Anda di halaman 1dari 10

TEORI-TEORI YANG MELANDASI MULTIMEDIA PEMBELAJARAN

A. Media Media bentuk jamak dari perantara (medium), merupakan sarana komunikasi. Berasal dari bahasa latin medium (antara), istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima. Enam kategori dasar media adalah teks, audio, visual, video, perekayasa (manipulative) (benda-benda) dan orang-orang. Tujuan dari media adalah untuk memudahkan komunikasi dan belajar. Media yang paling umum digunakan adalah teks. Teks merupakan karakter alfanumerik yang mungkin ditampilkan dalam format apapun-buku, poster, papan tulis, layar komputer dan sebagainya. Media lainnya yang umum digunakan dalam belajar adalah audio. Audio mencakup apa saja yang anda bisa dengar-suara orang, musik, suara mekanis (deru mesin mobil), suara berisik dan sebagainya. Suara-suara tersebut bias langsung terdengar atau direkam. Visual rutin digunakan untuk memicu belajar. Visual meliputi diagram pada sebuah poster, gambar pada sebuah papan tulis putih, foto, gambar pada sebuah buku, kartun dan sebagainya. Jenis-jenis media lainny adalah video. Ini merupakan media yang menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi computer dan sebagainya. Perekayasa bersifat tiga dimensi dan bias disentuh dan dipegang oleh para siswa. Kategori keenam dan terakhir dari media adalah orang-orang, ini bisa berupa guru, siswa atau ahli bidang studi.

Media Teks Audio

Format Media

Bahan-bahan pengajaran

Buku, peranti lunak komputer Buku cetak CD, penyaji langsung Alamat Negara bagian tahun 2008 di radio

Visual

Gambar pada papan tulis, foto Gambar not musik di koran

Perekayasa

Model plastic, benda-benda Model belalang besar sebenarnya

Orang-orang

Guru, ahli bidang studi

Pejabat penting NASA

B.

Pengertian Multimedia Multimedia merujuk pada presentasi materi dengan menggunakan kata-kata dan gambar.

Pesan-pesan multimedia bias digambarkan dalam bentuk media pengirimannya (misalnya : layar computer dan pengeras suara), mode penyajiannya (misalnya kata-kata dan gambar-gambar) atau modalitas-modalitas indrawi untuk menangkapnya (misalnya : auditori dan visual). Proses multimedia learning bias dipandang sebagai akusisi informasi (pesan-pesan multimedia adalah kendaraan pengirim informasi) atau sebagai konstruksi pengetahuan (pesanpesan multimedia adalah alat bantu menciptakan penalaran). Istilah Multimedia bias punya makna berlaianan bagi orang lain. Bagi sejumlah orang, multimedia berarti seseorang duduk di terminal komputer dan menerima presentasi yang terdiri atas ; teks on screen, grafik atau animasi on-screen dan suara yang dating dari speaker komputer, misalnya: saat membuka ensiklopedi multimedia on-line. Bagi sekalangan orang lain, multimedia bisa berarti presentasi live saat sekelompok orang duduk dalam satu ruangan sambil memandang gambar-gambar yang disajikan dalam satu atau lebih layar lebar dan mendengar musik atau suara lain yang disampaikan oleh pembicara. Menonton video di layar

televise juga bisa disebut sebagai pengalaman multimedia karena adanya gambar dan suara yang disajikan. Contoh lain dari multimedia adalah presentasi Power Point dimana seseorang menyajikan slide-slide dari computer yang diproyeksikan ke layar lebih besar lalu membicarakan isi masing-masing slide. Bahkan, lingkungan berteknologi rendah pun bisa memunculkan multimedia. Misalnya, presentasi chalk and chalk di mana seseorang menulis dan menggambar dengan kapur di papan tulis (atau menggunakan overhead projector) saat menyampaikan kuliah. Akhirnya, bentuk paling mendasar bagi multimedia adalah pelajaran text-book yang terdiri atas teks dan ilustrasi yang tercetak berupa buku. Multimedia sebagai presentasi materi dengan menggunakan kata-kata sekaligus gambargambar. Yang dimaksud dengan kata disini adalah materinya disajikan dalam verbal form atau bentuk verbal, misalnya menggunakan teks kata-kata yang tercetak atau terucapkan. Yang dimaksud dengan gambar adalah aterinya disajikan dalam pictorial form atau bentuk gambar. Hal ini bisa dalam bentuk menggunakan grafik statis (termasuk ilustrasi, grafik, foto dan peta) atau menggunakan grafik dinamis (termasuk : animasi dan video). Dalam buku teks, kata-kata isa disajikan sebagai teks cetak dan gambar-gambar bisa disajika sebagai ilustrasi atau bentukbentuk grafik lainnya.

