Anda di halaman 1dari 14

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Dapat Mencegah Tindak Pidana Korupsi (Oleh: H.

Abdul Chair Ramadhan)

(Disampaikan dalam Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVI Lemhannas RI)

BAB I PENDAHULUAN
1. Umum Pancasila adalah lima nilai luhur yang ada dan berkembang dalam bangsa Indonesia dari sejak dahulu sampai dengan sekarang, di mana nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang sesuai dan berurat akar dalam bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut

merupakan nilai-nilai yang banyak digali oleh The Founding Fathers dalam perumusan dasar negara yang akan dipakai oleh bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaannya.[1] Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Hans Kelsen merupakan grundnorm[2] ataupun menurut Teori Hans Nawiasky disebut sebagai

staatsfundamentalnorm. Dalam hal ini menurut A. Hamid S. Attamimi secara eksplisit bahwa Pancasila adalah norma fundamental negara (staatsfundamentalnorm) Republik Indonesia.[3] Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini, khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Di setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika di setiap tingkah laku kita. Seperti tercantum pada sila ke dua pada Pancasila, yaitu Kemanusian yang adil dan beradab sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar. Pengertian Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat, hirarkhis dan sistematis. Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan

suatu sistem filsafat sehingga ke lima silanya memiliki esensi makna yang utuh. Dasar pemikiran filosofisnya yaitu Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu adalah negara adalah suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia. Dewasa ini, Pancasila sedang mengalami cobaan atau ujian yang cukup berat untuk kesekian kalinya, baik kaitannya dengan eksistensi Pancasila itu sendiri maupun pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Banyak produk hukum dan penegakan hukum yang kurang mencerminkan atau kurang memancarkan nilai-nilai Pancasila, dengan tidak adanya rasa keadilan, rendahnya moral dan ahlak. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun dihadapi permasalahan yang sangat serius yakni praktek korupsi, praktek demikian jelas sangat Persoalan berdampak korupsi di buruk terhadap lajunya roda

pembangunan.

Indonesia

bukan

merupakan

persoalan yang baru. Praktek korupsi telah berlangsung secara terus menerus dan turun-temurun seiring dengan perjalanan sejarah Republik Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, dari segi kuantitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan jumlah kerugian keuangan negara akibat perbuatan tindak pidana korupsi semakin bertambah besar. Keterpurukan perekonomian diyakini sebagai resultan dari adanya tindak pidana korupsi yang sistematis dan meluas. Sistematisnya tindak pidana korupsi sebagai bagian kejahatan terstruktural yang sangat utuh terakar, kuat dan permanen sifatnya, sehingga korupsi sudah menjadi bahagian dari sistem yang ada.[4] Begitu parahnya tindak pidana korupsi telah menempatkan Indonesia pada peringkat tertinggi secara berturut-turut dari tahun ke

tahun. Hal ini dapat dilihat dari laporan Transparency Internasional (TI) sejak satu dekade terakhir (1998-2008), Indonesia selalu menempati peringkat terkorup di dunia. Tahun 1998 (peringkat 6 terkorup dari 85 negara), tahun 1999 (peringkat 3 terkorup dari 98 negara), tahun 2000 (peringkat 5 terkorup dari 90 negara), tahun 2001(peringkat 4 terkorup dari 91 negara), tahun 2002 (peringkat 6 terkorup dari 102 negara), tahun 2003 (peringkat 6 terkorup dari 133 negara), tahun 2004 (peringkat 5 terkorup dari 146 negara), tahun 2005 (peringkat 5 terkorup dari 158 negara), tahun 2006 (peringkat 7 terkorup dari 163 negara), tahun 2007 (peringkat 10 terkorup dari 179 negara), tahun 2008 (peringkat 15 terkorup dari 180 negara).[5] Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia pada tahun 2009 mencapai 2,8 atau naik dari 2,6 pada tahun 2008, merupakan gambaran buruknya tindak pidana korupsi.[6] Dalam penyelenggaraan pemerintahan, nilai-nilai Pancasila

menjadi strategis dalam mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Hal demikian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga

bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil pemikiran, penilaian kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia. 2) Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa

Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3) Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai

kerohanian yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, estetis dan religius yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa. Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan, sangat mendukung dalam pencegahan tindak pidana korupsi, khususnya yang dilakakukan oleh aparat penyelenggara negara. Di samping itu Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan gotong

royong serta pengakuan atas hak-hak individu. Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas humanisme. Oleh karena itu, Pancasila dapat mencegah perilaku korupsi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

2. a.

