Anda di halaman 1dari 55

PSIKOLOGI PENDIDIKAN Drs. SUMADI SURYABRATA, BA., M.A., Ed.S., Ph.D.

PT RAJA GRAFINDO PERSADA JAKARTA, 2010 EDISI 5 DENGAN HALAMAN SEBANYAK 354 HALAMAN, DENGAN UKURAN 21 CM

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Pertama sekali saya ingin bersyukur kepada ALLAH SWT karena meridhoi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik,kemudian terima kasih kepada orang tua,dosen pengampu serta rekan-rekan yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini adalah sebuah makalah yang berisi tentang psikologi pendidikan. Dalam makalah ini hanya memuat 1 ( satu ) buku yangkemudia dijadikan alat untuk menyelesaikan tugas akhir berupa CRITICAL BOOK. Secara sadar saya menyadari bahwa tidaklah seorang seperti saya layak untuk memberikan krtikan bagi penulis yang sudah jelas keahliannya. Namun saya juga menyadari bahwa, ini adalah tugas yang harus saya selesaikan bila ingin lulus dalam mata kuliah ini, maka dari itu saya secara pribadi mengucapkan beribu maaf apabila makalah yang saya buat ini menyinggung perasaan penulis dan kurang manfaatnya bagi para pembaca. Saya menyadari bahwa critical book ini memiliki banyak kelemahan, maka dari itu mohon bantuan dari pembaca untuk memaklumi sertamemberikan saran kepada penulis makalah ini.

Medan 20 mei 2013 Penulis

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

DAFTAR ISI Identitas buku....................................................................................................................1 Kata Pengantar..................................................................................................................2 Daftar isi.............................................................................................................................3 SIFAT-SIFAT UMUM AKTIVITAS MANUSIA..........................................................4 SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA......................................................11 SIFAT-SIFAT KHAS INDIVIDU YANG LAIN : MASALAH INTELEGENSI........27 PERBEDAAN PERBEDAAN DALAM BAKAT........................................................31 PERKEMBANGAN INDIVIDU......................................................................................33 PERUBAHAN INDIVIDU KARENA BELAJAR..........................................................36 PENILAIAN HASIL HASIL PENDIDIKAN..............................................................41 KELEBIHAN BUKU........................................................................................................45 KELEMAHAN BUKU......................................................................................................46

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

BAB I SIFAT-SIFAT UMUM AKTIVITAS MANUSIA

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

A.

PERHATIAN a. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis setuju kepada suatu objek (Stern, 1950,

1. Pengertian Bigot 1950) b. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan 2. Macam-macam perhatian a. Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman batin, dibedakan menjadi dua ; 1. Perhatian intensif, dan 2. Perhatian tidak intensif. Makin banyak kasadran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman batin makin intensiflah perhatiannya. b. Atas dasar cara timbulnyaperhatian 1. Perhatian spontan (perhatian tidak sekehendak, perhatian tak disengaja) 2. Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif) c. Atas dasar luas objek yang dikenai perhatian 1. Perhatian terpencar (distributive). Contohnya supir yang mengemudikan mobil. 2. Perhatian terpusat (konsentratif). Contohnya tukang jam memperbaiki jam. 3. Hal-hal yang menarik perhatian Hal yang menarik perhatian adalah hal yang keluar dari konteksnya/hal yang menarik perhatian adalah hal yang lain dari yang lain. Contoh : Sebuah barisan salah seorang diantara yang berbaris itu memakai baju merah, sedang yang lain memakai baju putih. b. Dipandang dari subjek yang memperhatikan Hal yang menarik perhatian adalah yang sangat bersangkut-paut dengan pribadi si subjek. Contoh : hal-hal yang bersangkut paut dengan kebutuhan itu menarik perhatian, iklan tentang obat-obatan menarik pehatian orang yang butuh membeli obat.

a. Dipandang dari segi objek

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

B.

PENGAMATAN Melihat, mendengar, mambau, mancecap. Cara mengenal objek yang demikian itu

1. Pengertian disebut mengamati, melihat, mendengar, dll, disebut modalitas pengamatan. Hal yang diamati dialami dengan sifat : di sini, kini, sendiri, pengamatan dilukiskan menurut aspek pengaturan. a. Pengaturan menurut sudut pandang ruang ( Kiri-kanan, atas-bawah, jauh-dekat, tinggi-rendah.) b. Menurut sudut pandang waktu ( Masa lampau, kini, masa yang akan datang. ) c. Menurut sudut pandang Gestalt. d. Gestalt adalah suatu yang merupakan kebulatan dan dapat berdiri sendiri, e. Misal : orang meja, kursi, gambar, dsb. f. Menurut sudut pandang arti. g. Missal : pabrik, rumah, sekolah, gereja 2. Penglihatan Menuruut objeknya penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan : melihat bentuk, melihat dalam, mellihat warna. 1. Melihat bentuk Ialah melihat objek berdimensi dua. 1. Hubungan objek pokok dan latar belakang a) Objek pokok lebih berbentuk, latar belakang kurang berbentuk b) Objek pokok didepan, latar belakang dibelakang c) Latar belakang cenderung meluas dibelakang objek pokok d) Batas-batas termasuk pada daerah objek pokok, bukan pada latar belakang e) Objek pokok lebih berkesan, lebih mudah diingat, lebih cenderung untuk punya arti. 2. Hukum-hukum Gestalt pengllihatan. a) Hukum keterdekatan, artinya yang terdekat merupakan gestalt b) Hukum ketertutupan, artinya yang tertutup merupakan gestalt c) Hukum kesamaan, artinya yang sama merupakan gestalt 3. 4. Peranan sikap batin subjek (keinginan kita menjadikan yang mana merupakan gestalt) Konstansi bentuk

Dapat diketahui objek dari berbagai sudut, sehingga bentuk perspektifnya berlaianan juga.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

2. Melihat dalam Ialah melihat objek berdimensi dua, salah satu gejala yang terpenting di sisi ialah konstansi besar. Misal : tapak tangan yang ditempatkan dalam jarak 20 cm dan 40 cm dari mata dilihat sama besar,. Hal yang demikain itu disebabkan oleh : 1. Objek-objek yang dihadapi tidak dilihat sebagai fenomena-fenomena yang berdiri sendiri, melainkan selalu dalam hubungan satu sama lain dalam konteks tertentu. 2. Prinsip proporsionalitas, yaitu bahwa proporsi/perbandingan benda-benda satu terhadap yang lain serta terhadap tempatnya adalah sama. 3. Melihat warna 1. Nilai afektif warna Warna mempengaruhi tingkah laku si penghuni rumah. 2. Nilai lambing warna Warna mempunyai sifat potensial dalam abstracto yang dapat memberikan kesan tertentu kepada seseorang. a. Warna hitam melambangkan kegelapan, kesedihan; b. Putih melambangkan kesucian, cahaya; c. Merah melambangkan ekspansif, dominan, vital, berani d. Kuning melambangkan hal/benda yang bersifat bercahaya, ringan, riang; e. Biru melambangkan sifat yang dalam tak terhingga, tenang, kesosialan; f. Hijau melambangkan keseimbangan, keselarasan, ketenangan, harapan; 3. Pendengaran Pendengaran adalah menagkap bunyi/suara dengan indera pendengaran. Oleh karena itu bunyi dapat berfungsi : a. Sebagai tanda (signal) b. Sebagai lambang c. Sebagai pendukung arti Bunyi atau suara dapat digolongkan atas dasar dua cara : a. 1. 2. Berdasarkan atas keteraturan Gemerisik Nada

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

Nada biasa dibedakan atas dasar : 1. Tinggi rendahnya, tergantung pada besar kecilnya frekuensi 2. Intensitasnya, tergantung pada amplitudonya 3. Timbrenya tergantung pada kombinasi frekuensi dalam tinggi rendahnya suara. 4. Rabaan a. Meraba, sebagai perbuatan aktif, meliputi indera keseimbangan/kinestesi b. Raba secara pasif, meliputi Indera untuk sentuh dan tekanan Rabaan mengamati panas Mengamati dingin Merasa sakit Vibrasi 5. Pembauan Henning (1924) membedakan ada enam macam bau utama (bau pokok) : 1. Bunga (bluming) 2. Akar (warzig) 3. Buah (cruchig) 4. Getah (barzig) 5. Busuk (faulig) 6. Sangit (brenzlicb) Ke ennam variasi di gambarkan dengan prisma yang terkenal dengan nama prisma bau oleh Stern (1950) disebut das psychologis cbe gerucbsprisma. Swaatdeaker (Kohnstamm, dkk 1955) menggolongkan bau menjadi sembilan macam : 1. Etheris 2. Aromatis 3. Bunga 4. Amber 5. Bawang 6. Sangit 7. Kapril 8. Tak sedap 9. Memuakkan

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

6.

