Anda di halaman 1dari 12

Nama: Resty Widyanty NIM : D2C009118 No Absen : 034

Representasi Festival Film Cannes dalam Novel The Winner Stands Alone Karya Paulo Coelho
A. Pendahuluan Latar Belakang Sastra hadir sebagai hasil perenungan manusia terhadap berbagai macam fenomena yang ia temukan. Menggunakan bahasa yang indah, sastra merupakan perwujudan gagasan manusia melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang beraada di sekelilingnya. Sebagai karya fiksi, sastra memiliki pemahaman yang lebih mendalam, tidak hanya sekadar cerita khayal atau buah imajinasi dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya serta berbagai macam informasi yang telah ia terima. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan sebuah novel hadir. Unsur intrinsik sebuah novel merupakan unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel yang sangat bagus. Kemudian, untuk menghasilkan novel yang bagus juga diperlukan pengolahan bahasa. Bahasa merupakan sarana atau media untuk menyampaikan gagasan atau pikiran pengarang yang akan dituangkan sebuah karya yaitu salah satunya novel tersebut. Setiap penulis mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam menuangkan setiap ide tulisannya dengan menggunakan bahasa-bahasa yang berbeda pula. Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya mempunyai gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya, sehingga dapat dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang ditulisnya, dan sangat mungkin mempengaruhi pembaca melalui karya tersebut. Kekuatan novel dalam mempengaruhi pembacanya tidak bisa kita pungkiri lagi. Berapa banyak orang tua yang rela mengantri berjam-jam saat perilisan buku Harry Potter seri ke-

tujuh pada Juli 2008 yang lalu? Banyak orang berbondong-bondong datang ke sebuah seminar atau talkshow untuk bertemu dengan novelis yang mereka puja-puja dan membeli semua novel karya mereka. Tidak dapat kita sangkal betapa sebuah novel dapat mempengaruhi kehidupan orang-orang yang membacanya. Begitu pula dengan novel-novel karya Paulo Coelho, seorang penulis mendunia yang berasal dari Brazil. Michael Rensing, Kiper 1. FC Koln ini bahkan mengukir kata-kata Amor, Misericodia, dan Rigor di pundaknya. Ketiga kata tersebut merupakan prinsip Jesuit Order yang terdapat di dalam buku-buku karya Paulo Coelho yang telah ia baca semuanya. Tidak hanya seorang pemain sepak bola yang terpengaruh oleh novel-novel karya Paulo Coelho, apabila kita masuk ke dalam situs blog resmi Paulo Coelho (http://paulocoelhoblog.com/), komentar-komentar pembaca kebanyakan selalu berisi kalimat You are inspiring! atau berbagai macam komentar yang mengapresiasi karyanya mengatakan bahwa karyanya dapat mengubah kehidupan mereka. Karya-karya Paulo selain menginspirasi juga mendatangkan berbagai macam kontroversi, karena ia mengangkat hal-hal yang biasanya dianggap tabu untuk diperbincangkan seperti seks (Eleven Minutes), pengalaman spiritualitas (The Pilgrimage), obsesi manusia dan kepribadiannya yang berubah-ubah (Veronica Decides to Die dan The Winner Stands Alone). Paulo dengan berbagai macam pengalaman yang telah ia alami, mulai dari masa-masa pemberontakannya sehingga ia terpaksa dimasukkan ke dalam sebuah aysilum (rumah sakit jiwa dengan penjagaan yang sangat ketat), perjalanan ziarahnya ke jalan Santiago yang menginspirasi The Pilgrimage dan The Alchemist. Salah satu karya dari beliau yang cukup fenomenal adalah The Winner Stands Alone, yang diakuinya merupakan potret dunia di mana Paulo hidup. Buku ini bercerita tentang seorang pengusaha telekomunikasi kaya raya dari Rusia yang mempunyai kegilaan yang berkualitas di mana ia terobsesi untuk merebut kembali perhatian mantan istrinya di Festival Film Cannes, Prancis. Dalam misinya itu ia bersilang jalan dengan berbagai macam orang dengan berbagai golongan kelas sosial seperti Gabriela, seorang aktris muda dan ambisius yang menghabiskan sebagian hidupnya untuk menjadi seorang aktris terkenal yang mendunia dan mencari kesempatan itu di Festival Film Cannes, Jasmine, model dari Rwanda yang menjadi pengungsi di Eropa dan seorang lesbian, Javits, seorang produser berpengaruh dan juga korup, dan Hamid, pengusaha yang memulai dari bawah dan sedang berada dalam masa kejayaannya. The Winner Stands Alone memiliki alur cerita yang instens, menceritakan bagaimana kondisi dunia gemerlapan dengan orangorang sukses, terkenal, dan bergelimang dengan uang di Festival Film Cannes.

