Anda di halaman 1dari 17

Obituary

Dami N. Toda
(1942-2006)

Photo: Private doc.

DALAM sebuah lawatan kesenian Fakultas Sastra UI ke Yogyakarta di awal


1970-an, Dami dengan suara tenornya yang lengking mengiris, berduet dengan saya.
Bukan gentar atas ratusan pasang mata taruna Akademi Militer Nasional (AMN) yang
menyaksikan persoalan saya waktu itu, tetapi tuntutan estetik Dami yang untuk ukuran
saya sebagai mahasiswa sangat sulit dipenuhi. Masa itu saya lebih mengandalkan alam dan
penghayatan, tetapi dia meminta teknik dan pembangunan khalayak. Tepuk riuh
menyambut pertunjukan kami, tetapi terus terang, masa itu tak banyak yang dapat saya
pahami dari Dami: ia mengangankan sesuatu yang sangat jauh dan membicarakan yang
bukan main pelik bagi mahasiswa yang kurang makan, membaca, dan pengalaman seperti
saya. Juga, dalam kuliah seminar sastra yang dipimpin Lukman Ali almarhum, Dami selalu
datang dengan bahan sanggahan yang telak, bahkan keras. Kalimat dalam makalahnya
bertingkat-tingkat, pemikirannya bahkan sering bertumpuk, sehingga sulit dipahami. Akan
tetapi, ketika kami berperan dalam drama RT Nol RW Nol Iwan Simatupang, secara
intensif di bawah pimpinannya berlatih—walau tetap masih samar memahami aturan main,
apalagi Stanislavski—sangat saya hargai tuntunan dan kemampuannya mendidik. Ia
cermat, menyeluruh, dan selalu menegaskan kelebihan setiap anggota, bukan
kekurangannya. Begitulah, misalnya, bagaimana ketika almarhum ibu saya Julia
Sarumpaet-Hutabarat—waktu itu mahasiswa di Sastra Inggris FSUI—mengejar-ngejar
sampai ke panggung menuntut agar saya memusatkan perhatian pada kuliah, namun Dami
penuh bijaksana dan entah cara apa melunakkan hati ibunda.
Sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara yang disekolahkan secara primitif
(meminjam istilah kakak kandung Dami, Tjole Matias, terima kasih), dengan orang tua
miskin dan buta huruf namun berdarah bangsawan, tidaklah mengherankan bila Dami
menjadi besar dengan hasrat membimbing “membangun khalayak”: kakak kandung
ayahnya adalah raja pertama di Manggarai, Kraeng Bagung, sedangkan kakeknya, Kraeng
Wanggur, adalah panglima yang dipenjara bertahun-tahun karena sangat menentang
Belanda. Walau Dami mudah berairmata bila dipukul dan diganggu kakak-kakaknya, pada
nyatanya dia adalah pemain depan yang dipuja-puja di sekolahnya. Jangan-jangan, daya
kritisnya, kemampuannya menganalisis sastra dan berbagai hal, serta instingnya yang tajam
bermula dari latihan menendang dan merebut bola ini, dengan tentu saja dongeng dan
tuturan lisan tentang perjuangan nenek moyangnya melalui bibir ayah dan ibunya serta
dasar pendidikan yang ketat namun manusiawi dari para pastor Belanda yang diterimanya
di seminari kecil dan seminari tinggi di Flores.
Daftar riwayat hidup terlampir menyatakan kepada kita kepenuhan Dami terhadap
sastra. Sejak muda dia rutin menyuarakan kegelisahan dan kegembiraannya, yang sangat
saya kenang dan hingga kini tajam bahkan relevan adalah: “Teori hanya ilmu. Metode
hanya jalan. Aliran hanya arus. Percuma saja seorang menguasai metode, teori secara
sempurna tanpa diimbangi ketajaman menangkap bias-bias yang diberikan sebuah dunia
sastra. Metode ataupun aliran bukan penebus untuk menjamin keselamatan mutu sebuah
kritik sastra” (Hamba-hamba Kebudayaan, 1984: 28-29). Soal wawasan estetik amat
penting baginya. ”Iwan Simatupang pada novel, Sutarji C. Bachri pada puisi, dan Rendra
serta Putu Wijaya pada drama, baginya adalah pahlawan pembaharu.” Krisis eksistensi,
masalah identitas, persoalan sosial, hingga pengajaran sastra secara berulang diungkapnya
melalui tulisan dan kritiknya yang menunjukkan perhatian dan wawasannya yang luas. Dia
sering gregetan menyaksikan perkembangan kehidupan sastra dan kritik di Indonesia.
Bukan hanya sastra, sebenarnya. Kesenian secara umum ikut diperjuangkannya. Hingga
dia secara penuh mengajar di Universitas Hamburg sekalipun, laporan-laporannya yang
menarik dan membuka wawasan perihal tokoh dan masalah dunia, pendidikan, serta
kunjungan para budayawan dan sastrawan menunjukkan perjuangannya yang tak pernah
berhenti. Walau dia geli menyaksikan kekenesan di Indonesia perihal sistem, birokrasi,
pangkat, gelar, dan lainnya, diam-diam ia terus mengamati dan menuliskannya, diam-diam
dan dengan kebesaran hati ia menanggapi perkembangan sastra dan budaya di Indonesia,
dan mengamalkannya.
Kalau dipikir-pikir, Dami yang diam dan pengamat, tidak pernah secara frontal
menampik apalagi melawan ini, boleh dibilang adalah seniman yang serba bisa. Puisi yang
ditulisnya mengungkit perbincangan dengan penciptanya, menyuarakan sangsi dan
kepastiannya. Penguasaan teologi, filsafat, mitologi, sejarah, apalagi tradisi oral leluhurnya
menuntut kita berpikir banyak untuk memahami obsesinya. Sebagai orang teater, yang
juga menulis, bermain, dan menyutradarai, saya ingat betul bagaimana ia sangat meyakini
kebaruan Rendra dan Putu Wijaya dalam dunia teater Indonesia. Namanya orang teater,
Dami yang gemar bekerja sama dan suka berbagi ini bagaimana pun disuburi kisah tentang
nenek moyangnya. Ia menyimpan ingatan semua tuturan itu, dan sebagai generasi pertama
berpendidikan di Manggarai, tak heran, dalam masa liburannya di Jerman, ia mencari pasti
masa lalu nenek moyangnya itu. Dia mempertanyakan sejarah Manggarai yang ditulis para
ahli Barat dan membandingkannya dengan tradisi lisan yang membesarkannya. Ternyata,
menurut penelitiannya, Manggarai tidak pernah dijajah oleh Bima! Demikianlah Dami,
seorang keturunan raja menjelaskan kedudukannya dan meluruskan sejarah yang menjadi
haknya.
Walau bila datang ke Jakarta ia berusaha bertelepon atau mampir ke rumah,
sebagai sahabat lama, tidak selalu kami bertukar kabar. Tetapi, itu menjadi intensif
sebelum tahun 2005, ketika Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)
mengundangnya berbicara di konferensi HISKI di Palembang pada Agustus 2005 dan
sebelumnya pada 20 Mei 2005 bersama PDS H.B. Jassin dan IndonesiaTera meluncurkan
bukunya Apakah Sastra? Buku tebal itu dipersembahkannya untuk “Mengenang H.B.
Jassin sebagai Lambang Pengabdian Abadi Sastra Nasional Indonesia” sekaligus
merupakan “Harga Diri dan Penjaga Abadi Jatidiri Sastra Nasional Indonesia”.
Persembahan itu secara gamblang menyatakan sikap dan cita-cita Dami mengenai sastra
dan bangsa Indonesia. Bukunya yang sangat padat dan dengan gaya bertuturnya yang
hampir selalu berkelindan itu juga menjadi cerminan persoalan sastra kita. Surat-suratnya
selalu penuh dengan penjelasan, kiriman pikiran, pertimbangan, banyak cerewet lainnya,
kesenian dan kebudayaan, teori, kritik, sampai ke soal pengajaran sastra yang amburadul.
Belajar dari semua yang ditulis Dami, melalui kabar email-nya dan contoh tulisan
yang diharapkannya dapat diterbitkan untuk “menjawab tantangan diskusi konferensi
HISKI soal pengajaran/pembelajaran sastra sejak SD”, menurut saya, nyatalah sikap
visionernya, sebagai pemain depan memikirkan gelindingan bola sastra Indonesia. Untuk
membangun sastra di Indonesia, katanya perlu menolong guru. Katanya, perlu memberi
ruang pada siswa.
Pada ziarahnya ke Lourdes, Prancis Selatan, di bulan Mei 2005, Dami mendoakan
semua orang yang dicintainya dan segala kerja yang menjadi tujuan hidupnya. Lalu dia
pergi ke Flores menghadiri upacara keluarga dengan pakaian kebesaran segala, lanjut
menghadiri konferensi HISKI, apalagi ketika di Jakarta ia menggilir numpang tidur
bersama semua saudaranya. Di sini, menjadi tampak, bahwa tahun 2005 adalah
kesempatannya berpamit.
Akhirnya, saya mengingat kembali tuntutannya ketika bernyanyi di Yogyakarta.
Orang baik yang tidak pernah memandang harta itu, yang memberi tanpa mengingat
kondisi dirinya, pekerja keras yang tak berhenti berharap itu, mungkin dengan semua
kenangan ini bisa dipahami melalui petilan sajaknya “Madah Pagi”. Dalam madah ini kita
jadi mengenal “hamba kebudayaan” yang menemukan makna hidup dalam penyerahan dan
kehendak “berkarya” untuk memuliakan Tuhannya: ”terpujilah Engkau yang mengalirkan
darah/dalam tubuh melafaskan madah di mulutku/terpujilah Engkau selamanya
terpujilah/Engkau yang membuka Waktu hingga amal/berjalan di atasnya terpujilah
Engkau/selamanya terpujilah Engkau yang/menggerakkan tangan untuk
berkarya/terpujilah Engkau selamanya terpujilah/Engkau yang memasang usia dan
memetiknya/pada kesaksian waktu terpujilah Engkau/selamanya” (Buru Abadi, 2005: 17).

