Anda di halaman 1dari 6

FT-UMS

Simposium Nasional IV RAPI 2005

AnalisisJalaJalaKerjaPipadenganMetodeHardyCross SebagaiPemadamKebakaranPabrikBesiSponsHYLIIIPlant PT.KrakatauSteel,CilegonBanten


DwiHastanto,EkoSusiloNugroho,MarwanEffendy,Sarjito
JurusanTeknikMesinFakultasTeknikUMS Jl.A.YaniPabelanKartasura,TromolPos1Surakarta
e-mail: eko_euy@plasa.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui debit aliran yang melalui masing-masing pipa dan mengetahui kerugian head setiap junction untuk masingmasing panjang pipa dalam jala-jala kerja pipa yang digunakan sebagai pemadam kebakaran di Pabrik Besi Spons Hyl III Plant PT Krakatau Steel. Jala-jala kerja pipa pada penelitian ini membentuk suatu loop tertutup dengan jumlah loop dua buah. Diasumsikan aliran searah jarum jam adalah positip dan berlawanan arah jarum jam dinyatakan negatip. Analisis jala-jala kerja pipa pada penelitian ini menggunakan metode Hardy Cross. Metode Hardy Cross didasarkan dengan prosedur secara iterasi. Langkah pertama perhitungan adalah dengan mengasumsikan debit aliran keluar untuk setiap percabangan. Pada setiap percabangan debit aliran tersebut harus memenuhi kriteria kontinuitas. Debit aliran yang ditetapkan dalam langkah pertama adalah merupakan debit pendekatan yang belum tentu benar, sehingga diperlukan koreksi guna memperbaiki debit tersebut yang akhirnya sampai pada debit yang akurat. Proses pendekatan dihentikan sampai perhitungan memberikan nilai debit koreksi (Q) kecil yaitu kurang dari 5% debit terkecil. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa total rugi head karena friksi dan rugi minor dalam pipa antara titik percabangan A dan N yang melalui pipa AB, BC, CD, DE, EF, FG, GM, dan MN (searah jarum jam) adalah lebih besar daripada aliran yang melalui pipa AL, LK, KJ, JP, PO, dan ON. Rugi head terbesar terjadi pada pipa AB karena mempunyai nilai debit aliran yang paling besar. Debit aliran yang masuk pusat jaringan pada percabangan pertama (titik A) tidak terbagi sama, dengan aliran masuk pipa AB lebih besar daripada aliran yang masuk ke pipa AL. Hubungan antara kehilangan tenaga dan debit aliran yaitu debit aliran semakin besar dengan koefisien rugi head tinggi, maka rugi head pada setiap panjang pipa semakin besar.

Kata kunci: Jala-jala kerja pipa - debit aliran - rugi head - Metode Hardy Cross
heater. Gas hidrogen yang digunakan mempunyai sifat mudah meledak dan penanganan produk besi spons yang mempunyai kadar karbon lebih dari 3 % (karbon bebas) menimbulkan resiko terhadap kebakaran. Kebakaran adalah reaksi yang sedang berlangsung antara panas (titik nyala), bahan bakar, dan udara disertai dengan penyalaan api yang tidak terkendali. Kontribusi terbesar penyebab kebakaran di Pabrik Besi Spons HYL III Plant adalah : 1. Produk besi spons yang mempunyai kadar karbon lebih dari 3%C (kandungan karbon bebas tinggi). 2. Kebocoran gas hidrogen ataupun gas alam pada perpipaan dan katup. 3. Kebocoran gas oksigen untuk bahan bakar.

