Anda di halaman 1dari 22

Percobaan I PENGUKURAN VISKOSITAS DENGAN REDWOOD VISCOMETER

Laporan Praktikum

Nama NIM Kelompok Tanggal Praktikum Tanggal Penyerahan Dosen Asisten Modul

: Andreas Ansen Vitalis : 12212041 : Rabu 1 : 2 Oktober 2013 : 9 Oktober 2013 : Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana : Aris Tristanto Wibowo (12210022) Rendra Saputra (12210072)

LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

I.

Tujuan
Mengetahui pemakaian Redwood Viscometer untuk: 1. Mengukur viskositas minyak yang diperoleh sebagai fungsi dari waktu pengaliran (dalam detik) 2. Menghitung Viscosity Indeks (VI) suatu sampel minyak.

II.

Alat dan Bahan


Alat: 1. Redwood Viscometer 2. 2 Termometer 3. Flask minimal 50cc 4. Heater 5. Picnometer 6. Stopwatch 7. Sarung Tangan 8. Neraca Analitik Bahan: 1. Jatibarang Crude Oil 2. Solar 3. Air

III.

Data Percobaan
Sampel 1: Jatibarang heavy Massa picnometer: 11.92 gram Massa picnometer + air: 17.72 gram

Suhu (C) 38 60 74

Massa picnometer + sampel (gram) 16.859 16.830 16.760

Tabel 3.1 Massa picnometer + sampel 1 pada percobaan pada suhu percobaan

Suhu (C) 38 60 74 95

Waktu pengaliran (detik) 53.42 32.81 29.90 28.78

Tabel 3.2 Waktu pengaliran 50 cc sampel 1 pada suhu percobaan Sampel 2: Jatibarang light Massa picnometer: 15.57 gram Massa picnometer + air: 27.47 gram Massa picnometer + sampel 2 (suhu ruang): 27.39 gram

Suhu (F) 100 140 180

Massa picnometer + sampel (gram) 27.94 27.87 27.82

Tabel 3.3 Massa picnometer + sampel 2 pada suhu percobaan

Suhu

Waktu pengaliran (detik)

(F) 100 140 180 210 27.89 26.42 24.31 23.30

Tabel 3.4 Waktu pengaliran 50 cc sampel 2 pada suhu percobaan

IV.

Pengolahan Data
a. Sampel 1: Jatibarang heavy 1. Perhitungan Viskositas Kinematik Untuk waktu pengaliran di atas 43 detik, digunakan persamaan Redwood untuk menghitung viskositas kinematik.

Untuk waktu pengaliran di bawah 43 detik, digunakan persamaan Engler untuk menghitung viskositas kinematik.

Suhu (C) 38 60 74 95

t (s) 53.42 32.81 29.90 28.78 59.5519 54.3089 52.2899

0.1102 0.0247 0.01097 0.00534

11.02 2.47 1.097 0.534

Tabel 4.1 Perhitungan viskositas kinematik jatibarang heavy

2. Perhitungan Specific Gravity ( )

Massa picnometer kosong: 11.92 gram Suhu (C) Massa picnometer + sampel (gram) 38 60 74 16.859 16.830 16.760 4.939 4.910 4.840 Massa sampel (gram)

Tabel 4.2 Massa sampel 2 dengan suhu percobaan

Volume picnometer kosong: 5.8 mL Suhu (C) 38 60 74 ( 0.8516 0.8466 0.8345 )

Tabel 4.3 Massa jenis sampel 2 dengan suhu percobaan Asumsi

Suhu (C) 38 60 74

Specific gravity, 0.8516 0.8466 0.8345

Tabel 4.4 Specific gravity dengan suhu percobaan

3. Perhitungan Viskositas Dinamik Untuk menghitung viskositas dinamik

Suhu (oC)

) ( 0.8516 0.8466 0.8345 )

(poise)