Jakarta, May 30, 2007


Riris K. Toha-Sarumpaet
Notes:
Terima kasih banyak disampaikan kepada Bapak Tjole Matias, kakak kandung Dami N.
Toda, yang memberikan sangat banyak keterangan tentang masa kecil dan kehidupan
Dami. Juga kepada Dr. Ben Mboi, sepupu yang banyak menginspirasi Dami. Tak lupa,
kepada D. S. Setya Wardhani, istrinya yang setia.

Acuan
Eneste, Pamusuk. 1990. Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern (Edisi Baru). Jakarta:
Djambatan.
_____. 2001. Bibliografi Sastra Indonesia. Magelang: IndonesiaTera.
_____. 2001. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Kompas.
Hasanuddin, W.S. (ed.). 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.
Kratz, Ernst Ulrich. 1988. Bibliografi Karya Sastra Indonesia Majalah: Drama, Prosa,
Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pusat Dokumentasi H.B. Jassin, Jakarta. Kliping-kliping surat kabar/majalah.
Rampan, Korrie Layun. 2000. Leksikon Susastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugono, Dendy (ed.). 2003. Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Trisman, B. 2000. Kritikus Dami N. Toda dan Karyanya. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.
Riwayat Hidup dan Karya
Dami N. Toda

Dami N. Toda mempunyai nama lengkap Damianus Ndandu Toda, lahir pada 29
September 1942 di Cewang-Pongkor, Manggarai, Flores Barat dan meninggal di
Hamburg, Jerman, pada 10 November 2006. Ia anak dari Frans Sales Baso (Kraeng Baso)
dan Paula Pangul. Dami menikah dengan gadis Solo, Dwi Sarjuningsih Setya Wardhani,
dan dikaruniai dua orang anak, Putra Rian Mashur dan Mayang Cita Putri Kembang Emas.
Sebagai seorang kritikus sastra, Dami dikenal sebagai pencetus istilah Angkatan ‘70 dalam
Kesusastraan Indonesia Modern. Selain kecintaannya pada dunia sastra, Dami juga
berminat pada dunia musik dan teater. Dami pernah aktif memimpin kelompok vokal dan
drama Teater Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Bahkan minatnya pada bidang musik
membawanya pernah bergabung dengan Orkes pimpinan Smits van Weesberg sebagai
pemain biola II di Yogyakarta dan Orkes Kamar pimpinan Willenborg SH.

Education
- SR Ruteng A di Manggarai, Flores, tamat 1954.
- SMP dan SMA pada Seminari Mataloko, Flores, tamat 1961.
- Pendidikan Tinggi pada Seminari Tinggi Ledalero, Flores, 1961-1962, tidak tamat.
- Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gajah Mada (BA, Doktoral 1), 1966.
- Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta, 1965-1967, tidak tamat.
- Fakultas Sastra Universitas Indonesia, tamat 1974.

