum lagi, Morsi dinilai, perlahan tapi pasti, membunuh demokrasi yang terindikasi bahwa Morsi tidak hanya ingin menguasai lembaga eksekutif tapi juga legislatif dan yudikatif. Ditambah lagi, publik akhirnya tahu bahwa sebenarnya bukan Morsi yang memimpin Mesir, melainkan Mursyid IM-lah yang selama ini menjadi penentu kebijakan kebijakan presiden seperti yang dikemukakan oleh Fuad Jadullah, mantan penasehat hukum presiden. Karena itu, ratusan pemuda yang menamakan diri Tamarod akhirnya berhasil mempengaruhi publik untuk secara massal menentang Morsi dan puncaknya pada tanggal 30 Juni itu. Terlepas dari dua alasan dan pembacaan politik yang berbeda di atas, yang sangat disayangkan karena tanpa babibu, maaf, sebagian Masisir yang berafiliasi ke salah satu partai politik, dengan sangat lancang dan berani memvonis Grand Syaikh Al -Azhar, Dr. Ahmad Tayyib sebagai pengkhianat bangsa dan telah ikut berkonspirasi dengan sejumlah elemen termasuk pihak gereja untuk menjatuhkan Morsi. Keputusan Syaikh Al-Azhar untuk diadakannya pemilihan presiden lebih dini dianggap sebagai sebuah keberpihakan terhadap kudeta militer. Saya rasa ini membutuhkan diskusi yang panjang. Nah, dari titik inilah, saya memandang ada yang salah dari pola pikir masisir yang berpartai ini. bagaimana mungkin, dalam hitungan jam langsung mampu menilai dengan pasti tentang keputusan Grand Syaikh Al Azhar terkait masa depan negaranya sendiri. Usut punya usut, ternyata kesimpulan masisir yang berpartai ini tidak lepas dari isu dan opini liar yang beredar di kalangan orang orang IM tentang Grand Syaikh Al -Azhar. Sejak saat itu, hari demi hari, masisir yang berpartai ini, maaf, terlanjur saya istilahkan kemudian dengan sebutan ustadz -ustadz politik gencar menyebar informasi-informasi prematur yang berbau fitnah terhadap Syaikh Al-Azhar dan Al-Azhar sebagai lembaga. Sederet pertanyaan timbul seketika. Sudahkah kita menganalisa dengan seksama mengapa Grand Syaikh Al -Azhar memilih keputusan demikian? Bukankah keputusan ini terbaik dalam rangka menghindari pertumpahan darah yang terus terjadi sepanjang kepemimpinan Morsi? Apakah memang kepu-

Sebuah stasiun televisi menayangkan keadaan para demonstran di lapangan Rab`ah al -Adawiyah

Kita harus mampu menjawab apa relasi antara agama dan politik? Benarkah IM sudah mampu menjadi contoh ideal dalam praktek politik yang mencitrakan Islam? Apakah visi dan misi IM benar-benar bisa tercapai? Dan masih banyak pertayaan lainnya jika kita ingin membenturkan ilmu keislaman -yang telah atau sedang- kita kaji dengan praktek politik yang sudah dijalankan IM selama ini. Termasuk, kita harus bisa menjawab, benarkah pemikiran dakwah IM adalah solusi keterbelakangan umat ini? Baru-baru ini, Masisir seolah terpecah ke dalam dua kubu dalam merespon lengsernya Morsi. Seperti yang saya sebutkan di atas, sebagian Masisir mengamini bahwa yang terjadi adalah kudeta militer dan yan lain berpendapat telah terjadi revolusi baru yang mendapat dukungan militer. Pendapat pertama beralasan, bahwa sisa masa jabatan Morsi menurut konstitusi masih tiga tahun lagi. Mengapa Morsi yang dipilih secara demokratis harus dikudeta? Morsi memang belum mampu membuktikan perubahan atau perbaikan politik dan ekonomi yang signifikan, namun terdapat sederet prestasi yang telah dicapai selama setahun kepemimpinannya. Adapun pendapat kedua berdalil, bahwa pada tanggal 30 Juni, kurang lebih 30 juta lebih rakyat Mesir tumpah ruah ke jalan, menuntut lengsernya Morsi yang mereka nilai gagal memimpin Mesir selama setahun. Morsi tidak mungkin dipertahankan lagi sebab terdapat sejumlah fakta politik yang menyatakan Morsi gagal dan telah banyak menyalahi janji politik hingga pelanggaran terhadap konstitusi. Sejumlah media massa Mesir pada hari Ahad, 21 Juli 2013 menurunkan berita tentang 15 poin alasan yang membuat partai