Pencecapan 1. Manis 2. Asam 3. Asin 4. Pahit

Indera pencecapan hanya peka tehadap empat macam rasa pokok yaitu :

C.

TANGGAPAN DAN VARIASI Didefinisikan sebagai yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan

1. Pengertian (Bigot dkk, 1050 : 72). Linchotenn menanggap adalah melakukan kembali suatu perbuatan atau melakukan sebelumnya suatu perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi primer yang merupakan dasar dari modallitas tanggapan itu(Kohn Stamm, 1955 : 106). Tiga macam tanggapan yaitu : a. Masa lampau/tanggapan ingatan b. Masa datang//tanggapan mengantisipasikan c. Masa kini/tanggapan representatif (tanggapan mengimajinasikan) 2. Bayangan pengiring Bayangan pengiring adalah bayangan yang timbul setelah kita mellihat sesuatu warna. Ada dua macam (1) positif, (2) negative. 1. Bayangan pengiring positif, yaitu bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya. 2. Bayangan negatif, yaitu bayangan pengiring yang tak sama dengan warna objeknya. 3. Bayangan identik Adalah bayangan yang sangat jelas dan hidup, sehingga menyerupai pengamatan.dikemukakan oleh urbanschnitsch dan diselidiki oleh E. Jaensch dan W. Jaensch membedakan ada duamacam yaitu : 1. Tipe tetaanoide/Type T 2. Tipe basedoide/Type B.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

D. FANTASI 1. Pengertian Fantsi adalah daya untuk membentuk tanggapn-tanggapan baru dengan pertolongaan tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan baru tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada dan dapat di klasifikasikan 1. Tak disadari Adalah fantasi yang terjadi dengan tak disengaja, jadi orang melampaui dunia riil dengan tak disengaja. 2. Disadari Adalah fantasi yang terjadi dengan disengaja, dan ada usaha dari subjek untuk kedunia imajiner. Ada dua macam fantasi disadari : 1. Aktif, dikendalikan oleh pikiran dan kemauan 2. Pasif, tidak dikendalikan oleh pikiran dan kemauan. E. INGATAN

1. Pengertian Tiga aspek dalam berfungsinya ingatan yaitu: a. Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan b. Menyimpan kesan-kesan c. Mereproduksi kesan-kesan Jadi definisi ingatan adalah kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan. Sifat-sifat ingatan : a. Ingatan cepat, mudah dalam mencamkan sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran b. Ingatan setia, apa yang telah diterima akan disimpan sebaik-baiknya, tak berubah, tetap cocok dengan waktu menerimanya. c. Ingatan teguh, dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama, tidak mudah lupa. d. Ingatan luas, dapat menyimpan banyak kesan-kesan. e. Ingatan siap, mudah dapat memproduuksi kesan yang telah disimpannya.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

10

2. Mencamkan Dibedakan menjadi dua yaitu : a. Sekehendak, artinya mencamkan dengan disengaja dan dikehehndaki, dengan sadar sungguh-sungguh mencamkan sesuatu. Aktifitas ini biasanya disebut menghafal. b. Tidak sekehendak, artinya tidak dikehendaki, tidak disengaja, memperoleh sesuatu pengetahuan. Hal-hal yang membantu dalam pencaman : a. Menyuarakan pencaman, b. Pembagian waktu belajar c. Penggunaan metode belajar. 3. Mengingat dan lupa Mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja yaitu retesi, karena kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi yang berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak di ingat. Interfensi adalah menjadi lebih sukarnya belajar yang disebabkan oleh hambatan bahan yang telah dipelajari lebih dulu (interfensi asosiatif). 4. Reproduksi Reproduksi adalah pengaktifan kembali hal yang telah dicamkan. Ada dua bentuk yaitu a. Meningat kembali (recall) b. Mengenal kembali (recognition) Adapun beda antara recall dan recognition ialah : a. Pada mengingat kembali tak ada objek yang dapat dipakai sebagai tumpuan dalam melakukan reproduksi itu, misal kehilangan sepeda lalu ditanya cirinya. bagaimana ciri sepeda yang hilang itu ? Disini tanpa pertolongan berusaha untuk mengingat kembali. b. Pada mengenal kembali ada suatu yang dapat dipakai sebagai tumpuan dalam melakukan reproduksi itu sebagai objek untuk mencocokkan.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

11

5. Asosiasi Adalah hubungan antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lainnya dalam jiwa. Hukum asosiasi : a. Sama saat atau serentak, beberapa tanggapan yang dialami dalam waktu bersamaan cenderung berasosiasi antara satu dengan yang lain. Misal bentuk dengan bendanya, baunya. b. Berurutan, beberapa tanggapan yang dialami berturut-turut, cenderung berasosiasi satu dengan yang lain. Misal kita dengar orang mengucap ABCD, timbul dalam kesadaran kita EFGH dan selanjutnya. c. Kesamaan dan kesesuaian, bebrapa tanggapan yang bersesuaian cenderung berasosiasi satu denagn yang lainnya. Misal, kalau kita melihat potret seseorang, lalu teringata akan orangnya. d. Berlawanan, tanggapan yang saling berlawanan akan berasosiasi satu dengan yang lainnya. Misal, kalau kita saksikan mobil mewah yang berluncuran dijalan, maka kita teringat akan para peminta-minta yang berada di emper toko. e. Sebab akibat, tanggapan yang mempunyai hubungan sebab akibat. Misal, waktu hujan lebat sekali kita teringat akan banjir. F. BERFIKIR Adalah kelangsungan tanggapan dimana subjek yang berfikir pasif. Menurut plato berfikir adalah berbicara dalam hati. (berfikir adalah aktivitas adeasional). pada pendapat ini dikemukakan dua kenyataan : a. Berfikir adalah aktivitas, jadi subjek yang berfikir aktif b. Bahwa aktifitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun disertai oleh kedua hal itu, berfikir itu menggunakan abstraksi atau ideas. Berfikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalan.