Work Experience
- Departemen Sosial RI (1973-1974).
- Sekretaris Eksekutif Yayasan Seni Tradisional, Jakarta.
- Pengajar Institut Kesenian Jakarta.
- Pengajar Akademi Perawat Rumah Sakit St. Carolus.
- Redaktur Tamu Berita Buana.
- Staf Redaktur Kadin Indonesia.
- Penulis Kolom: Pelopor Minggu (Yogyakarta), Sinar Harapan (Jakarta), Kompas
(Jakarta), Suara Karya (Jakarta), Berita Buana (Jakarta), Mingguan Mahasiswa
Indonesia (Bandung), dan Horison.
- Pengajar Bidang Studi Indonesia-Pasifik Universitas Hamburg, Jerman, sejak 1981
hingga wafat.

Prizes and Awards


1984 Hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta untuk karya esainya Hamba-hamba
Kebudayaan.
Works:

Literary Research, Editing, Essay Collection, Translations, Historiography


1966 “Dunia dalam Kebudayaan Poesi M. Yamin” (skripsi BA). Yogyakarta:
Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada.
1974 “Novel Baru Iwan Simatupang” (skripsi Sarjana). Jakarta: Fakultas Sastra
Universitas Indonesia.
1975 Puisi-Puisi Goenawan Mohamad. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen P dan K.
1976 Sajak-sajak Goenawan Mohamad dan Sajak-sajak Taufiq Ismail (bersama
Pamusuk Eneste). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Departemen P dan K.
1980 Novel Baru Iwan Simatupang. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
1983 Tegak Lurus dengan Langit: Cerita Pendek Iwan Simatupang. Jakarta:
Sinar Harapan (sebagai pengumpul dan penulis kata pengantar).
1984 Hamba-Hamba Kebudayaan. Jakarta: Sinar Harapan.
1995 Manggarai, Mencari Pencerahan Historiografi. Ende: Nusa Indah.
2000 Maka Berbicaralah Zarathustra (terjemahan karya Friedrich Nietzsche,
Also Sprach Zarathustra). Ende: Nusa Indah.
2004 Tiada Tempat di Rawa (terjemahan puisi karya penyair Irlandia Terry
McDonagh, No Place in The Marshes, diterjemahkan bersama Sapardi
Djoko Damono). Magelang: IndonesiaTera.
2005 Apakah Sastra? Magelang: IndonesiaTera.

Poems, Antologies
1969 “Sesando Negeri Savana”, dalam Sastra, No 7/Th. VII.
1973 “Epitaph buat Daisia Kecil”, dalam Horison, No. 12/Th. VIII.
1976 Puisi-puisi pada antologi Penyair Muda di Depan Forum. Jakarta: Dewan
Kesenian Jakarta.
1987 Puisi-puisi pada antologi Tonggak, Antologi Puisi Indonesia Modern III,
Linus Suryadi Ag. (ed.). Jakarta: Gramedia (Puisi-puisi yang dimuat dalam
antologi ini dikutip dari Penyair Muda di Depan Forum).
2002 1. “Kali Mati”, “Hujan di Karang”, dan “Tepi Sampur”, dalam kolom
Sajak-Sajak Bentara, Kompas, 7 Juni.
2. Puisi-puisi dalam Jurnal Puisi, No.8, Juni.
2003 Puisi-puisi pada Puisi Tak Pernah Pergi: Sajak-sajak Bentara 2003.
Jakarta: Kompas (Puisi-puisi yang pernah dimuat pada Kompas, 7 Juni
2002).
2005 Buru Abadi. Magelang: IndonesiaTera.