08

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

Seputar Kita

Warga Sumatera Utara Berbuka Puasa Bersama Gubernur


Pada hari Senin petang (22/7) lalu sekitar 200 orang warga Sumatera Utara yang tergabung dalam FOSMASU (Forum Silaturahmi Mahasiswa Sumatera Utara) mengikuti acara buka puasa dan dialog bersama Gubernur Sumatera Utara, H. Gatot Pujo Nugroho, ST. di Griya KSW. Maradona Sihombing salah seorang hadirin menjelaskan melalui pesan singkat bahwa acara ini bertujuan untuk menyambut sekaligus bersilaturahmi bersama Bapak Gubernur beserta jajaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang ikut dalam rombongan. Amrizal Batubara dalam pesan singkatnya menyatakan, Beliau ke sini dalam rangka silaturrahin bersama keluarga besar Sumut, meninjau perkembangan asrama yang akan dibangun oleh Indonesia di Mesir, karena Sumut telah menyumbangkan 5 milyar dalam pembangunan tersebut. Sekaligus meninjau keamanan yang ada di Mesir. Lebih lanjut Maradona menyebutkan juga bahwa Bapak Gubernur datang ke Mesir juga untuk menjemput putrinya yang juga merupakan seorang mahasiswi di Universitas al Azhar guna melaksanakan umroh ke tanah suci bersama rombongan. Dalam dialog tersebut dibahas tentang proses pembangunan asrama mahasiswa yang terletak di H-6. Dalam pertemuan itu pun para hadirin meminta kepada Gubernur untuk mengusahakan pembangunan rumah sekretariat untuk mahasiswa Sumatera Utara di Mesir, dan usulan ini pun disetujui oleh Gubernur. Alhamdulillah, beliau menjanjikan hal itu dan meminta nanti utusan ke (Pemerintah Provinsi-red) SUMUT untuk menindaklanjuti ungkap Maradona melalui pesan singkatnya kepada tim TROBOSAN. Gubernur pun berpesan kepada para mahasiswa Sumatera Utara di Mesir agar serius dalam belajar, ia juga menambahkan henitu, sejumlah ulama besar Al -Azhar seperti Dr. Umar Hasyim, Dr. Farid Wasil, Dr. Ahmad Karima, dengan tegas mengatakan bahwa apa yang terjadi saat ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama. Apa yang kita saksikan saat ini adalah konflik duniawi dan politik, demikian kesimpulan para ulama rabbani ini. Lantas bagaimana dengan pandangan syari dan politik Syaikh Dr. Yusuf Qardhawi terkait lengsernya Morsi? Meski Qardhawi menegaskan bahwa ini adalah kudeta militer dan umat harus mengembalikan Morsi ke istana, maka tentu saja kita juga tidak sepantasnya untuk berlaku tidak sopan, apalagi memvonis ulama ini dengan tuduhan ini dan itu. Namun demikian, dunia semua tahu bahwa Qardhwai kerap melahirkan fatwa -fatwa politik yang menimbulkan pro kontra, apalagi kedekataannya dengan IM bukan rahasia lagi. Pendapat dan sikap yang sama juga kita dapatkan pada sosok ulama Al -Azhar yang lain seperti Dr. Abdurrahma Al -bar, yang dikenal di media massa sebagai Mufti Ikhwan Muslimin. Terlepas dari pandangan politik dan syari sejumlah ulama yang saya sebut di atas, maka seyognya kita sebagai insan akademis atau pelajar syari tidak terjebak pada lumpur sektarian yang membuat kita kehilangan daya kritis dalam membaca peristiwa politik yang terjadi di Mesir ini. Dengan kata lain, adab adab sebagai penuntut ilmu terhadap para ulama kita, tetap harus kita jaga. Hingga saat ini, usaha rekonsiliasi terus digalakkan. Meski sejauh yang saya amati, titik temu antara IM dengan oposisi yang kini bersama militer masih misteri. Yang terus