1. Pendahuluan
Pabrik Besi Spons menerapkan teknologi berbasis gas alam dengan proses reduksi langsung menggunakan teknologi HYL dari Meksiko. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan mentahnya berupa pellet bijih besi, dengan menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O). Pabrik Besi Spons HYL III Plant menggunakan dua buah reaktor yang menghasilkan besi spons 5000 ton per hari. Proses gas reduksi yang digunakan untuk mereduksi bijih besi di dalam reaktor adalah gas hidrogen yang dinaikkan temperaturnya mencapai 960oC dalam proses gas
Surakarta, 3 Desember 2005

ISSN: 1412-9612

M-434

FT-UMS

Simposium Nasional IV RAPI 2005

Dalam pengendalian kebakaran diperlukan tindakan yang tepat dilakukan dengan menyediakan peralatan, antara lain; alat pemadam api ringan dan fire hydrant. Fire hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang kebakaran. Jenis hydrant dibagi menjadi dua, yaitu; building hydrant dan outdoor hydrant. Building hydrant dan outdoor hydrant tergabung menjadi satu dalam jala-jala kerja pipa dan membentuk loop tertutup. Jala-jala kerja pipa ini digunakan untuk mendistribusikan air ke seluruh hidran. Pada kondisi fluida nyata akan terjadi kerugian head saat pendistribusian air ke seluruh jaringan. Kerugian tersebut dapat disebabkan karena gesekan dan rugi-rugi kecil. Head adalah tekanan yang ditunjukkan dengan kolom zat cair pada suatu aliran. Untuk menganalisis kerugian head di seluruh jala-jala kerja pipa sebagai pemadam kebakaran di PBS HYL III Plant ini, digunakan metode Hardy Cross. Metode Hardy Cross adalah metode analisis jaringan yang sistematis yang paling awal dan dikenal sebagai metode keseimbangan head didasarkan dengan prosedur iterasi. Metode Hardy Cross digunakan untuk menganalisis jaringan yang membentuk loop tertutup.

Studi tentang rugi minor karena perubahan penampang perbesaran mendadak telah dilakukan secara eksperimental. Seperti yang dilakukan oleh Sumaton (2004), pengukuran dilakukan dengan mengukur head yang terjadi pada saluran berpenampang lingkaran yang mengalami perbesaran secara mendadak pada aliran satu fase air pada posisi saluran mendatar dengan perbandingan antara inlet dan outlet masingmasing 0.59, 0.5, dan 0.4. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa beda tekanan dipengaruhi oleh debit aliran (Q). Semakin kecil koefisien perbesaran D1/D2 maka semakin tinggi nilai koefisien gesek (Cf), dan jika semakin besar harga koefisien perbesaran dan semakin tinggi harga Re maka kehilangan tenaga alirannya semakin tinggi dengan variasi koefisien perbesaran 0.59, 0.5, dan 0.4.

3. DasarTeori
3.1.AliranFluidaInkompresibelDalamPipa
Dalam mempelajari aliran fluida seringkali digunakan asumsi fluida ideal. Fluida ideal diasumsikan tidak mempunyai kekentalan. Jika memperhatikan fluida nyata, maka pengaruh-pengaruh kekentalan harus diperhitungkan ke dalam permasalahan. Pada fluida nyata timbul tegangan geser antara partikel-partikel fluida ketika partikel-partikel tersebut bergerak pada kecepatan yang berbeda. Pada fluida ideal yang mengalir melalui suatu tabung lurus, semua partikel bergerak pada garis-garis sejajar dengan kecepatan sama. Pada aliran fluida nyata, kecepatan terdekat dengan dinding akan nol, dan akan bertambah besar pada jarak pendek dari dinding (Orianto dan Pratikto, 1989).