Festival Film Cannes, bisa juga disebut The Festival de Cannes di sini menjadi latar belakang dari novel Paulo itu. Seperti yang telah diketahui oleh masyarakat dunia pada umumnya, Festival Film Cannes selalu berkaitan dengan kemegahan dunia. Merupakan sebuah festival film yang paling bergengsi di dunia dan dihadiri oleh ratusan bintang film internasional, produser film terkenal dan sudah menjadi box office di berbagai belahan dunia, dan sutradara-sutradara yang berbakat dan professional-professional dunia lainnya.1 Festival ini bahkan telah diberitakan oleh lebih dari 1000 media di berbagai belahan dunia.2 Paulo Coelho dengan novelnya The Winner Stands Alone memberitakan sesuatu yang berbeda dari pemberitaan biasa mengenai Festival Film Cannes itu. Ia mencoba menceritakan bagaimana kejadian yang sebenarnya terjadi di dalam ajang film yang prestisius tersebut. Kisah ini memang berasal dari pengalaman pribadinya yang ikut hadir sebagai tamu undangan dan diramu dengan kisah imajinatif seorang Igor, profesional dunia yang mendapat undangan menghadiri Festival Film tersebut sebagai tokoh utama dalam novel itu. Rumusan Masalah Bagaimana Paulo Coelho merepresentasikan Festival Film Cannes di dalam novel The Winner Stands Alone? Tujuan Untuk mengetahui gambaran mengenai representasi Festival Film Cannes di dalam novel The Winner Stands Alone karya Paulo Coelho.

1 2

Comparative Table for Professional Accreditations 2011 Press Statistic Charts of The Festival de Cannes.

Pembahasan Representasi Apa arti kata representasi? Beberapa ahli dalam buku mereka berpendapat bahwa representasi mempunyai arti yang berbeda-beda. Oxford Dictionary.com mempunyai tiga arti dari kata representasi, yaitu: 1. The action of speaking or acting on behalf of someone or the state of being so represented: You may qualify for free legal representation 2. The description or potrayal of someone or something in particular way: The representation of women in newspaper The description of someone or something in a work of art: Picasso is striving for some absolute representastion of reality [count noun] a picture, model, or other depiction of someone or something: A striking representation of a vase of flowers (in some theories of perception) a mental state or concept regarded as coreesponding to a thing perceived. 3. (representations) formal statements made to an authority, especially so as to communicate an opinion or register a protest: The Law Society will make representations to the Lord Chancellor [count noun] a statement or allegation: Any buyer was relying on a representation that the tapes were genuine Dapat kita lihat sebelumnya, bahwa arti yang kedualah yang paling mendekati sebuah konsep repersentasi yang cocok dalam Cultural Studies. Bahwa representasi merupakan sebuah penjelasan atau potret dari seseorang atau sesuatu hal dalam berbagai cara, bahkan dalam beberapa teori mengenai persepsi, representasi digambarkan sebagai sebuah mental state atau konsep yang berkaitan dalam menghubungkan sesuatu yang dipresepsikan oleh kita.

