Pemantauan Peresepan
Pemantauan Peresepan
Kelompok II
KELOMPO K II
Arnes Anestesia Riza Maulidya Nurhalimah Fennie Irdiansyah Sarah Arista Nofa Siska Sembiring Elisyah Fitri Siregar Yulis Kartika
SUB JUDUL
- Lembar Pemberian Obat Pasien Rawat Inap
- Pemantauan Resep & Pasien
- Farmakokinetika Klinis
- Reaksi Obat Merugikan
PEMANTAUAN PERESEPAN
Lembar Pemberian Obat Pasien Rawat Inap
Lembar daftar Pengobatan Pasien Rawat inap merupakan dokumen yang paling penting terkait dengan pengobatan pasien dalam lingkungan Rumah Sakit. Tujuan Lembar daftar Pengobatan ini adalah untuk: Menyatakan dengan jelas pengobatan apa yang diberikan kepada pasien Memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan dengan instruksinya Mencatat apa yang telah dilakukan dan apa yang tidak dilakukan (disertai alasan) Memungkinkan pemantauan Klinis Membantu menjaga standar kualitas Semua Resep untuk pasien harus ditulis dalam satu lembar daftar pemberian obat, terutama jika lebih dari satu dokter yang terlibat.
Peran Farmasis
Peran dan tanggung jawab Farmasis Klinis dalam pembuatan lembar daftar pemberian obat pasien Rawat Inap yaitu :
Menjadi Proaktif, mengantisipasi masalah yang potensial timbul dan mengambil tindakan untuk meminimalkan resiko terhadap pasien, daripada hanya menjadi reaktif, hanya bertindak sebagai respon terhadap masalah yang telah terjadi Dapat terlibat dalam perencanaan pasien keluar dari rumah sakit, mengecek segala sesuatunya telah sesuai sebelum mengatur penyiapan resep Melakukan cek lebih lanjut bahwa semua obat yang disediakan telah sesuai dengan instruksi dokter Pada dasarnya, tujuan Farmasis adalah untuk memastikan keamanan dan ketepatan waktu pemberian suatu pengobatan yang efektif serta yang paling sesuai dengan keadaan pasien.
- Apakah obat tersebut berkhasiat untuk pasien? - Tepatkah dosis dan frekuensi pemberian obat yang diresepkan? - Tepatkah rute pemberian obat? - Apakah pasien memiliki sensitivitas terhadap obat atau alergi? - Adakah instruksi tambahan yang dibutuhkan? (contoh:dengan makanan untuk obat-obat AINS) - Adakah Interaksi obat atau reaksi obat yang merugikan?
Perhatian Khusus perlu diberikan pada pasien-pasien yang rentan. Farmasis harus sangat waspada dalam pemantau pasien-pasien tersebut.
Pasien-pasien rentan: - Yang sangat muda, terutama yang dilahirkan prematur - Pasien dengan gagal ginjal, hati, dan jantung - Pasien dengan penyakit akut - Pasien dengan penyakit yang tidak stabil - Pasien yang memiliki kecenderungan secara genetik - Pasien yang ditangani oleh satu dokter
- Obat yang tepat diberikan dengan dosis, rute dan frekuensi yang tepat - Interaksi obat yang bermakna dapat dihindari - Efek samping obat dapat diantisipasi dan dicegah atau ditangani secara tepat.
Sumber-sumber informasi berikut berguna dalam interpretasi dan kajian resep: Lingkungan Bangsal, Tim Medis, Keadaan Sekitarnya Pasien Nama,Jenis Kelamin, Tinggi dan berat badan, Usia, Penampilan, Dialog Lembar daftar obat Data pasien dan data obat Lembar observasi Data temperatur, nadi dan pernafasan, data tinja, data kekejangan, data glukosa darah Catatan Medis/Keperawatan Pasien Tenaga Kesehatan Profesional
Lanjutan Identifikasi dan Pengelolaan Masalah Masalah yang terkait dengan obat antara lain : -Ketepatan Pengobatan -Pentingnya Pengobatan -Ketepatan dosis -Jangka waktu pengobatan -Efek samping obat -Interaksi obat -Kompatibilitas/Ketercampuran obat
FARMAKOKINETIKA KLINIS
Pada prinsipnya penerapan farmakokinetik klinis bertujuan untuk meningkatakan efektivitas terapi atau menurunkan efek samping dan toksisitas obat pada pasien. Efek obat selalu dihubungkan dengan konsentrasi obat pada tempat aksinya atau reseptornya. Sifat homogenitas kinetic merupakan asumsi penting dalam penerapan farmakokinetik klinis yaitu sebagai dasar untuk menegakkan konsentrasi obat dalam plasma pada rentang terapi. Hal ini dapat digambarkan sebagai perubahan konsentrasi obat dalam plasma yang merefleksikan perubahan konsentrasi obat dalam jaringan; secara umum apabila konsentrasi obat dalam plasma meningkat/ menurun maka konsentrasi obat dalam jaringan juga meningkat/menurun.