Doc: facebook.com/maradona.sihombing Gubernur Sumatera Utara (tengah) berfoto bersama warga Sumatera Utara sesaat setelah acara

daknya para mahasiswa cepat menyelesaikan studinya agar cepat kembali ke daerah masing -masing dan berkiprah untuk memajukan Sumatera Utara. Pesan beliau yang paling penting adalah satukan pikiran untuk berdakwah, agar kita di Medan lebih baik dan lebih maju Ujar Amrizal yang juga menjabat sebagai Pimpinan I MPA PPMI ini. [] Fahmi.

tusan itu tidak melalui lembaga resmi Al Azhar? Tidakkah Grand Syaikh Al -Azhar memiliki otoritas untuk berfatwa dalam merespon peristiwa politik yang lebih cepat dari putaran jarum jam? Apakah memang aib jika Grand Syaikh berbeda pandangan politik terkait 30 Juni? Apakah kita lupa dengan peran dan kontribusi Al-Azhar dalam menciptakan stabilitas politik yang semakin carut marut pasca 25 Januari? Tidakkah masisir yang berpartai ini ingat bahwa jauh hari sebelumnya, Al Azhar telah melahirkan sejumlah piagam kesepakatan terkait persatuan dan kesatuan bangsa dan negara ini? Piagam Al -Azhar ini telah disepakati dan ditandatangani oleh sejumlah kalangan termasuk FJP (partai IM). Apakah kita tidak bisa mencerna bahwa di sinilah peran kebangsaan dan nasionalisme Al -Azhar terhadap negeri ini? Di halaman ketiga surat kabar Al -Azhar edisi, Juli 2013, Dr. Mohammad Muhanna, salah satu staf ahli Grand Syaikh Al -Azhar menegaskan bahwa sikap Grand Syaikh sejak dulu dan sampai kapan pun tidak akan lepas dari nilai-nilai kebangsaan yang diyakini Al Azhar. Banyak kalangan yang menilai keliru keputusan Syaikh Al-Azhar karena dianggap telah ikut campur atau bahkan memihak salah satu pihak yang terlibat dalam konflik politik selama ini. Terlepas dari pro dan kontra di kalangan rakyat Mesir akan keputusan Syaikh Al-Azhar, maka tidak seyogyanya kita sebagai pelajar asing, ikut-ikutan menuduh Syaikh Al Azhar yang bukan-bukan. Segala perkembangan yang terjadi saat ini adalah tafsir-tafsir politik yang meniscayakan perbedaan pendapat dan pandangan. Karena

berjalan, adalah masing-masing pihak ingin mengabarkan kepada dunia internasional akan hakikat peristiwa yang teradi berdasarkan persepsi politik yang mereka yakini. Tidak ada yang bisa memastikan masa depan politik Mesir. Sampai kapan pendukung Morsi akan berdemo di Maedan Rabah Adawiah, Nasr City? Mampukah demo ini mengembalikan Morsi ke posisinya semula? Apakah kelak akan ada intervensi asing seprti yang telah terjadi di negara -negara Arab lainnya? Kita masih terus akan menanti teka teki politik dan entah kejutan-kejutan apalagi yang akan kita saksikan bersama. Masisir sebagai komunitas intelektual seharusnya mampu bertukar pikiran atau berdialog satu sama lain tanpa klaim atau vonis negatif yang kadang berlebihan terhadap lawan diskusi. Sebab apa pun pendapat kita tentang perkembanga politik terkini, sekali lagi, tidak lebih dari persepsi politik yang dibangun berdasarkan batas-batas informasi yang kita peroleh. Yang saya perhatikan, hingga saat ini, belum ada diskusi politik ala mahasiswa yang digelar organisasi induk seperti PPMI. Saya pikir ini menarik untuk dibudayakan. Barangkali memang kita semua harus duduk bersama untuk membincang lebih dingin apa yang telah terjadi di negeri ini. Jika tidak, maka polarisasi masisir akan terus tercipta dan integritas kita makin akan terancam di masa mendatang. Mau sampai kapan masisir berseteru gara-gara politik? Ramadan Kareem. *Penulis adalah Ketua Perdana Ikatan Jurnalis Masisir (IJMA)

