Anda di halaman 1dari 22

Nama : Rocky Napitupulu NPM : 240110090111

BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TEMBAKAU

BUDIDAYA TEMBAKAU
Kegiatan teknik budidaya tembakau meliputi beberapa jenis kegiatan dengan urutan sebagai berikut :

Pembibitan, yaitu kegiatan untuk menyiapkan bahan pertanaman. Pengolahan tanah merupakan kegiatan untuk menyiapkan media tumbuh tanaman tembakau. Penanaman yang meliputi pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan penanaman.

Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan (pengendalian gulma dan penggemburan), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pewiwilan.

Panen dan penanganan lepas panen hingga hasil tembakau dipasarkan.

Dalam teknologi budidaya tembakau terdapat beberapa yang spesifik sesuai karakteristik tanaman tembakau. Teknologi budidaya tersebut secara lengkap disajikan dalam uraian berikut. PEMBIBITAN Langkah pertama dalam pembibitan adalah mengadakan benih yang bermutu dari varietas unggul. Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat menentukan hasil tembakau. Varietas unggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul.

Dengan telah lamanya pengembangan tembakau di Indonesia (1860), (de Jonge, 1989) maka diperkirakan Indonesia telah memiliki plasma nutfah yang besar sebagai sumber genetik untuk melakukan pemuliaan tanaman. Kelemahan-kelemahan varietas yang ada terhadap lingkungan marginal seperti hama dan penyakit, kekeringan, kemiskinan unsur hara dan kemasaman tanah dapat diatasi dengan memberdayakan berbagai ragam genetik dalam plasma nutfah yang ada. Seperti yang telah dilakukan oleh Balitas Malang telah mengidentifikasi varietas atau galur yang tahan beberapa hama dan penyakit tanaman tembakau, seperti tertera pada tabel berikut. Varietas/Galur Tembakau Virginia yang Tahan Terhadap Beberapa Macam Penyakit Utama Penyakit Lanas Layu Nematoda @ TMV bakteri Coker 48 ST ST R R Coker 51 ST ST T T Coker 80-F T T Coker 86 ST ST T T Coker 111 T Coker 187 Hicks ST M R R Coker 206 ST ST R R Coker 254 M ST T R Coker 258 ST ST T R Coker 298 ST ST R R Coker 316 T T Coker 319 R R R R Coker 371 Gold ST M R R McNair 133 ST ST R R Speight G-28 ST ST T R NC 95 M ST T R NC 2326 M R R R SC 72 M ST T T K 399 ST ST T R Dixie Bright 27 T Dixie Bright 101 T T Dixie Bright 102 T T Oxford 1 T Oxford 3 T Oxford 26 T Sumber : Lucas (1975); Todd (1981); Melton et. Al. (1991) Keterangan ST = Sangat Tahan; T = Tahan; M = Moderat; R = Rentan - = tidak ada informasi; @ hanya tahan terhadap M. incognita ras 1 dan 3 Nama Varietas/galur

Pemuliaan tanaman tembakau juga dapat digunakan untuk menghasilkan daun tembakau bernikotin rendah sehingga dapat memenuhi peraturan pemerintah No. 81 tahun 1999. Pada prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara bedengan dengan hasil bibit tembakau cabutan atau sistem polybag dengan hasil bibit dalam polybag. Kegiatan pembibitan tembakau terdiri dari persiapan benih, pemilihan tempat pembibitan, pembuatan bedengan, penaburan benih, pemeliharaan, seleksi dan pemindahan bibit. Benih-Benih tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 80 mg/1 000 biji atau setiap gram mengandung 13000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata di atas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung. Benih yang digunakan untuk pembibitan harus dipersiapkan dari areal khusus pembibitan dan diseleksi secara tepat. Benih harus memiliki daya kecambah lebih dari 80 %. Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya kecambah di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit. Dengan demikian untuk pengadaan benih harus diseleksi dari pohon induk ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan bermutu. Untuk pengadaan benih tersebut diperlukan sarana prasarana yang memadai serta sumber daya manusia yang memahami pemuliaan dan produksi benih. Untuk itu pengadaan benih haruslah dikelola secara profesional baik oleh instansi terkait (seperti Balitas Malang dan Badan Penangkar Benih) dan swasta yang berkecimpung dalam industri tembakau. Sebagai contoh kasus Balitas Malang telah menghasilkan beberapa varietas unggul tembakau beserta sistem produksi benihnya. Contoh yang lain adalah untuk petani tembakau binaan PT. BAT Indonesia Tbk memperoleh benih yang dihasilkan secara standar produksi benih oleh PT. BAT Indonesia Tbk di Bali. Hasil dari benih ini adalah : keseragaman tanaman, vigor tanaman tinggi yang diawali oleh daya kecambah yang tinggi. Sedangkan contoh kasus petani Temanggung yang menggunakan benih hasil panen sendiri terdapat banyak kelemahan seperti daya kecambah serta produksi yang rendah. Pesemaian Bedengan. Kegiatan pertama adalah pemilihan lahan untuk pembibitan dengan kriteria : dekat dengan areal pertanian, dekat dengan sumber air, tanahnya gembur subur