38 60 74 95

0.1102 0.0247 0.01097 0.00534

11.02 2.47 1.097 0.534

0.0938 0.0209 0.0092

4. Perhitungan Viscosity Index (VI) Untuk Viscosity Index (VI) dibawah 100 digunakan rumus:

L = Viskositas kinematik pada 210F untuk minyak dengan VI = 0 U = Viskositas kinematik minyak pada 100F = 11.02 cSt H = Viskositas kinematik pada 100F untuk minyak dengan VI = 100 Y = Viskositas kinematik minyak pada 210F = (data tidak diperoleh) Karena viskositas kinematik pada 210F dibawah 2 cSt, digunakan rumus:

Karena data viskositas kinematik untuk suhu 99C tidak berhasil diperoleh, maka Viscosity Index (VI) tidak bisa didapatkan menggunakan persamaan ini

b. Sampel 2: Jatibarang light oil 1. Perhitungan Viskositas Kinematik Untuk waktu pengaliran di bawah 43 detik, digunakan persamaan Engler untuk menghitung viskositas kinematik. Persamaan Engler:

Suhu (F) 100 140 180 210

t(s) 27.89 26.42 24.31 23.3 50.0685 48.034 44.226 42.402 7.179 x 10-4 -7.252 x 10-3 -1.955 x 10-2 -2.587 x 10
-2

7.179 x 10-2 -7.252 x 10-1 -1.955 -2.587

Tabel 4.5 Perhitungan viskositas kinematik jatibarang light oil

2. Perhitungan Specific Gravity

Massa picnometer kosong : 15.57 gram Suhu (F) 100 140 180 Massapicno + sampel (gram) 27.94 27.87 27.82 Massasampel (gram) 12.37 12.3 12.25

Volume minyak = volume picnometer = 11.9 Suhu (F) 100 140 180 Sesuai dengan asumsi awal yaitu densitas minyak. Suhu (F) 100 140 180 Specific gravity, 1.0395 1.0336 1.0294 (gram/mL) 1.0395 1.0336 1.0294 , sehingga specific gravity sama dengan

3. Perhitungan Viskositas Dinamik Untuk menghitung viskositas dinamik

Suhu (F)

) ( 1.0395 1.0336 1.0294 )

(poise)

4. Pe rh itu ng

100 140 180

7.179 x 10-4 -7.252 x 10-3 -1.955 x 10-2

7.179 x 10-2 -7.252 x 10-1 -1.955

an Viscosity Index (VI) Untuk Viscosity Index dibawah 100 digunakan rumus:

L = Viskositas kinematik pada 210F untuk minyak dengan VI = 0 U = Viskositas kinematik minyak pada 100F = 7.179 x 10-2 cSt H = Viskositas kinematik pada 100F untuk minyak dengan VI = 100 Y = Viskositas kinematik minyak pada 210F = -2.587 cSt Karena viskositas kinematik pada 210F dibawah 2cSt,digunakan rumus :

Karena hasil VI yang didapat diatas 100, maka ulangi dengan rumus Viscosity Index untuk VI diatas 100:

Dimana :

V.

Analisis dan Pembahasan


a. Asumsi dan Korelasi Mengingat viskositas sampel minyak akan berubah seiiring perubahan temperatur, disini kita mengasumsikan temperatur sampel minyak tidak berubah selama proses pengaliran (dengan kata lain kita mengasumsikan viskositas minyak tidak berubah selama proses pengaliran). Tekanan ruangan tidak berubah selama percobaan , dan berkurangnya tekanan pada orifice akibat berkurangnya volume sampel minyak pada oil cup bisa diabaikan sehingga kita dapat mengasumsikan aliran sampel minyak pada orifice selalu konstan selama pengaliran. Sampel minyak bersifat homogen sehingga property sampel minyak pada setiap titiknya sama. Sampel minyak bersih dari kontaminasi yang dapat mengubah viskositas dan property sampel minyak. Masa jenis air 1 . Sehingga kita lebih memilih mengkalibrasi volume picnometer

dibanding mengkalibrasi massa jenis air. Galat pada pengukuran massa, waktu pengaliran, suhu sampel minyak tidak banyak berpengaruh pada perhitungan sehingga diabaikan. Redwood, picnometer, dan thermometer bersih dari kontaminasi.