Maksud dan Tujuan Maksud Maksud dari penulisan essay ini adalah untuk memberikan gambaran pembuktian tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pemerintahan dapat mencegah tindak pidana korupsi. Dengan demikian implementasi nilai-nilai Pancasila sangat strategis dalam upaya

pencegahan tindak pidana korupsi, khususnya yang dilakukan oleh aparatur penyelenggara negara. b. Tujuan Tujuan dari penulisan essay ini ditujukan untuk memberikan kontibusi pemikiran yang akan terus dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk penulisan lanjutan selama penulis mengikuti PPRA XLVI T.A. 2011 di Lemhannas RI. Pada akhirnya, dapat digunakan sebagai bahan kajian strategis kepada Lemhannas RI dan masukan kepada pemerintah berkaitan dengan tema pendidikan Supremasi Hukum Dalam Rangka Ketahanan Nasional.

3.

Ruang Lingkup dan Tata Urut Ruang lingkup dalam penulisan essay ini dibatasi hanya pada halhal yang berkaitan dengan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pemerintahan dapat mencegah tindak pidana korupsi, khususnya yang dilakukan oleh aparatur penyelenggara negara. Adapun penulisan disusun ke dalam 3 (tiga) bab yang sistematis dan saling mengkait satu dengan yang lain serta penyajiannya sesuai dengan kaedah penulisan yaitu runtun, sistematis, mengalir dan utuh dengan tata urut sebagai berikut : a. Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini menjelaskan secara garis besar tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan tata urut, serta pengertianpengertian yang berkaitan dengan materi yang dibahas. b. Bab II : Pembahasan

Pada bab ini dilakukan pembahasan dan analisis atas pembuktian tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pemerintahan dapat mencegah tindak pidana korupsi. Dalam bab ini diuraikan hubungan nilai-nilai Pancasila dalam pemerintahan dengan pencegahan tindak pidana korupsi, implementasi nilai-nilai pancasila dalam pemerintahan sebagai faktor

pendorong pencegahan korupsi dan analisis pengaruh nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan dapat mencegah tindak pidana korupsi. c. Bab III : Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran atas uraian yang dibahas konstruktif dan sistematis. yang bersifat

4.

Pengertian-Pengertian 1) Implementasi, adalah suatu proses, suatu aktivitas yang

digunakan untuk mentransfer idea tau gagasan, program atau harapanharapan yang dituangkan dalam bentuk kebijakan atau ketetapan agar dilaksanakan 2) sesuai dengan hidup, kebijakan atau ketetapan menyeluruh tersebut. terhadap luhur.

Pandangan yang

adalah

wawasan

kehidupan 3)

terdiri

dari

kesatuan

rangkaian

nilai-nilai

Pemerintahan, adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat

aturan-aturan yang harus dijalankan yg bersumber dari pemerintah. 4) 5) Mencegah, adalah menahan agar sesuatu tidak terjadi. Tindak pidana korupsi, adalah segala perbuatan yang melawan

hukum yang merugikan keuangan dan perekonomian negara.

BAB II PEMBAHASAN

5.

Hubungan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Dengan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Pancasila mempunyai daya kekuatan yang menggerakkan masyarakat agar menjalankan tindakan-tindakan riil dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan aspirasi nilai-nilai yang dikandungnya.