dan mudah diolah, lahan terbuka terhadap sinar matahari, bebas dari tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya dan bebas dari gangguan hewan peliharaan. Pengolahan Tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 35 hari sebelum penaburan benih. Pengolahan tanah ini harus sudah dilakukan 70 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur pada waktu tanam, karena umur bibit tembakau siap salur adalah 40 45 hari. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan I dan pembajakan II dengan interval 1 sampai 2 minggu dan dengan kedalaman bajak 30 40 cm. Bedengan dibentuk dengan arah timur barat yang berukuran lebar 1 m panjang 5 m tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 100 cm. Penaburan Benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. Sebelum penaburan benih dilakukan pemupukan dasar dengan dosis 0,5 1 kg pupuk NPK/m2, 3 sampai 4 hari sebelum sebar. Benih tembakau dapat disebar di bedengan dengan perendaman atau tanpa rendaman sebelumnya. Perendaman benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar. Penaburan benih dapat dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun sebagai pendispersi agar benih tidak mengumpul. Penyebaran benih tanpa perendaman dapat dilakukan dengan mencampur benih dengan abu atau pasir halus agar merata. Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari cahaya matahari konstruksi atap naungan terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang bedengan. Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x 1,2 m x 0,5 m. Plastik Polyotilen (atap) dapat dibuka dari pukul 07.00 sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 20 hari, pukul 07.00 12.00 pada saat umur bibit 20 28 hari dan satu hari penuh setelah umur bibit 28 hari. Di atas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami berukuran 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan, melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan serta mencegah kerusakan permukaan bedengan. Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan, penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang baik. Waktu dan volume penyiraman pada pembibitan seperti tertera pada tabel berikut

Waktu dan Volume Penyiraman pada Pembibitan Tembakau No 1. 2. 3. 4. Waktu Penyiraman (HSS) 07 7 20 20 30 30 35 Frekuensi 3 4 kali/hari 2 3 kali/hari 1 2 kali/hari 1 kali/minggu Volume (l/m2) 4.2 5.6 2.8 4.2 1.4 2.8 1.5

Keterangan : HSS = Hari Setelah Sebar Sumber : Standar kultur Teknis PT. BAT Indonesia Klaten Pemupukan bedengan semai dilakukan 3-4 hari sebelum penaburan benih. Dosis pemupukan adalah 35 g ZA, 100 g SP-36 dan 20 g ZK per m2 bedengan. Atau dapat digunakan pupuk majemuk NPK dengan dosis 0.1 1 kg/m2 bedengan. Pupuk ditabur merata di atas bedengan dan dicampur dengan lapisan tanah atas. Hama dan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah ulat daun, ulat pucuk, ulat tanah dan penyakit rebah kecambah Phytium spp. Contoh jadwal penyemprotan insektisida dan fungisida pada pembibitan tembakau seperti tersaji pada tabel berikut. Jadwal Penyemprotan Insektisida dan Fungisida di Pembibitan Tembakau Umur No Bibit (hari) 1 2 3 14 17 20 Volume Air (l/ha) 500 500 500 Fastac atau Decis Fastac atau Decis Fastac atau Decis Benlate Benlate Topsin Orthocide 23 600 Fastac atau Decis Topsin Orthocide 26 600 Azodrine Gusadrin 29 32 700 800 Fastac atau Decis Fastac atau Decis atau Topsin Orthocide Benlate Topsin Orthocide atau atau atau atau Insektisida Fungisida

5 6 7

8 9 10

36

900

Azodrine

Topsin Orthocide

atau

38 41

1000 1500

Azodrine

Benlate

Fastac/Decis/Gusadrin Benlate

Sumber : Arsip Kebun Wedi Birit, (1998) Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk menghindari kelembaban yang berlebihan karena bibit terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah atau lanas. Disampig itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam. Reseting dilakukan pada umur 21 hari. Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 13 hari, 20 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 40 hari, tinggi bibit 10 12 cm, diameter batang 0,8 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun hijau dan tanaman sehat. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menyiram bedengan sebelumnya. Pencabutan dilakukan dengan menyatukan daun yang telah sempurna.