Beberapa factor dapat menyebabkan variabilitas tercapainya konsentrasi obat dalam plasma yang berakibat pada variabilitas respons farmakologisnya: Perbedaan dalam proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi/eleminasi (ADME). Status penyakit/patofiologis/fisiologis Interaksi obat ABSORPSI Absorpsi adalah proses senyawa obat dipindahkan dari tempat absorpsinya kedalam sirkulasi sistemik. Proses ini bergantung pada berbagai parameter terutama sifat fisiko-kimia zat aktif obat. Metabolisme absorpsi obat melalui difusi pasif dipengaruhi oleh pKa obat, PH tempat absorpsi dan fraksi obat yang terionkan. Pengosongan lambung , peningkatan aliran darah yang disebabkan oleh pemijatan atau panas dapat meningkatkan laju absorpsi.
DISTRIBUSI Distribusi obat adalah tahapan farmakokinetika setelah proses absorpsi obat mencapai sirkulasi sistemik. Beberapa factor yang mempengaruhi distribusi obat : Karakteristik jaringan (aliran darah, koefisien partisi, kelarutannya dalam lemak) status penyakit yang dapat mempengaruhi fisiologi ikatan obat-protein Karakteristik obat, karakteristik jaringan, aliran darah, dan ikatan obatprotein adalah factor yang mempengaruhi besarnya distribusi obat.
ELIMINASI
Eliminasi obat-obat sebagian besar melalui hati dan ginjal, meskipun masih ada beberapa jalur eliminasi lainnya misalnya ekskresi secara bilier. Tiga parameter farmakokinetika yang paling penting adalah kliners, suatu ukuran kemampuan tubuh untuk mengeleminasi obat; volume distribusi, suatu ukuran volume dalam tubuh yang mengandung obat; dan ketersediaan hayati, fraksi dosis obat yang terabsorpsi kedalam sirkulasi sistemik. Parameter farmakokinetik yang juga penting yaitu kecepatan ketersediaan dan distribusi obat dalam tubuh.
METABOLISME Metabolisme adalah keseluruhan reaksi kimia biotransformasi baik pada zat-zat endogen maupun eksogenyang terjadi secara enzimatik. prose metabolisme paling besar terjadi di hati, meskipun dapat juga di kulit, jaringan, paru-paru, saluran cerna dan ginjal: proses metabolisme tersebut terjadi di reticulum endoplasmic, sitosol, mitokondria, nuclear envelope, dan membrane plasma. EKSKRESI Ekskresi obat adalah eliminasi obat atau metabolit dari sirkulasi sistemik melalui ginjal bersama urine, melalui empedu dan air liur kedalam usus bersama tinja, melalui keringat, melalui kulit dan air susu ibu. Ginjal adalah organ yang paling penting untuk ekskresi obat dan metabolitnya. Mekanisme ekskresi ginjal ada tiga yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif tubuler, dan reabsorpsi tubuler..
DOSIS GANDA Tujuan dari pemberian dosis ini adalah untuk mempertahankan efek terapeutik dengan menjaga konsentrasi obat dalam plasma pada rentang konsentrasi terapi. Beberapa Faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian dosis ganda: Farmakokinetika obat (ketersediaan hayati, Vd klirens, K, t eliminasi, ikatan obat-protein, dan lain-lain) Rentang konsentrasi terapi, efek samping, dan toksisitas. Faktor akumulasi DOSIS MUATAN Waktu tunak obat adalah 4-7 kali t eliminasi. Jika efek obat ingin dicapai maka dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai efek terapi jadi dosis muatan diberikan pada awal pengobatan agar cepat obat memberikan efek.
DOSIS GANDA Tujuan dari pemberian dosis ini adalah untuk mempertahankan efek terapeutik dengan menjaga konsentrasi obat dalam plasma pada rentang konsentrasi terapi. Beberapa Faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian dosis ganda: Farmakokinetika obat (ketersediaan hayati, Vd klirens, K, t eliminasi, ikatan obat-protein, dan lain-lain) Rentang konsentrasi terapi, efek samping, dan toksisitas. Faktor akumulasi DOSIS MUATAN Waktu tunak obat adalah 4-7 kali t eliminasi. Jika efek obat ingin dicapai maka dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai efek terapi jadi dosis muatan diberikan pada awal pengobatan agar cepat obat memberikan efek.
WHO mendefenisikan ROTD sebagai respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan tidak diharapkan serta terjadi pada Dosis lazim dan dipakai oleh manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis maupun terapi. FDA: Respon yang tidak diharapkan terutama berhubungan dengan pemakaian obat, yang dapat terjadi sebagai bagian dari tindakan farmakologis obat ataupun kejadiannya tidak bisa diprediksikan. Penghentian pemakaian Obat
Ketergantungan Obat
MORBIDITAS
MORTALITAS
BIAYA PERAWATAN
3,5% Mortalitas
ADR 2,3%
174%Waktu Opname
Biaya dari $5.535 hingga $ 10.010
TIPE A
TIPE B
Dapat diramalkan (dari Tidak dapat diramalkan (dari pengetahuan farmakologinya) pengalaman farmakologinya) Tergantung dosis Jarang tergantung dosis
Morbiditas tinggi Mortalitas rendah Dapat ditangani dengan pengurangan dosis Angka kejadian tinggi
Morbiditas rendah Mortalitas tinggi Dapat ditangani hanya dengan penghentian pengobatan Angka kejadian rendah
3. TIPE C (Berkelanjutan), disebabkan penggunaan obat yang lama, misalnya analgetik, nefropati dan diskenesia tardif. 4. TIPE D: adalah reaksi tertunda, misalnya teratogenesis dan karsinogenesis 5. Tipe E: Penghentian penggunaan,misalnya timbul kembali karena ketidakcukupan adrenokortikal.