Tindakan-tindakan ini bersifat emansipatoris karena pada dasarnya merupakan langkah pembebasan bangsa dari berbagai bentuk penjajahan, penindasan, kekerasan dan dominasi.[7] Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi suatu kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau konvensi. Dalam kehidupannya sebagaid asar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya.[8] Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai persatuan indonesia, nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Lima nilai dasar yang fundamental dalam Pancasila apabila diimplementasikan dengan konsisten dan penuh ketaqwaan oleh seluruh aparatur penyelenggara negara baik di tingkat pusat maupun di derah diyakini akan memberikan pengaruh besar dalam mencegah terjadinya

tindak pidana korupsi. Dikatakan demikian oleh karena Pancasila sebagai dasar negara membawa konsekuensi bahwa segala yang ada dalam negara tersebut haruslah taat asas (konsisten) dengan dasar tersebut, termasuk aturan hukum atau perundang-undangan yang berlaku. Dengan implementasikan nilai-nilai Pancasila dalam wujud

menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh aparat penyelenggara pemerintahan, maka perilaku korupsi dapat dicegah. Dengan berlakunya reformasi, nilai-nilai Pancasila tidak diterapkan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, terlebih lagi dengan dihapuskannya Pancasila sebagai asas tunggal, Pancasila kehilangan kredibilitasnya sebagai ideologi karenya begitu banyak penyelewengan yang mengatasnamakannya. Sejalan dengan hal ini semenjak reformasi hingga sekarang yang terjadi adalah peningkatan tindak pidana korupsi yang perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh bidang penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah. Dengan demikian, maka terlihat hubungan antara nilai-nilai

Pancasila dengan upaya pencegahan tindak pidana korupsi, dengan lain perkataan, semakin kuat implementasi nilai-nilai Pancasila, maka akan semakin rendah perilaku tindak pidana korupsi, sebailknya semakin rendah implementasi nilai-nilai Pancasila, maka semakin tinggi perilaku korupsi.

6.

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemerintahan Sebagai Faktor Pendorong Pencegahan Korupsi Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah dijadikannya nilai nilai dasar menjadi sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai dasar Pancasila itu adalah dijadikannya Pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan norma

hukum di Indonesia. Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem hukum Indonesia itu bersumber dan berdasar pada Pancasila sebagai norma dasar bernegara. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau

staatfundamentalnorm (norma fundamental negara) dalam jenjang norma hukum di Indonesia. Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangan yang ada. Perundang-undangan,

ketetapan, keputusan, kebijaksanaan pemerintah, program - program pembangunan, dan peraturan - peraturan lain pada hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila. Dalam menjalankan fungsi pemerintahan, nilai-nilai Pancasila menjadi sumber norma etik (norma moral). Nilai-nilai Pancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai Pancasila juga dapat diwujudkan ke dalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pelaksanaan fungsi pemerintahan. Dalam kaitannya dengan hubungan implementasi nilai-nilai

Pancasila dalam pemerintahan dan pencegahan tindak pidana korupsi, nilai-nilai Pancasila dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi, khususnya yang dilakukan oleh aparatur penyelenggara pemerintahan. Dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercaya ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia, sifat yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Di dalam nilai terkandung cita-cita, harapan, dan keharusan.[9] Nilai-nilai Pancasila menjadi sumber norma etik (norma moral) yang dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Etika Sosial dan Budaya

Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolong menolong di antara sesama manusia dan anak bangsa. Senafas dengan itu juga menghidupkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk itu, perlu dihidupkan kembali budaya keteladanan yang harus dimulai dan diperlihatkan contohnya oleh para pemimpin pada setiap tingkat dan lapisan masyarakat. 2) Etika Pemerintahan dan Politik

Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif; menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, ketersediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per orang ataupun kelompok orang, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika pemerintahan mengamanatkan agar para pejabat memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila dirinya merasa telah melanggar kaidah dan sistem nilai atau pun dianggap tidak negara. 3) Etika Ekonomi dan Bisnis mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan

Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik oleh pribadi, institusi maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi, dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan bersaing, serta terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usaha-usaha bersama secara berkesinambungan. Hal itu bertujuan menghindarkan terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli, kebijakan ekonomi yang bernuansa kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) ataupun rasial yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan

keadilan, serta menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan. 4) Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan keasadaran bahwa tertib sosial, ketenangan, dan

keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan menuju kepada pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.