2. TinjauanPustaka
Dari beberapa metode yang telah dikembangkan untuk analisis jaringan pipa, diantaranya adalah metode keseimbangan head. Metode keseimbangan head adalah metode yang paling awal digunakan untuk analisis jaringan pipa. Metode keseimbangan head dipakai untuk sistem pipa yang membentuk loop tertutup. Dengan metode keseimbangan head laju aliran pipa diasumsikan ,memenuhi kebutuhan setiap jaring (loop), dan setiap percabangan laju aliran tersebut harus memenuhi kriteria kontinuitas. Laju aliran berturut-turut disesuaikan dari satu loop dengan loop yang lain, sampai laju aliran tiap-tiap loop dicukupi dalam suatu toleransi kecil yang telah ditetapkan (Cross, 1936). Analisis suatu jaringan distribusi air membutuhkan solusi dari persamaan non linier. Metode yang digunakan semuanya adalah iterasi dan membutuhkan penghitungan asumsi yang logis untuk menjangkau masalah dengan cepat. Di dalam studi ini suatu perluasan hambatan (perturbation) diberlakukan bagi persamaan non linier untuk memperoleh satu rangkaian persamaan non linier yang dapat dipecahkan dengan mudah menggunakan metode matrik. Metode dari solusi ini adalah sederhana dan secara langsung dapat diimplementasikan, karena metode ini membutuhkan hanya satu pembalikan matrik dan empat perkalian matrik. Karena itu metode ini telah diuji pada berbagai jaringan dan memperoleh secara relatif derajat ketelitian yang tinggi (Basha dan Kassab, 1996).

3.2.Viskositas
Viskositas merupakan hasil dari gaya-gaya antara molekul yang timbul pada saat lapisan-lapisan fluida berusaha menggeser satu dengan lainnya atau sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser pada waktu bergerak/mengalir. Viskositas kinematis merupakan perbandingan antara koefisien viskositas (viskositas dinamis) dengan densitas. Viskositas disebabkan karena kohesi antara partikel-partikel zat cair (Orianto dan Pratikto, 1989).

3.3.PersamaanBernoulli
Persamaan Bernoulli menghubungkanantara tekanan, kecepatan, dan elevasi. Persamaan Bernoulli digunakan dalam perhitungan aliran fluida dengan menganggap fluida ideal dan fluida riil (White, 1994). Zat cair ideal (invisid) menganggap tidak ada gesekan baik antara partikel zat cair maupun antara zat cair dan dinding batas. Pada aliran zat cair ideal, garis tenaga mempunyai tinggi tetap yang menunjukkan jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan, dan tinggi kecepatan. Garis tekanan menunjukkan jumlah dari tinggi elevasi dan tinggi tekanan yang bisa naik atau turun pada arah aliran dan tergantung pada luas tampang aliran. Dengan demikian garis tenaga pada aliran zat cair ideal adalah konstan.

Surakarta, 3 Desember 2005

ISSN: 1412-9612

M-435

FT-UMS

Simposium Nasional IV RAPI 2005

Untuk zat cair riil (viskos) terjadi kehilangan tenaga karena adanya gesekan antara zat cair dan dinding batas atau karena adanya perubahan tampang lintang aliran. Kehilangan tenaga dinyatakan dalam tinggi zat cair.

3.5.BilanganReynolds
Ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan (), rapat massa zat cair (), dan diameter pipa (D). Pada aliran tak mampu mampat biasanya diambil asumsi kerapatan, viskositas dan temperatur tidak mengalami perubahan sehingga berat spesifiknya konstan. Untuk diameter dan panjang pipa tertentu, kerugian tekanan di dalam pipa disebabkan adanya efek gesekan sebagai fungsi bilangan Reynolds. Angka Reynolds mempunyai bentuk seperti:

Re =

D.v. 3).

Dengan: v = kecepatan rata-rata aliran (m/s) = viskositas absolute (Pa detik) = kerapatan fluida (kg/m3)
Ga mbar 1. Persamaan Bernoulli zat cair riil

Karena adanya kehilangan tenaga akibat gesekan maka garis tenaga akan selalu menurun ke arah aliran (Triatmodjo, 1993). Persamaan Bernoulli antara dua tampang aliran adalah:

z1 +

p V p1 V + 1 = z3 + 3 + 3 + he + hf 1). 2g 2g

Untuk angka Reynolds di bawah 2000, aliran pada kondisi tersebut adalah laminer. Aliran akan turbulen apabila angka Reynolds lebih besar 4000. Apabila angka Reynolds berada di antara kedua nilai tersebut adalah transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai di atas (Re=2000 dan Re=4000) disebut dengan batas kritik bawah dan atas (Triatmodjo, 1993).