Plays
1969 “Mbak Ida Sayang: Drama Komedi Satu Babak”, Januari, tidak diterbitkan.
1973 “Matinya Moralis Comstock”, Tifa Sastra, No. 16/Th. II, September.
Essays
1969 1. “Teater FSUI dan RT-Nol/RW-Nol Iwan Simatupang”, Harian Kami,
29 Oktober.
2. “Pembelaan Puisi”, Sinar Harapan, 5 November.
1970 “Pencarian Puisi dan Gerak Massa”, Sinar Harapan, 1 Juni.
1973 1. “Merahnya Merah: Wajah Lain dari Sebuah Kegelandangan”, Bahasa
dan Kesusastraan, No. 2/Th VI.
2. “Willy: yang Mencari, Terluka, dan yang Berang: Studi Sajak-sajak
Terbaru W.S. Rendra”, Horison, No. 1/Th. 8, Januari.
3. “Peluang-Peluang Roman Indonesia Menyelamatkan Hipotesa Idrus”,
Suara Karya Minggu, 4 Maret.
4. “Alihbasa dan Persoalannya”, Sinar Harapan, 26 Maret.
5. “Suara-suara Cipta: Teriakan Pemberontakan Tak Berdarah”, Tifa
Sastra, No. 14/Th. II, Juli.
6. “Redaksi Yth.: Guru Pegang Kunci” (tanggapan pembaca tentang
“Nasionalisme Generasi Muda”), Kompas, 14 Juli.
7. “Suatu Coba-coba untuk Sedikit Membahas Rendra”, Sinar Harapan,
19 Juli.
8. “Cipta Seni, Seniman dan Sakit Jiwa”, Suara Karya Minggu, 29 Juli.
9. “Sesudah Konsorsium Fakultas Sastra dan Filsafat 1970, Lalu Apa?”,
Tifa Sastra, No. 15/Th. II, Agustus.
10. “Ziarah Iwan Simatupang: Suatu Gagasan Pracipta yang Menjadi
Kenyataan”, Budaya Jaya, No. 64/Th. 6, September.
11. “Kritik Seni Jangan Rasionalisasikan Seni”, Suara Karya Minggu, 16
September.
12. “Surat buat Sutardji Calzoum Bachri: Sajak Sudah Mati”, Kompas, 2
Oktober.
13. “Ilmu-ilmu Sastra: Sebuah Industri Besar Tak Dikenal”, Horison, No.
10/Th. 8, Oktober.
14. “Aspek Rendra dalam Teater Indonesia: Kesadaran Teater Baru”, Sinar
Harapan, 24 Desember.
1974 1. “Ketakutan Hilang Identitas Suatu Gejala Krisis Eksistensi”, Suara
Karya Minggu, 13 Januari.
2. “Definisi Vs. Fenomena”, Suara Karya, 10 Februari.
3. “Bercakap dengan Wowor: Menggugat Indonesia Kontemporer”,
Horison, No. 7/Th. 9, Juli.
4. “Proses Kreatif dan Catharsis”, Suara Karya Minggu, 4 Agustus.
5. “Pengadilan Puisi Indonesia Mutakhir”, Suara Karya Minggu, 22
September.
1975 1. “Novel Baru. Sebuah Gagasan Pracipta Novel Iwan Simatupang”,
Bahasa dan Sastra, No. 2/Th. I.
2. “Sajak Kontemplatif dan Sajak Naratif”, Suara Karya Minggu, 5
Januari.
3. “Desentralisasi Kegiatan Kebudayaan Nasional”, Suara Karya, 1
Februari.
4. “Upacara Sunatan Sastrawan Baru”, Suara Karya, 29 Juli.
1976 1. “Menuju Kebudayaan Perjuangan”, Salemba, 14 Januari.
2. “’Baru’ dalam Novel Iwan Simatupang”, Horison, No. 2/Th. 11,
Februari.
3. “Nilai Literer dan Nilai Teater”, Suara Karya, 20 Februari.
4. “Nasionalisasikan Kebudayaan sebagai Proses Sejarah”, Suara Karya, 2
Maret.
5. “Apakah yang Dimaksud Iwan Simatupang dengan Novel Masa Depan
Berprofil Indonesia?”, Sinar Harapan, 3 Maret.
6. “Studi Sastra-sastra ASEAN dalam Perspektif Politik Kebudayaan Asia
Tenggara”, Suara Karya, 19 Maret.
7. “Studi Sastra di Universitas Mau ke Mana?”, Salemba, 20 Maret.
8. “Redaksi Yth.: Puncak Sumantri Brojonegoro?” (Tanggapan terhadap
tulisan di Kompas, 9 April 1976), Kompas, 29 April.
9. “Beberapa Kesimpulan Atas Novel Baru Iwan Simatupang”, Berita
Yudha, 12 Juni.
10. “Beberapa Kesimpulan Atas Novel Baru Iwan Simatupang”, Berita
Yudha, 19 Juni.
11. “Menikmati Sajak Lebih Tepat daripada Mengartikan Sajak”, Suara
Karya, 25 Juni.
12. “Mengais Nilai dari dalam Sajak”, Suara Karya, 27 Agustus.
13. “Kesibukan Hamba-hamba Kebudayaan”, Horison, No. 10-11/Th. 11,
Oktober-November.
14. “Sastra dan Seni: Keseleo dan Salah Paham dalam Menerjemahkan
Puisi Indonesia”, Waspada, 7 November.
15. “Langkah-langkah Sastra”, Tifa Sastra, No. 31/Th. V.
16. “Tentang Koong”, Pengajaran Bahasa dan Sastra, No.6/Th. II.
1977 1. “Penyair-penyair, Sudahkah Anda Memilih Peran Sebagai Penyaksi Mata
Jaman?”, Tifa Sastra, No. 34/Th. VI.
2. “Catatan Teoretik Sekitar Penciptaan Novel 1970-an”, Tifa Sastra, No.
36/Th. VI (ditulis bersama Abdul Hadi W.M.).
3. “Koong-nya Iwan Simatupang”, Berita Buana, 14 Februari.
4. “Kritik Sastra di Indonesia Dewasa Ini”, Horison, No. 3/Th. 12, Maret.
5. “Sastra dan Masalah Sosial di Indonesia”, Berita Buana, 4 April.
6. “Sastra dan Masalah Sosial di Indonesia”, Berita Buana, 18 April.
7. “Iwan Simatupang: Gelandangan yang Terasing”, Sinar Harapan, 28
Mei.
8. “Iwan Simatupang (1928-1970): Manusia Hotel Salak Kamar 52”,
Budaya Jaya, No. 110/Th. 10, Juli.
9. “Menyambut Rencana GAPENA Malaysia: Pertemuan
Pengarang-pengarang ASEAN di Kuala Lumpur, Agustus 1977”, Suara
Karya, 3 Agustus.
10. “Rumah Kertas Teater Koma N. Riantiarno”, Berita Buana, 9 Agustus.
11. “Filsafat Tahi Ayam dalam Sastra Indonesia”, Berita Buana, 23
Agustus.
12. “Peta Perpuisian Indonesia 1970-an dalam Sketsa”, Budaya Jaya, No.
112/Th. 10, September.
13. “Budaya Jaya”, Budaya Djaya, No. 112/Th. 10, September.
14. “Dari Meja Redaksi: Orang-Orang Paling Sulit Diatur”, Berita Buana,
25 Oktober.
15. “Dari Meja Redaksi: Pokok-pokok dan Pola Pembinaan/Pelolaan
Kesenian agar Masuk dalam GBHN”, Berita Buana, 22 November.
16. “Dari Meja Redaksi: Sekitar Memorandum Kesenian”, Berita Buana,
29 November.
17. “Leon Agusta Berhuklahukla”, Berita Buana, 29 November.
1978 1. “Sastra Sekarang Sastra Terpencil”, Berita Buana, 7 Maret.
2. “Konsumen Seni Bukan Konsumen Camelpo”, Berita Buana, 14 Maret.
3. “Sastra Juri: Antara Hikmah dan Kenyataan”, Berita Buana, 30 Mei.
4. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetik Perpuisian Indonesia”,
Budaya Jaya, No. 121/Th. 11, Juni.
5. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetik Perpuisian Indonesia
(bag.I)”, Pos Sore, 5 Juli.
6. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetik Perpuisian Indonesia
(bag. II)”, Pos Sore, 12 Juli.
7. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetik Perpuisian Indonesia
(bag. III)”, Pos Sore, 19 Juli.
8. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetik Perpuisian Indonesia
(bag. IV)”, Pos Sore, 26 Juli.
9. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetika Perpuisian Indonesia”
(bag. 1), Waspada, 6 Agustus.
10. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetika Perpuisian Indonesia”
(bag. 2), Waspada, 13 Agustus.
11. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetika Perpuisian Indonesia”
(bag. 3), Waspada, 20 Agustus.
12. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetika Perpuisian Indonesia”
(bag. 4), Waspada, 27 Agustus.
13. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetika Perpuisian Indonesia”
(bag. 5), Waspada, 10 September.
14. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetika Perpuisian Indonesia”
(bag. 6, habis), Waspada, 17 September.
15. “Puisi Konkret: Puisi Peragaan”, Berita Bibliografi Idayu, No. 9-10,
September-Oktober.
16. “Peragaan Puisi Konkret”, Berita Buana, 28 November.
17. “Dari Meja Redaksi: Undang-Undang Hak Cipta dan APBN Buat
Kesenian/Seniman”, Berita Buana, 28 November.
