Anda di halaman 1dari 10

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Globalisasi dan Nasionalisme

Disusun Oleh :
Dyah Muawiyah (K3312026)

Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013

Pengaruh Globalisasi bagi Generasi Muda terhadap Budaya Bangsa


A. Latar Belakang
Globalisasi adalah sebuah proses yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah tatanan dunia secara mendasar. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), arus globalisasi pun berkembang pesat di dalam masyarakat, terutama di generasi muda. Selain itu, globalisasi juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap generasi muda. Salah satu pengaruh yang ditimbulkan globalisasi terhadap generasi muda adalah berkurangnya rasa nasionalisme generasi muda terhadap bangsanya. Banyak generasi muda yang saat ini kehilangan identitas akan bangsanya dan lebih memilih menggunakan atau memajukan identitas bangsa lain. Contohnya adalah tarian tradisional. Saat ini banyak generasi muda yang lebih tertarik mempelajari dance-dance yang berbau barat atau mempelajari dance-dance korea, seperti fenomena gangnam style dan harlem shake beberapa waktu yang lalu. Selain itu, ada lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah yang mulai hilang keberadaannya. Hal ini disebabkan oleh sejak kecil, generasi muda sekarang tidak lagi diajarkan tentang lagu-lagu tersebut. Baik dari pihak orang tua maupun pihak sekolah tidak lagi mementingkan hal tersebut. Di rumah generasi muda sekarang lebih tertarik untuk melihat lagulagu barat atau korea, dan orang tuanya tidak melarang. Di sekolah generasi muda yang sekarang hanya mengenal beberapa lagu nasional yang sering digunakan ketika upacara bendera setiap hari senin, tanpa mengetahui lagu nasional lainnya. Contoh lainnya adalah penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baik. Kebanyakan generasi muda saat ini lebih bangga berbicara dalam bahasa Inggris daripada bahasa daerah atau bahasa Indonesia. Sehingga tidak jarang kita menemukan generasi muda yang berbicara dengan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain itu mereka juga lebih sering menggunakan kata-kata makian (umpatan) dalam bahasa Inggris, yang di dapatnya ketika menonton film barat, atau dari internet. Selain itu, pengaruh globalisasi dirasakan secara nyata pula dalam kehidupan bermasyarakat. Contohnya adalah generasi muda yang saat ini mulai kehilangan sopan-santunnya terhadap orang tua, berkurangnya rasa kebersamaan dan lebih dominan sifat individualismenya, serta menurunkan rasa sosial terhadap masyarakat karena lebih tertarik menggunakan gadget nya dibandingkan berhubungan langsung dengan orang lain

B.

Pembahasan
1. Globalisasi dan Nasionalisme Globalisasi adalah suatu proses dimana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Globalisasi merupakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Menurut pendapat Edison A. Jamli, dkk. (Kewarganegaraan, 2005) yang dikutip oleh Kompasiana, menyatakan bahwa globalisasi pada hakikatnya adalah gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di negara Berkembang. Internet. Public Journal. September 2005) yang dikutip oleh Kompasiana menyatakan bahwa sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi komunikasi pada skala dunia. Nasionalisme diartikan sebagai paham kebangsaan, kesadaran kebangsaan atau semangat kebangsaan. Menurut Mark Juergensmeyer, nasionalisme adalah gagasan bahwa individu secara ilmiah terikat dengan orang-orang dan tanah kelahirannya secara turun-temurun, dalam suatu sistem ekonomi politik tertentu yang diidentifikasi dengan negara-bangsa. 2. Dampak Positif dan Negatif Globalisasi Globalisasi berkembang di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan keamanan, dan lainlain. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi faktor utama dalam globalisasi, sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan globalisasi ini pun membawa dampak positif dan negatif, antara lain : a. Dampak Positif 1) Dari aspek politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih, dan dinamis tentunya akan mendapatkan tanggapan positif dari rakyat. 2) Dari aspek ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa. 3) Dari aspek sosial budaya, kita dapat meniru pola piker yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin, serta IPTEK dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa. 4) Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan 5) Mudah melakukan komunikasi

6) 7) 8) 9)

Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi) Menimbulkan sikap kosmopolitan dan toleran Memacu untuk meningkatkan kualitas diri Mudah memenuhi kebutuhan

b. Dampak Negatif 1) Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tersebut terjadi, akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan menghilang. 2) Dalam aspek ekonomi, hilangnya rsa cinta terhadap produk dalam negeri, dan lebih memilih produk luar negeri yang membanjir Indonesia. Contohnya, masyarakat sekarang lebih suka makan di Mc Donald, Pizza Hut, KFC, dll. daripada memakan makan asli Indonesia. Selain itu masyarakat lebih memilih produk luar negeri ketika membeli pakaian dengan alasan produknya lebih bagus. 3) Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan yang miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin, yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. 4) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. 5) Informasi yang tidak tersaring 6) Perilaku konsumtif. Seiring dengan era globalisasi, kebutuhan akan gadget pun semakin meningkat di masyarakat. Tidak hanya sebagai kebutuhan primer, namun juga dianggap sebagai trend mengikuti perkembangan zaman. Tuntutan inilah yang membuat bangsa Indonesia terus-menerus membeli gadget dari pihak luar tanpa mau memikirkan cara membuat atau mengembangkannya. 7) Membuat sikap menutup diri dan berpikir sempit. 8) Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk. Pemborosan pengeluaran diakibatkan oleh perilaku konsumtif. Sedangkan meniru perilaku yang buruk dapat di lihat dari pergaulan bebas yang semakin berkembang di masyarakat Indonesia, yang mana pergaulan bebas ini diambil dari budaya barat. 9) Masyarakat kita khususnya generasi muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. Dampak-dampak negatif di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau bahkan hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi

kepada masyarakat untuk diterapkan ke negara kita. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menimbulkan dilematis. Belum tentu budaya tersebut susuai di Indonesia. 3. Pengaruh Globalisasi bagi Generasi Muda terhadap Budaya Bangsa Sebagai generasi muda, kita pasti ingin mengikuti perkembangan zaman, atau bahasa kerennya up to date. Selain itu, kita pasti selalu ingin dianggap setara dalam pergaulan sehari-hari. Oleh karena itulah, generasi muda suka menjelajahi internet yang notabene tidak ada batas ruang dan waktu. Dengan adanya internet, generasi muda dapat mencari hal apapun, dimanapun, dan kapanpun. Kita dapat melihat budaya barat hanya dengan modal sebuah komputer dan modem di depan kita. Kita dapat mengetahui berita terbaru di luar negeri hanya dengan sekali kedipan mata. Bahkan kita dapat mengetahui trend terbaru di luar sana hanya dengan internet. Secara tidak langsung, perkembangan penggunaan internet inilah yang menjadi jalan masuknya globalisasi terhadap generasi muda di Indonesia. Internet yang sangat berguna bisa menjadi sangat merugikan ketika pengaruh globalisasi yang dihasilkannya berdampak negatif terhadap generasi muda. Salah satu dampak negatif globalisasi bagi generasi muda adalah dalam bidang kebudayaan bangsa Indonesia. Dampak negatif globalisasi terhadap kebudayaan Indonesia mengakibatkan kurang atau bahkan hilangnya rasa nasionalisme dalam diri generasi muda Indonesia. Globalisasi menyebabkan generasi muda mulai kehilangan identitas bangsanya. Mereka lebih mencintai budaya luar dan lebih bangga mengenakan identitas bangsa lain. Padahal, maju atau tidaknya negara Indonesia ini ditentukan oleh generasi mudanya. Berikut adalah beberapa budaya bangsa yang semakin pudar seiring dengan berkembangnya globalisasi pada generasi muda: a. Lagu Nasional dan Lagu Daerah Pada zaman dahulu, guru-guru SD masih sering mengajarkan lagulagu nasional dan lagu daerah kepada murid-muridnya, dengan harapan murid-muridnya dapat mengajarkan lagu-lagu tersebut ke anak-cucunya kelak, agar lagu-lagu tersebut tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman. Pada zaman dahulu pula, masih diadakan lomba-lomba untuk menyanyikan lagu-lagu nasional dan daerah sehingga generasi mudanya berlomba-lomba untuk mempelajari lagu-lagu tersebut. Namun, seiring dengan perkembangan zaman lagu-lagu tersebut mulai memudar bahkan hilang bagi generasi muda. Ketika orang tua ingin mengajari mereka tentang kedua lagu tersebut, mereka lebih tertarik denga lagu-lagu barat dan korea. Selain itu, pihak sekolah yang seharusnya ikut bertanggungjawab dalam mengenalkan lagu tersebut kepada murid-muridnya, seakan lupa dengan tanggung jawabnya. Pada tahun 2000-2003-an, masih banyak sekolah-sekolah yang mengajarkan lagu-lagu nasional dan daerah yang beraneka ragam. Namun semakin ke sini hal tersebut mulai hilang. Saat upacara senin pagi kita hanya menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta, dan Garuda Pancasila saja, sehingga kita