3.6.RugiEnergiKarenaGesekandalamPipa
Bila fluida mengalir melalui suatu pipa dan tekanan fluida diukur pada dua tempat sepanjang pipa, akan dijumpai kenyataan bahwa tekanan berkurang dalam arah aliran. Penurunan tekanan ini disebabkan karena gesekan fluida pada dinding pipa. Penurunan tekanan (p) sepanjang pipa (L) dapat dinyatakan sebagai:

Dengan: z =tinggi elevasi (m) P/ =tinggi tekanan (m) V2/2g=tinggi kecepatan (m) he =kehilangan tenaga karena perubahan tampang aliran (m) hf =kehilangan tenaga karena gesekan zat cair dan dinding batas (m)

L V2 p = hf = f 4). .g d 2g
Dengan: p = tekanan zat cair (N/m2) g = percepatan gravitasi (m/s2) =penurunan tekanan (m) hf L = panjang pipa (m) d = diameter pipa (m) f = koefisien gesekan pipa V = kecepatan aliran fluida (m/s)

3.4.PersamaanKontinuitas
Persamaan kontinuitas dihasilkan dari prinsip kekekalan massa. Untuk aliran mantap massa fluida yang melalui semua bagian dalam arus fluida per satuan waktu adalah sama. Untuk pipa bercabang, berdasarkan persamaan kontinuitas debit aliran yang menuju titik cabang harus sama dengan debit yang meninggalkan titik tersebut. Persamaan kontinuitas untuk pipa bercabang adalah: A 1 .V1 = A 2 .V2 + A 3 .V3 2). Dengan: A = luas penampang (m2) V = kecepatan rata-rata arus aliran (m/s)

3.7.RugirugiKecil(Minor)
Rugi-rugi kejutan dari energi tidak timbul pada pipa lurus, seragam, tetapi pada diskontinuitas seperti katup, belokan, dan perubahan penampang Kehilangan tenaga karena perbesaran penampang disebabkan oleh pusaran dan tumbukan. Kehilangan tenaga akibat dari perbesaran penampang secara mendadak dijelaskan dengan rumus Belanger.

h=

(V1 V2 ) 2 5). 2g

Kerugian head oleh penyempitan mendadak dinyatakan dengan rumus:


Gambar 2. Persamaan kontinuitas pipa bercabang

Surakarta, 3 Desember 2005

ISSN: 1412-9612

M-436

FT-UMS

Simposium Nasional IV RAPI 2005

V2 2 1 h= 1 2 g 6). C c
Dengan: h = kerugian tenaga karena perubahan penampang (m) V1 = kecepatan fluida penampang 1 (m/s) V2 = kecepatan fluida penampang 2 (m/s) g = percepatan gravitasi (m/s2)

suatu lubang keluar tertentu yang dapat datang dari beberapa rangkaian disebut jaringan pipa (Triatmodjo, 1993). Untuk menyelesaikan persoalan-persoalan pada pipa sejajar atau seri dapat menggunakan hukum pertama, dengan prinsip kontinuitas dan pengertian dasar dari rugi energi dalam aliran pipa. Contoh beberapa sistem jaringan pipa yaitu; seperangkat pipa yang disusun berderet (seri), sejajar, dan melingkar. Untuk sistem jaringan pipa yang paling sulit adalah jaringan pipa melingkar (White, 1994).