Primer
Reaksi tipe A
Sekunder
PENYEBAB
Farmaseutik
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Bertambahnya aktivitas atau bertambahnya jumlah reseptor, ketidakseimbangan mekanisme haemostatis , keadaan penyakit misalnya efek propranolol pada penyakit asma
Farmaseutik
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Pembebasan metabolit abnormal:cth: Beberapa individu mengembangkan methemoglobinemia hebat setelah pemberian fenasetin dosis kecil.
1. Dekomposisi unsur aktif Mis:Tetrasiklin kedaluarsa menyebabkan sindrom Fanconi 2. Pengaruh additif. Solubilizer,stabilizer,colorizer dan excipicient dapat memicu reaksi anaphylactoid
1.
2.
Genetik: Hemolisis akibat pemberian obat malaria atau metil dopa, trombositopenia dengan penghambat ACE, induksi sintase asam d-amino laevulinik hepatis oleh banyak obat, hyperpyrexia malignan (hyperthermia) pada pemberian anestesia,anemia aplastik pada pemakaian kloramfenikol, Immunologis: Kejadian Anaphilaksis, sitotoksis, kompleks imun, atau yang dimediasi sel.Reaksireaksi alergik dapat terjadi karena adanya antibodi spesifik antigen. Reaksi alergi juga karena pelepasan mediator yang dipicu oleh obat.
POLIFARMASI
Interaksi Obat
Beresiko ROTD
JENIS KELAMIN
KONDISI PENYAKIT
Beresiko ROTD
USIA
Lanjut Usia; Perubahan Farmakokinetika Neonatus: Enzim metabolisme belum berkembang sempurna,gray baby syndrome akibat kloramfenikol.
Defisiensi G6PD
Obat Gol ACE inhibitor Obat antitiroid Benzodiazepin Beta bloker Barbiturat AINS Tetrasiklin Warfarin
Efek yang mungkin Gagal ginjal pada janin dan neonatus Hipertirodisme pada janin Ketergantungan obat pada janin Hambatan pertumbuhan jika Ketregantungan Obat Konstriksi pada ductus arterious Pewarnaan gigi, hambatan pertumbuhan tulang Pendarahan dalam otak jantung
Penggunaan Obat bagi yang menyusui juga perlu mendapat perhatian untuk meminimal ROTD
Obat Tetrasiklin Karbimazol Benzodiazepin Aspirin Barbiturat Efek yang mungkin Resiko perwarnaan gigi Hipotiroidisme Letargia Resiko sindroma reye Mengantuk
WAKTU
PENGHENTIAN/ KETERULANGAN
SIFAT PERMASALAH
PENGALAMAN
DOSIS
BUTUH WAKTU
WAKTU
SEGERA
PENANGANAN ROTD
1. Laporan kasus:Misalnya terjadinya sindroma okulomukokutaneus yang ditimbulkan oleh praktolol. Juga timbulnya gatal-gatal seperti psoriasis, mata kering, fibrinous peritonitis dan sindroma yang menyerupai lupus; akhirnya obat ini ditarik dari pasaran 2. Penelitian kohort merupakan infestigasi longitudinal dengan membandingkan kelompok pasien yang menggunakan obat dan kelompok yang tidak menggunakan tertentu. Perbandingan angka kejadian pada kelompok yang menggunakan dengan kelompok yang tidak menggunakan obat akan memberikan perkiraan resiko terjadinya ROTD 3. Metode Penelitian kasus kontrol dilakukan dengan membandingkan penggunaan obat pada pasien, baik yang disertai atau tanpa adanya status penyakit yang spesifik. 4. Pelaporan spontan. Sistem pelaporan formal yang dirancang untuk mencatat, mengolah dan menganalisa terjadinya ROTD. Umumnya digunakan untuk mengidentifikasi munculnya reaksi-reaksi yang baru muncul. Pada uji klinik jumlah subjek terlalu kecil Alasan Dilaporkan Sebagai subjek penelitian adalah subjek normal, anak-anak, wanita hamil,lanjut usia,pasien komplikasi tidak ikut
CARA PELAPORAN
ARTIKEL
PRODUSEN
LOKAL (R.SAKIT)
NASIONAL (BPOM)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
INFORMASI YANG DIPERLUKAN DALAM FORMULIR LOKAL Nama Pasien Nomor rekam medik Ruangan dan nomor tempat tidur Obat yang diduga sebagai penyebab ROTD Rincian ROTD yang diduga Nama pelapor Status pelapor (dokter,farmasis,perawat.dll) Telepon pelapor
THANK YOU
FOR YOUR ATTENTION