1. Pengertian

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

12

2. Proses berfikir a. Pembentukan pengertian Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Objek tersebut kita perhatikan satu demi satu. Misal membentuk pengertian manusia, kita menganalisis berdasarkan cirri-cirinya. Membandingkan ciri tersebut untuk menemukan ciri yang sama, yang tidak sama. Mengabstrasikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri yang hakiki. b. Pembentukan pendapat Adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Subjek adalah pengertian yang diterangkan, sedangkan predikat adalah pengertian yang menerangkan. Misal rumah itu baru, rumah (subjek), baru (predikat). Pendapat dibedakan menjadi tiga : Pendapat afirmatif/positif , yaitu pendapat yang mengayakan, yang secara tegas menyatakan sesuatu. Mial si totok pandai. Pendapat negative, yaitu pendapat yang menidakkan, secara tegas menerangkan tidak adanya sesuatu sifat pada suatu hal. Misal si totok tidak bodoh. Pendapat modalitas/kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan sifat pada suatu hal. Misal hari ini mungkin hujan. c. Penarikan kesimpulan atau pembuatan keputusan Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan yaitu : Keputusan indukatif, yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapt khusus menuju ke satu pendapat umum. Keputusan dedukatif, yaitu keputusan yang ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus. Keputusan analogis, yaitu keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Pengertian logis dibentuk melalui tiga tingkat yaitu :

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

13

3. Psikologi fikir a. Intisari pendapat Mazhab Wurzburg Pidato Kulpe 1912 uber die modern psyclogie des denkens ialah : 1. Ada isi kesadaran yang tak berperaga Psikologi lama (sensualitas, asosiasi, teori herbart) hanya menerima apa yang berperaga saja, yaitu penginderaan dan tanggapan. Macam nama gejala tak berperaga : Mayor dan orth Marbe Ach K. Buhler tanggapan-tanggapan. 2. Dalam proses berfikir aktivitas aku memegang peranan penting. 3. Proses berfikir dikuasai oleh tendens determinasi yang ditimbulkan oleh Denkaufgabe (hal yang dipikirkan). b. Intisari pendapat Mazhab Koln 1. Hasil penelitian Frohn mengenai berfikir anak bisu, bahwa anak bisu-tuli, terbelakang, tak dapat melakukan generalisasi. Kemajuan pikiran anak bisu-tuli terhambat oleh terhambatnya perkembangan bahasa. 2. Lapisan kesadaran (Frohn. dkk) Isi teori adalah : 1. Tanggapan individu : terjadi langsung dari pengamatan panca indera. Penyadaran berperaga. 2. Tanggapan bagan (schematis) : penyadaran yang kurang berperaga dan punya sifat umum. 3. Pengertian abstrak : unsur berperaga sama sekali tidak ada. c. Intisari pendapat Mazhab Mannheim Merupakan kelanjutan dari Mazhab Wurzbur. Tujuan utamanya adalah menyusun teori berfikir yang benar-benar lepas dari asosiasi. Hasil penelitian Mazhab Mannheim : : Bewustseinslage : Bewustseinslage (Gedanken) : Bewusstheit : Gedanken Jadi berfikir adalah aktivitas jiwa yang abstrak dan tak dapat dijabarkan dari permainan

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

14

1. Berpikir itu berarah tujuan Jadi berfikir adalah aktivitas abstrak, dengan arah yang ditentukan oleh soal yang harus dipecahkan. 2. Proses berfikir itu adalah proses melengkapkan kompleks (komplexerganzung, complex completion). Selz memberikan tiga buah hokum mengenai perlengkapan kompleks : a. Suatu bagan kompleks mempunyai tendens untuk memproduksi seluruh kompkeks. b. Suatu bagan antisipasi suatu kompleks punya tendens untuk memproduksikan seluruh kompleks c. Determinasi yang diarahkan kepada perlengkapan suatu kompleks yang telah diantisipasikan secara bagan menyebabkan adanya tendensi untuk melengkapi seluruh kompleks. 3. Bagan antisipasi Bagan antisipasi yaitu metode penyelesaian yang berwujud bagan yang ditimbulkan oleh tugas pikir. Bagan ini merupakan pendahuluan penyelesaian. 4. Berfikir adalah menggunakan metode penyelesaian soal yang umumnya berlangsung tanpa mengetahui metode penyelesaian itu. G. PERASAAN Perasaan adalah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umunya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Perasaan banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Perasaan seringkali bersangkut paut dengan gejala jasmaniah tetapi tetap berfungsi sendiri (Woodworth & Marquis, 1955). 2. Macam-macam perasaan (Bigot, dkk 1950) a. Perasaan jasmaniah ( rendah) 1. Perasaan indriah, yaitu perasaan yang berhubungan dengan perangsangan terhadap panca indera. Seperti : sedap, manis, pahit.

1. Pengertian

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

15

2. Perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan jasmani pada umumnya. Seperti : segar, letih, sehat, dsb. b. Perasaan rohaniah 1. Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang bersangkutan dengan kesanggupan intelek (pikiran) dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi. 2. Perasaan kesusilaan/etis, yaitu perasaan tentang baik buruk. Ada dua macam perasaan kesusilaan : a. Positif, merasa puas setelah melakukan hal yang baik b. Negative, mersa menyesal setelah melakukan hal yang tidak baik. 3. Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang timbul karena menghayati suatu yang indah atau tidak indah. 4. Perasaan social, yaitu perasaan yang mengikat individu dengan sesama manusia, perasaan untuk hidup bermasyarakat dengan sesama manusia. 5. Perasaan harga diri a. positif, perasaan puas, senang, karena mendapat penghargaan dari pihak lain. b. Negative, perasaan kecewa karena mendapat celaaan dari orang lain. 6. Perasaan keagamaan, yaitu perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa. Misal kagum akan kebesaran Tuhan. H. MOTIF-MOTIF 1. Pengertian Adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan pendorong itu disebut motif. 2. Macam-macam motif a. Menurut Woodworth dan Marquis (1955) 1. Kebutuhan-kebutuhan organic. Seperti makan , minum, bernafas 2. Motif-motif darurat. Seperti dorongan menyelamatkan diri, membalas 3. Motf-motif objektif. Seperti kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, menaruh minat.
Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

16

b. Penggolongan didasarkan pada terbentuknya motif 1. Motif bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa dipelajari, misal : makan, minum, seksual. 2. Motif yang dipelajari yaitu motif yang timbul karena dipelajari, seperti : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan. c. Berdasarkan atas jalarannya 1. Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Misal orang belajar giat karena diberi tahu sebentar lagi ujian. 2. Motif intrinsik, yaitu motif yang berfungsinya tanpa adanya perangsang. Misal orang yang gemar membaca. d. Atas dasar isi 1. Motif jasmaniah, seperti : reflex, instink, nafsu, hasrat. 2. Motif rohaniah (kemauan), terbentuk melalui empat momen a. Momen timbulnya alasan-alasan b. Misal seseorang giat belajar dikamar karena (alasan) sebentar lagi ujian c. Momen pilih d. Momen pilih, yaitu keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang mengakibatkan persaingan antara alasan-alasan. e. Momen keputusan f. Momen perjuangan alasan-alasan berakhir dengan dipilihnya salah satu alternative, dan ini menjadi keputusan yang menentukan aktivitas yang akan dilakukan. a. Momen terbentuknya kemauan g. Dorongan untuk bertindak melakukan keputusan.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

17

BAB II SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

18

PENDAHULUAN Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik. Pada sisi lain, sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara bekerja seperti dikemukakan di atas itu tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal sesama manusia menurut apa adanya, menurut sifat-sifatnya yang khas, karena dengan penggolongan ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang. A. TEORI TIPOLOGI 1. Teori Hippocrates Gelenus Terpengaruh oleh Kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun atas empat unsur pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api, yang masing-masing mendukung sifat tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung sifat basah, udara mendukung sifat dingin dan api mendukung sifat panas, maka Hippocrates (460 370) berpendapat, bahwa juga di dalam tubuh manusia terdapat sifat-sifat tersebut yang didukung oleh cairan-cairan yang ada di dalam tubuh, yaitu :

Sifat kering didukung oleh Cholc, Sifat basah didukung oleh Melannchole, Sifat dingin didukung oleh Phlegma, dan Sifat panas didukung oleh Sanguis. Hippocrates Galenus berpendapat, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat

macam cairan pokok, yaitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis. Sifat kejiwaan tertentu yang khas ini, yang adanya tergantung kepada dominasi cairan dalam tubuh itu oleh Gelenus disebut temperamental.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