18. “Dari Meja Redaksi: Dilema Sebuah Kesenian”, Berita Buana, 5
Desember.
19. “Dari Meja Redaksi: Kritik Sastra”, Berita Buana, 12 Desember.
1979 1. “Dari Meja Redaksi: Berdagang Seni di Pasar Ancol”, Berita Buana, 30
Januari.
2. “Sajak ‘Kucing Amuk’ Sutardji Calzoum Bachri”, Berita Bibliografi
Idayu, No. 2, Februari.
3. “Dari Meja Redaksi: Forum Dialog 79”, Berita Buana, 6 Februari.
4. “Dari Meja Redaksi: Forum Dialog 79”, Berita Buana, 20 Februari.
5. “Dari Meja Redaksi: Forum Dialog 79”, Berita Buana, 27 Februari.
6. “Dari Meja Redaksi: Forum Dialog 79”, Berita Buana, 6 Maret.
7. “Keluarga Permana dan Wajah Sosial Indonesia Apa?”, Budaya Jaya,
No. 133/Th. 12, Juni.
8. “Dari Meja Redaksi: Kritik Terhadap Musyawarah Antar-Dewan
Kesenian se-Indonesia II”, Berita Buana, 16 Oktober.
1980 1. “Puisi Indonesia dalam Dekade Terakhir (I)”, Berita Buana, 15 Januari.
2. “Puisi Indonesia dalam Dekade Terakhir (II)”, Berita Buana, 22
Januari.
3. “Puisi Indonesia dalam Dekade Terakhir (III)”, Berita Buana, 29
Januari.
4. “Puisi Indonesia dalam Dekade Terakhir (IV habis)”, Berita Buana, 5
Februari.
5. “Seni untuk Siapa?”, Berita Buana, 19 Februari.
6. “SCZ”, Zaman, No. 11, 7 Maret.
7. “Biografi Manusia Hotel”, Berita Buana, 19 Maret.
8. “’Lingkaran Keadilan’ Kejutan dari Surabaya”, Suara Karya, 11 April.
9. “Posisi Sastra dan Posisi Kritik Sastra pada Media Massa”, Berita
Buana, 22 April.
10. “Posisi Sastra dan Posisi Kritik Sastra pada Media Massa”, Berita
Buana, 29 April.
11. “Eksistensialisme dan W.S. Rendra”, Horison, No. 5/Th. 15, Mei.
12. “Novel Baru Iwan Simatupang”, Suara Karya, 26 Mei.
13. “Otonomi Seni dan Kebebasan Cinta”, Berita Buana, 10 Juni.
14. “Seni Tanpa Slogan Panglima”, Berita Buana, 17 Juni.
15. “Tanya buat Bung Wiratmo Soekito: Kebudayaan Tidak Memerlukan
Strategi?”, Berita Buana, 1 Juli.
16. “Jurusan Sastra Indonesia ke Mana?”, Berita Buana, 8 Juli.
17. “Baru dalam Novel Iwan”, Berita Buana, 19 Agustus.
18. “Dari Meja Redaksi: Manusia Sastra”, Berita Buana, 16 September.
19. “Bukan Sekadar Status Bahasa”, Berita Buana, 7 Oktober.
20. “Puisi-puisi Tikungan”, Zaman, 26 Oktober.
21. “Tradisi Baru Baca Puisi”, Berita Buana, 18 November.
22. “Dari Meja Redaksi: Membudayakan Apresiasi Sastra Nasional”,
Berita Buana, 2 Desember.
23. “Lomba Baca Puisi Dewan Kesenian Jakarta”, Berita Buana, 2
Desember.
24. “Kebenaran Sastra sebagai Alternatif”, Berita Buana, 16 Desember.
1981 1. “Puisi Indonesia dalam Dekade Terakhir”, Horison, No. 8/Th. 16.
2. “Manajemen Kesenian yang Bagaimana?”, Berita Buana, 17 Februari.
3. “Pemilihan Pola Pengelolaan Kesenian”, Berita Buana, 24 Februari.
4. “Pemilihan Pola Pengelolaan Kesenian di Daerah”, Waspada, 2 Maret.
5. “Bumi dan Cakrawala Kesenian Indonesia”, Berita Buana, 31 Maret.
6. “Pengarang Muda dan Peranan Kreatif”, Waspada, 10 Mei.
7. “Dari Meja Redaksi: Kartu Seniman?”, Berita Buana, 12 Mei.
8. “Dari Meja Redaksi: Mencari dan Menemukan Diri”, Berita Buana, 19
Mei.
9. “Bertumbuh dari Akar Budaya”, Berita Buana, 9 Juni.
10. “Dari Meja Redaksi: Sastra Agama?”, Berita Buana, 28 Juli.
11. “Puisi Indonesia dalam Dekade Terakhir”, Horison, No. 8/Th. 16,
Agustus.
12. “Abracadabra Baca Puisi”, Berita Buana, 20 Oktober.
13. “Abracadabra Baca Puisi (II)”, Berita Buana, 27 Oktober.
1983 1. “Iwan yang Lelah Berfalsafat”, Mutiara, No. 292, 13-26 April.
2. “Redaksi Yth.: Merugikan WNRI di Luar Negeri”, Kompas, 29
Oktober.
1985 1. “Beberapa Pendapat Tentang Chairil Anwar”, Horison, No. 4/Th. 19,
April.
2. “Dari Meja Redaksi: Sastra Tak Perlu Embel-embel”, Berita Buana, 23
April.
3. “Keberanian Intelektual Chairil Anwar”, Berita Buana, 2 April.
4. “Estetika Baru Sastra Indonesia”, Mutiara, 3 Mei-4 Juni.
5. “Dari Meja Redaksi: Sastra Sayembara dan Komersialisme”, Berita
Buana, 10 September.
6. “Dari Meja Redaksi: Dikotomi Lama”, Berita Buana, 17 September.
1987 “Diplomasi Budaya dalam Politik Luar Negeri Indonesia”, Kompas, 1
Oktober.
1988 1. “Reflections Back Home”, Zeitschrift fŸr Kulturaustausch. 38Jg.
Institut fŸr Auslandsbeziehungen (IFA), Stuttgart.
2. “Mengenang Pemenang Hadiah Nobel Sastra 1972: Heinrich Boell
(1917-1985)”, Horison, No. 8/Th. 22, Agustus.
3. “Dari Waruwaru Hingga Parit Jebakan Air”, Kompas, 9 Oktober.
4. “Konflik Agama pada Kasus Perkawinan Beda Agama dalam Novel
Keluarga Permana 1978 Ramadhan K.H.”, Horison, No. 11/Th. 22,
November.
1991 “Info Pendidikan: Persiapan Masuk SD di Jerman”, Gelora CBSA, No.
10/I/Juli.
1992 “Surat dari Hamburg”, Horison, No. 11/Th. 26, November.
1993 1. “Wawancara dengan Dr. Mika Ginzburg: Pengobatan Sakit Jiwa dengan
Seni Lukis”, Kompas, 8 Agustus.
2. “Percakapan dengan Ute Reichel: Dua Benua-Zwei Kontinental”,
Kompas, 8 Agustus.
1995 “K’tut Tantri dan Renungan 50 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia”,
Koinonia.
1997 1. “Prapemilu (Mei) 1997 dan SU MPR (Maret) 1998”, Koinonia.
2. “Kraeng Bagung dan Era Pencerahan Budaya Manggarai”, Dian (Ende),
Juli-Agustus.
3. “Catatan Kaki Festival Teater Musim Panas ke-14 Hamburg: Sardono
W. Kusumo Menggebrak Hamburg”, Kompas, 14 September.
1998 1. “Sugesti dan Estetik Magi Pantun”, Kompas, 4 Januari.
2. “Kepada Menteri P dan K RI: Surat Terbuka Budaya ‘98”, Kompas, 1
Februari.
3. “Dimensi Undang-Undang dalam Politik Kebudayaan”, Suara
Pembaruan, 23 April.
4. “Keprihatinan Pengarahan Kebudayaan Nasional”, Suara Pembaruan, 27
April.
1999 “Manuscripts of Bimanese Historiography”, Sejarah, No. 7: 61-77.
2000 1. “Baca Puisi Gus Mus di Universitas Hamburg”, Kompas, 16 Januari.
2. “H.B. Jassin: Harga Diri Sastra Modern Indonesia”, Kompas, 26 Maret.
2001 1. “Manuskrip Historiografi Bima: Cerita Manggarai”, Jurnal Beriga
(Brunei), April-Juni, Bil. 71: 36-63.
2. “Konsep Kerja Kolonial Lawan Persepsi Adat Pribumi”, Jurnal Beriga
(Brunei), Juli-September, Bil. 72: 99-112.
2002 1. “Catatan Baca Puisi Dorothea dan Joko Pinurbo: Dua Penyair Indonesia
di Hamburg”, Kompas, 3 Februari.
2. “Putu Wijaya Menghipnotis Hamburg”, Kompas, 31 Agustus.
3. “Siti Zainon Ismail, Penyair Wanita Tersohor Nusantara”, Dewan Sastra
(Malaysia), Jilid 32, Bil. 10, Oktober.
4. “Estetik Magi Sastra Bahari Nusantara”, Jurnal Beriga (Brunei),
Oktober-Desember, Bil. 77: 61-72.
2003 1. “Seratus Tahun Meninggal Friedrich Nietzsche”, Matabaca, Vol. I/No.
7-8 (Februari-Maret).
2. “Karl May dan Dongeng Damai di Bumi”, Matabaca, Vol. I/No. 9
(April).
3. “Tarian Jagad Bali Oka Rusmini”, Matabaca, Vol. II/No. 8 (April).
2004 1. “Historiografi Kerajaan Goa-Tallo dan Pasal Penghancur Kolonialisme
Belanda”, Jurnal Beriga (Brunei), Januari-Maret, Bil. 82: 62-75.
2. “Pentasan Baca Puisi dan Akar Jatidiri Sastra Nusantara”, Pangsura
Jurnal Pengkajian dan Penelitian Sastera Asia Tenggara, Januari-Juni,
Bil. 18/Jilid 10.
2006 “Ganter Grass: Pengakuan Anggota Wafen –SS”, Kompas, 17 September.