b. Analisis Alat Picnometer Picnometer adalah labu/botol dengan stopper yang memiliki pipa kapiler, sehingga gelembung udara dapat keluar dari pipa kapiler tersebut. Digunakan untuk mengukur densitas suatu sampel liquid secara akurat. Volume dari picnometer harus kita kalibrasi terlebih dahulu dengan mengukur massa dari picnometer yang berisi air, dikurangi massa picnometer kosong lalu dibagi dengan specific grafity dari air. Spesific grafity sampel tersebut didapatkan dengan cara mengukur massa dari picnometer yang berisi sampel, dikurangi oleh massa dari picnometer kosong lalu dibagi dengan volume picnometer tersebut. Volume dari picnometer harus kita kalibrasi terlebih dahulu dengan mengukur massa dari picnometer yang berisi air, dikurangi massa picnometer kosong lalu dibagi dengan specific grafity dari air. Redwood Viscometer Redwood viscometer adalah alat untuk mengukur viskositas berdasarkan lama waktu pengaliran suatu fluida melewati orifice. Untuk melakukan analisa perubahan viskositas minyak terhadap temperatur, redwood viscometer menggunakan air yg dipanasi. Disini minyak tidak langsung dipanasi bertujuan untuk menghindari kemungkinan minyak terbakar selama pemanasan. Alasan dari air digunakan sebagai media pemanas karena air memiliki kapasitas kalor yang besar sehingga suhunya stabil selama pemanasan lalu suhu air selama pemanasan di buat merata menggunakan stirrer di sekeliling oil cup.

c. Analisis Data Pada percobaan ini dilakukan pengukuran viskositas dengan menggunakan redwood viscometer, yang diamati adalah waktu pengaliran minyak yang keluar dari orifice menuju flask sampai 50cc. Selain itu juga diamati berat dari sampel menggunakan picnometer. Percobaan ini menggunakan 2 sampel minyak, yaitu Jatibarang light oil dan jatibarang heavy oil. Pengamatan terhadap waktu pengaliran sampel minyak dilakukan pada temperatur 100oF, 140oF, 180oF, dan 210oF. Pada sampel jatibarang light oil, waktu pengaliran saat temperatur 100 oF adalah 27.89 detik, saat 140oF adalah 26.42 detik, saat 180oF adalah 24.31 detik, dan saat 210oF adalah 23.3 detik. Sedangkan data yang di dapat pada sampel jatibarang heavy oil saat temperature 100oF adalah 53.42 detik, saat 140oF adalah 32.81 detik, saat 180oF adalah 29.90 detik, dan saat 210oF adalah 28.78 detik. Dalam pengolahan data waktu pengaliran sampel minyak jatibarang light, didapatkan 3 data waktu yang memiliki nilai dibawah 43 detik, sehingga untuk mengukur viskositasnya harus menggunakan persamaaan Engler. Namun saat dilakukan perhitungan, diperoleh satu viskositas indeks yang bernilai negatif. Visikotas indeks sendiri memiliki standar yaitu viskositas indeks bernilai nol untuk minyak dari Gulf Coast Crude, sehingga visikositas indeks yang bernilai negative memiliki arti fisik visikositas sampel minyak itu lebih rentan berubah terhadap temperature dibandingkan minyak Gulf Coast Crude. Setelah mendapatkan nilai viskositas sampel minyak, kita dapat mencari nilai viscosity index (VI) dari sampel minyak tersebut. Untuk menghitung nilai viscosity index awalnya di asumsikan nilainya berada di antara 0-100. Apabila pada perhitungan di dapat nilai di atas 100 barulah menggunakan asumsi di atas 100. Untuk jatibarang light oil, saat digunakan asumsi viscosity index bernilai 0-100, didapatkan nilai viscosity indexnya sebesar 179.27. dapat diartikan asumsi yang digunakan tidak tepat, maka digunakan asumsi bahwa nilai viscosity index diatas 100. Karena terdapat nilai viskositas yang negatif, maka didapatkan nilai imajiner. Untuk jatibarang heavy oil, didapat nilai viscosity index negatif. Hal ini dikarenakan nilai viskositas kinetic yang didapat pada suhu 210oF terlampau rendah sehingga tidak dapat digunakan dalam persamaan VI=(L-U/L-H)x100