Sedangkan dalam Dictionary of Cultural Studies, the concept of representation is that of a set of processes by which signifying practices appear to stand for or depict another object or practice in the real world. Representation is thus an act of symbolism that mirrors an independent object world. Kita artikan di sini bahwa konsep representasi adalah sebuah set dari proses memunculkan hal-hal untuk mepertahankan sesuatu, atau memunculkan objek lainnya atau hal-hal yang memang terjadi di dunia nyata. Representasi oleh karena itu merupakan sebuah tindakan simbolisme yang mencerminkan sebuah objek yang independen di dunia. Representasi, menurut Stuart Hall (1997) menghubungkan makna dan bahasa kepada budaya. Merupakan sebuah bagian yang esensial dalam proses di mana makna diproduksi dan dipertukarkan di antara anggota sebuah budaya, dan dalam hal ini tentu saja termasuk penggunaan bahasa, tanda-tanda dan gambaran yang merujuk pada suatu hal atau penghadiran kembali. Representasi di sini menggunakan bahasa untuk mengatakan sesuatu yang bermakna atau menghadirkan kembali sesuatu tersebut, kepada orang lain. Di dalam kepala kita telah terdapat konsep yang menjelaskan tentang hal-hal dan benda-benda atau sesuatu, seperti ketika kita melihat sebuah bolpoin di atas meja. Secara otomatis kita akan mengenali benda di atas meja itu sebagai sebuah bolpoin karena sebelumnya kita telah memiliki konsep benda itu di dalam pikiran kita. Ketika kita keluar dari dalam ruangan tersebut, kita masih dapat memikirkan bolpoin tadi. Namun, sebenarnya yang kita pikirkan adalah sebuah konsep tentang bolpoin dan kita hanya dapat mengucapkan kata-kata BOLPOIN di mana d4alam bahasa indonesia sendiri merujuk pada suatu benda yang kita gunakan untuk menulis di atas kertas. Ini menunjukkan darimana representasi itu datang. Bahwa representasi merupakan produksi dari pemaknaan konsep-konsep di dalam pikiran kita melalui bahasa. Stuart Hall mengatakan terdapat dua proses, dua sistem dari representasi yang termasuk di dalamnya. Yang pertama adalah mental representations yang kita bawa terus di dalam pikiran kita sehari-hari. Kita tidak akan dapat menafsirkan dunia apabila kita tidak mempunyai hal ini dan makna tergantung pada sistem dari konsep dan gambaran-gambaran yang ada di dalam pikiran kita yang mana merujuk pada sesuatu atau menghadirkan dunia , membuat kita dapat merujuk hal tersebut baik di dalam ataupun di luar pikiran kita. Tetapi kita juga dapat membuat konsep dari sesuatu yang tidak jelas bentuknya atau sesuatu yang asbtrak yang tidak dapat kita lihat, sentuh, atau rasakan dengan indra kita, seperti konsep mengenai persahabatan, cinta, kemegahan, ataupun peperangan. Dalam pikiran kita, kita juga telah membuat sebuah konsep mengenai hal yang belum pernah kita lihat dan mungkin saja