Introductions, Essays, and Endnotes in books


1982 1. “Kata Pengantar” dalam Iwan Simatupang, Tegak Lurus dengan Langit.
Jakarta: Sinar Harapan.
2. “Peta Perpuisian Indonesia 1970-an dalam Sketsa”, dalam Satyagraha
Hoerip (ed.) Sejumlah Masalah Sastra. Jakarta: Sinar Harapan.
1985 “Iwan Simatupang (1928-1970) Manusia Hotel Salak Kamar 52”, dalam
Korrie Layun Rampan (ed.) Iwan Simatupang Pembaharu Sastra
Indonesia. Jakarta: Yayasan Arus.
1989 “Catatan Sejarah: 80 Tahun Usia Kota Ruteng”, dalam A. Hagul dan C.D.
Lana (eds.) Manggarai: Kemarin, Hari Ini, dan Esok. Ruteng: LKM.
1997 1. “Catatan Penutup” dalam Iwan Simatupang, Ziarah Malam:
Sajak-Sajak 1952-1967 (Oyon Sofyan dan S. Samsoerizal Dar, eds.).
Jakarta: Grasindo.
2. “Bunga-bunga Bulan: Sketsa Puisi 1969-1989 Siti Zainon Ismail”,
dalam Kembara Seni Siti, Kuala Lumpur: Galeri Melora.
1999 “Catatan Penutup: Biografi Membaca”, dalam Afrizal Malna Kalung dari
Teman, Jakarta: Grasindo.
2000 1. “Aspek Rendra dalam Teater Modern Indonesia: Kesadaran Teater
Baru”, dalam Haryono (ed.) Rendra dan Teater Modern Indonesia.
Yogyakarta: Kepel Press.
2. “H.B. Jassin: Harga Diri Sastra Modern Indonesia”, dalam Oyon Sofyan
(ed.) H.B. Jassin Harga Diri Sastra Modern Indonesia. Magelang:
IndonesiaTera.
3. “Kata Pengantar: Tentang Nietzsche, Zarathustra, dan Catatan
Terjemahan”, dalam Dami N. Toda (penerjemah) Maka Berbicaralah
Zarathustra. Ende: Nusa Indah.
2004 1. “Kata Pengantar”, dalam Dami N. Toda dan Sapardi Djoko Damono
(penerjemah) Tiada Tempat di Rawa, Magelang: IndonesiaTera.
2. “Hamba-hamba Kebudayaan”, dalam Taufiq Ismail, Hamid Jabbar Cs
(eds.) Horison Esai Indonesia (Buku 2), Jakarta: Horison & Ford
Foundation.
2005 1. “Estetik Perulangan”, dalam Yoseph Yapi Taum, I. Praptomo Baryadi,
Peni Adji (eds.) Bahasa Merajut Sastra Merumut Budaya. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
2. “What is Poetry? Who and What is a Poet?”, dalam Harry Aveling (ed.
& translated poems) Dorothea Rosa Herliany: Santa Rosa – Saint Rosa,
Magelang: IndonesiaTera.