C.

Dua Metafora Bagi Multimedia Learning Keputusan-keputuan desain tentang penggunaan multimedia bakal bergantung pada

konsepsi tentang pembelajaran oleh si desainer. Dalam bagian ini menguji dua pandangan yang kontras tentang multimedia learnig yakni multimedia learning sebagai akusisi informasi dan multimedia learning sebagai kontruksi pengetahuan. Jika memandang multimedia learning sebagai akusisi informasi maka multimedia adalah sekedar sistem pengiriman informasi. Jika memandang multimedia learning sebagai kontruksi pengetahuan maka multimedia adalah alat bantu kognitif.

Gb. Dua Metafora dari Multiedia Learning Metafora Akuisisi informasi Definisi Konten Murid Penerima informasi secara pasif Guru Pemberi informasi Tujuan Multimedia Memberikan informasi; bertindak sebagai pengirim Konstruksi pengetahuan Membangun struktur mental koheren yang Pengetahuan Penalar aktif Pemandu kognitif Memberi bimbingan kognitif; bertindak kendaraan

Menambahkan Informasi informasi memori ke

sebagai komunikator yang membantu

D.

Tiga Jenis Hasil Multimedia Learning Ada dua utama tujuan pembelajaran : mengingat dan memahami. Mengingat adalah

kemampuan untuk memproduksi atau mengenali materi yang disajikan. Sedangkan memahami terjadi saat murid bisa mengontruksi representasi mental yang koheren dari materi yang disajikan. Hal ini tercermin dalam kemampuannya menggunakan materi tersaji untuk problem solving atau menyelesaikan masalah dalam situasi baru. Gb. Dua Tujuan Multimedia Learning Tujuan Mengingat Definisi Kemampuan untuk mreproduksi mengenali tersaji Memahami Kemampuan untuk menggunakan materi tersaji dalam situasi baru Transfer Daftar beberapa cara atau materi Tes Retensi Contoh Tes Menuliskan semua yang bisa diingat dari tulisan yang baru dibaca

Hasil pembelajaran

Diskripsi kognitif Retensi

Tes Transfer Jelek Jelek

Tidak ada pembelajaran pembelajaran hafalan Meaningful learning

Tidak ada pengetahuan yang terpisah-pisah Pengetahuan yang terpadu

Jelek Bagus

Bagus

Bagus

E.

Teori Kognitif Tentang Multimedia Learning Teori kognitif tentang multimedia learning berasumsi : bahwa sistem pemrosesan

informasi dalam diri manusia meliputi saluran-ganda untuk pemrosesan visual/pictorial dan pemrosesan auditori/verbal, bahwa masing-masing saluran memiliki kapasitas terbatas untuk pemrosesan, dan bahwa pembelajaran aktif meliputi dilakukannya serangkaian proses kognitif yang terkoordinasikan dalam pembelajaran. Lima tahap dalam multimedia learning adalah : memilih kata-kata yang relevan dari teks atau narasi yang tersaji, memilih gambar-gambar yang relevan dari ilustrasi yang tersaji, mengatur kata-kata terpilih itu kedalam representasi verbal yang koheren, mengatur gambar-gambar yang terpilih itu ke dalam representasi visual itu dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Pemrosesan gambar-gambar terjadi terutama dalam saluran pictoril/visual dan pemrosesan kata-kata terucap terutama terjadi dalam saluran auditori/verbal. Sementara, pemrosesan atas kata-kata yang tercetak pada awalnya di saluran pictorial/visual namun kemudian berpindah ke saluran auditori/verbal.