Pembibitan Sistem Polybag Kelebihan utama dari sistem ini adalah mengurangi kerusakan akar pada saat pemindahan bibit, mengurangi tingkat kematian bibit, menghilangkan stagnasi dan menyeragamkan pertumbuhan bibit. Dengan demikian penyulaman dapat ditekan hingga tingkat nol. Cara pembibitan dengan sistem polybag pada awalnya sama seperti sistem bedengan, hanya setelah umur bibit 21 hari bibit dipindahkan ke polybag. Media bibit sistem polybag terdiri dari tanah dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan : a. pada tanah berat 5 : 3 : 2 b. pada tanah sedang 5 : 2 : 2 c. pada tanah ringan 5 : 3 : 1. Di samping itu media dicampur dengan pupuk NPK dengan dosis 1,5 2 kg pupuk NPK setiap 1 m3 tanah. Ukuran plastik media adalah panjang 110 cm dan diameter 110 cm. Tanah media dimasukkan ke dalam plastik polybag. Tanah media tersebut sebelumnya disterilisasi dengan metode solarisasi selama 14 20 hari. Selanjutnya bibit yang telah berumur 3 minggu (21 HSS) dipindahkan ke polybag dan dilakukan penyiraman seperti pada pembibitan bedengan.

Pemeliharaan dan kriteria salur seperti pada pembibitan bedengan, hanya pada pembibitan polybag telah dilakukan seleksi bibit dan pengaturan jarak tanam. PENGOLAHAN TANAH Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapai kedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur tanah yang remah. Untuk lahan bekas sawah pekerjaan pertama adalah membersihkan jerami kemudian dilanjutkan dengan pembuatan got keliling untuk mengeringkan lahan dan sebagai saluran irigasi di areal pertanaman tembakau. Selanjutnya dilakukan pembajakan pertama dan dilanjutkan bajak ke-dua dengan arah memotong bajak pertama. Gebrus total dilaksanakan sesudah jarak tanam yang digunakan ditentukan. Gebrus total dilakukan dengan cara menarik tanah lapisan atas dan mencangkul tanah lapisan bawah sedalam 30 cm untuk menutup lubang dibelakangnya (lihat Gambar 2). Gebrus total bertujuan untuk menembus lapisan olah dan oksigen tanah. Selanjutnya dilakukan bajak 3 dan bajak 4 serta penghancuran tanah yang masih berupa bongkahan. Guludan yang tinggi menentukan keberhasilan tanaman tembakau karena berhubungan dengan drainase dan pemupukan. Pengolahan tanah dilakukan 70 hari sebelum penanaman dimana H-70 dilakukan pembersihan jerami, H-60 pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2, H-40 pembajakan 3, H30 pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang dan H-15 dilakukan bajak siap tanam. PENANAMAN Jarak Tanam dan Populasi Tanam

Tembakau virginia dan tembakau Burley digunakan jarak tanam 110 cm x 50 cm, 120 cm x 50 cm atau 120 cm x 45 cm dengan populasi tanaman berkisar antara 16 000 18 000 pohon /ha.

Tembakau Cerutu Vorstendlanden varietas hibrida TV38XG populasi idealnya adalah 17 480 tanaman/ha, sedang varietas F1K sebesar 16 930 tanaman/ha.

Tembakau rajangan Temanggung Jarak tanam digunakan 100 cm x 50cm (jarak tanam pagar ganda) atau 100 cm x 75 cm. Populasi tanaman berkisar antara 11 000 hingga 18 000 batang/ha.

Tembakau rajangan Madura ditanam dengan populasi berkisar antara 20 000 sampai dengan 33 000 tanaman/ha. Jarak tanam yang paling baik adalah 100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45 cm dengan populasi tanaman 33 000 tanaman /ha.

Musim Tanam dan Penanaman Sesuai dengan jenis tembakaunya, musim tanam tembakau dapat dibedakan :

Tembakau cerutu Na-Oosgt ditanam pada sekitar bulan Juni-Juli (kemarau) Tembakau Virginia dan Voor-Oosgt ditanam pada bulan Maret-April (akhir musim hujan di Jawa). dan