hanya mengenal tiga lagu tersebut. Di beberapa tempat, saat SD dan SMP masih rutin mengadakan upacara bendera setiap senin pagi untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur demi bangsa Indonesia. Memasuki SMA, upacara bendera hanya dilaksanakan setiap dua minggu sekali, dan ketika kuliah, kita hanya upacara ketika ada hari-hari besar nasional. Saat ini kita mengenal lagu nasional hanya pada saat upacara bendera, itupun hanya tiga lagu seperti yang disebutkan di atas. Apabila kita tidak pernah melaksanakan upacara bendera lagi, bagaimana bisa kita tetap mengingat lagu-lagu tersebut. Terlebih lagu daerah. Biasanya lagu daerah diajarkan oleh kedua orang tua kita. Orang tua kita mengajarkan lagu dari daerahnya masing-masing. Namun sekarang banyak diantara kita yang tidak tinggal bersama orang tua. Bagaimana bisa kita mempelajari lagu daerah apabila tidak ada orang yang mengajarkannya. Ditambah saat kita hidup jauh dari orang tua dan minim pengawasan, kita semakin bebas untuk mengakses internet sehingga budaya luar begitu mudah mempengaruhi diri generasi muda saat ini. b. Tarian Tradisional Bukan rahasia umum lagi bahwa saat ini generasi muda lebih tertarik mempelajari dance-dance barat maupun korea. Banyak diantara mereka bernggapan bahwa tarian tradisional itu sudah ketinggalan zaman, sehingga mereka ingin mempelajari hal-hal baru yang lebih modern, tanpa disadari bahwa sebenarnya sedikit demi sedikit mereka telah membunuh budaya bangsanya sendiri. c. Bahasa Daerah Dengan ditetapkannya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, maka tidak jarang kita melihat generasi muda berbicara campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa inggris. Memudarnya bahasa daerah ini dapat terlihat jelas dari masyarakat di sekitar kita. Banyak tempat les bahasa asing dibuka di sekitar masyarakat. Ditambah dengan pemikiran orang tua yang ingin anaknya memahami bahasa internasional tersebut agar lebih sukses di masa depannya. Oleh karena itulah banyak pula generasi muda yang lebih tertarik mempelajari bahasa negara lain dibandingin dengan bahasa daerahnya sendiri. Bahkan banyak diantara generasi muda ini yang mendapatkan nilai lebih tinggi untuk bahasa asing disbanding dengan bahasa ibunya sendiri, bahasa Indonesia. Selain itu, tidak jarang kita temukan orang Jawa yang tidak paham bahasa Jawa, orang Palembang yang tidak menguasai bahasa daerahnya, dsb. d. Alat Musik Tradisional Kemudahan dalam mengakses internet dan televisi membuat generasi muda melihat bahwa banyak alat musik modern di luar sana yang terlihat lebih keren daripada alat musik tradisonal bangsanya sendiri. Tidak jarang kita lihat saat ini banyak generasi muda yang

lebih tertarik mempelajari gitar, drum, piano, biola, daripada mempelajari angklung, kulintang, seruling, dan sebagainya. Hal ini membuat alat musik tradisional semakin hilang keberadaannya. Apabila hanya orang-orang tua yang mau memainkan alat musik tradisional, dan generasi muda tidak mau mempelajarinya, akan tiba saat dimana tidak ada orang yang mampu memainkan alat musik tradisional, atau bahkan tidak mengetahui alat musik tradisional bangsanya sendiri. e. Pemakaian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan sebutan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai dan rasa. Sekarang ada kecendrungan di kalangan generasi muda yang lebih suka menggunakan bahasa gau Jakarta seperti kata elo (kamu), dan gue (saya). Selain itu, kita sering mendengarkan generasi muda sekarang menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ketika berbicara, seperti OK, no problem, yes, dan lain-lain. Bahkan tidak jarang kita mendengarkan umpatan-umpatan yang diucapkan dalam bahasa Inggris seperti damn, fuck, shit, dan sebagainya. Kata-kata tersebut disebarkan melalui media TV, internet, iklan-iklan, dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan gaya berpakakaian. f. Gaya Berpakaian Generasi Muda Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan zaman. Ada kecendrungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Banyak pula cara berpakaian remaja-remaja putrid yang berdandan seperti selebritis yang cenderung mengikuti budaya Barat. Mereka mengenakan pakaian minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Tidak ketinggalan gaya rambut mereka yang di cat beraneka warna. Singkat kata, generasi muda sekarang lebih suka jika menjadi orang lain namun menutupi identitas dirinya sendiri. Budaya berpakaian minim ini diambil dari majalah-majalah luar negeri yang di transformasikan ke dalam sinetron-sinetron Indonesia. Derasnya arus informasi yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut menyumbang bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend di lingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan baik oleh masyarakat. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur

(termasuk Indonesia) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran. g. Gaya Hidup Konsumtif Kurangnya pengetahuan generasi muda dalam pembuatan gadget, ditambah dengan rasa selalu ingin tampil modern dan tidak ketinggalan zaman, membuat generasi muda memiliki gaya hidup yang konsumtif. Ditambah dengan iklan-iklan yang ditampilkan oleh masingmasing gadget melalui media elektronik, media massa, dan internet. Selain itu tuntutan zaman memaksa remaja yang tidak mampu pun untuk mengikutinya, atau dia akan dianggap tidak setara oleh temantemannya dalam pergaulan, terutama di kota-kota besar. h. Komunikasi Indonesia terkenal dengan masyarakatnya yang ramah-ramah, artinya komunikasi di Indonesia berjalan dengan baik. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan merebaknya dampak globalisasi, hal tersebut semakin memudar. Hal ini disebabkan oleh masyarakat Indonesia yang saat ini lebih senang memilih berkomunikasi menggunakan gadget nya dibandingkan dengan bertemu langsung dengan orangnya. Selain itu, tidak jarang kita melihat di tengah keramaian, banyak generasi muda yang terlarut dalam kesenangan gadget nya masing-masing, padahal disekitarnya ada banyak orang. Mereka terkesan tidak peduli dengan lingkungannya, dan bagi mereka, apa yang ada di gadget itulah yang penting. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya sosial media di dunia maya, sehingga memudahkan orang-orang yang terpisah oleh jarak untuk berkomunikasi. Namun masalah muncul ketika masyarakat terutama generasi muda lebih suka berkomunikasi lewat gadget mereka daripada bertatap muka secara langsung.

KESIMPULAN
Globalisasi memanglah mebawa banyak dampak positif nagi bangsa Indonesia, salah satunya adalah kemajuan teknologi di era modern seperti saat ini. Ada pula kemajuan teknologi transportasi yang memudahkan masyarakat Indonesia dalam bepergian dalam negeri dalam waktu yang singkat, mengingat Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang artinya tidak dapat ditempuh oleh jalur darat saja. Namun, globalisasi juga membawa lebih banyak dampak negatif, terutama bagi generasi muda bangsa Indonesia. Dampak negatif yang sangat fatal bagi generasi muda adalah merosotnya nilai budaya-budaya bangsa di mata mereka. Generasi muda saat ini lebih menyukai hal-hal yang berbau kebarat-baratan dan korea, dibandingkan bangga dengan budayanya sendiri. Lama kelamaan hal ini dapat menyebabkan hilangnya identitas bangsa Indonesia itu sendiri. Globalisasi itu bagus apabila masyarakat dan generasi muda dapat menyaringnya dengan baik. Ambil hal-hal positif dari globalisasi, dan tinggalkan hal-hal negatifnya, dan yang penting adalah sesuaikan hal-hal yang kita ambil tersebut dengan budaya Indonesia. Namun hal yang paling penting adalah melestarikan budaya sendiri. Apabila Indonesia masih banyak memiliki kebudayaan yang belum di eksplorasi, mengapa kita harus mempelajari budaya bangsa lain?

DAFTAR PUSTAKA
Agie Setiyo Nugroho. 2012. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-nilai Kehidupan Masyarakat Indonesia. http://inafelice.blogspot.com/2012/03/pengaruh-globalisasiterhadap-nilai.html. (Diakses pada 17 Maret 2013). Fitria Masud. 2012. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme. http://politik.kompasiana.com/2012/03/15/pengaruh-globalisasi-terhadap-nilai-nilainasionalisme-447110.html. (Diakses pada 17 Maret 2013). Nella Hutasoit. 2012. Pengaruh Globalisasi terhadap Rasa Nasionalisme Bangsa Indonesia. http://nellahutasoit.wordpress.com/2012/04/22/pengaruh-globalisasiterhadap-rasa-nasionalisme-bangsa-indonesia/. (Diakses pada 17 Maret 2013). Suryono Hasan, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Surakarta: UNS Press. Widya Astuti. 2012. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai Nasionalisme. http://wiwidtwidya.blogspot.com/2012/11/pengaruh-globalisasi-terhadap-nilai.html. (Diakses pada 17 Maret 2013).

Anda mungkin juga menyukai