F.

TIGA ASUMSI DARI TEORI KOGNITIF MULTIMEDIA LEARNING Menurut kriteria intelligibility, lingkungan desain multimedia harus cocok dengan tata

cara manusia belajar. Pendeknya, prinsip-prinsip desain multimedia harus sensitive terhadap sesuatu yang kita ketahui tentang cara orang memproses informasi. Tiga asumsi yang mendasari teori kognitif tentang multimedia learning, yakni : dualchannel (saluran-ganda), limited-capacity ( kapasitas-terbatas), dan active-processing

(pemrosesan-aktif). Asumsi-asumsi ini dirangkum dalam figure 3.1.

Figure 3.1 tiga asumsi bagi teori kognitif multimedia learning

Asumsi Saluran-ganda

Deskripsi Manusia terpisah informasi memiliki untuk

Kutipan Terkait saluran Pavio, 1986; Baddeley, 1992

memproses dan

visual

informasi auditori. Kapasitas-terbatas Manusia punya keterbatasan Baddeley, 1992;

dalam jumlah informasi yang Chandler & Sweller, 1991 bias mereka proses dalam masing-masing saluran pada waktu yang sama. Pemrosesan-aktif Manusia melakukan Mayer, 1991c; Wittrock,

pembelajaran aktif dengan 1989 memilih yang mengorganisasikan informasi-informasi dalam yang representasi koheren, itu ke informasi masuk relevan,

mental dan

memadukan mental itu

representasi dengan

pengetahuan lain.

G.

LIMA LANGKAH DALAM TEORI KOGNITIF TENTANG MULTIMEDIA LEARNING Berdasarkan tiga asumsi yang sudah digambarkan di atas, Figur 3.2 menghadirkan teori

kognitif tentang multimedia learning. Untuk tujuan buku ini, saya mendefinisikan lingkungan multimedia sebagai lingkungan yang materinya disajikan dalam lebih dari satu format, misalnya dalam kata-kata dan dalam gambar-gambar. Agar pembelajaran penuh makna (meaningful learning) terjadi dalam lingkunagn multimedia, orang yang belajar harus melibatkan diri ke dalam lima proses kognitif: ( 1) memilih kata-kata yang relevan untuk pemrosesan dalam memori kerja verbal, (2) memilih gambar-gambar yang relevan untuk pemrosesan dalam memori kerja visual, (3) menata kata-kata yang terpilih ke dalam model mental verbal (4) menata gambar-gambar yang terpilih de dalam model mental visual, dan (5) memadukan representasi verbal dan visual dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Walau saya menyajikan proses ini sebagai daftar, kenyataannya itu tidak harus terjadi dalam urutan linear. Jadi, orang bias berpindah dari satu proses ke proses lain dalam banyak cara berbeda. Multimedia learning yang sukses menuntut orang mengoordinasikan dan memantau lima proses ini. Memilih Kata-Kata Yang Relevan Langkah pertama yang terdaftar dalam Figur 3.2. melibatkan perubahan dalam representasi pengetahuan; dari representasi sensori terhadap suara-suara terucapkan yang memasuki telinga, menjadi representasi internal berupa suara dari kata-kata itu dalam memori kerja. Input dari langkah ini adalah pesan verbal terucapkan yang diterima dalam telinga orang yang belajar. Output dari langkah ini adalah landasan/basis suara dari kata-kata itu suatu representasi mental dalam memori kerja verbal ia tentang kata atau frasa yang telah terpilih. Proses kognitif tentang perubahan ini disebut selecting relevant words. Hal ini meliputi aktivitas memberikan perhatian pada beberapa kata yang tersajikan dalam pesan multimedia itu saat melewati memori sensori auditori. Jika kata-kata disajikan sebagai ceramah, proses ini dimulai dalam saluran auditori (sebagaimana diindikasikan oleh panah dari kata-kata ke Telinga). Namun demikian, jika kata-katanya disajikan sebagai teks on-screen atau teks cetak, maka proses ini dimulai dari saluran visual (sebagaimana diindikasikan oleh panah dari kata-kata ke Mata) dan kemudian pindah ke saluran auditori jika ia secara mental mengartikulasikan kata-