7. Analisis Pengaruh Nilai-Nilai Pancasila Dalam Penyelenggaraan Fungsi Pemerintahan Dapat Mencegah Tindak Pidana Korupsi Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang dalam napas dan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila memiliki kebenaran yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia, dan harus dilaksanakan pada tataran praktis dan dilestarikan dalam tataran idenya. Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum, mengandung pedoman berperilaku di berbagai aspek kehidupan, yang dapat dikatakan sebagai janji-janji hukum, yang harus diwujudkan dalam kenyataan, yang ini tidak lain sebagai penegakan hukum. Penegakan hukum sebenarnya sudah dimulai sejak proses pembuatan hukum yakni penuangan pikiranpikiran pembuat hukum maupun kebijakan dalam perumusan yang

bersifat umum dalam suatu produk hukum (penegakan hukum inabstrakto). Selanjutnya, berwenang menghadapi dilaksanakan atau para dalam penerapannya penegak konkret oleh aparat yang dalam hukum

aparat secara

hukum (penegakan

masalah/kasus

inkonkreto), termasuk terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi. Apabila penegakan hukum dilaksanakan dengan konsisten dan penuh ketataqwaan terhadap nilai-nilai Pancasila, maka penegakan hukum akan dapat tewujud dengan mengedepankan aspek keadilan.

Implementasi nilai-nilai Pancasila juga mencakup upaya yang serius kepemimpinan nasional agar dalam menjalankan fungsi

pemerintahan

selalu menjadikan Pancasila sebagai sebuah visi yang

menuntun perjalanan bangsa di masa datang sehingga memposisikan Pancasila agar dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Melalui reaktualisasi Pancasila, nilai-nilai Pancasila ditempatkan dalam kesadaran baru, semangat baru dan paradigma baru dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan baik untuk di tingkat pusat maupun daerah. Aktualisasi nilainilai Pancasila harus menjadi gerakan nasional yang terencana dengan baik sehingga tidak menjadi slogan politik yang tidak ada implementasinya. Melalui gerakan nasional reaktualisasi nilai-nilai Pancasila, bukan saja akan menghidupkan kembali memori publik tentang dasar negaranya tetapi juga akan menjadi inspirasi bagi para penyelenggara negara di tingkat pusat sampai di daerah dalam menjalankan roda pemerintahan yang telah diamanahkan rakyat melalui proses pemilihan langsung yang demokratis. Demokratisasi dan reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung, khususnya reformasi birokrasi pemerintahan dengan

mewujudkan good governace yang saat ini sedang bergulir akan lebih terarah manakala nilai-nilai Pancasila diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan fungsi penyelenggaraan negara baik oleh pemerintah tingkat pusat maupun daerah terbukti dapat mencegah atau setidak-tidaknya menekan angka tindak pidana korupsi. Ideologi yang baik adalah ideologi yang dapat menyesuaikan dirinya dengan kemajuan zaman dan perkembangan masyarakat, maka dalam hal ini ideologi harus mampu menjawab segala permasalahan yang muncul, termasuk perilaku korupsi yang merambah kesemua sektor/bidang penyelenggaraan pemerintahan dengan berbagai modus operandinya. Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat kaku, tertutup, statis namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, dan antisipatif, dan dapat menyesuaikan dengan

perkembangan zaman.[10] Kekuatan Pancasila dalam upaya mencegah terjadinya tindak pidana korupsi terletak pada sistem nilai dan moral yang dikandung oleh Pancasila. Sebagai suatu sistem nilai dan moral tentunya Pancasila harus dijadikan dasar kehidupan kenegaraan dan

penyelenggaraan fungsi pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

BAB III PENUTUP

8.