tidak akan pernah kita lihat dan tentang orang atau tempat yang belum pernah kita jumpai sebelumnya. Hal ini yang disebut oleh Hall sebagai sebuah sistem representasi. Karena tidak hanya konsep yang dimiliki oleh individual, tetapi juga perbedaan dari cara mengorganisir, menyaring, menyusun, dan mengklasifikasi konsep-konsep dan menetapkan hubungan yang kompleks antara satu sama lain, termasuk di dalamnya. Budaya dalam hal ini merujuk pada sebuah kesamaan mental representations yang dimiliki oleh sekelompok orang. Karena pada dasarnya setiap individu mempunyai mental representations yang berbeda-beda. Kita dapat berkomunikasi dengan orang lain karena kita dapat membagi pikiran kita atau mengekspresikan ide-ide yang kita punya tentang dunia kepada yang lain dan kita berbagi sebuah konsep yang secara global sama. Stuart Hall menekankan ini sebagai apa yang dimaksud dalam kata-kata belongs to the same culture. Budaya terkadang tidak diartikan sebagai sebuah perwujudan dari hasil buah pikiran masyarakat dalam sebuah wilayah tertentu, melainkan shared meanings or shared conceptual maps. Sistem kedua dalam representasi adalah Language atau Bahasa. Karena tanpa adanya bahasa maka kita tidak dapat melakukan representasi atau pertukaran makna dan konsepkonsep. Kesamaan makna yang kita bagi bersama-sama haruslah diartikan dalam sebuah bahasa yang sama agar dapat dimengerti, karena banyaknya bahasa di dunia ini, kita harus mencapai sebuah kesepakatan untuk mengartik sebuah konsep tadi. Biasanya konsep tersebut dibagi dengan cara kata-kata tertulis, gambar-gambara taau suara tertentu yang mempunyai makna. Hall menyebutkan itu sebagai signs atau tanda-tanda. Ia mengatakan baha tandatanda tersebut ada untuk merepresentasikan konsep-konsep yang telah kita bawa di dalam kepala kita sebelumnya. Penulis, dalam buku-buku mereka selalu berusaha memberikan tanda untuk konsepkonsep yang berusaha mereka tampilkan di dalam cerita yang mereka tulis. Mereka berusaha memberikan tanda-tanda itu agar pemahaman pembaca terhadap konsep yang dihadirkan itu dapat mencapai kesamaan dengan apa yang dimaksudkan oleh si penulis. Paulo menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dalam usahanya menampilkan tanda-tanda untuk menggambarkan bagaimana keadaan sebenarnya dalam kalangan super class dan festival film cannes di dalam novelnya. Ia tidak memakai sebuah kiasan untuk menggambarkan realita yang ia lihat atau konsep mengenai Festival Film Cannes di dalam kepalanya. Ia memakai kata-kata yang berartikan sama dan identik dengan konsep tersebut sehingga dapat langsung mencapai sebuah kesamaan makna dengan para pembacanya.

Penggambaran Festival Film Cannes Paulo identik dengan penggambaran cerita yang detail. Masa lalu para tokoh di dalam ceritanya, situasi yang saat itu terjadi, dan benda-benda yang dipakai oleh para tokoh dalam melakukan kegiatan mereka di buku novelnya (senjata serta teknik yang dipakai oleh Igor dalam melakukan rencana pembunuhan atau penghancuran semesta) digambarkan dengan sangat rinci dan penuh informasi. Begitulah Paulo Coelho dalam novel ini, menggambarkan konsep mengenai Festival Film Cannes yang sungguh jauh berbeda dari konsep di realita atau benak masyarakat dunia, dengan bahasa dan tanda-tanda yang terkonstruksi di dalam katakatanya. Ia menghadirkan kembali sebuah penggambaran yang lain mengenai Festival di Cannes, Prancis. Bagaimana situasi di Cannes, sebuah kota kecil yang mempunyai populasi penduduk sebanyak 70.000 (pada tahun 2004) naik menjadi lebih dari 3 kali lipat pada saat Festival berlangsung. Apa hanya jutawan yang datang ke Festival? Jutawan, serta orang yang menganggap diri jutawan, atau ingin menjadi jutawan. Selama Festival berlangsung, daerah sini seperti rumah sakit jiwa.3 Melalui percakapan tokoh utama, Igor, dengan seorang gadis penjual kerajinan tangan yang berasal dari daerah itu, kita dapat tahu orang-orang jenis apa yang datang pada saat Festival Film berlangsung. Ia menandakan orang yang datang ke Festival adalah para jutawan atau orang yang mempunyai kekuasaan dan kekayaan di dunia, seperti para pengusaha yang mempunyai perusahaan dengan berbagai cabang di belahan dunia, orang yang menganggap diri jutawan merujuk pada orang-orang yang memiliki kekayaan namun tidak mempunyai cukup kekuasaan untuk mengendalikan beberapa hal di dunia dan beranggapan bahwa mereka juga merupakan jutawan karena mereka kaya, atau orang-orang yang diundang karena memiliki pengaruh di festival namun bukan tokoh yang terlalu penting. Sementara orang-orang yang ingin menjadi jutawan di sini menunjuk pada orang-orang yang datang tanpa diundang ke Festival dan berharap mendapat kesempatan bertemu dengan Jutawan dan mengubah ansib mereka, seperti para sutradara muda, aktri-aktri pemula, gadis-gadis muda yang ingin menjadi model. Daerah selatan Prancis itu berubah dari kota pantai tempat peristirahatan menjadi sorotan dunia dan dipenuhi dengan kalangan Super Class. Tidak hanya mengubah orangorangnya, Festival mengubah seluruh kota itu menjadi sebuah kota yang sangat mahal,
3