Tembakau rajangan ditanam pada bulan Maret-April. Untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang seragam dilakukan seleksi bibit yang akan

ditanam. Penyiraman pada waktu penanaman dapat dilakukan sebelum atau setelah penanaman. Untuk mencegah serangan hama pada bibit yang baru ditanam di sekitar lubang tanam diaplikasikan Furadan 3G dengan dosis 2 gram/lubang tanam. Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 14.00 17.00) untuk menghindari kelayuan bibit karena terik sinar matahari. Cara penanaman diusahakan agar akar bibit tidak terlipat dan patah. Penanaman dilakukan dengan tangan sedalam 4 cm kemudian tanah ditekan agar pangkal batang dan akar melekat dengan tanah. Penyiraman sebanyak 1 liter/lubang tanam dilakukan setelah penanaman setiap pagi dan sore sampai tanaman nglilir (mulai tumbuh). Penyulaman dilakukan mulai umur 3 hari sampai umur 10 hari setelah tanam, bibit diambil dari cadangan bibit yang ditanam diantara barisan tanaman. PEMELIHARAAN TANAMAN Pendangiran/pembumbunan Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm 40 cm di dalam

tanah. Pendangiran dilakukan 3 4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma. Pada tanaman tembakau ceretu Vorstenlanden di bawah naungan misalnya pendangiran dilakukan 3 kali pada umur 7 10 hari setelah tanam (HST), 20 22 HST dan 30 35 HST. Pendangiran pada tanaman tembakau virginia PT. BAT di Klaten misalnya melakukan pendangiran sebanyak 4 kali yaitu pada 1 sampai 14 HST 30 35 HST, 45 55 HST dan 80 85 HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan.

Pemupukan Pemupukan pada tanaman tembakau ditujukan untuk memenuhi unsur hara sehingga tanaman dapat menghasilkan krosok yang tinggi baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk menghasilkan 2.000 kg krosok/ha tanaman tembakau menyerap unsur hara seperti tertera pada tabel berikut. Jumlah Unsur Hara yang Terserap Oleh Tanaman Tembakau untuk Menghasilkan 2.000 kg krosok/ha. Unsur Hara Tanaman N P K Ca Mg S B Mn Fe Zn Cu Mo Kg/ha 70 12 80 55 22 18 0,07 0,7 Sedikit Sedikit 0,04 Sedikit

Sumber : McCants dan Woltz (1967)

Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Beberapa contoh dosis pupuk yang diterapkan untuk tanaman tembakau sebagai berikut.

Tembakau Virginia PT. BAT Klaten : 76,5 kg N/ha, 82,5 kg P2O5/ha dan 217 kg K2O/ha. Tembakau Cerutu Vorstenlanden PT. Perkebunan Nusantara X Klaten : 400 kg SP36/ha, 550 KNO3/ha, 700 kg CaS/ha. Pupuk tersebut diberikan 3 kali (starter, pemupukan I dan pemupukan II) dalam bentuk cair. Pupuk Starter terdiri dari SP36 dan KNO3 masing-masing dengan dosis 400 dan 200 kg/ha. Pemupukan I terdiri dari CaS dan CaCO3 masing-masing dengan dosis 350 dan 200 kg/ha serta pemupukan II 350 CaS/ha dan 150 KNO3/ha. Konsentrasi SP36 dalam larutan adalah 0,25 kg/ha, KNO3 pada starter 0,125 kg/liter CaS dan KNO3 pada pemupukan I masing-masing 0,22 dan 0,125 kg/liter, sedang untuk pemupukan II 0,22 kg/liter CaS dan 0,09 kg/liter KNO3.

Tembakau Burley PT. BAT Indonesia, Bondowoso Jawa Timur seperti terlihat pada tabel berikut.

Aplikasi Pemupukan Tembakau Burley PT BAT dengan Populasi Tanaman 15.000 pohon/ha Jenis Pupuk N Fertila ZA SP 36 KNO3 Total Kebutuhan

Kandungan P 8 21 12 15 36 K 19 45

Kg/ha

Aplikasi/ha N P 48 73.5 19.5 141 90 36 126 K 114 67.5 181.5

600 350 100 150

Keterangan : Fertila (8-15-19), ZA (2-0-0), SP36 (0-36-0), dan KNO3 (13-0-45) Tembakau cerutu Besuki NO PT Perkebunan Nusantara XI : 3 gram TSP/tanaman dan 5 gram KNO3 /tanaman sebelum tanam, 15 gram K2SO4 /tanaman pada 15 HST dan 3 gram urea/tanaman pada 5 HST.

Tembakau Rajangan Temanggung : Pemupukan yang diterapkan petani : 600 kg ZA, 100 kg TSP dan pupuk kandang sekitar 17-22,5 ton/ha. Tembakau Madura : 200 kg ZA/ha, 100 120 kg SP36/ha dan 5 ton pupuk kandang/ha.

Pemangkasan Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu : topping (pangkas pucuk) dan suckering atau pembuangan tunas samping (wiwil). Pangkas pucuk maupun wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil foto sintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daun berjumlah 20 helai di atas daun bibit. Pangkasan wiwil dilakukan 3 sampai 5 hari sekali pada saat panjang tunas samping sekitar 7 cm. Wiwil dilakukan sampai panen berakhir. Pangkasan wiwil saat ini sudah dapat dilakukan dengan bahan kimia (sucrisida) Hyline 715. Penggunaan sucrisida memberikan hasil yang lebih baik.