Kesimpulan Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila telah ada sejak

dahulu sampai dengan sekarang dan terus berlaku sampai masa depan. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang sesuai dan berurat akar dalam bangsa Indonesia sendiri. Terdapat hubungan yang erat antara nilai-nilai Pancasila dengan upaya pencegahan tindak pidana korupsi, dengan lain perkataan, semakin kuat implementasi nilai-nilai Pancasila, maka akan semakin rendah perilaku tindak pidana korupsi, sebailknya semakin rendah implementasi nilai-nilai Pancasila, maka semakin tinggi perilaku korupsi. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam wujud menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh aparat penyelenggara pemerintahan, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, maka perilaku korupsi dapat dicegah.

9.

Saran Dalam kesempatan penulisan essay ini, penulis menyarankan

sebagai berikut. Pertama, diperlukan suatu pengembangan pembelajaran Pancasila sejak usia dini hingga perguruan tinggi, hal ini diperlukan untuk menumbuhkembangkan semangat dan dan kepercayaan seluruh

masyarakat terhadap kebenaran nilai-nilai Pancasila. Kedua, mempertegas Pancasila untuk dilaksanakan secara konsisten, koheren, dan koresponden dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan dalam bentuk penjabaran Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Untuk itu, perlu diberlakukan kembali GBHN.

DAFTAR PUSTAKA Buku Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory), Teori Peradilan

(Judicialprudence)

Termasuk

Interpretasi

Undang-Undang

(Legisprudence), Jakarta, Prenada Media Group: 2009. Agus Wahyudi dalam Mahkamah Konstitusi. Membangun Negara Pancasila dengan Teori Kebaikan dan Teori Kebenaran , Kongres Pancasila: Pancasila dalam Berbagai Perspektif, Jakarta, Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi: 2009. Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif

Berwarganegara, Jakarta: Erlangga, 2010. Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Pembalikan Beban Pembuktian, Jakarta: Prof. Oemar Seno Adji, SH. & Rekan, 2006. Jazim Hamidi, Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 1, Februari 2006, Jakarta, Mahkamah Konsttusi: 2006. Pokja Ideologi, Bidang Studi/Materi Pokok Pancasila dan Perkembangannya, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI), tahun 2011. ____________. Bidang Studi/Materi Pokok Ideologi, Modul 2 Sub B.S. UUD 1945 Hasil Amandemen dan Sosialisasinya, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI), tahun 2011.

Internet http://www.hupelita.com. diakses tanggal 16 Mei 2011. http://bataviase.co.id. diakses tanggal 16 Mei 2011.

[1] Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara, (Jakarta: Erlangga, 2010), hal.152. [2] Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory), Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), (Jakarta, Prenada Media Group: 2009), hal. 62. [3] Jazim Hamidi, Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia . Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 1, Februari 2006, (Jakarta, Mahkamah Konsttusi: 2006), hal. 100-124. [4] Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Pembalikan Beban Pembuktian, (Jakarta: Prof. Oemar Seno Adji, SH. & Rekan, 2006), hal.1. [5] http://www.hupelita.com. diakses tanggal 16 Mei 2011. [6] http://bataviase.co.id. diakses tanggal 16 Mei 2011. [7] Pokja Ideologi, Bidang Studi/Materi Pokok Pancasila dan Perkembangannya, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI), tahun 2011, hal.83. [8] Agus Wahyudi dalam Mahkamah Konstitusi. Membangun Negara Pancasila dengan Teori Kebaikan dan Teori Kebenaran , Kongres Pancasila: Pancasila dalam Berbagai Perspektif, (Jakarta, Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi: 2009), hal. 120. [9] Heri Herdiawanto & Jumanta Hamdayama, Op.Cit, hal.168. [10] Ibid, hal.156.

Anda mungkin juga menyukai