The Winner Stands Alone, halaman 33.

dengan biaya hotel yang tinggi dan harga-harga barang di sana naik, membuat kesulitan turis yang tidak berlebih statusnya. Pada realitanya, Cannes mempunyai lebih dari 20 pantai dengan pasir-pasir putih yang lembut yang dapat dinikmati oleh turis. Namun tentunya keadaan seperti itu akan berubah ketika Festival diadakan. Festival yang diadakan di kota kecil di selatan Prancis selama dua belas hari, yang membuat harga-harga naik, yang hanya mengizinkan mobil-mobil tertentu untuk lewat di jalan-jalannya, yang membuat bandara dipenuhi jet-jet pribadi dan pantai-pantai dipenuhi model, bukan hanya gelaran karpet merah yang diselimuti fotografer karpet yang dilalui para bintang besar untuk masuk ke Palais des Congres. 4 Dengan kata-katanya, penulis menggambarkan realita dalam Festival Cannes melalui keadaan kota yang berubah sedemikian drastisnya hanya karena sebuah acara

penganugerahan film. Jalan-jalan umum berubah menajdi gelaran show dengan mobil-mobil sport yang berharga sangat mahal namun hanya untuk penumpang dua orang, atau panjangnya limusin yang memenuhi jalan dan menimbulkan kemacetan secara tidak disadari, dan tentunya hanya dimiliki oleh beberapa jenis orang tertentu yang juga memiliki jet pribadi di garasi pesawat di bandara. Pantai-pantai kebanggaan kota Cannes tidak hanya dipenuhi dengan turis-turis lokal namun juga para model (atau dalam bukunya, Paulo mengatakan, para gadis muda yang mengejar mimpi menjadi aktris atau foto model terkenal) berjalanjalan. ... para wanita berkaki jenjang dengan rambut diwarnai, para pirang karbitan, menempuh ratusan bahkan kilometer untuk berada di Cannes, sekalipun hanya untuk menghabiskan seharian di pantai, berharap akan dilihat orang, difoto, ditemukan. 5 ... area-area pantai lain dipenuhi dengan tenda-tenda besar berterpal putih, tempat rumah produksi, perusahaan minuman beralkohol, atau kosmetik sedang meluncurkan produk terbaru mereka dalam acara makan siang. 6 Fotografer memenuhi berbagai macam tempat di sana, pantai, lobi hotel, dan jalanjalan umum, berharap mendapatkan seseorang yang ternyata aktris atau profesional yang pada hari H akan berjalan di atas karpet merah menuju tempat utama Festival ini, Palais Des Congres. Selain itu ia juga menggambarkan bagaiaman Festival menjadi salah satu tempat yang strategis untuk memasarkan produk bagi perusahaan-perusahaan yang menargetkan SES

