Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

Infeksi kelopak atau blepharitis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepian kelopak. Blepharitis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blepharitis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik, sedangkan Blepharitis infeksi bisa disebabkan oleh kuman streptococcus, pneumococcus, pseudomonas, dan lain sebagainya1. Data dari National Disease and Therapeutics Index menunjukan terjadinya 590.000 kasus blepharitis pada tahun 1982. Sama halnya dengan data epidemiologi dari Inggris yang mengindikasikan bahwa blepharitis dan konjungtivitis merupakan 71% kasus yang datang ke klinik dengan keluhan inflamasi pada mata5. Blepharitis lebih sering terjadi pada orang-orang dengan kecenderungan kulit berminyak, rambut berketombe atau dry eyes. Blefaritis bisa terjadi pada masa kanak-kanak yang membentuk granulasi pada kelopak mata, terus berlanjut sebagai kondisi kronis dan gejala-gejalanya lebih timbul pada dekade ke-6 dan ke-73,4. Pada permukaan kulit setiap orang terdapat bakteri, namun pada beberapa orang bakteri tersebut tumbuh pada pinggiran kulit dekat bulu mata. Kemudian bisa menimbulkan iritasi yang ada hubungannya dengan aktivitas berlebih dari kelenjar minyak di sekitar daerah mata hingga membentuk serpihan-serpihan yang mirip ketombe di sekitar margin kelopak mata dan bulu mata. Gejala yang di timbulkan terkadang hanya berupa iritasi kecil disertai dengan rasa gatal tetapi dalam beberapa kasus bisa menyebabkan kemerahan pada mata, rasa seperti tersengat atau terbakar. Beberapa orang mungkin memiliki reaksi hipersensitivitas terhadap serpihan seperti

ketombe yang terbentuk di sekitar mata karena reaksi iritasi ataupun pada bakteri yang mengilingi kelopak mata, kondisi ini bisa menyebabkan inflamasi yang lebih buruk lagi di jaringan sekitar mata khususnya pada kornea hingga timbul infeksi sekunder3,4. Secara klinis blefaritis dikategorikan menjadi staphylococcal, seborrheic, meibomian gland dysfunction (MGD) atau kombinasinya, sedangkan berdasarkan bentuknya blepharitis dibagi menjadi blepharitis seborrheic dan blepharitis ulcerative3,4. Buruknya korelasi antara tanda dan gejala pada blepharitis, etiologi serta patofisiologi yang tidak jelas mengakibatkan kesulitan dalam menentukan penatalaksanaan. Hanya terdapat sedikit bukti yang mendukung prosedur penatalaksanaan dari blepharitis. Pasien harus tahu bahwa terapi jangka panjang mungkin diperlukan dan kesembuhan permanen jarang terjadi tetapi semua gejala yang timbul sangat mungkin untuk dikendalikan. Pengobatan sendiri tidak akan cukup untuk mengendalikan gejala; menjaga kebersihan dari kelopak dan bulu mata menggunakan air hangat juga merupakan kunci pengobatan pada blepharitis, walaupun remisi dapat tercapai, rekurensi sering timbul terutama jika perawatan dan terapi di hentikan2. Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi, anatomi, fisiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis serta penatalaksanaan pada penyakit mata yaitu blepharitis yang akan dibahas lebih lengkap pada bab selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta, Prof. Dr, H, Sp M,. Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga,. Jakarta: Balai Penerbit FKUI: 2009. 2. Kanski, Jack J. MD, MS, FRCS, FRCOphth,. Clinical Ophthalmology, a systematic approach,. 6th Editon. Elsevier Limmited: 2007. 3. Pope, Daniel B., MD, American Academy of Ophthalmology, Eye Facts about: Blepharitis,. Available at: www.theeyedepot.com/EyeFacts/Blepharitis.pdf 4. Sahni, Dr. Blepharitis,. Dr.Sahni's Homoeopathy Clinic & Research Center Pvt. Ltd. Available at: www.homoeopathyclinic.com/articles/diseases/eye/Blepharitis.pdf 5. Smith, Ronald E. MD, Charles W.Flowers, Jr., MD. Chronic Blepharitis: A Review,. the CLAO journal, Contact Lens Association of Ophthalmologists: 1995. Available at: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7586480 6.

Anda mungkin juga menyukai