Untuk tiap temperatur, specific gravity dari sampel minyak dapat dihitung dengan mengetahui berat sampel minyak dan volumenya dengan menggunakan picnometer dengan cara menghitung densitas miyak tersebut lalu dibagi dengan densitas air. Namun, volume yang tertera pada picnometer belum tepat, sehingga diperlukan kalbrasi. Pada percobaan menggunakan jatibarang heavy, dari hasil perhitungan didapat specific gravity rata-rata dari sampel, yaitu 0.84423 gr/mL dan specific gravity dari sampel yang nilainya dibawah specific gravity air. Menurut teori hal ini sudah benar. Sedangkan pada percobaan menggunakan Jatibarang Light, didapat dari perhitungan specific gravity rata-rata dari sampel yaitu 1.034167 gr/mL. perhitungan yang didapat ini tidak sesuai dengan teori. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kesalahan pada kalibrasi volume picnometer. Kedua, kesalahan asumsi densitas air yang bernilai 1 gr/mL. Ketiga, masih adanya sisa-sisa sampel minyak pada picnometer pada percobaan sebelumnya yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan massa picnometer. Karena kesalahan pada pengukuran specific gravity dari sampel Jatibarang light, maka tidak bisa ditentukan sampel mana yang memiliki fraksi hidrokarbon berat yang lebih besar. d. Analisis Grafik

Waktu Pengaliran vs Temperatur


60

Waktu Pengaliran (s)

50 40 30 20 10 0 100 140 165 Temperatur (oF) 180 210 light oil heavy oil Linear ( light oil)

Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa waktu pengaliran berbanding terbalik dengan temperatur untuk light maupun heavy oil. Jika temperatur naik maka waktu pengalirannya semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Penurunan waktu pengaliran pada light oil hanya sedikit, sedangkan pada heavy oil lebih besar.

Viskositas Kinematik vs Temperatur


12

Vsikositas Kinematik (cSt)

10 8 6 4 2 0 -2 -4 100 140 165 Temperatur (oF) 180 219 light oil heavy oil Linear (light oil)

Viskositas kinematik juga berbanding terbalik dengan temperatur untuk light maupun heavy oil. Penurunan viskositas kinematik lebih besar pada heavy oil dibandingkan light oil.

Densitas Minyak vs Temperatur


Densitas Minyak (gr/ml)
1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 100 140 Temperatur 165 (oF) 180 light oil heavy oil Linear (light oil)

Untuk densitas, heavy oil dan light oil juga berbanding terbalik dengan temperatur. Tetapi disini penurunan densitasnya sangat kecil sehingga pada grafik hampir terlihat seperti linear.

VI.

Kesimpulan
Hasil pengukuran viskositas kinematik dan viskositas dinamis yang diperoleh sebagai fungsi dari waktu pengaliran disajikan dalam tabel: Temperatu r F 10 0 14 0 16 5 18 0 21 0 C 38

Sampel: Jatibarang Light Waktu (s) 27.89 v (cSt) 7.179 x 10


2 -

Sampel: Jatibarang Heavy Waktu (s) 53.42 v (cSt) 11.02 (poise) 0.0938

(poise)

60

26.42

-0.7252

32.81

2.47

0.0209

74

29.90

1.097

0.0092

82 99

24.31 23.3

-1.955 -2.587

Karena data Viscosity Index dari sampel pertama memiliki jawaban yang asumsi salah dan bilangan complex, dan sampel kedua tidak dapat dihitung, maka viscosity index dibandingkan secara numerik. Sampel minyak jatibarang light memiliki viscosity index yang lebih tinggi dibandingkan sampel minyak jatibarang heavy.

VII.

Kesan & Pesan


Ini adalah praktikum fluida reservoir pertama saya dan rasanya sangat menantang dan menegangkan. Betul-betul pengalaman baru menghadapi system praktikum seperti ini. Pesan saya untuk praktikum ini adalah transparansi nilai dan system penilaian nya.