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

09

Dinamika

Politik, Media dan Mahasiswa


Oleh: Fardan Es W*
Mahasiswa takut pada dosen Dosen takut pada dekan Dekan takut pada rektor Rektor takut pada menteri Menteri takut pada presiden Presiden takut pada mahasiswa.. Berkaca dari untaian kata sastrawan Taufik Ismail, kita dapat mengambil menyimpulkan keterkaitan antar entitas yang satu dengan yang lain. Siklus hidup menjadikan seorang individu memiliki tugas ganda. Di satu sisi menjadi subyek, dan disisi lain menjadi obyek. Seseorang menjadi obyek pemerintahan yang taat pada tata aturan sosial yang berlaku. Adapun mahasiswa berperan menjadi subyek adalah ketika ia menjadi pengamat jalannya roda pemerintahan, mengamati jalannya konsep trias politika yang telah terlembaga. Intervensi mahasiswa selaku subyek dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, sebagai konseptor atau pengamat yang berperan mengawasi dan mengontrol jalannya lembaga pemerintahan, maupun badan penegak hukum negara melalui pemikirannya sehingga akan terwujud pola relasi yang sehat antar elemen -elemen negara. Kedua, sebagai praktisi yang melakukan aksi guna menyampaikan aspirasi. Kedua kategori ini dituntut saling bersinergi agar fungsi check and balance (pengawas dan penyeimbang) terhadap jalannya sistem negara berlangsung dengan stabil. Peran mahasiswa dalam hubungan yang integral dengan aturan hukum negara telah jelas. Konsepsi, aspirasi, serta aksi mereka merupakan responsi akan jalannya pemerintahan untuk kebaikan ibu pertiwi. Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana peran peran mahasiswa yang berdomisili di negara lain dengan konflik yang menimpa Negara tersebut? Karena penulis berasumsi peran mahasiswa di luar negeri sama halnya dengan peran mahasiswa regional, seperti halnya kita yang beromisili di Mesir. Bolehkah secara de facto maupun de jure kita memiliki peranan yang sama dengan Warga Mesir sendiri? Apakah dampak aspirasi dan sikap kita terhadap konflik yang terjadi di Mesir? Seperti halnya permasalahan turunnya presiden Mesir, Muhammad Mursi. Kita dapat dengan mudah menemukan tipikal peran mahasiswa sebagai subyek kategori pertama di Masisir sendiri. Meskipun tidak menutup kemungkinan ditemukan subyek kategori kedua seperti munculnya GAMIS (Gerakan Mahasiswa Peduli Mesir) di bumi pertiwi. Tidak sedikit akun-akun Facebook dari Masisir yang menyuarakan analisanya baik yang pro maupun kontra mengenai situasi perpolitikan di Mesir yang didapat melalui surat kabar, kanal TV, maupun media-media yang lainnya. Tentunya perlu dikaji lebih mendalam komponen komponen yang diperjuangkan dan diperdebatkan, yaitu politik selaku obyek perdebatan, media selaku sumber pemberitaan obyek, dan intervensi mahasiswa selaku subyek yang memperdebatkan obyek. Agama dan Politik Permasalahan mengenai pengkudetaan Presiden Mursi disinyalir merupakan murni permasalahan politik. Namun, disisi lain, tak sedikit pula yang menyatakan ini masalah agama. Hegemoni Islam yang mewarnai kancah pemerintahan tentunya merupakan harapan yang ditunggu oleh mayoritas umat muslim, sehingga ketika hegemoni itu runtuh banyak kalangan yang menyesalkan. Namun, yang menjadi persoalan adalah Islam seperti apakah yang mewarnai panggung perpolitikan? Apakah Islam yang nilai -nilai universalitasnya masih utuh? atau justru telah tereduksi dan menjadi parsial untuk kepentingan kelompok tertentu. Jika ini permasalahan politik, maka apakah pihak oposisi merupakan pihak yang tidak menyukai Presiden terpilih dan parpol yang mengusungnya? Atau karena murni kinerja selama masa pemerintahannya?. Jika