kata tercetak (sebagaimana diindikasikan oleh panah dari Citra ke Suara di sisi kiri Memori Kerja). Kebutuhan untuk memilih hanya sebagian dari pesan-pesan tersaji itu karena keterbatasan kapasitas dalam masing-masing saluran di system kognitif. Andai kapasitasnya tak terbatas, maka tidak aka nada kebutuhan untuk memfokuskan perhatian pada hanya sebagian pesan-pesan verbal. Terakhir, pemilihan kata-kata itu tidak bias sekehendak hati, tapi orang harus menentukan kata-kata mana yang paling relevan aktivitas yang konsisten dengan sudut pandang bahwa manusia yang sedang belajar itu adalah penalar yang aktif. Memilih Gambar-Gambar yang Relevan Langkah kedua melibatkan suatu perubahan dalam representasi pengetahuan; dari representasi sensori berupa stimulasi visual mentah (belum teranalisis) yang memasuki mata, menjadi representasi internal berupa citra visual dalam memori kerja. Input dari langkah ini adalah bagian pictorial dari pesan multimedia yang ditampung sementara dalam memori sensori visual. Output dari langkah ini adalah landasan/basis citra visual suatu representasi mental dalam memori kerja terhadap gambar-gambar yang sudah dipilih. Proses kognitif yang mendasari perubahan ini disebut selectingrelevant images. Hal ini melibatkan aktifitas memberi perhatian pada bagian tertentu animasi atau ilustrasi yang disajikan dalam pesan multimedia. Hal ini direpresentasikan oleh panah dari Mata ke Citra. Proses ini dimulai dalam saluran visual, namun bukannya tidak mungkin orang mengalihkan sebagian dari ini ke saluran auditori (misalnya: dengan secara mental menarasikan animasi). Kebutuhan untuk memilih hanya sebagian dari materi pictorial yang tersaji ini disebabkan oleh terbatasnya kapasitas pemrosesan dalam system kognitif. Tidak mungkin memproses semua bagian dari ilustrasi atau animasi yang rumit, sehingga orang yang belajar harus focus hanya pada sebagian materi pictorial yang dating. Akhirnya, proses pemilihan gambar-gambar seperti proses pemilihan kata-kata juga tidak bias sekehendak hati, karena itu orang harus menilai gambar mana yang paling relevan untuk menalar presentasi multimedia. Menata Kata-Kata Terpilih Begitu sudah terbentuk landasan suara kata bagi kata-kata yang masuk dari suatu segmen pesan multimedia, langkah berikutnya adalah menata kata-kata itu menjadi representasi yang koheren suatu struktur pengetahuan yang saya sebut model verbal. Input dari langkan ini adalah landasan bunyi kata-kata yakni: kata-kata dan frasa-frasa yang dipilih dari pesan verbal yang masuk. Output dari langkah ini adalah model verbal suatu representasi yang koheren