Pengairan Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep (basin irigation) hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya lahan dikeringkan kembali. Waktu pemberian air irigasi dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut : tanaman layu pada pukul 11.00 atau tanah tidak lagi melekat apabila digenggam. Tinggi air irigasi ditentukan berdasarkan umur tanaman yaitu : sampai dengan umur 45 hari setelah tanam volume air buludan, pada 50 65 HST tinggi air guludan dan menjelang panen tinggi air guludan. Pada tanaman tembakau cerutu di bawah naungan, penyiraman dilakukan dengan cara sprinkler irigation. Dengan demikian volume air yang diterima tanaman cukup seragam dan mencukupi volumenya. Pada lahan kering (umumnya tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung pada curah hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melakukan penyiraman dengan sumber air tanah atau sungai dengan sistem pompanisasi.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tembakau Pengendalian Hama Terpadu dilaksanakan sesuai kondisi tanaman yang ada dengan memprioritaskan penggunaan Bio Pestisida dengan pengawasan secara berkala, terhadap residu pestisida baik pada tanaman tembakau. Adapaun penggunaan pestisida dan bahan kimia bisa digunakan (Dancis, Furadan) tergantung serangan hama yang ada.

Secara umum jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman tembakau serta jenis pestisida dan dosis yang digunakan untuk pengendaliannya disajikan pada tabel berikut. Jenis Hama, Penyakit dan Pengendaliannya pada Tanaman Tembakau Jenis No I Hama/Penyakit Penyakit Rebah Kecambah Phytiumspp, Sclerotiumspp, Rizoctoniaspp Pangkal batang mengecil, bibit rebah Lanas P. nicotianae Mendadak Fungisida layu 2-3g/l Mankozeb 2-3g/l (2-3 kg/ha) Patogen/ Penyebab Gejala Serangan Pestisida Jenis Dosis

Mankozeb (2-3 kg/ha)

II

Hama Ulat Pucuk H. assulta/ armigera Kutu Daun Myzus sp. Daun berlubang Daun keriting, warna hitam Ulat Tanah Agrotis ipsilon. Tan. Muda terpotong Decis/ Regent 1 cc/l Orthene Lannate 2 cc/l (2l/ha) 2 cc/l

HAMA a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari, semprot Natural VITURA b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon )

Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA. c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubanglubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA. d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam, PESTONA e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR. f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).

Penyakit a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO. b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural GLIO. c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO. d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang. e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar.

Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( tutup) pertangki. Konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian secara terpadu. Dalam hal ini yang penting adalah melakukan pengamatan perkembangan populasi hama atau penyakit. Apabila populasi hama dan penyakit melewati titik kritis ambang ekonomi maka harus dilakukan pengendalian baik secara fisik, mekanik, biologis, teknik budidaya maupun secara kimia. Hama ulat pucuk misalnya pada kepadatan populasi tertentu cukup dikendalikan dengan mengutip ulat tersebut. PANEN Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang hams diperhatikan sebagai berikut : - Kematangan daun - Keseragaman daun dalam proses penanaman - Penanganan daun hasil panenan Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun tanaman habis. Waktu panen dan cara penanganan pasca panen tembakau sangat tergantung pada jenis tembakaunya. Berikut diuraikan pemanenan dan penanganan pasca panen beberapa jenis tembakau yang diusahakan di Indonesia.

Tembakau Burley BAT Bondowoso Umur Panen Kriteria waktu panen tembakau dapat dilihat dari gejala tingkat kematangan daun di pohon sebagai berikut

Daun bawah (3-4 lembar) mendekati kehijau-hijauan dan gagangnya keputih-putihan. Daun tengah (4-6 lembar) berwarna kuning kenanga. Daun atas (6-9 lembar) dan daun pucuk (4-7 lembar) telah matang benar.

Cara Pemetikan Pemetikan daun tembakau Burley dilakukan dengan dua cara yaitu petik biasa (reaping) dan tebang batang ( stalk cutting). Reaping dilakukan dengan memetik daun-daunya saja, sedangkan stalk cutting dilakukan dengan menebang batang tembakau beserta daunnya tepat pada pangkal batang. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi tembakau burley biasanya diperlakukan reaping paling banyak dua kali dan selanjutnya stalk cutting. Pemetikan pertama daun tembakau Burley dilakukan pada saat tanaman berumur 65-70 har, dengan jumlah daun yang dipetik 2-3 lembar. Stalk cutting dilakukan apabila daun pucuk kelihatan sudah cukup tua (berwarna kuning) dengan umur tanaman 90-100 HST. Saat pemetikan (pagi, siang dan sore) berpengaruh terhadap kualitas daun tembakau. Saat pemetikan tembakau burley yang baik adalah pada pagi hari.