3.9.MetodeHardyCross
Metode Hardy Cross digunakan untuk jaringan pipa loop tertutup. Laju aliran keluar sistem secara umum diasumsikan untuk setiap percabangan, pengasumsian ini menentukan laju aliran yang seragam dalam saluran pipa yang dapat menyederhanakan analisis. Dengan mengetahui laju keluaran pada percabangan, metode Hardy Cross didasarkan dengan prosedur secara iterasi pada awal perhitungan laju aliran dalam pipa. Pada setiap percabangan laju aliran tersebut harus memenuhi kriteria kontinuitas. Setiap pipa dari sistem jaringan terdapat hubungan antara kehilangan tenaga dan debit. Hubungan tersebut dinyatakan dalam rumus Darcy-Weisbach:

Gambar 3. Pengecilan penampang mendadak

Rumus kehilangan tenaga pada belokan adalah:

Gambar 4. Belokan pipa

V2 7). hb = Kb 2g
Dengan: hb = kehilangan tenaga pada belokan pipa (m) Kb = koefisien kehilangan tenaga belokan pipa V = kecepatan fluida dalam pipa (m/s) Rumus kehilangan tenaga pada katup adalah:

h L = KQ 2 9).
Dimana: hL = kehilangan tenaga dalam pipa (m) K = koefisien kehilangan tenaga pipa Q = jumlah debit aliran (m3/s)

AnalisaJalajalaKerjaPipadengan MetodeHardyCross
Objek penelitian underground pipes yang tergabung dalam jala-jala kerja pipa dan membentuk loop tertutup sebagai alat pemadam kebakaran di Pabrik Besi Spons HYL III Plant, PT Krakatau Steel, Cilegon, Banten. Jala-jala kerja pipa sebagai pemadam kebakaran ada 13 titik hidran.

V2 h = K 8). 2g
Dengan: h = kehilangan tenaga pada katup (m) K = koefisien kehilangan tenaga pada katup V = kecepatan fluida dalam pipa (m/s)

HasildanPembahasan
Jala-jala kerja pipa sebagai pemadam kebakaran terdiri dari 2 loop. Satu loop diperlukan satu tabel. Asumsi panjang pipa dalam sistem jala-jala kerja pipa disesuaikan pada setiap titik simpul atau percabangan dalam jaringan, yaitu antara titik simpul sampai ke titik simpul berikutnya diasumsikan dalam satu panjang pipa. Aliran keluar dari sistem dianggap terjadi pada titik-titik simpul. Debit yang keluar pada tiap-tiap titik simpul sebagai pemadam kebakaran, diasumsikan jumlahnya sama, dengan menganggap posisi hidran terbuka semua yaitu diambil 12,3 m3/h (54,2 gpm). Pada awal hitungan ditetapkan debit aliran melalui masing-masing pipa secara sembarang. Dilanjutkan perhitungan debit aliran ke semua pipa berdasarkan nilai awal tersebut. Pada setiap titik simpul, debit aliran menuju dan meninggalkan titik simpul adalah sama.

Gambar 5. Gate valves

3.8.JaringanPipa(JalajalaKerjaPipa)
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas, dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Pipa-pipa yang saling berhubungan yang menjadi laluan aliran ke

Surakarta, 3 Desember 2005

ISSN: 1412-9612

M-437

FT-UMS

Simposium Nasional IV RAPI 2005

Gambar 6. Jala Kerja pipa pemadam kebakaran

Debit aliran yang ditetapkan dalam langkah pertama adalah debit pendekatan yang belum benar, sehingga diperlukan koreksi untuk memperbaiki debit tersebut. Hasil akhir adalah debit aliran yang telah dikoreksi. Data: Material pipa = Carbon Steel Kekasaran absolut (k) = 1.8 x 10-3 inchi Suhu fluida (air) = 34 C Debit masukan pusat jaringan (Q) Q = 160 m3/jam (704,5 gpm) Viskositas kinematis () = 0.741 x 10-6 m2/s
Pipa AB BC CD DE EF FG GH HI IJ JK KL LA GM MN NO OP PJ Tabel 1. Data Ukuran Pipa Q Panjang Q Diameter (mm) (m3/h) (l/s) (in) 22953 80 22,2 6 811 67,7 18,8 6 5226 55,4 15,4 6 20363 43.1 11,9 6 47578 30,8 8,55 6 36323 18,5 5,14 6 3140 4,6 1,28 6 31308 7,7 2,14 6 31925 20 5,56 6 50448 55,4 15,4 6 33279 67,7 18,8 6 11320 80 22.2 6 31120 13,9 3,86 6 30659 1,6 0,44 6 63422 10,8 3 6 2624 23,1 6,42 6 24094 35,4 9,83 6