4 5

halaman 93 halaman 47 6 halaman 64

A atau kalangan elit dan Super Class sebagai konsumen mereka dan menciptakan image produk kalangan atas dan pilihan. Di dalam bukunya, Paulo menggambarkan secara ironis bahwa Festival Cannes ini hanyalah sebuah ajang tempat penjualan mimpi-mimpi orang biasa dengan memamerkan kemewahan salah satunya adalah fashion. Masyarakat dunia tahu bahwa Festival internasional ini bergerak dalam bidang perfilman. Mereka mengumpulkan film-film terbaik dan berkualitas dari seluruh dunia, memperebutkan penghargaan utama yang jauh lebih tinggi harganya daripada Oscar. Namun penulis berupaya mengubah kita untuk melihat lebih dalam daripada sekedar judul Festival. Igor tidak tahu apa-apa soal ini. Ini kali pertamanya datang ke Festival. Ia terkejut karena baru sadar bahwa tak seorang pun di tempat ini yang benar-benar tertarik pada film, ... membuka amplop berisi undangan ke pesta-pesta bergengsi yang telah disiapkan perusahaannya, tapi tak ada satupun undangan ke premiere film. Sebelum berangkat ke Prancis, ia sudah mencoba mencari tahu film-film mana yang akan ditayangkan, tapi kesulitan mendapatkan informasi tersebut. Lalu seorang teman berkata: Lupakan soal film. Cannes hanya peragaan busana. 7 Di sisi lain, kalaupun akan ada penemuan penting baik dalam dunia sinema, musik, atau mode penemuan itu akan terjadi setelah riset yang lama, bukan di bar hotek yang tidak jelas. 8 Dulu orang-orang tahu siapa yang memenangkan Palme dOr. Masa-masa seperti itu telah berlalu.9 Sebuah ironi yang dengan lugas coba diungkapkan oleh penulis. Tak ada seorang pun yang benar-benar tertarik membicarakan film di sana kecuali segelintir orang. Seperti bagaiamana tokoh utama ingin mempersiapkan diri untuk menghadiri Festival Film sehingga ia mencari informasi mengenai film-film yang ditampilkan, namun dengan kata-kata dari Paulo tersebut, bagaiamana sulitnya tokoh utama mencari tahu tentang informasi tersebut. Menunjukkan informasi yang beredar mengenai Festival tidak jauh dari hal-hal seperti nama besar orang-orang yang diundang, foto-foto mereka di karpet merah, merek baju yang mereka kenakan, dan kegiatan mereka selama acara berlangsung.
7 8

halaman 24 Halaman 19 9 Halaman 94

Dan tentu saja tidak akan ditemukan sebuah penemuan penting dalam dunia film di Festival ini. Mereka hanya membicarakan film-film yang telah diputar selama setahun belakangan dan menganugerahkan penghargaan pada film-film tersebut yang dianggap mewakili ide atau konsep yang berbeda tentang masalah yang umum terjadi di dunia. Bahkan saat ini pun, orang-orang yang datang ke Festival digambarkan tidak akan ingat siapa yang memenangkan penghargaan utama di acara itu. betapa ironisnya bahwa mereka diundang untuk menghadiri pesta penganugerahan film namun tidak tahu siapa pemenangnya dan dari mana mereka berasal ketika ditanya. Lalu dengan alasan apa para profesional atau kalangan Super Class yang sebagian besar menjadi tamu undangan Festival itu datang ke sana? Yang paling menonjol memang semua kemewahan dan glamor.10 ... bahwa mereka sekali-sekali perlu datang ke jamuan makan siang dan malan, untuk menebarkan pesona di festival-festival megah.11 ... bayangan Super Class muncul, menjual mimpi-mimpi mustahil: kemewahan, kecantikan, kekuasaan. 12 Para kalangan Super Class ( dalam buku tamu Festival kalangan ini disebut sebagai Profesional ) datang atau diundang sebagai tamu di Festival untuk menebarkan kesan bahwa ini adalah Festival dengan orang-orang yang sukses (baik dengan kekayaan, kekuasaan, maupun kecantikan mereka) dan terkenal sebagai tamu undangan mereka. Begitu maksud dari beberapa kalimat yang ditulis oleh Paulo di atas. Sebuah Festival Film yang megah dan glamor, yang berada tingkatannya lebih tinggi daripada Oscar menurut anggapan masyarakat dunia. Ini merupakan teknik yang baik bagi pemasaran Festival sehingga media dan seluruh masyarakat di dunia menganggapnya sebagai Festival yang megah dan penuh dengan keglamoran. Kalau film-mu ada di sana dan ditonton oleh orang-orang dari kalangan seperti itu, maka kau adalah orang yang benar-benar berbakat dan diakui. Begitulah konsep menegnai Festival Film Internasional yang selama ini ada di benak orang-orang biasa di dunia. Selain itu untuk sebuah publikasi diperlukan figur-figur yang terkenal untuk membius masyarakat biasa di dunia dan menciptakan gambaran yang ideal dan bagus, sangat bagus malah. Karena alasan itulah, Paulo menjelaskan dalam bukunya kenapa kalangan Super Class
10 11