Sortasi Pendahuluan Sortasi pendahuluan dilakukan terhadap daun hijau tembakau Burley untuk memisahkan daun yang agak muda (immature), daun kurang tua (unripe), daun tua (ripe) dan daun yang rusak. Sortasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan proses pengeringan, memudahkan grading setelah pengeringan, memudahkan penentuan harga jual dan memudahkan pemasaran. Pengeringan (Curing) Dalam pengeringan dilakukan penurunan kadar air dari 80 90%. Selama pengeringan terjadi proses aging yaitu pembentukan warna dan pengeringan. Pengeringan dilakukan di dalam Los. Tembakau Burley ini termasuk ke dalam jenis pengeringan air cured. Pengeringan dilakukan selama 22 hari sampai diperoleh krosok yang baik. Setelah itu krosok diunting

(diikat beberapa lembar krosok) kemudian dipak/dibal dengan bobot 1 bal 50 60 kg dan dibungkus dengan tikar.

Tembakau Cerutu Vorstenlanden Pemetikan Pemetikan daun dilakukan secara bertahap, kriteria tanaman siap dipanen yaitu setelah tanaman berumur 50 hari, 60 70% dari populasi telah membentuk kuncup bunga, warna daun menongo bener (hijau seperti bunga kenanga), sudut daun telah melebar atau merunduk daun mudah dipetik dan tanaman dalam kondisi segar. Jenis dan banyaknya daun yang akan dipetik terdiri dari : 2 lembar daun tanah/pasir (DT), 6 lembar daun koseran pertama (DKP) 10 lembar daun koseran atas (DKA), 4 lembar daun madya pertama (DMP) 6 lembar daun madya tengah (DMT) dan 4 lembar daun madya atas (DMA). Pemetikan dilakukan pada pukul 06.00 08.00 pagi secara manual, pemetikan pada pagi hari akan menghasilkan krosok yang berwarna lebih cerah daripada sore hari.

Pengeringan Pengeringan tembakau cerutu Vorstenlanden pada prinsipnya menggunakan sistem air curing. Tembakau dikeringkan di dalam Los dengan tinggi bangunan sekitar 12 m. Pada bagian atap dan dinding terdapat jendela yang berfungsi untuk mengatur kelembaban udara di dalamnya. Pada malam hari bila kelembaban udara terlalu tinggi, jendela ditutup dan dilakukan pengomprongan (pengeringan buatan dengan bahan sekam, kayu, atau briket batubara). Pada siang hari jendela dibuka agar kelembaban dalam ruang pengering tersebut turun. 1 Los (bangunan pengering) terdiri dari 30 kamar yang mampu menampung 2.100 dolok (1 dolok terdiri dari 50 lembar daun). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Los pengering adalah sortasi, sunduk, pendolokan dan penyusunan daun, penaikan dan pelolosan. Setelah pengeringan dilakukan fermentasi yaitu proses biokimiawi yang melibatkan sejumlah enzim yang terdapat dalam krosok terhadap sulfat atau senyawa protein dan polisakarida. Dalam proses fermentasi terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan berat 6-18 %, pembebasan tanah, penyerapan udara, pembebasan CO2, Pembebasan NH3 dan penurunan kadar air 14 20 %. Fermentasi juga menyebabkan terbentuknya aroma, warna krosok menjadi lebih gelap dan merata serta teksturnya lebih halus. Setelah fermentasi krosok kemudian disusun

dalam tumpukan atau stapel berukuran 4 m x 5 m dengan berat 2 -2,5 ton. Stapel kemudian ditutup rapat sampai suhunya mencapai 42 430C. Selanjutnya krosok dipak dalam satu bal dengan berat 80 kg dengan ukuran panjang 100 cm lebar 70 cm dan tinggi 22 cm. Untuk penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi untuk mencegah serangan serangga gudang dengan insektisida Phostoxin dengan dosis 0,75 tablet/m3 setiap 40 hari sekali.