3) Menghitung koefisien rugi head karena gesekan (Kf):

Kf =

.l 2g.D.A 2 Cm 2g.A 2

4) Menghitung koefisien rugi head karena rugi-rugi minor (Km):

Km =

Dimana Cm adalah koefisien rugi minor. 5) Menghitung rugi head tiap-tiap panjang pipa (hL):

h L = KQ 2
6) Menghitung rugi head per debit aliran tiap panjang pipa. 7) Menjumlahkan rugi head untuk tiap-tiap panjang pipa dalam satu loop (hL). 8) Menjumlahkan rugi head per debit aliran (

hL ). Q

9) Debit aliran yang ditetapkan dalam langkah pertama adalah merupakan debit pendekatan yang belum tentu benar, sehingga diperlukan koreksi guna memperbaiki debit tersebut. Debit koreksi diperoleh dengan:

Q =

h L 2 h L Q

Langkah-langkah iterasi metode Hardy Cross adalah: 1) Menentukan secara sembarang (asumsi) debit aliran melalui setiap pipa untuk tiap-tiap loop berdasarkan persamaan kontinuitas. 2) Menghitung angka Reynolds:

Re =

4.Q .D.

10) Debit koreksi yang diperoleh pada awal perhitungan adalah debit koreksi loop pertama untuk pendekatan yang pertama. 11) Dilanjutkan perhitungan loop yang kedua untuk mencari debit koreksi yang kedua pendekatan pertama. Dengan catatan bahwa debit koreksi yang pertama berpengaruh dalam perhitungan debit koreksi loop yang kedua, disebabkan oleh satu pipa yang digunakan dalam perhitungan loop pertama dan loop kedua. 12) Nilai dari debit koreksi pertama dan kedua kemudian dikoreksikan pada debit pemisalan pertama dari pendekatan pertama, didapatkan nilai debit terkoreksi yang digunakan sebagai awal perhitungan pada pendekatan yang kedua.

Surakarta, 3 Desember 2005

ISSN: 1412-9612

M-438

FT-UMS

Simposium Nasional IV RAPI 2005

13) Prosedur perhitungan pendekatan kedua adalah sama dengan perhitungan pada pendekatan pertama untuk mendapatkan debit koreksi pendekatan yang kedua untuk masing-masing loop. Prosedur perhitungan dari beberapa pendekatan diulangi lagi untuk mendapatkan debit koreksi (Q) kecil (< 5% debit terkecil) sehingga hitungan dapat dihentikan. Hasil akhir adalah aliran yang telah dikoreksi dengan nilai debit koreksi pertama (QI) dan debit koreksi kedua (QII) yang terakhir.
Pipa AB BC CD DE EF FG GH IH JI KJ LK AL GM MN ON PO JP Tabel 2. Hasil akhir iterasi Q (l/s) hL (m) 23.871 0.2648 20.454 0.0059 17.038 0.0272 13.621 0.0699 10.204 0.1124 6.788 0.0340 1.478 0.0002 1.939 0.0032 5.356 0.0196 13.74 0.1773 17.157 0.2282 20.573 0.0848 5.311 0.0188 1.894 0.0040 1.55 0.0050 4.967 0.0051 8.383 0.0358