Papers
1970 1. “Merahnya Merah: Wajah Lain dari Sebuah Kegelandangan”, makalah
untuk Fakultas Sastra Universitas Indonesia dalam diskusi yang bertema
“Roman Pertama Iwan Simatupang yang Berjudul Merahnya Merah
1968”, 20 Mei.
2. “Ziarah Iwan Simatupang, Suatu Gagasan Pracipta yang Menjadi
Kenyataan”, makalah untuk Fakultas Sastra Universitas Indonesia dalam
diskusi yang bertema “Roman Iwan Simatupang yang Berjudul Ziarah
1969”, 20 Juni.
1977 1. “Iwan Simatupang (1928-1970) Manusia Terasing Hotel Salak Kamar
52”, makalah pada Ceramah Sastra di Teater Arena Taman Ismail Marzuki
Jakarta, 23 Mei.
2. “Catatan Teoritik Sekitar Penciptaan Novel 1970-an” kertas kerja
bersama Abdul Hadi W.M. pada Diskusi Kesusastraan Indonesia dalam
rangka memperingati 5 tahun berdirinya majalah Tifa Sastra di Fakultas
Sastra Universitas Indonesia Rawamangun, Jakarta, 25 Mei.
3. “Peta Perpuisian Indonesia 1970-an dalam Sketsa”, makalah pada
Diskusi Kesusastraan Indonesia dalam rangka memperingati 5 tahun
berdirinya majalah Tifa Sastra di Fakultas Sastra Universitas Indonesia
Rawamangun, Jakarta, 25 Mei.
1978 1. “Sastra Kita sebagai Cermin Budaya Bangsa”, makalah pada Diskusi
Sastra di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, 27 Februari.
2. “Tahap-tahap Perkembangan Wawasan Estetik Perpuisian Indonesia”,
makalah pada Forum Diskusi Sastra Puisi ASEAN ’78, Dewan Kesenian
Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 17-20 Juli.
1981 1. “Konsep Bushido Jepang dalam Gairah Untuk Hidup dan Untuk Mati
Nasjah Djamin”, makalah pada Ceramah di Pusat Kesenian Jakarta, Taman
Ismail Marzuki, 26 Mei.
2. “Puisi-Puisi Luka Sutardji Calzoum Bachri”, makalah pada Ceramah di
Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 14 September.
1987 “Konflik Perbedaan Agama dalam Novel Keluarga Permana karya
Ramadhan K.H.”, makalah pada Kšlner interdiziplinŠre Konferenz fŸr
Gegenwartbezogene SŸdostasien-Forschung XXII. Konferenzsemester
UniversitŠt zu Koln.
1995 1. “Refleksi Metodologis Penulisan Buku Teks Pengajaran Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Asing”, makalah pada Kongres Internasional
Pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, 28-30 Agustus.
2. “Manuskrip Historiografi Bima: Cerita Manggarai”, makalah pada
Simposium Internasional Kajian Kawasan Pasifik Barat Daya, Fakultas
Sastra Universitas Sam Ratulangi Manado, 19-21 Februari.
3. “Puisi Bunga-bunga Bulan: Sketsa dan Puisi 1969-1989 Siti Zainon
Ismail”, makalah pada Seminar Antarbangsa Kesusastraan Melayu IV,
Universiti Kebangsaan Malaysia, 14-16 Agustus.
4. “Kembali ke Akar Identiti Nusantara Terhempas kepada Abracadabra
Poetry Reading”, makalah pada Kongres Bahasa Melayu Sedunia, Dewan
Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 21-25 Agustus.
1996 “Dutch Treaty and Contract Conceptions versus Indigenous Adat
Perceptions (with a Footnote Study on Manggarai, West Flores)”,
makalah 10th European Colloquium on Indonesian and Malay Studies,
Humboldt University, Berlin 12-17 Juni.
1998 1. “Estetik Magi Sastra Bahari Nusantara”, makalah untuk International
Conference Nanyang Technological University of Singapore.
2. “Maharaja Dewa Sang Bima and Dutch Claim Statusquo on Nusa
Tenggara Timur (A Case Study on West Flores)”, makalah untuk XVth
International Conference of Asian Historian Association di Jakarta, 27
Agustus-1 September.
2004 “Japanese Soul of Bushido in Modern Indonesian Novels: The Works of
Nasjah Djamin and Takdir Alisjahbana”, makalah untuk Konferensi
Internasional Toward The Bright Future of Japanese and ASEAN Cultures
di Universitas Negeri Surabaya, 6-8 Desember.
2005 “Tantangan Penelitian Teks Sastra – Interpretasi dan Kritik Teks”, makalah
pada Konferensi Internasional XVI HISKI di Palembang, 18-21 Agustus.

Text to be Published
Manggarai: The Search for Historiography (Abera Verlag, Hamburg).
Hamba-hamba Kebudayaan II (Nusa Indah, Ende).

Unpublished Texts
1989 “80 Tahun Lalu Perlawanan Rakyat Manggarai Melawan Penjajahan
Belanda”.
2005 Masa Kami Bertualang …(Als Wir Abenteurer Waren … ): Novel Penulis
Muda Kelas 5a, Gymnasium SOPHIE-BARAT, Klaus LutterbŸse, ed.,
diterjemahkan bersama Mayang Cita Putri Kembang Emas.