ini permasalahan agama, apakah penolakan terhadap pemerintahan yang berkuasa merupakan parameter ia membenci tegaknya Islam? Tentunya parameter ini terlalu sempit, mengingat kejayaan agama tidak hanya berlaku untuk salah satu pihak saja. Pendapat ini juga bukan merupakan modus implementasi gagasan Nurcholis Majid Islam yes, partai Islam no! Karena sejatinya parpol Islam merupakan translator nilai -nilai Islam di panggung pemerintahan, dan tentunya juga disayangkan pengkudetaan presiden yang agamis. Media dan Obyektifitas Media merupakan salah satu mediator penyampai berita yang dapat diakses oleh banyak orang. Jika tidak ingin dikatakan berlebihan, Dunia tanpa media mati. Mati dalam artian konotatif, karena manusia akan memandang dunia hanya dari satu sisi, tanpa tahu keberadaan sisi lain dan korelasi antar sisi yang ada. Media-media baik yang berskala International maupun Regional gencar mengekspose berita mengenai pengkudetaan Presiden Mesir. Masisir pun berlomba -lomba beragumen berlandaskan media-media yang ada; berpendapat berdasarkan media yang dinilai obyektif dalam pemberitaan oleh masing-masing personal. Media seperti halnya sebilah pisau, di satu sisi berperan sebagai nafas realita, sedangkan di sisi lain berperan sebagai bencana realita. Hal ini dikarenakan obyektifitas dan independensi media yang masih abu-abu dan kita tidak menutup mata selain media berusaha memberitakan fenomena, ia juga berusaha menjual berita. Oleh karena itu, slogan bad news is good news juga tidak menutup kemungkinan digunakan untuk menjual berita. Filterisasi berita yang dikonsumsi perlu digalakkan terutama berita -berita yang berpotensi memecah belah umat. Mahasiswa dan Ruang Publik Mahasiswa, tak terkecuali Masisir memiliki kebebasan berpendapat di ruang publik. Tentunya kebebasan ini tetap mendapat batasan baik oleh ruang agama, negara, maupun etika. Ruang agama membatasi Masisir dengan segala hal yang telah disyariatkan. Tentang aspek-aspek apa saja yang rasionalitas dapat bergelut di dalamnya, dan aspek aspek yang dilarang. Sedangkan ruang Negara, hal ini masih debatable di kalangan Masisir. Mucul subyek kategori pertama maupun kedua di dalam permasalahan politik Mesir. Yang menjadi pertanyaan adalah, seberapa jauhkah efektifitas yang dihasilkan dari kubu kubu yang pro dan kontra terhadap pengkudetaan presiden? Permasalahan ini dapat berimbas pada terkotak-kotaknya mahasiwa menjadi kubu yang saling bertolak belakang. Jika perdebatan yang timbul merupakan bentuk respon terhadap realita, hal tersebut sangat wajar mengingat kita hidup di Mesir yang kita minum airnya dan tapaki tanahnya. Namun menjadi tak wajar jika menimbulkan blok -blok antar di tubuh Masisir. Batasan yang ketiga adalah batasan etika. Tentunya batasan ini berkaitan erat dengan norma-norma kesopanan dalam berdialektika dengan sesama. Sangat disayangkan sekali ketika Grand Syekh Ahmad Thayib yang merupakan pimpinan tertinggi di institusi Al Azhar menyatakan pendapatnya namun terdapat Masisir yang justru merendahkan, menyalahkan dan menghujat beliau, padahal ia terdaftar di Universitas Al -Azhar. Apakah demikian sikap seorang mahasiswa di ranah publik? Tidak mengindahkan batasan-batasan yang terbentuk oleh pola-pola dialektika umat manusia? Kita boleh saja berpendapat, berdebat menggali hakikat, namun jangan sampai terlibat pertikaian yang tak sehat. Karena dirasa banyak berita yang subhat dan kebenaran dipolitisi salah satu tempat, sehingga tetap tenang dan melihat. *Penulis adalah mahasiswa tingkat tiga universitas al-Azhar jurusan Syariah Islamiyah, fakultas Syariah wal Qanun.