19

2. Tipologi Mazhab Italia dan Mazhab Perancis a. Tipologi Mazhab Italia Berdasarkan atas data-data yang di peroleh oleh DeGiovani, serta hukum deformasi yang dirumuskan oleh DeGiovani,Viola dalam penyelidikan-penyelidikannya menemukan, bahwa ada tiga macam tipe manusia berdasarkan atas keadaan tubuhnya, yaitu : 1. Microsplanchnis : ukuran-ukuran menegak relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung. 2. Macrosplanchnis : ukuran-ukuran mendatarnya relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan pendek gemuk. 3. Normosplanchnis : ukuran-ukuran menegak dan mendatar seimbang, sehingga orang kelihatan seimbang. Bermacam-macam bentuk tubuh yang demikian itu beralas pada keturunan. b. Tipologi Mazhab Perancis Mazhab Perancis yang dipimpin oleh Sigaud berpendapat, bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia serta kelainan-kelainannya itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar atau lingkungan. Yaitu : 1. Ada lingkungan yang berwujud udara yang menjadi sumber reaksi respiratoris. 2. Ada sekitar yang berwujud makan-makanan yang menjadi sumber reaksi-reaksi digestif. 3. Ada lingkungan yang berwujud keadaan-keadaan alam yang menjadi sumber reaksireaksi muskuler. 4. Ada lingkungan yang berwujud keadaan sosial yang menimbulkan reaksi-reaksi cerebral.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

20

3. Tipologi Kretschmer a. Tipe-tipe manusia menurut keadaan jasmaninya Kretschmer menggolong-golongkan atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat : 1) Tipe piknis: Sifat-sifat khas tipe ini ialah :

Badan agak pendek, Dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar Leher pendek dan kuat Lengan dan kaki lemah Kepala agak merosot ke muka diantara keuda bahu, sehingga bagian atas dari tulang punggung kelihatan sedikit melengkung

Banyak lemak, sehingga urat-urat dan tulang-tulang tak kelihatan nyata.

Tipe ini memperoleh bentuknya yang nyata setelah orang berumur 40 tahun. 2) Tipe Leptosom Orang yang bertipe leptosom ukuran-ukuran menegaknya lebih dari keadaan biasa, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung, sifat-sifat khas tipe ini ialah:

badan langsing/kurus, jangkung, rongga dada kecil-sempit-pipih, rusuknya mudah hitung, perut kecil, bahu sempit, lengan dan kaki lurus, tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka kelihatan jelas, muka bulat telur,
21

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

berat relatif kurang, Tipe Atletis Pada orang yang bertipe atletis ukuran-ukuran tubuh yang menegak dan mendatar

3)

dalam perbandingan yang seimbang, sehingga tubuh kelihatan selaras; tipe mini dapat dipandang sebagai sintesis dari tipe piknis dan tipe leptoson. Sifat-sifat khas tipe ini ialah:

Tulang-tulang serta otot dan kulit kuat, Badan kokoh dan tegap, Tinggi cukupan, Bahu lebar dan kuat, Perut kuat, Panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan bahu dan kelihatan agak kecil, Tengkorak cukup besar dan kuat, kepala dan leher tegak, Muka bulat telur, lebih pendek dari tipe lepsotom Tipe Displatis Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah dikemukakan itu, tidak

4)

dapat dimasukan ke dalam salah satu diantara ketiga tipe itu, karena tidak memiliki ciri-ciri yang khas menurut tipe-tipe tersebut. Bermacam-macam bagian yang seolah-olah bertentangan satu sama lain ada bersama-sama. Kretschmer sendiri menganggap tipe displastis ini menyimpang dari kosntitusi normal. b. Tipe-Tipe Manusia Menurut Temperamennya 1) Tipe schizothym Orang yang bertemperament schizothym, sifat-sifat jiwanya bersesuaian dengan para penderita schizoprenia, hanya sangat tidak jelas, ada kecenderungan ke arah autisme: menutup diri sendiri, hidup dengan dirinya sendiri

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

22

2)

Tipe cyklothym Orang yang bertemperament cyklothym, sifat-sifat jiwanya bersesuain dengan para

penderita manisdefresif, hanya sangat tidak jelas. Golongan ini juga mudah untuk ikut merasakan suka dan duka orang lain

c. Hubungan Antara Keadaan Jasmani Dan Temperament 1. Orang yang konstitusi piknis kebanyakan bertemperament cyklothym, atau orangorang yang bertemperament cyklothym kebanyakan berkonstiusi piknis. 2. Orang-orang yang berkonstitusi leptosom, atletis, dan displastis kebanyakan bertemperament schizothyum, atau orang-orang yang bertemperament schizothym kebanyakan berkonstitusi leptosom, atau atletis atau displastis. 4. Teori Sheldon Sheldon menggambarkan kepribadian manusia itu sebagai terdiri dari komponenkomponen. 1. Komponen Kejasmanian

A. Komponeen-komponeen kejasmanian primer, yang terdiri dari : a) Endomorphy

Orang yang komponen endomorphynya tinggi sedang kedua komponen lainnya rendah ditandai oleh: lembut, gemuk, berat badan relatif kurang. b) Mesomorphy

Orang yang bertipe mesomorphy komponen mesomorphnya tinggi sedang komponene yang lain lagi rendah; otot-otot dominant, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan, orang bertipe ini tampak: kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit. c) Ectomorphy

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

23

Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ini organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang yaitu; kulit, sistem syaraf, dengan ciri-cir: jangkung, dada pipih, lemah, otot-otot hampir tidak nampak berkembang.

B. Komponen kejasmanian sekunder, yang terdiri dari : a) Dysplasia Dengan meminjam istilah dari Kretchmer istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukan setiap ketidak tepatan dan ketidak-lengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah dari pada tubuh. b) Gynandromorphy Gynandromorphy itu menunjukan sejauhmana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini oleh Sheldon dinyatakan dengan huruf g jadi orang laki-laki yang memiliki komponen g tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Seseorang yang memiliki komponen g ini maksimal adalah banci. c) Texture Ialah komponen yang menunjukan bagaimana orang itu nampaknya keluar. Komponen-Komponen Temperament Komponen-komponen temperament ini terdiri pula atas tiga komponen yaitu: A. Tipe viscerotonis Sifat-sifat orang yang bertipe viscerotonis itu ialah:

Sikap tidak tegang (relaxed), Suka akan hiburan,

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

24

Gemar makan-makan, Besar kebutuhan akan resonansi orang lain, Tidurnya nyenyak, Bila mengadapi kesukaran membutuhkan orang lain. B. Tipe somatotonis

Sifat-sifat temperament somatotonis ini ialah:


Sikapnya gagah, Perkasa (energetic), Kebutuhan bergerak besar, Suka terus terang, Suara lantang, Nampaknya lebih dewasa dari yang sebenarnya, Bila menghadapi kesukaran-kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan. C. Tipe celebrotonis

Sifat-sifat orang yang bertipe cerebrotonis itu adalah:


Sikapnya kurang gagah, ragu-ragu, Reaksinya cepat, Kurang berani bergaul dengan orang banyak (ada sociopobia), Kurang berani berbicara di depan orang banyak, Kebiasaan-kebiasaannya tetap, hidup teratur, Suara kurang bebas, Tidur kurang nyenyak (sukar),

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

25

Nampaknya lebih muda dari yang sebenarnya, Kalau menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri.

Komponen-komponen psikiatris, yang terdiri atas: 1) Affective, Yang bentuknya ekstrim terdapat pada para penderita psikosis jenis manis defresif. 2) Paranoid, Yaitu banyak angan-angan, fikiran, gambaran-gambaran yang sangat jauh dari kenyataan. 3) Heboid, Yaitu bentuk ekstrimnya terdapat pada pra penderita hebehrenia, yaitu suatu bentuk dari pada schzoprenia (a sosial, anti sosial).