minor, dan karakteristik pipa. Tentunya kerugian head akan memberikan hasil yang berbeda, jika material pipa yang digunakan adalah berbeda. Karena nilai kekasaran pipa tergantung pada material pipa. Untuk nilai K dalam satu panjang pipa dengan belokan dan katup adalah merupakan penjumlahan dari koefisien rugi minor dan gesekan pipa. Perhitungan jala-jala kerja pipa sebagai pemadam kebakaran Pabrik Besi Spons HYL III Plant tidak dapat dilakukan pada setiap pipa dan harus dilakukan secara iterasi dengan suatu koreksi, karena setiap pipa saling berhubungan. Hasil perhitungan debit aliran dan kerugian head yang digunakan adalah dari pendekatan terakhir yang telah melalui koreksi dari beberapa pendekatan perhitungan. Karena pendekatan terakhir adalah hasil yang dianggap paling benar daripada hasil pendekatan sebelumnya.

Kesimpulan
1. 2. Aliran fluida yang terjadi pada pipa sebagai pemadam kebakaran Pabrik Besi Spons HYL III Plant adalah aliran turbulen. Total rugi head karena friksi dan rugi minor dalam pipa antara titik percabangan A dan N yang melalui pipa AB, BC, CD, DE, EF, FG, GM, dan MN (searah jarum jam) adalah lebih besar daripada aliran yang melalui pipa AL, LK, KJ, JP, PO, dan ON. Rugi head terbesar terjadi pada pipa AB, karena mempunyai nilai debit aliran yang paling besar dibandingkan dengan pipa yang lain. Debit aliran masuk pusat jaringan pada percabangan pertama tidak terbagi sama, dengan aliran masuk pipa AB lebih besar daripada aliran yang masuk pipa AL yang didapatkan dari hasil iterasi dengan debit yang terkoreksi.

3. 4.

Setiap pipa dari sistem jala-jala kerja pipa terdapat hubungan antara kehilangan tenaga dan debit aliran. Hubungan tersebut dinyatakan dengan formula; h L = KQ , di mana koefisien K tergantung pada rumus gesekan pipa, rugi
2

DaftarPustaka
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] Basha, H. A., Kassab, B. G.. 1996. Analysis of Water Distribution Systems Using a Perturbation Method. Applied Mathematical Modelling. Volume 20. April 1996. Pages 290-297.Cornish, R. J..1939. The Analysis of Flow in Networks of Pipes. J Inst CE, Vol. 13, p147. Cross, Hardy. 1936. Analysis of Flow in Networks of Conduits or Conductors. Bulletin No. 286, University of Illinois, Engineering Experimental Station, Urbana, III. Djojodihardjo, H.. 1983. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga. Dugdale, R. H.. 1986. Mekanika Fluida (Terjemahan oleh Bambang Priambodo). Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Featherstone, R. E., Nalluri, C..1995. Civil Engineering Hydraulics. Third Edition. Victoria: Blackwell Science Ltd. Orianto, M., Pratikto, W. A.. 1989. Mekanika Fluida 1. Yogyakarta: BPFE. Streeter, V. L., Wylie, E. B.. 1988. Mekanika Fluida (Terjemahan oleh Arko Prijono). Edisi Kedelapan. Jilid II. Jakarta: Erlangga. Sumaton, M. P. B.. 2004. Studi Distribusi Tekanan Aliran Melalui Perbesaran Secara Mendadak Dengan Penampang Lingkaran Pada Saluran Horisontal. Tugas Akhir Strata-1. Jurusan Teknik Mesin. Program Studi Teknik Mesin. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Triatmodjo, B.. 1993. Hidraulika I. Yogyakarta: Beta Offset. . 1993. Hidraulika II. Yogyakarta: Beta Offset. White, F. M..1994. Mekanika Fluida (Terjemahan oleh Manahan Hariandja). Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Yuwono, N.. 1988. Hidrolika I. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Surakarta, 3 Desember 2005

ISSN: 1412-9612

M-439

Anda mungkin juga menyukai