Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis. Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis. Blefaritis terbagi menjadi anterior (mempengaruhi tepi anterior dan bulu mata) dan posterior (mempengaruhi kelenjar meibom). Blefaritis adalah salah satu gangguan kelopak mata yang paling umum sering dikaitkan dengan gangguan film air mata. Hal ini lebih umum sering terjadi pada wanita muda. Salah satu yang
paling
menyertai
gejalanya
madarosis
yang
terinfeksi.
Infeksi
Staphylococcus dikaitkan dengan madarosis, poliosis dan trichiasis dari bulu
mata. Blefaritis ditandai dengan peradangan pada tepi kelopak mata. Hal itu dapat menyebabkan mata merah, gatal, dan iritasi kelopak mata pada satu atau kedua mata. Blefaritis juga dapat menyebabkan terjadinya konjungtivitis dan sifatnya terulang (Osaiyuwu dan Ebeigbe, 2010).
Blefaritis melibatkan kulit dan bulu mata sedangkan gangguan kelenjar
meibom diakibatkan seboroik, obstruktif atau campuran. Blefaritis terjadi interaksi yang kompleks dari berbagai faktor, termasuk sekresi yang abnormal, organisme atau mikroba dan kelainan film air mata. Blefaritis dengan berbagai gejala dan tanda, dan berhubungan dengan kondisi dermatologis seperti dermatitis seboroik, dan rosasea (Jackson, 2008). Blefaritis kronik merupakan paling umum pada pasien saat pemeriksaan klinis mata seperti iritasi. Berdasarkan gejala klinis yang paling sering adalah blefaritis posterior 24%, mata kering 21% dan blefaritis anterior 12%. Hasil survei Amerika Serikat prevalensi gejala blefaritis selama 12 bulan terakhir adalah terasa gatal dan terbakar, iritasi setelah menggunakan komputer selama lebih dari 3 jam, kelopak mata terasa berat dan bengkak, serpihan bulu mata, mata kering atau iritasi, mata terasa berair terutama di pagi hari dan mata merah. 79,3% melaporkan memiliki gejala paling sedikit satu gejala selama 12 bulan dan 63% melaporkan memiliki gejala lebih dari satu (Lindstrom, 2011) Berdasarkan penelitian Werdich et al 2011 melaporkan survei pasien blefaritis menunjukkan prevalensi yang sama tinggi masing-masing 86% dan 94%. Prevalensi temuan klinis sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan gejala yang dilaporkan sendiri. Empat belas persen dari total pasien melaporkan tidak ada gejala dan enam persen tidak memiliki tanda-tanda klinis blefaritis. Data normalisasi menunjukkan bahwa kebanyakan pasien memlikiki penyakit ringan sampai sedang berdasarkan kedua gejala dan temuan pemeriksaan klinis. Insidensi adalah 50% dan 36% untuk ringan, 32% dan 50 % sedang, dan hanya 4% dan 8% untuk gejala yang parah dan tanda blefaritis masing-masing. Secara demografis, kecenderungan lebih tinggi penularan blefaritis ditemukan pada populasi kelas sosial ekonomi rendah, dan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Terdapat hubungan antara blefaritis dengan beberapa penyakit inflamasi (gastritis, ulkus peptikum, asma, atrophy, dan colitis ulseratif), kondisi psikologis (kecemasan, sindrom iritasi usus, neurosis dan depresi), hormonal (hipotiroidi dan hipertrofi prostat), penyakit kardiovaskular (arteri
koronaria, hiperlipidemia, hipertensi dan penyakit jantung iskemik)dan kondisi
mata lainnya (kalazion dan pterygium) (Nemet et al, 2011). 1.2.Tujuan 1.2.1. Menjelaskan definisi Blefaritis 1.2.2