5. Beberapa Tipologi Yang Berdasarkan Keadaan Kejiwaan Semata-Mata 1. Tipologi Plato Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu: a. Fikiran (logos) yang berkedudukan di kepala, b. Kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada, c. Hasrat (epithumid) yang berkedudukan di perut.

2. Tipologi Queyrat Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, daya-daya kognitif, afektif, dan kognitif. 1) Salah satu daya yang dominant

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

26

a. Tipe mediatif, atau intelektual, dimana daya kognitif dominan, b. Tipe emosional, di mana daya efektif dominant, c. Tipe aktif, daya konatif dominant. 2) Dua daya dominant a. Tipe mediatif emosional atau daya kognitif atau afektif dominant, b. Tipe aktif emosional atau garang: daya konatif dan afektif dominant, c. Tipe aktif-mediatif: daya konatif dan kognitif dominant 3) Ketiga daya itu ada dalam proporsi yang seimbang a. Tipe seimbang, b. Tipe amproph, c. Tipe aphatis 4) Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak menentu: a. Tipe tak stabil, b. Tipe tak teguh hati, c. Tipe kontraktroris

5)

Ada tiga macam tipe yang tidak sehat, yaitu: a. Tipe hypochonolis, b. Tipe melancholis, c. Tipe hysteris.

3. 1)

Tipologi Malapert Tipe intelektual, yang terdiri atas:

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

27

a. Golongan analitis, b. Golongan reflektif 2) Tipe afektif, yang terdidi atas: a. Golongan emosional, b. Golongan bernafsu 3) Tipe voulenter, yang terdiri atas: a. Golongan tanpa kemauan, b. Golongan besar kemauan, 4) Tipe aktif, yang terdiri atas: a. Golongan tak aktif, b. Golongan aktif 6. Tipologi Heymans a. Emosionalitas (emosionaliteit), yaitu mudah tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh sesuatu kesan. b. Proses pengiring, yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran. c. Aktivitas (activiet), yaitu sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaannya dan fikiran-fikirannya dalam tindakan yang spontan. d. Golongan yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat. e. Golongan yang tidak aktif yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga mau bertindak. 7. Tipologi Spranger a. Dua macam rohk (Geist) Pertama-tama spranger membedakan adanya dua macam rokh (Geist), yaitu: 1. Rokh subjektif atau rokh individual, yaitu rokh yang terdapat pada manusia masingmasing (individu).

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

28

2.

Rokh objektif atau rokh supra individual, yaitu rokh seluruh umat manusia, yang dalam keadaan konkritnya merupakan kebudayaan yang telah terjelma selama berabadabad.

b. Hubungan antara rokh subjektif dan rokh objektif Rokh subjektif dan objektif itu berhubungan secara timbal balik. Rokh subjektif atau roh individual, yang mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan dipupuk dengan rokh objektif, artinya rokh subjektif tersebut berbentuk dan berkembang dengan memakai rokh objektif sebagai norma. c. Lapangan-lapangan hidup Kebudayaan oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang tersusun menurut sistem atau struktur tertentu. a. Lapangan pengetahuan (ilmu, teori), b. Lapangan ekonomi, c. Lapangan kesenian, d. Lapangan keagamaan, e. Lapangan kemasyarakatan, f. Lapanagan politik.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

29

d.

Enam Tipe Manusia

Spranger menggolongkan manusia menjadi 6 tipe : 1. Manusia teori, 2. Manusia ekonomi, 3. Manusia estetis, 4. Manusia agama, 5. Manusia sosial, 6. Manusia kuasa. B. BEBERAPA TEORI KEPRIBADIAN YANG MEMAKAI CARA PENDEKATAN LAIN 1. Psikoanalisis Teori Sigmund Freud a. Struktur Kepribadian Menurut Freud kepribadian itu sendiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu: 1. Das Es (the id), yaitu aspek biologis Das Es atau aspek biologis daripada kepribadian ini adalah aspek orisinal. Untuk menghilangkan ketidak-enakan itu das es mempunyai dua macam cara, yaitu: a) Refleks dan reaksi rekasi otomastis, seperti misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya, b) Proses primer, seperti misalnya kalau orang lapar lalau membayangkan makanan.

2. Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

30

Das Ich atau aspek psikologis daripada kepribadian timbul dari ke butuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis.

3. Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis Das ueber Ich atau aspek sosiologis pribadi ini merupakan wakil nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan (dimasukan) dengan berbagai perintah larangan . b. Dinamika kepribadian Menurut Freud di dalam diri kita ini ada dua macam (lebih tepatnya dua kelompok) instink-instink, yaitu: 1. Instink-instink hidup Fungsi instink hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memeperpanjang ras. 2. instink-instink mati Instink mati ini, yang disebut juga instink merusak (destruktif) berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan instink-instink hidup, karena itu juga dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhir-akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan, bahwa Tujuan semua hidup adalah mati. Suatu penjelmaan dari pada instink mati ini ialah dorongan agresif. c. Perkembangan Kepribadian Adapun sumber tegangan pokok ialah: 1. Proses pertumbuhan fisologis, 2. Frustasi, 3. Konflik,

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

31

4. Ancaman.

Beberapa bentuk mekanisme pertahanan itu, yang popular antara lain: a. Proyeksi Proyeksi adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanisme) menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri, sehingga sifat-sifat batin sendiri itu diamati atau dihayati sebagai sifat-sifat orang lain atau sifat-sifat benda di luar dirinya. b. Fiksasi Fiksasi adalah berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkan, karena melangkah ke fase yang lebih lanjut itu menimbulkan ketakutan atau rasa tidak enak. c. Regresi Isolasi adalah kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya, karena menghadapi situasi yang baginya mengandung bahaya. d. Isolasi Isolasi adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan menganggapnya sebagai hal yang tidak penting. e. Rasionalisai Rasionalisasi adalah memberikan alasan rasional kepada sesuatu kejadian, sehingga kejadian yang jika sekiranya tanpa alasan yang demikian itu baginya akan menimbulkan ketidak-enakan.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

32

f.

Transkulpasi Transkulpasi adalah mengkambinghitamkan pihak lain, walaupun diri sendiri

sebenarnya membuat kesalahan.

2. Psikologi Analitis, Teori carl Gustawjung Menurut Jung kepribadian itu terdiri dari dua alam yaitu: 1. Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar, dan 2. Alam tak sadar (ketidak sadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam yaitu dunia batin sendiri. 1. Struktur kesadaran 1) Fungsi jiwa

Dominasi fungsi jiwa itu menurut Jung ada empat macam tipe manusia, yaitu: 1. Tipe pemikir, 2. Tipe perasa, 3. Tipe pendria, 4. Tipe intuitif 2) Sikap jiwa Yang dimaksud dengan sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido, yang menjelma dalam orientasi manusia terhadap dunianya. 3) Persona

Persona oleh Jung ialah cara seseorang dengan sadar menampakan diri ke luar.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

33

a. Struktur ketidaksadaran 1. Ketidaksadaran pribadi, yaitu bagian daripada alam ketidaksadaran yang diperoleh individu selama sejarah hidupnya, pengalamannya pribadi. 2. Ketidaksadaran kolektif Adalah bagian dari pada ketidaksadaran itu diperoleh oleh individu dari warisan nenek moyangnya, yaitu hal-hal yang diperoleh manusia (sebagai jensi) di dalam perkembangannya.