Gosip: Liputan6.com, Jakarta : Hengkangnya Morgan dari boyband SMASH memang banyak menimbulkan teka-teki. Sempat berasalan ingin fokus kuliah, tiba-tiba Morgan memutuskan untuk keluar dari gurp yang membesarkan namanya ini. Beredar kabar, ada seseorang yang memengaruhi pria kelahiran 25 Mei 1990 itu untuk meninggalkan SMASH. Hal itulah yang sempat membuat para anggota SMASH lainnya bingung menghadapi Morgan. "Seperti bukan Morgan (yang dikenal). Setahu saya Morgan itu nggak seperti ini," kata Bisma SMASH dalam wawancara di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (7/10/2013). Tak hanya Bisma, personel SMASH lainnya, Rangga juga berpendapat demikian. Menurutnya, Morgan yang dikenal adalah sosok yang dewasa dan peduli dengan anggota lainnya. "Dia tuh lebih dewasa banget, dia itu peka orangnya. Morgan juga care banget sama semuanya, tapi ya semua orang bisa berubah. Kami berpisah baik-baik, jadi ya udah lah ya," jelas Rangga. Saat ini para anggota SMASH lainnya pun telah memutuskan untuk tidak mencari pengganti Morgan. "Nggak usah nambah personel lah, nanti susah lagi belajarnya. Smashblast juga nggak mau kami nambah personel. Kami mau fokus saja sama karya-karya kami, sudah sering digosipin bubar apa lah segala macam. Kami cuma mikir apa sih yang belum kami lakuin," pungkas Rangga.(Ras/Mer)

VIII.

Daftar Pustaka

IX.

Jawab Pertanyaan
Soal 1. Jelaskan mengapa kita perlu mengetahui nilai viskositas minyak dalam petroleum indsutry! 2. Sebutkan dan jelaskan parameter apa saja yang mempengaruhi nilai keekonomian minyak! Bagaimana hubungan viskositas minyak terhadap parameter tersebut? 3. Manakah yang lebih baik, minyak dengan VI tinggi atau VI rendah? Jelaskan! 4. Gambarkan dan jelaskan grafik Z-factor vs. Pressure! (oh iya ditambah kesan pesan praktikum modul 3 yaaaa..... sama perkembangan gosip yang lagi hot terkini setengah halaman....(bonusnya gede)) Jawab 1. Viskositas adalah parameter penting yang memerlukan perhatian besar tentang aliran fluida. Aliran fluida mempengaruhi kemampuan fluida untuk mengalir. Contohnya pada saat transportasi minyak antara reservoir dan separator. Kekentalan fluida ini sangat mempengaruhi keekonomian migas, dari manajemen produksinya, pengolahannya maupun nilai ekonomisnya. Dari manajemen produksi, fluida yang lebih kental lebih memakan waktu lama dalam produksinya karena alirannya lebih lama dibandingkan yang viskositasnya lebih kecil. Dari segi pengolahan minyak, viskositas yang tinggi akan lebih sulit pengolahannya apabila diolah secara dinamik yaitu dengan pengaliran fluida. Tetapi dalam beberapa hal tertentu, viskositas lebih tinggi berguna dalam pengolahan minyak menjadi padat. Hubungan viskositas dengan nilai ekonomis adalah viskositas fluida yang tinggi biasanya nilai ekonomisnya lebih rendah karena menjadi bahan bahan pengolahan seperti aspal, vaseline dan sejenisnya dibandingkan yang viskositasnya kecil yang biasanya diolah menjadi sumber energi tertentu.

2. Parameter yang mempengaruhi nilai keekonomian minyak adalah Specific Gravity Specific gravity adalah rasio densitas minyak dengan densitas air atau rasio densitas gas dengan densitas udara diukur pada tekanan dan suhu yang sama. Minyak yang memiliki specific gravity yang rendah lebih diinginkan karena semakin rendah specific gravitynya berarti minyak banyak mengandung fraksi ringan, sehingga apabila minyak tersebut diolah akan menghasilkan sumber energi (BBM). Hubungannya dengan viskositas pada umumnya minyak yang memiliki viskositas rendah juga memiliki specific gravity yang rendah pula. Minyak yang memiliki rantai