10

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

Kolom

Seputar Pemimpin Ideal


Oleh: M. Nora Burhanuddin* Tentu saja saya tak akan masuk ke dalam perdebatan: siapakah yang benar antara Dr. Morsi atau militer Mesir? Legitimasikah kudeta itu? Tepatkah sikap Grand Syeikh AlAzhar Dr. Ahmad Thayyib? Maslahatkah kekuasaan IM selama setahun terakhir bagi Mesir? Sejauh mana Al-Azhar menjadi tumpuan keagamaan warga Mesir secara umum? Namun, tulisan berikut hanya akan membidik seputar pemimpin ideal sesuai syariat Islam, dan bagaimana aplikasinya dalam syariat. Sekaligus bagaimana para ulama memberikan solusi dari kealpaan pemimpin ideal yang merupakan realitas. Diantara beberapa syarat umum seorang pemimpin negara, al-kifayah/al-kafa'ah atau kemampuan mengatur negara menjadi syarat paling relevan untuk dibincang sekarang. Ini karena syarat-syarat lain hampir mustahil dipenuhi saat ini. Selain, beberapa syarat lain masih mudah untuk dipenuhi. Syarat al-ilm, misalnya. Yakni memiliki kemampuan mendalam soal hukum syariat, oleh para ulama dikatakan, telah hampir mustahil dipenuhi seorang khalifah. Semenjak mangkatnya khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sekaligus mujaddid abad pertama, tak ada lagi khalifah yang mampu menggabungkan kekhalifahan dan keulamaan. Hingga Imam Haramain dalam Ghiyats al-Umam fi Tayyats ad-Dzulam yang juga dinukil al-Ghazali dalam al-Mankhul menyebut, khalifah ideal tak mungkin lagi tercapai sebelum akhir zaman. Sehingga, siapapun khalifah saat itu, statusnya adalah khalifah darurat. Oleh banyak hadits yang disebut mayoritas ulama sebagai mutawatir, bahwa nanti di akhir zaman akan muncul Imam Mahdi yang akan memimpin muslimin seluruh dunia. Dialah nantinya pamungkas ideal seluruh khalifah dunia. Selain itu, syarat adil pun dalam titik tertentu masih bisa tercapai. Atau syarat kesehatan jasmani dan rohani yang sampai saat ini sangat mudah terpenuhi. Ataupun syarat nasab Quraisy yang menjadi konsensus ulama, meski oleh Ibn Khaldun dalam Muqaddimah ditafsirkan lain dengan memandangnya hanya sebagai kebutuhan era awal Islam. Tapi yang pasti, sebagaimana tutur hadits mutawatir, bahwa nantinya syarat ini akan tercapai di akhir zaman. Yakni dengan munculnya Imam Mahdi yang ternas dalam banyak hadits merupakan keturunan Rasulullah SAW. Tegasnya, kemampuan mengatur negara adalah satu-satunya syarat yang saat ini harus menjadi pertimbangan lebih dibanding yang lain. Tentu saja, syarat ini bisa diterjemahkan ke dalam sifat integritas, keberanian, ketegasan, keseriusan dan wibawa yang mampu menundukkan rakyat sekaligus militer. Ini karena kemaslahatan umat memang tergantung pada hal-hal seperti ini, bukan yang lain. Demikian kurang lebih ditegaskan al-Mawardi dalam al-Ahkam as-Sulthaniyyah-nya. Mengapa kemampuan perlu dikedepankan dibanding yang lain, kesalehan misalnya? Karena dalam banyak hadits pun tercantum kewajiban untuk menaati pemimpin walaupun fasiq sekalipun, selama bukan kafir yang terang-benderang. Pun, aktivitas politik para sahabat menegaskan hal tersebut. Suatu ketika Abdullah bin Umar meminta kepada ayahnya, Umar bin al-Khattab, yang saat itu menjabat sebagai amirul mukminin, agar diangkat menjadi gubernur demi melayani umat. Dengan tegas Umar menolaknya seraya berkata, "Tidak! Bagaimana mungkin saya mengangkat pejabat yang hanya sekedar menalak istrinya saja tak tega?" Saat terjadi perang dingin sebelum perang Shiffin, Muawiyah bin Abi