3. Individual Psychologic Teori Alfred Adler Individualitas sebagai pokok persoalan Adler memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifat-sifat khas pribadi manusia. Pandangan teleogis Adler sangat terpengaruh oleh filsaat seakan-akan yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya yang berjudul Die Philosophie des Als-Ob. Vaihinger mengemukakan, bahwa manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, tidak ada kenyataannya atau pasangannya di dalam dunia realitas. 1. Dua dorongan pokok a. Dorongan kemasyarakatan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada masyarakat. b. Dorongan keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri. 4. Arti Individual Psychologie Individual psychologie mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami sesama manusia. Aliran ini menghendaki ditentukannya tujuan-tujuan yang susila, seperti: 1. Keharusan memikul tanggung jawab,

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

34

2. Keharusan menghadapi kesukaran-kesukaran hidup, 3. Mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan, 4. Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

35

BAB III SIFAT-SIFAT KHAS INDIVIDU YANG LAIN : MASALAH INTELEGENSI

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

36

A. Sifat hakikat intelegensi Apabila kita menumpahkan perhatian pada data empiris, maka diketahuia bahwa maslah sifat hakikat intelengensi itu berjalinan rapat dengan masalah-masalha lain, seperti : a. Bagaimanakah jalan perkembangan intelegensi itu pada anak-anak yang normal, dan pada anak-anak kurang normal b. Sejauh manakah perkembangan intelegensi itu dipengaruhi oleh faktor-faktor dasar, dan sejauh mana dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. c. Bagaimana kita dapat membedakan intelegensi dan prestasi belajar sebagai hasil didikan. 1. konsepsi-konsepsi mengenai integensi yang Bersifat Spekulatif-filsafati a. Intelegensi umum 1. Ebbing haus ( 1897 ) memberi defenisi intelegensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi. 2. teman ( 1921 ) memberi defenisi intelegensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak. 3. Thorndike memberi defenisi intelegensi sebagai hal yang dapat dinilai dengan taraf ketidak lengkapan daripada kemungkinan-kemungkinan dalam perjuanagn hidup individu b. integensi sebagai kesatuan daripada daya-daya jiwa formal menurut konsepsi ini intelegensi adalah persatuan ( kumpulan yang dipersatukan ) daripada daya-daya jiwa yang khusus. c. intelegensi senbagai taraf umum daripada daya-daya jiwa khusus konsepsi konsepsi ini timbul dari keyakinan, bahwa apa yang diselidiki (dites ) dengan tes intelegensi itu adalah intelegensi umum, jadi intelegensi diberi defenisi sebagai taraf umu yang mewakili daya-daya khusus.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

37

2. konsepsi yang bersifat pragmatis Pengukuran terhadap sesuatu tergantung kepada defenisi yang diberikannya, jika sekiranya ini benar maka kita tidak mendapatkan pengetahuan baru sama sekali, karena kita megerti sebelumnya.

3. konsepsi-konsepsi faktor Konsepsi konsepsi ini dinamakan demikian sebenarnya beralas pada kenyataan bahwa didalam menyelidiki dan mencari sifat hakikat intelegensi itu orang menggunakan teknik analisis faktor, suatu tekni yang mula-mula dirintis oleh Spearman, dan kemudian cepat berkembang, terutama didaerah Anglo Saksis. Psikologi yang begitu besar perannya dalam psikologi dewasa ini banyak sekali bersandar kepada analisis faktor itu.

4. konsepsi yang bersifat operasional Kaum pragmatis membalik jalan yang ditempuh oleh para ahli yang memakai cara pendekatan filsafati. Mereka tidak menentukan devenisi mengenai intelegensi ( jadi menentukan : apakah intelegensi itu ) dan berusaha mengukurnya, melainkanmereka menyusun tes dan mengatakan intelegensi adalah apa yang diukur oleh tes ini

5. konsepsi-konsepsi fungsional Salah satu teori yang disusun atas dasar cara seperti yang dikemukakan adalah teori Binet. Binet menyatakan sifat hakikat intelegensi itu ada tiga macam a. Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan ( memperjuangkan ) tujuan tertentu . makin cerdas seseorang, maka akan makin cakaplah dia membuat tujuan sendiri, punya inisiatif sendiri, tidak menunggu perintah saja. Dan makin cerdas

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

38

seseorang maka dia akan makin tetap pada tujuan itu, tidak mudah dibelokkan oleh orang lain dan suasana lain. b. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencapai tujuan itu. Jadi makin cerdas sesorang dia akan makin dapat meyesuaikan cara-cara menghadapi sesuatu dengan semestinya; makin dapat bersifat kritis c. Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri, kemampuan untuk belajar dari kesala yang telah dibuatnya. Makin cerdas seseorang makin dapat dia belajar dari kesalahannya; kesalahan yang telah dibuatnya tidak mudah diulangi lagi

B. pengukuran intelegensi Semenjak para ahli psikologi mulai mengadakan cara pendekatan secara empiris, maka pengukuran intelegensi telah banyak manarrik para ahli, terlebih-lebih setela gerakan pengukuran dalam lapangan psikologi maju dengan pesat. Dalam pembahasan mengenai pengukuran intelegensi ini pada hemat penulis jalan yang paling baik ialah secara historis, jadi mengemukakan sejarah usaha para ahli dalam bidang ini, yang sekaligus juga menunjukkan teknik-teknik yang dipergunakan dalam penyelidikan atau pengukuran intelegensi, serta penilaian mengenai usaha-usaha tersebut. Kalau kita menempuh cara historis ini, maka secara teknis dapat kita lalui 2 jalan, yaitu : a. Mengemukakan sejarah perkembangan usaha para ahli dalam bidang ini, dengan maksud memberikan gambaran yang bersifat umum mengenai persoalannya, dan b. Mengemukakan sejarah perkembangan tes intelegensi model binnet, karena model ini lah yang sampai dewasa ini dianggap oleh kebanyakan ahli sebagai yang paling baik, dan karenanya juga paling banyak dipakai, terutama untuk menyelidiki anakanak yang masih muda

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

39

BAB IV PERBEDAAN-PERBEDAAN DALAM BAKAT

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

40

A. Apakah Bakat Itu? Woodworth dan marquis memberikan defenisi demikian : aptitude is predictable achievement and can be measured by specially devised test. Bakat ( aptitude ), oleh woodworth dan marquis dimasukkan dalam kemampuan ( ability ). Menurutnya ability memiliki tiga arti, yaitu : a. Acheivement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur secara langsung dengan alat atau tes tertentu. b. Capacity yang merupakan potential ability, yang apat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman. c. Aptitude, yaitu kualitas yang haya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. B. Bagaimana Cara Kita Mengenal Bakat Seseorang Biasanya yang dilakukan dalam diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan ( ranking ) mengenai berbagai bakat pada setiap individu. Prosedur yang biasanya ditempuh adalah sebagai berikut : a.Melakukan anaisis jabatan ( job analysis ) atau analisis lapangan studi untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut. b.Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan ( job deskription ) atau pencandraan lapangan studi. c.Dari pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu d.Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapannya ( alat pengungkap bakat ), yang biasanya berwujud tes

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

41

BAB V PERKEMBANGAN INDIVIDU

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

42

A. Apakah Perkembangan Itu Kalau kita teliti buku-buku yang membicarakan masalah ini, maka jawaban para ahli terhadap pertanyaan apakah perkembangan itu adalah bermacam-macam sekali. Akan tetapi betapapun juga berbeda-bedanya pendapat para ahli tersebut, namun semuanya mengakui bahwa perkembangan itu adalah suatu perubahan; perubahan ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Secara teknis, perubahan tersebut biasanya disebut proses. Jadi pada garis besarnya para ahli sependapat, bahwa perkembangan itu adalah suatu proses. Tetapi apabila persoalan kita lanjutkan dengan mempersoalkan proses apa, maka disini kita dapatkan lagi bermacam-macam jawaban, yang pada pokoknya berpangkal kepada pendirian masingmasing ahli. Pendapat atau konsepsi yang bermacam-macam itu pada pokoknya dapat kita golongkan menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran asosiasi,
Yaitu para ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat, bahwa para hakikatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi.

2) Konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran Gestalt dan Neo-Geostalt, dan
Pengikut aliran psikologi ini mengemukakan konsepsi yang berlawanan denga konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli yang mengikuti alitan asosiai. Bagi para ahli yang mengikuti aliran ini, perkembangan itu adalah proses deferensiasi.

3) Konsepsi-konsepsi para ahli yang mengikuti aliran sosiologisme


Para ahli yang mengikuti aliran ini menganggap bahwa perkembangan adalah proses sosialisasi. Anak manusia mula-mula bersifat asosial ( barangkali untuk tepatnya dapat disebut prasosial ) yang kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan.

A. Nativisme (pembawaan) Pembawaan adalah potensi-potensi yang dibawa setiap individu ketika lahir yang merupakan warisan dari orang tua. Para ahli yang beraliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung kepada faktor dasar/pembawaan. B. Empirisme (lingkungan) Para ahli yang mengikuti pendirian empirisme mempunyai pendapat yang bertentangan dengan pendapat aliran nativisme. Jika pengikut-pengikut aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor dasar, maka pengikut-pengikut

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

43

aliran emperisme berpendapat bahwa perkembangan semata-mata bergantung kepada faktor lingkungan, sedang dasar tidak memainkan peranan sama sekali.

C. Konfergensi Aliran ini dipelopori oleh William Stem (1871-1938). Aliran ini mengakui kedua-duanya. Jadi pendidikan itu perlu sekali, tetapi semua ini terbatas karena bakat daripada anak didik. Aliran ini menjembatani atau menengahi kedua teori sebelumnya yang bersifat ekstrim yaitu teori nativisme, sesuai dengan namanya konvergensi yang artinya perpaduan, maka berarti teori ini tidak memihak bahkan memadukan pengaruh kedua unsur pembawaan dan lingkungan tersebut dalam proses perkembangan.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

44

BAB VI PERUBAHAN INDIVIDU KARENA BELAJAR

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

45

A. Apakah Belajar itu? Dikalangan para ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan tentang belajar (learning). Namun demikian baik secara explisit maupun implicit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya ialah bahwa dalam definisi maupun konsep belajar selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengulangan tertentu. Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan baru mungkin juga bersifat penambahan informasi atau pengetahuan / keterampilan yang telah ada. Bahkan mungkin pula merupakan reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian tertentu yang tidak dikehendaki. Misalnya kebiasaan merokok, ekspresi marah, dan sebagainya. Dari uraian di atas kita dapat mengidentifikasikan beberapa ciri perubahan yang merupakan ciri prilaku belajar diantaranya adalah : Bahwa perubahan itu intensional dalam arti pengalaman atau praktek/latihan itu dengan disengaja dan disadari dilakukan, bukan secara kebetulan Bahwa perubahan itu positif dalam arti sesuai seperti yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi siswa atau segi guru Bahwa perubahan itu efektif dalam arti pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar yang bersangkutan serta fungsional dalam arti perubahan hasil belajar itu (setidaktidaknya sampai batas tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah Kalau kita simpulkan definisi-definisi dari para ahli psikologi yang berlainan titik tolaknya maka kita dapat hal-hal pokok sebagai berikut: Bahwa belajar itu membawa perubahan Bahwa perubahan itu pada pokoknya didapat dari kecakapan baru Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar 1. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar yaitu: Faktor non sosial seperti keadaan suhu, cuaca, waktu dan alat yang digunakan Faktor sosial yaitu faktor manusia, misalnya bahwa kehadiran orang lain pada saat akan membawa pengaruh pada kegiatan belajar.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

46

2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar Faktor-faktor fisiologis yaitu keadaan tonus jasmani, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan jasmani yang tidak segar Faktor-faktor Psikologis, adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk belajar seperti yang dikatakan Arden. N. Frandsen, yaitu: Adanya sifat ingin tahu Adanya sifat kreatif Adanya keinginan untuk mendapat simpati Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan Adanya ganjaran/hukuman sebagai hasil dari belajar itu Adanya keinginan mendapatkan Rasa Aman apabila menguasai pelajaran.

C. Makna dan Manifestasi Perbuatan Belajar Hakekat dari perbuatan belajar adalah perubahan prilaku dan pribadi. Perubahan dalam konteks belajar itu bersifat fungsional/struktural, material, dan behavioral, serta Keseluruhan Pribadi. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Belajar Merupakan Perubahan Fungsional Pendapat ini dikemukakan oleh penganut teori daya (Faculty Psikology) dan paham nativisme. Paham ini berpendirian bahwa jiwa manusia itu terdiri atas sejumlah fungsi-fungsi yang memiliki daya atau kemampuan tertentu (missal: daya mengingat, berfikir, dll). Agar daya-daya itu berlaku secara fungsional maka harus dilatih, maka dari itu dalam contect ini belajar adalah melatih daya. Jadi hasil belajar dalam bidang tertentu menurut teori ini akan dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain, teori ini kita temukan dalam teori kognitivisme. Dalam teori keseimbangannya yang disebut Accomodation dijelaskan bahwa struktur fungsi kognitif itu dapat berubah kalau individu berhadapan dengan hal-hal yang baru yang tidak dapat diorganisasikan kedalam struktur yang telah ada. Dengan demikian belajar dalam hal ini mengandung makna perubahan Struktural. b. Belajar Merupakan Perkayaan Materi (Material) dan Perkayaan Pola-pola Prilaku baru (Behavior) Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham ilmu jiwa Asosiasi (Johnlocke dan Herbart) lebih jauh lagi faham Empirisme. Paham ini berasumsi bahwa pada
Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

47

kelahirannya jiwa manusia itu laksana bejana kosong yang harus diisi agar dapat berfungsi. Maka dalam konteks ini belajar dapat diartikan sebagai suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan-pengetahuan, pengalaman-pengalaman yang sebanyak-banyaknya melalui hafalan. c. Belajar Merupakan Perubahan Prilaku Pribadi secara Keseluruhan Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham jiwa gestalt yang lebih jauh lagi bersumber pada paham Organimismic Psychology. Dalam konteks ini belajar merupakan prilaku organisme sebagai totalitas yang bertujuan keseluruhan lebih penting daripada bagian-bagian dengan kata lain meskipun hal yang dipelajari itu bersifat khusus namun akan mempunyai makna bagi totalitas pribadi individu yang bersangkutan. Dari ketiga pandangan di atas dapat kita simpulkan bahwa belajar itu dapat dimanifestasikan dalam 3 hal: 1. Pertambahan Materi Pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip, dll. 2. Penguasaan pola-pola: Prilaku Kognitif (pengamatan, proses berfikir, dll.) Prilaku Afektif (sikap-sikap, apresiasi, dll.) Prilaku Psikomotor (keterampilan-keterampilan)

3. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian D. Bagaimana Belajar itu Terjadi? Kalau dikaitkan lagi dengan belajar mengajar sebagai suatu keseluruhan proses maka dapatlah dikatakan bahwa seseorang mulai belajar kalau diawali dengan menciptakan situasi yang dapat menimbulkan keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk memperoleh kecakapan baru. Teori-teori tentang bagaimana belajar itu terjadi dapat dibedakan dalam 2 golongan, yaitu: d. Teori molecular: Teori ini berpendapat bahwa perkembangan tingkah laku itu tergantung pada belajar. Golongan molecular ini menggunakan introspeksi sebagai salah satu metode dalam psikologi. Dan bahwa segala tingkah laku manusia terbentuk dari pengalaman-pengalaman individu atau Karena latihan (Bertujuan Historik)