Writings about Dami N. Toda, his Thoughts, and Works


1975 “Tinjauan Atas Puisi-puisi Penyair Muda”, Naskah Ceramah H.B. Jassin di
Sanggar Bambu Taman Ismail Marzuki, 28 November.
1976 “Beberapa Penyair di Depan Forum”, oleh H.B. Jassin dalam Penyair
Muda di Depan Forum, Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
1977 “Realitas Imaginer Belaka”, Kompas, 27 Mei.
1978 1. “Percakapan dengan Kritikus Dami N. Toda: Angkatan 70 dalam
Sastra”, Berita Buana, 14 Februari.
2. “Dami N. Toda pada Diskusi Sastra di Gelanggang Remaja: Sastra Kita
sebagai Cermin Budaya Bangsa”, Sinar Harapan, 8 Maret.
3. “Terima kasih untuk Sdr. Abdul Hadi W.M. & Sdr. Dami N. Toda”,
oleh Permadi, S.H. dalam kolom Redaksi Yang Terhormat, Berita Buana,
17 Maret.
4. “Prasaran Dami N. Toda: Angkatan 70 & Wawasan Estetiknya”, Berita
Buana, 22 Agustus.
1979 1. “Wawancara dengan Dami N. Toda: Kemunduran Penghayatan
Kebudayaan”, Berita Buana, 14 Agustus.
2. “Dami N. Toda, Menyongsong Forum Penyair Muda: Penyair Penting
untuk Percaya Diri dan Karyanya”, oleh Slamet R.R., Pelita, 2 November.
3. “Catatan buat Dami N. Toda”, oleh Ray Fernandez, Pelita, 4 Desember.
1980 1. “Tiga Sajak Dami N. Toda”, oleh Edijushanan, Berita Buana, 22
Januari.
2. “Novel Baru Iwan Simatupang”, oleh Korrie Layun Rampan, Suara
Karya, 26 Mei.
3. “Manusia Sastra Menurut Dami N. Toda”, Waspada, 24 September.
1981 1. “Menurut Dami N. Toda: Karya Besar Masa Lampau Dilestarikan”,
Waspada, 6 April.
2. “Omong-omong dengan Dami N. Toda: Apa Kabar Kritik?”, oleh
Endang K. Sobirin, Merdeka, 22 April.
3. “Dami N. Toda: Sebelah Kiri Sebelah Kanan”, Berita Minggu, 10 Mei.
4. “Dami N. Toda Ceramah”, Berita Buana, 26 Mei.
5. “Dami: Ketuhanan”, Berita Minggu, 16 Agustus.
6. “Dami: Sutardji”, Berita Minggu, 6 September.
7. “Kronik Budaya”, Haluan, 15 September.
8. “Dami N. Toda Melihat Tempatnya Sutardji”, Waspada, 16 September.
9. “Dami N. Toda: Kredo dan Puisi Luka Sutardji”, Berita Buana, 22
September.
10. “Dari Dunia Sastra Indonesia”, oleh Endang K. Sobirin, Merdeka, 4
Oktober.
1983 “Dami N. Toda”, Optimis, No.43, Agustus.
1984 1. “Hamba-hamba Kebudayaan Dami N. Toda”, Berita Buana, 18
September.
2. “Hamba Kebudayaan”, oleh Korrie Layun Rampan, Suara Karya, 5
Oktober.
3. “Hamba-hamba Kebudayaan”, oleh Nurmini Tjunty Velley’s, Yudha
Minggu, 7 Oktober .
4. “Hamba-hamba Kebudayaan”, oleh Gunawan, Pelita, 11 Oktober.
5. “Dimensi Baru dalam Materi Lama: Hamba-hamba Kebudayaan
Esei-Esei Dami N. Toda,” oleh Kusman K. Mahmud, Pikiran Rakyat, 17
Oktober.
6. “Sastra dalam Kapita Selekta”, oleh Cicik Sandhyka, Sinar Harapan, 14
November.
1985 1. “Dami N. Toda Raih Hadiah Sastra”, Suara Karya, 30 Maret.
2. “Hamba Kebudayaan Ini Luas Wawasannya”, Kompas, 30 Maret.
3. “Kritikus Dami N. Toda Memenangkan Hadiah Sastra DKJ”, Berita
Buana, 2 April.
4. “Dami N. Toda Peraih Hadiah Sastra 1985: Menjembatani Karya Sastra
dengan Para Pembaca”, Suara Karya Minggu, 7 April.
5. “Omong-omong dengan Dami N. Toda: Sastra Besar Tidak Lahir dari
Slogan”, oleh Abdul Hadi W.M., Kompas, 12 April.
6. “Dami Datang dari Hamburg untuk Menerima Hadiah Sastra”, Sarinah,
No. 68, 15-28 April.
7. “Estetika Baru Sastra Indonesia”, oleh Sehandi Yohanes, Mutiara, 22
Mei-4 Juni.
8. “Membahas Masalah-masalah Sastra”, oleh Gunoto Saparie, Kartika, 23
Juni.
9. “Hamba Kebudayaan: Dami N. Toda (wawancara)”, Horison, Juni.
10. “Membaca ‘Manusia Praktis’nya Iwan Simatupang”, (timbangan buku)
oleh S. Samsoerizal Dar, Terbit, 15 Oktober.
1988 1. ”Nama dan Peristiwa: Dami N. Toda”, Kompas, 11 September.
2. “Dami N. Toda: Sastra Indonesia Tak Kalah dengan Sastra Jerman” oleh
Ray Rizal, Suara Pembaruan, 14 November.
1989 “Mata Elang Seorang Pengamat Budaya”, oleh Jeval Yudhakisra, Aceh
Post, 1 November.
1994 “Sosok: Dami N. Toda, ke Jerman karena Orang Indonesia Lebih
Menghargai Gelar”, oleh Herdi SRS/Djadjat Sudradjat, Media Indonesia,
27 Maret.
1998 “Politik Budaya, Daya Saing Ekonomi dan Ketahanan Masyarakat” oleh
Savitri Scherer, Kompas, 15 Maret.
2000 “Kritikus Dami N. Toda dan Karyanya” oleh B. Trisman. Jakarta: Pusat
Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
2004 1. “Regol: Indonesia Tera Luncurkan Buku Baru”, Kompas Yogya, 14
Oktober.
2. “Agenda Seni: Buku Tidak Ada Tempat di Rawa”, Kompas, 17 Oktober.
2005 1. “Boen S. Oemarjati Tampil di Diskusi Buku: Apakah Sastra?”, Kompas,
13 Mei.
2. “Guru Memerlukan Keterbacaan Buku Ajar Sastra Indonesia”, Kompas,
21 Mei.
3. “Resensi Buku Baru: Kajian Sastra Indonesia”, Kompas, 18 Juni.
2006 1. “Sejarah dalam Kulit Bawang-Obituari”, Tempo, 26 November.
2. “Obituari: Mengenang Dami N. Toda (1942-2006)”, oleh Martina
Heinschke, Media Indonesia, 26 November.

Notes:
I would like to express my gratitude for D.S. Setya Wardhani, Pamusuk Eneste, and
Kasijanto for the important materials that enabled me to complete this curriculum vitae.

Anda mungkin juga menyukai