Tembakau Rajangan Temanggung Panen dilakukan secara bertahap, pemetikan daun sebanyak 5 8 kali tergantung kemasakan dan jumlah daun. Saat panen biasanya dimulai apabila sudah ada berita tentang dimulainya pembelian tembakau rajangan oleh pabrik rokok atau gudang mulai buka. Panen daun tembakau dilakukan 10 15 hari sebelum awal pembelian tembakau rajangan. Pemetikan daun dimulai dari bawah, dipetik 2 3 lembar daun setiap kali petik. Daun yang siap panen ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning kehijauan, warna tulang daun putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah dipatahkan. Waktu panen pagi hari setelah embun menguap sampai siang hari. Apabila waktu panen turun hujan, maka daun yang cukup matang segera dipetik atau ditunda 6-8 hari. Daun yang telah dipetik segera diproses atau diolah menjadi tembakau rajangan. Pengolahan tembakau rajangan terdiri dari 3 tahap kegiatan, yaitu Pemeraman, perajangan dan penjemuran. Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang ukurannya seragam. Pemeraman dilakukan dengan cara mengatur daun, yaitu didirikan di rak pemeraman. Lamanya pemeraman tergantung dari posisi daun pada batang. Daun koseran ( daun bawah), lama pemeraman 1-2 malam (24 48 jam) dengan warna daun peraman hijau-kekuningan. Daun tengah memerlukan waktu peraman 3 5 malam (72-120 jam) dengan warna peraman hijau kekuningan sampai kuning merata. Sedangkan daun tengah yang tebal dan daun atas memerlukan waktu peraman 4 7 malam (96 168 jam) dengan warna daun peraman kuning merata sampai kuning kemerahan. Setelah daun tembakau diperam, selanjutnya dilakukan perajangan. Perajangan dimulai pada tengah malam sampai pagi dengan tujuan hasil rajangan dapat segera dijemur pada pagi harinya. Tebal irisan (rajangan) daun tembakau temanggung antara 1.5 mm 2.0 mm, pisau yang digunakan untuk merajang harus selalu tajam agar hasil rajangannya baik dan seragam. Setelah

daun tembakau dirajang, kemudian tembakau rajangan dicampur merata (digagrak) dan diratakan di atas widig atau rigen untuk dijemur. Penjemuran hasil rajangan harus kering dalam 2 hari, tergantung panas matahari. Pada hari pertama rajangan di balik apabila lapisan atas sudah cukup kering, pekerjaan ini dilakukan kira-kira pukul 10.00 11.00. Pada malam harinya, rajangan diembunkan untuk memperoleh warna hitam. Pada hari kedua, penjemuran dimulai pada siang hari sampai rajangan tembakau lemas kembali. Setelah rajangan tersebut kering, kemudian dimasukkan kedalam keranjang bambu. Di dalam satu keranjang berisi tembakau rajangan yang sama mutunya. Selanjutnya tembakau rajangan siap dijual ke gudang perwakilan pabrik rokok atau kepada tengkulak pengumpul.

PASCAPANEN TEMBAKAU
SORTASI Sortasi pendahuluan dilakukan terhadap daun hijau tembakau Burley untuk memisahkan daun yang agak muda (immature), daun kurang tua (unripe), daun tua (ripe) dan daun yang rusak. Sortasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan proses pengeringan, memudahkan grading setelah pengeringan, memudahkan penentuan harga jual dan memudahkan pemasaran. Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu: a) Trash (apkiran): warna daun hitam b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon) d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye.

PENGERINGAN (CURING) Pengeringan setiap jenis tembakau berbeda-beda. Di sini ada beberapa carapnegeringan tembakau dari beberapa jenis tembakau. Pengeringan I Dalam pengeringan dilakukan penurunan kadar air dari 80 90%. Selama pengeringan terjadi proses aging yaitu pembentukan warna dan pengeringan. Pengeringan dilakukan