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

48

Teori molar: teori ini berpendapat bahwa yang primer adalah keseluruhan misalnya sepeda itu lebih daripada sejumlah onderdil. Para penganut teori ini juga memakai metode introspeksi. Para penganut teori molar lebih menekankan pengalaman masa kini dalam tingkah laku manusia. Struktur dari problem yang dihadapi sekarang lebih menentukan bagaimana penyelesaian problem itu daripada pengalaman masa lampau.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

49

BAB VII PENILAIAN HASIL-HASIL PENDIDIKAN

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

50

A. PENDAHULUAN 1. Masalah penilaian hasil hasil pendidikan bukanlah masalah baru ; ujian adalah cara yang paling umum dilakukan dalam usaha tersebut Pendidikan adalah usaha manusia ( pendidik ) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik kekedewasaan. Sebagai sesuatu usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita tertentu sudah sewajarnya bila secara tujuan atau cita-cita tertentu sudah sewajarnya bila secara implisit telah mengandung masalah penilaian terhadap usaha tersebut. 2. Rapor sebagai perumusan terakhir sesaat daripada penilaian hasil-hasil pendidikan Rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya. 3. Fungsi penilaian dalam proses Adapun dasar orang melakukan penilaian dibagi atas 3 kelompok, yaitu psikologis yang berkaitan dengan keadaan jiwa, didaktis yang berkaitan dengan percobaan dalam prestasi yang akhirnya harus membuahkan hasil yaitu sebuah keberhasilan, dan administratif adalah lembaran hasil penilaian yang berkumpul menjadi satu yang disebut dengan rapor. B. TEKNIK PENILAIAN 1. Syarat-syarat penilaian yang baik Syarat-syarat penilaian yang baik itu dapat diubah menjadi apakah syarat-syarat tes yang baik. Adapun syarat-syarat tes yang baik itu adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. Tes itu harus reliable Tes itu harus valid Tes itu harus objektif Tes itu harus diskriminatif Tes itu harus comprehensive Tes itu harus mudah digunakan

2. Bermacam-macam bentuk penilaian. Secara garis besar ada dua macam bentuk penilaian, yaitu tes objektif dan tes subjektif atau yang biasa juga disebut essay examination.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

51

C.

STATISTIKA SEDERHANA 1. Perlu dan Pentingnya Soal Ini Penilaian pada dasarnya adalah semacam pengukuran. Didalam penilaian itu kita

mengenakan norma-norma tertentu. Hasil penilaian itu biasanya kita nyatakan dalam berbagai cara, tetapi cara yang paling umum digunakan ditanah air kita adalah dengan menyatakannya dengan angka atau bilangan. 2. Bermacam-macam Data Kuantitatif Telah dikemukakan bahwa data yang akan diolah dengan statistika itu haruslah data kuantitatif, sehingga kalau sekiranya kita menghadapi data kualitatif, maka terlebih dahulu harus dilakukan kuantifikasi. Dalam pada itu data kuantitatif itu dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu : a. b. c. d. Data nominal Data ordinal Data interval Data nisbah ( rasio )

3. Pembuatan Tabel Frekuensi Jika sekiranya kita mempunyai siswa 50 orang, kepada mereka kita berikan ulangan ( tes, ujian ) maka yang kita peroleh adalah sekumpulan nilai-nilai yang tidak teratur. Untuk mudah memahaminya kita harus menyusunnya kembali agar lebih teratur dan enak dilihat mata. Misalnya seperti ini Skor = x 9 8 7 6 Frekuensi Tanda 111 1111 1111 1111 1111 1111 1 11 f 3 5 11 12

4. Ukuran-ukuran Tendensi Sentral Didalam statistika ada tiga macam ukuran mengenai kecenderungan pemusatan, yaitu a. Rata-rata hitung = rata-rata = mean, diberi lambang X b. Titik tengah ( medium ) diberi tanda md c. Modus diberi tanda Mo 5. Ukuran-ukuran Pemencaran ( sebaran ) atau variabilitas

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

52

Ada bermacam macam ukuran pemencaran,tetapi yang kiranya sangat perlu dikemukakan disini ialah ukuran deviasi atau penyimpangan. Penyimpangan atau deviasi, yaitu bilangan yang menunjukkan penyimpangan nilai-nilai dari rata-rata. Jadi deviasi itu lengkapnya adalah deviasi dari rata - rata 6. Korelasi Korelasi adalah data yang menunjukkan sejauh mana dari semua kumpulan data itu saling berhubungan.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

53

KELEBIHAN BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN KARYA Drs. SUMADI SURYABRATA, BA., M.A., Ed.s., Ph.D. 1. Buku ini memuat banyak tentang psikologi, terutama psikologi yang berkenaan dengan pendidikan. 2. Buku ini memiliki bobot yang cukup bagi mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu pendidikan, terutama di bidang psikologi pendidikan. 3. Buku ini memuat contoh yang cukup bagus,terutama pada bab terakhir dalam pemberian hasil pendidikan. 4. Susunan dari bab ke bab yang lain saling berhubungan,sehingga ketika membacanya akan lebih memahami hal apa yang harus dilakukan ketika sedang berada pada situasi yang berkenaan pada setiap bab. 5. Secara keseluruhan, buku ini memuat banyak hal tentang pendidikan tanpa mengabaikan pentingnya psikologi bagi pendidikan tersebut. 6. Setiap bab memiliki ciri khas tersendiri dalam menggunakan tatanan bahasanya,sehingga terkadang menimbulkan hal yang baru ketika membacanya. 7. Pendapat yang dikemukakan dalam buku ini tidak terlepas dari pendapat para ahli psikologi, sehingga menjadi reverensi tambahan bagi pembaca. 8. Pembahasan dalam buku ini memuat semua realita yang sedang terjadi dalam dunia pendidikan 9. Solusi yang diberikan dalam buku ini cukup bagus bila dipahami dan dapat diikuti dalam dunia proses belajar mengajar. 10. Buku ini memberikan kelemahan dan perhatian khusus dalam beberapa bab, hal ini ditujukan agar pembaca mampu mempertimbangkan setiap percobaan yang akan dilakukan. 11. Disetiap akhir bab, buku ini memberikan bantuan berupa catatan praktis seperti sebuah rangkuman yang berisi peringatan serta saran-saran

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

54

KELEMAHAN

BUKU

PSIKOLOGI

PENDIDIKAN

KARYA

Drs.

SUMADI

SURYABRATA, BA., M.A., Ed.s., Ph.D. 1. Bahasa yang digunakan terlalu tinggi,sehingga bagi mahasiswa memiliki kesulitan dalam memahami maksud yang tertuang dalam buku ini. 2. Dalam menyusun kalimat, terkadang berbelit belit sebelum mencapai inti dari sebuah pengertian suatu materi. 3. Dibeberapa bab terdapat pengertian yang tidak dapat dipahami karena bertolak belakang dengan judul materi. 4. Secara keseluruhan buku ini hanya menerangkan masalah pendidikan yang terjadi secara umum, tidak mendetail atau berkenaan dengan target pendidikan. 5. Contoh yang diberikan terlalu sedikit dan menurut saya kurang relevan. 6. Dibanding dengan buku yang lain, misalnya buku karya JOHN W. SANTROK, buku ini harus menambah bobot lagi, karena dalam buku ini mengaitkan antara psikologi dengan pendidikan saja, tidak memberikan penanganan khusus dalam setiap masalah yang akan timbul dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan psikologi. 7. Terlalu banyak pendapat para ahli,sehingga tidak mengaburkan teori yang seharusnya dikeluarkan oleh penulis buku ini.

Psikologi Pendidikan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.

55

Anda mungkin juga menyukai