Sufyan mengirim surat kepada Ali kmw. Ia bertutur, "Aku mengakui kau memang lebih saleh dan dekat Rasulullah SAW dibanding aku. Namun, siapakah diantara kita yang lebih mampu mengatur negara? Lebih pakar mengurus uang? Lebih jitu memimpin perang? Lebih cerdik soal politik?" Demikian argumen Muawiyah terhadap Ali kmw. Meski, oleh banyak ulama dianggap, Ali kmw. sejatinya yang benar dalam perseteruan itu. Namun argumen Muawiyah di atas tetap penting karena ini mengindikasikan syarat kemampuan mengatur negara yang saya sebutkan di atas. Ini juga yang dipahami oleh para ulama mujtahid sepanjang sejarah, termasuk Ali kmw. dan Muawiyah. Dalam al-Ahkam as-Sulthaniyyah disebutkan, jika terdapat dua calon pemimpin yang sama-sama pantas memimpin. Bedanya, salah satunya lebih berani, sedangkan yang lain lebih paham agama. Mana yang lebih diunggulkan? AlMawardi menjawab, pilihan ini tergantung kebutuhan negara yang akan dipimpin saat itu. Jika negara rawan konflik, tentu yang lebih berani dan tegas diunggulkan. Namun jika negara dipenuhi bidah, sedang kaum cendekiawan berdiam diri saja, maka tentu yang diunggulkan adalah yang lebih paham agama. Demikianlah, fikih kepemimpinan selalu berkaitan dengan realitas, dan bukan hanya melulu soal idealitas. Membaca kaedah-kaedah syariat di atas, tentunya kita bisa menyikapi situasi Mesir terkini. Kita tak perlu lagi berfantasi bahwa pemimpin dari golongan tertentu saat ini adalah yang paling ideal. Bukankah ulama jauh-jauh kala sudah mewanti-wanti, kekhalifan dan keulamaan yang ideal itu, hanya nanti di akhir zaman baru tercapai? Sehingga perjuangan dan perbaikan terhadap umat pun harus tak lebih ambisius dari fakta aqidah bahwa akhir zamanlah saat munculnya Imam Mahdi, khalifah ideal terakhir. Pun, standarisasi presiden ideal jangan melulu dipandang dari segi kesalehan ritual, ataupun penguasaan tertentu terhadap ajaran agama. Namun, yang harus lebih dikedepankan adalah kebutuhan apa yang mendesak saat ini. Mesir, dengan letak geografisnya yang rawan konflik dengan Israel, dengan kondisi sosialnya yang sering bentrok ideologis, dengan tingkat ekonomi yang terus terjun, dengan pengangguran yang menggurita, tentu membutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengatasi itu semua. Karenanya, Mesir saat ini tak butuh pemimpin yang gagal menundukkan militer, kerepotan meningkatkan ekonomi dan memberangus pengangguranwalaupun dari golongan agamawan sekalipun. Pada titik ini, setelah semuanya terjadi, yang harus dilakukan warga Mesir hanyalah sebuah kecerdikan, kedewasaan dan kelegawan. Kecerdikan dalam hal memilih siapa pemimpinnya nanti yang paling dibutuhkan. Kedewasaan dalam hal menimbang seberapa efek negatif yang ditimbulkan demonstrasi tiada henti bagi stabilitas negara sekaligus ekonominya. Juga, kelegawan menerima fakta bahwa pemimpin lalunya telah dikalahkan dalam sistem oleh kekuatan yang seharusnya tak lebih hebat dari presiden itu sendiri. Sehingga, akhirnya mereka memahami mengapa salah satu sebab kekuasaan yang tercantum dalam teks -teks ulama syariat adalah al-qahr (paksaan dan kelaliman) dan apa rahasia di baliknya. Bukankah rahasianya adalah persis kaedah syariat itu sendiri; wujub al-akhdz bi akhaf ad -dlararain? *Penulis adalah Ketua VI PCINU Mesir

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

11

Email/YM: transferindo.mesir@yahoo.com FB: Tranferindo Mesir

16

TROBOSAN, Edisi 355, 26 Juli 2013

Anda mungkin juga menyukai