carbon yang pendek akan memiliki specific gravity yang rendah. Hal ini juga berpengaruh yang sama kepada viskositas Gasoline and Kerosene Content Minyak yang memiliki kandungan bensin dan minyak tanah yang tinggi lebih diinginkan,karena produk utama yang ingin diperoleh dari minyak yang diolah adalah BBM. Hubungannya dengan viskositas adalah Gasoline dan kerosene merupakan fraksi ringan yang pada umumnya mempunyai specific gravity yang rendah dan viskositas yang rendah pula Sulfur Content Minyak yang memiliki kandungan sulfur lebih rendah lebih diinginkan, karena sulfur menyebabkan korosi dan menyulitkan dalam proses pengolahan di kilang. Hubungannya dengan viskositas sebenarnya secara tidak langsung berhubungan dengan pengaruh spesific gravity terhadap viskositas. Dengan adanya kandungan sulfur yang lebih banyak, maka massa jenis fluida tersebut akan lebih besar dan berimbas kepada spesific gravity yang lebih besar dan membuat viskositas fluida semakin besar. Asphalt content Kandungan aspal yang rendah lebih diinginkan, karena kandungan yang diinginkan adalah gasoline dan kerosene. Gasoline dan kerosene memiliki nilai jual lebih tinggi. Hubungannya dengan viskositas adalah semakin banyak kandungan aspal pada suatu minyak, maka specific gravity suatu minyak akan semakin tinggi, karena asphalt mempunyai kandungan fraksi berat yang banyak. Hal ini akan berpengaruh terhadap viskositas yang semakin tinggi pula.Titik Tuang(pour point) Titik Tuang Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak masih dapat mengalir. Titik tuang berpengaruh dengan pengaliran minyak. Harga titik tuang yang lebih rendah lebih diinginkan karena memberikan kesempatan minyak mengalir di suhu yang lebih rendah. Hubungannya dengan viskositas adalah semakin rendah titik tuang suatu minyak maka viskositas suatu minyak pada suhu yang lebih rendah akan semakin rendah pula. Titik Kabut(cloud point)

Titik kabut adalah suhu saat mulai tebentuknya fasa padat jika minyak didinginkan. Titik kabut yang rendah lebih diinginkan karena padatan dapat menyumbat peralatan. Hubungannya dengan viskositas adalah semakin rendah titik kabut suatu minyak maka viskositas suatu minyak pada suhu yang lebih rendah akan semakin rendah pula. 3. VI adalah Viscosity Index adalah nilai ketahanan viskositas fluida terhadap temperature. Semakin tinggi VI maka semakin tahan viskositas fluida terhadap temperatur dan sebaliknya. Sebenarnya tidak ada yang VI lebih baik dibandingkan lainnya. Semua ada sesuai kebutuhan. Dalam produksi minyak pada awalnya akan lebih baik dengan VI yang lebih rendah karena memudahkan apabila ada injeksi dalam membantu pengeluaran minyak ke permukaan. Sebaliknya fluida tertentu yang berfungsi sebagai pelindung dan pelicin seperti oli mesin akan lebih baik dengan VI yang tinggi karena lebih tahan terhadap temperatur yang berubah-ubah dalam piston di mesin bakar. Apabila oli mesin mempunyai VI yang rendah maka apabila oli didinginkan akan membuat fluida lebih kental dan menggangu kerja piston dalam mesin bakar dan sebaliknya apabila terlalu panas didalam mesin bakar, maka oli akan lebih cair dan tidak bersifat melindungi piston dalam kerjanya di mesin bakar.

4.

Grafik

diatas adalah

Z(compressibility factor) vs P (tekanan). Compressibility factor adalah perbandingan antara Volume aktual dengan volume ideal dalam suatu keadaan. Garis diatas menggambarkan perubahan compressibility factor terhadap pressure dalam suhu tertentu (isothermal). Apabila tekanan mendekati nol, maka keadaan fluida akan sesuai dengan persamaan gas ideal (PV=zRT). Pada Low-Pressure range, volume gas sebenarnya akan lebih kecil dari volume gas ideal. Sebaliknya, pada High-Pressure range, volume gas sebenarnya akan lebih tinggi dibandingkan volume gas ideal.

Anda mungkin juga menyukai