di dalam Los. Tembakau Burley ini termasuk ke dalam jenis pengeringan air cured. Pengeringan dilakukan selama 22 hari sampai diperoleh krosok yang baik. Setelah itu krosok diunting (diikat beberapa lembar krosok) kemudian dipak/dibal dengan bobot 1 bal 50 60 kg dan dibungkus dengan tikar. Pengeringan II Pengeringan tembakau cerutu Vorstenlanden pada prinsipnya menggunakan sistem air curing. Tembakau dikeringkan di dalam Los dengan tinggi bangunan sekitar 12 m. Pada bagian atap dan dinding terdapat jendela yang berfungsi untuk mengatur kelembaban udara di dalamnya. Pada malam hari bila kelembaban udara terlalu tinggi, jendela ditutup dan dilakukan pengomprongan (pengeringan buatan dengan bahan sekam, kayu, atau briket batubara). Pada siang hari jendela dibuka agar kelembaban dalam ruang pengering tersebut turun. 1 Los (bangunan pengering) terdiri dari 30 kamar yang mampu menampung 2.100 dolok (1 dolok terdiri dari 50 lembar daun). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Los pengering adalah sortasi, sunduk, pendolokan dan penyusunan daun, penaikan dan pelolosan. Setelah pengeringan dilakukan fermentasi yaitu proses biokimiawi yang melibatkan sejumlah enzim yang terdapat dalam krosok terhadap sulfat atau senyawa protein dan polisakarida. Dalam proses fermentasi terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan berat 6-18 %, pembebasan tanah, penyerapan udara, pembebasan CO2, Pembebasan NH3 dan penurunan kadar air 14 20 %. Fermentasi juga menyebabkan terbentuknya aroma, warna krosok menjadi lebih gelap dan merata serta teksturnya lebih halus. Setelah fermentasi krosok kemudian disusun dalam tumpukan atau stapel berukuran 4 m x 5 m dengan berat 2 -2,5 ton. Stapel kemudian ditutup rapat sampai suhunya mencapai 42 430C. Selanjutnya krosok dipak dalam satu bal dengan berat 80 kg dengan ukuran panjang 100 cm lebar 70 cm dan tinggi 22 cm. Untuk penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi untuk mencegah serangan serangga gudang dengan insektisida Phostoxin dengan dosis 0,75 tablet/m3 setiap 40 hari sekali.

Pada umunya Tembakau dijual dalam wujud kering oven atau pengomprongan (Curing). Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah dipanen.

Tujuan Curing adalah : - Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80 -90 % menjadi 10 -15 %. - Perubahan warna dari Zat hijau daun menjadi WarDa orange dengan aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses. Ciri-ciri daun yang sudah masak adalah : - Wama daun sudah mulai hijau kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat. - Wama tangkai daun hijau kuning, keputih-putihan. - Posisi daun/tulang daun mendatar - Kadang-kadang pada lembaran daun ada bintik-bintik coklat, sebagai lambang ketuaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan : Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven. Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha, sedangkan 5 x 5 x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses, kalau musim hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering.

Tahapan Curing Sebelum memulai curing harus dipastikan bahwa seluruh gelantang sudah tersedia dan bebas palstik, kompor sudah dicek kondisinya dengan melakukan test nyala api sebelurnnya, seluruh dinding oven tidak ada yang berlubang, pintu bisa menutup rapat, pipa-pipa tidak ada yang rusak clan berlubang. Ada 4 tahapan curing, yaitu : 1. Penguningan Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari hijau ke warna kuning, karena hilangnya zat hijau daun / klorophyil ke zat kuning daun dan terjadi penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa terjadi pada suhu 32 s/d 42 derajat celcius. Proses ini harus dilakukan secara perlahan-lahan waktu yang diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini awalnya semua ventilasi ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini sangat menentukan terhadap hasil curing. 2. Pengikatan Wama Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun maupun tulang daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat proses ini terjadi, maka apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap akan berwama hijau, sebaliknya apabila sudah berwama kuning orange maka hasil curing akan kuning orange. Karena pada suhu 43-52 C ini terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila warna daun pada proses PENGUNINGAN belum sempuna, maka jangan terburu-buru menaikkan temperatur lebih dari 42 C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dibuka seluruhnya. Waktu yang diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18-19 jam. 3. Pengeringan Lembar Daun Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun dengan cara menaikkan suhu 53-62 C. Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka, karena air yang keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang harus dibuang keluar oven agar tidak

kembali ke daun. Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa kering apabila dipegang, tapi tulang daun masih terasa basah daun terlihat keriput atau keriting waktu yang dibutuhkan lebih kurang 30-32 jam. 4. Pengeringan Gagang Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63-72 C. Pada saat ini air yang bisa dilapas didalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini ventilasi mulai ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk menjaga kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri tahapan ini bisa selesai apabila seluruh tulang daun sudah kering, dan bila ditekuk batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa tahap ini berjalan baik 5-8 jam sebelum proses berakhir, seluruh ventilasi harus ditutup agar kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini memerlukan waktu normalnya 30-32 jam jangan pernah menaikkan suhu oven diatas 72 C, karena tembakau akan terbakar.

Demikian tahapan curing yang terjadi. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati clan penuh pengawasan karena tembakau yang sudah sangat baik pertumbuhannya dilapangan, akan sia-sia hasilnya apabila proses curing ini tidak berjalan lancar. Oleh karena itu untuk semua oven yang aktif harus memiliki termometer untuk memastikan apakah setiap tahapan tersebut sudah berjalan baik atau belum. Dan juga setiap oven harus memiliki table pedoman prosedur curing tembakau virginia serta menggunakan alat Hygrocurometer untuk mengukur suhu dan kelembaban udaranya.

Anda mungkin juga menyukai