Halaman 93 Halaman 20 12 Halaman 26

datang ke Festival dan seberapa kuatnya mereka dalam menciptakan penggambaran dunia yang ideal. Paulo memecahkan mitos mengenai Festival dengan menghadirkan sebuah cerita dengan sudut pandang yang berbeda. Seperti yang dikatakan Hall mengenai representasi sebagai pengubung antara makna dan bahasa dengan budaya. Beginilah budaya yang terjadi di Festival Cannes. Paulo menjelaskan fenomena Festival Film Cannes dengan bahasa tertulis yang mengandung makna yang membicarakan tentang kehadiran kalangan Super Class yang membawa gambaran glamor, profesionalitas (karena mereka berada dalam posisi sebagai kalangan Super Class sebagai sebuah usaha keras mereka untuk menggapainya), dan kemegahan sebuah Festival Film. Dibalik itu, Paulo menyelipkan bagaimana tidak pedulinya orang-orang tersebut dengan tema utama Festival, yaitu dunia perfilman di dalam tanda-tanda yang terdapat secara eksplisit di dalam kalimat di novelnya tersebut. Para pembaca akhirnya berbagi dan melihat konsep mengenai Festival Film Internasional yang dipercaya oleh Paulo. Festival itu tidaklah lebih dari sekedar alat penjual keglamoran, kemewahan, dan hidup yang penuh kekuasaan dari kalangan Super Class dan sebagian besar tidak membicarakan mengenai film tetapi dipenuhi oleh peragaan busana. Kesimpulan Paulo Coelho di dalam novel The Winner Stands Alone menghadirkan kembali gambaran yang lain mengenai Festival Film Cannes, Prancis. Gambaran itu berbeda dengan konsep yang telah dimiliki dan dibayangkan oleh orang-orang sebelumnya yang oleh media dianggap sebagai sebuah ajang penghargaan film bergengsi dan termegah. Paulo menghadirkan kembali Festival Film Cannes sebagai sebuah alat penjual keinginan manusia, atau dengan bahasa Paulo, mimpi-mimpi yang mustahil : kemewahan, kekuasaan, dan kekayaan. Fetival ini tidak hanya membicarakan film sesuai dengan judul festival itu sendiri, namun sebagian besar dipenuhi oleh peragaan busana dan pesat-pesta di kalangan Super Class, yang diyakini pembicaraan di dalamnya jauh dari dunia perfilman.

Daftar Pustaka 1997. Representation: Cultural Representations and Signifying Practice edited by Stuart Hall. London: Sage Publication. Barker, Chris.2004.The SAGE Dictionary of Cultural Studies.London: Sage Publication. Hartley, John.2002. Communication, Cultural and Media Studies The Key Concepts: Third Edition.London: Routledge. http://www.duniasoccer.com/Duniasoccer/Tribun/Lifestyle/Rensing-Bikin-Tato-KarenaTerinspirasi-Novel 16 Juli 2011 | 02:14. Rensing Bikin Tato Karena Terinspirasi Novel. diakses pada tanggal 20 Desember 2011 http://oxforddictionaries.com/definition/representation?q=representation. diakses pada tanggal 20 Desember 2011. Representation.

Anda mungkin juga menyukai