(atau, terstruktur) dalam memori kerja seseorang terhadap kata-kata atau frasa-frasa yang terpilih. Proses kognitif yang terlibat dalam perubahan ini adalah organizing selected words orang yang belajar itu membangun hubungan di antara pilihan-pilihan pengetahuan verbal. Proses ini sangat mungkin terjadi dalam saluran auditori yang terdapat keterbatasan kapasitas yang mempengaruhi proses seleksi. Orang tidak punya kapasitas tanpa batas untuk membangun semua hubungan yang mungkin terjadi. Jadi, ia harus focus pada membangun struktur yang sederhana. Proses penataan ini juga tidak bias sewenag-wenang, namun lebih mencerminkan upaya-upaya menalar misalnya: membangun rantai hubungan sebab-akibat. Menata Gambar-Gambar Terpilih Proses menata gambar-gambar ini parallel dengan proses terhadap kata-kata. Begitu seseorang sudah membentuk landasan citra dari gambar-gambar yang masuk dari suatu segmen pesan multimedia, langkah berikutnya adalah menata gambar-gambar itu menjadi representasi yang koheren yakni: struktur pengetahuan yang saya sebut sebagaimodel pictorial. Input dari langkah ini adalah landasan citra yakni: gambar-gambar yang terpilih dari pesan masuk. Output untuk langkah ini adalah model pictorial suatu representasi yang koheren (atau, terstruktur) dalam memori kerja orang itu terhadap gambar-gambar yang sudah ia pilih sebelumnya. Perubahn dari gambar-gambar menjadi model pictorial ini membutuhkan aplikasi proses kognitif yang saya sebut organizing selected images. Hal itu ditunjukkan olehpanah dari Citra ke Model Pictorial. Dalam proses ini, orang membangun koneksi di antara pilihan-pilihan pengetahuan pictorial. Proses ini terjadi dalam saluran visual, yang proses seleksinya juga dipengaruhi oleh keterbatasan kapasitas. Oleh karena terbatasnya kapsitas untuk membangun semua hubungan yang mungkin terjadi di antara landasan landaasan gambar-gambarnya, maka orang akan harus fokus pada membangun serangkaian koneksi yang lebih sederhana. Sebagaimana dengan proses menata kata-kata, proses menata gambar-gambar ini juga tidak bias asal-asalan. Hal itu harus mencerminkan upaya membangun struktur sederhana yang masuk akal bagi orang yang sedang belajar. Misalnya, membentuk rantai hubungan sebab-akibat. Memadukan Representasi Berbasis-kata dan Representasi Berbasis-gambar Mungkin, langkah terpenting dalam multimedia learning adalah membuat

koneksi/hubungan antara representasi berbasis-kata dan representasi berbasis-gambar. Langkah ini melibatkan perubahan dari memiliki dua representasi terpisah yakni: model verbal dan

model visual menjadi memiliki representasi terpadu yang elemen dan hubungan terkait dari suatu modelnya dipetakan ke model lainnya. Input dari langkah ini adalah model verbal dan model visual yang sejauh ini sudah dikonstruksi. Output-nya adalah model terpadu yang didasarkan pada hubungan antara dua representasi. Sebagai tambahan, model terpadu ini juga bias melibatkan koneksi dengan pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Saya menyebut proses kognitif ini sebagai integrating atau memadukan karena melibatkan aktivitas membangun hubungan di antara bagian-bagian model verbal dan model pictorial terkait serta pengetahuan terdahulu yang relevan dari memori jangka panjang. Proses ini terjadi dalam memori kerja verbal dan visual dan melibatkan koordinasi di antara mereka. Hal ini direpresentasikan oleh panah-panah dari Model Verbal dan Model Pictorial serta panah dari Memori Jangka Panjang. Hal ini merupakan proses yang sangat menuntut; mensyaratkan penggunaan yang efisien atas kapasitas kognitif seseorang. Proses ini mencerminkan kesempurnaan dari proses penalaran, karena seseorang yang belajar harus fokus pada struktur yang mendasari representasi verbal dan representasi visual. Ia bias menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh sebelumnya untuk membantu mengoordinasikan proses pemanduan itu sebagaimana diinidikasikan oleh panah dari Memori Jangka Panjang ke Memori Kerja. Pendeknya, multimedia learning terjadi dalam system pemrosesan informasi dari orang yang sedang belajar. Hal itu merupakan sistem yang berisis saluran-saluran terpisah untuk pemrosesan verbal dan pemrosesan visual, sistem yang mensyaratkan pemrosesan kognitif terkoordinasikan dalam masing-masing saluran untuk terjadinya pembelajaran aktif. Secara khusus, multimedia learning adalah proses yang sangat menuntut yang mensyaratkan:seleksi kata-kata dan gambar-gambar relevan, menata mereka menjadi representasi verbal dan pictorial yang koheren dan terstruktur, dan mengintegrasikan representasi representasi verbal dan representasi pictorial. Tema buku ini adalah pesan-pesan multimedia harus dirancang untuk memfasilitasi tata cara otak manusia bekerja sehingga bias mengarah ke pembelajaran yang penuh makna. Proposisi ini teruju secara empiris dalam tujuh bab berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai