Anda di halaman 1dari 3

Menciptakan Budaya Organisasi yang Etis Budaya organisasi yang etis adalah budaya yang mentolerir resiko, rendah

sampai sedang dalam keagresifan dan berfokus pada sarana dan juga hasil. Budaya organisasi yang kuat akan berpengaruh lebih besar terhadap karyawan dibanding budaya yang lemah. Jika memang kuat dan mendukung standar etis yang tinggi, budaya itu seharusnya memiliki pengaruh yang sangat kuat dan positif terhadap perilaku karyawan. Yang dapat dilakukan manajemen untuk menciptakan budaya yang lebih etis yaitu dengan praktik-praktik berikut: 1. Menjadi model peran yang kelihatan yaitu menjadikan manajemen puncak sebagai tolok ukur yang tepat dalam memberikan pesan positif terhadap semua karyawan. 2. Mengkomunikasikan harapan etis yaitu menciptakan dan menyebarkan kode etik organisasi yang menetapkan nilai-nilai utama organisasi dan kaidah etis yang diharapkan diikuti karyawan. 3. Memberikan pelatihan etis yaitu dengan mengadakan seminar dan pelatihan etis yang dapat mendorong peningkatan perilaku etis karyawan dalam berorganisasi. 4. Memberikan imbalan dan hukuman yaitu dengan memberikan imbalan bagi karyawan yang mencapai target kerjanya dengan cara yang etis dan memberikan hukuman bagi karyawan yang mencapai target kerjanya dengan cara yang tidak etis agar menjadi pembelajaran dan penyemangat bagi semua karyawan terhadap proses dalam mencapai target kerjanya. 5. Menyediakan mekanisme yang bersifat melindungi yaitu dengan menyediakan mekanisme formal bagi para karyawan untuk berkonsultasi tentang dilemma etis dan tempat melaporkan perilaku yang tidak etis tanpa takut ditegur.

Menciptakan Budaya yang Tanggap terhadap Pelanggan Budaya yang tanggap terhadap pelanggan adalah budaya yang ditanamkan manajer kepada karyawan dengan mengutamakan respon yang baik terhadap permintaan atau keluhan pelanggan. Hal ini akan menguntungkan perusahaan jangka panjang karena berhubungan dengan Loyalitas dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan tersebut. Variabel kunci yang membentuk budaya tanggap terhadap pelanggan yaitu sebagai berikut : 1. Tipe karyawan yaitu dengan mempekerjakan karyawan yang terbuka dan ramah maka organisasi tersebut akan menjadi organisasi yang berorientasi pelanggan yang berhasil

2. Formalisasi yang rendah yaitu dengan memberikan kebebasan untuk memenuhi tuntutan layanan pelanggan yang senantiasa berubah karena prosedur dan aturan yang kaku akan menimbulkan kesulitan. 3. Perluasan formalisasi yang rendah yaitu pemberdayaan karyawan secara luas sehingga karyawan memiliki keleluasaan keputusan untuk melakukan apa yang perlu demi menyenangkan pelanggan. 4. Keterampilan mendengar yang baik yaitu karyawan harus memiliki kemampuan mendengar dan memahami pesan dan tujuan yang diinginkan pelanggan. 5. Kejelasan peran yaitu karyawan harus tahu bagaimana memposisikan diri antara pelanggan dan atasan sehingga karyawan memperlihatkan perilaku kewargaan organisasi.

Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dalam menciptakan budaya yang tanggap terhadap pelanggan maka manajer dapat melakukan tindakan tindakan sebagai berikut : 1. Seleksi yaitu memilih karyawan yang memiliki kepribadian dan sikap yang konsisten terhadap orientasi layanan yang tinggi 2. Pelatihan dan sosialisasi yaitu dengan memberikan pelatihan dan sosialisasi terhadap karyawan yang sudah ada untuk berorientasi tanggap terhadap pelanggan. 3. Rancangan struktural yaitu memberikan lebih banyak kendali kepada karyawan dalam memuasakan pelanggan dengan mengurangi kaidah dan aturan. 4. Pemberdayaan yaitu memberikan keleluasaan untuk mengambil keputusan yang menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan. 5. Kepemimpinan pemimpin atau atasan memberikan contoh secara langsung bagaimana budaya tanggap terhadap pelanggan diaplikasikan langsung dalam kenyataan tanpa teori sehingga dapat dijadikan acuan kinerja para karyawan. 6. Evaluasi kinerja yaitu penilaian kinerja karyawan dalam melakukan tugasnya memuaskan pelanggan yang digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan pada periode selanjutnya. 7. Sistem imbalan yaitu memberikan imbalan atas kerja keras yang telah dilakukan oleh para karyawan sehingga adanya rasa pengakuan para karyawan dari atasan atas apa yang mereka kerjakan selama ini.

Spiritualisasi dan Budaya Organisasi

Spiritualisasi adalah pengakuan terhadap kehidupan batiniah yang dimiliki seseorang dan mengakui bahwa orang tersebut memiliki pikiran dan roh yang berysaha menemukan makna dan tujuan hidup dalam kerja mereka dan ingin berhubungan dengan ummat manusia lain dan ingin menjadi bagian dari masyarakat. Ciri-ciri organisasi spiritual : 1. Sangat memperhatikan tujuan yaitu organisasi spiritual membangun budaya mereka berdasar tujuan yang bermanfaat. 2. Fokus pada pengembangan individu yaitu organisasi spiritual mengakui bobot dan nilai orang, dengan menciptakan budaya yang memungkinkan karyawan dapat terus menerus belajar dan bertumbuh 3. Kepercayaan dan keterbukaan yaitu memberikan kepercayaan dan keterbukaan kepada karyawan sehingga mereka tidak takut mengakui kesalahan dan cenderung berterus terang 4. Pemberdayaan karyawan yaitu memberdayakan karyawan sehingga mampu mengambil sebagian besar keputusan yang berhubungan dengan kerja. 5. Toleransi terhadap ekspresi karyawan yaitu memberikan kesempatan bagi seseorang untuk menjadi diri sendiri dan mengekspresikan suasana hati dan perasaan mereka tanpa rasa salah atau takut ditegur.

Anda mungkin juga menyukai