Anda di halaman 1dari 176

1

PE GARUH FI A CIAL LEVERAGE TERHADAP RETUR O EQUITY (ROE) DA EAR I G PER SHARE (EPS) PADA PERUSAHAA PERTAMBA GA LOGAM DA MI ERAL LAI YA YA G TERDAFTAR DI BURSA EFEK I DO ESIA

OLEH ARMA RAMADHA IM 04110331

ASIA BA KI G FI A CE A D I FORMATICS I STITUTE PERBA AS JAKARTA PROGRAM STUDI AKU TA SI 2008

PE GARUH FI A CIAL LEVERAGE TERHADAP RETUR O EQUITY (ROE) DA EAR I G PER SHARE (EPS) PADA PERUSAHAA PERTAMBA GA LOGAM DA MI ERAL LAI YA YA G TERDAFTAR DI BURSA EFEK I DO ESIA

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh ARMA RAMADHA NIM 04110331

ASIA BA KI G FI A CE A D I FORMATICS I STITUTE PERBA AS JAKARTA PROGRAM STUDI AKU TA SI 2008

ASIA BA KI G FI A CE A D I FORMATICS I STITUTE PERBA AS JAKARTA PROGRAM STUDI AKU TA SI

PERSETUJUA

Skripsi yang berjudul

PE GARUH FI A CIAL LEVERAGE TERHADAP RETUR O EQUITY (ROE) DA EAR I G PER SHARE (EPS) PADA PERUSAHAA PERTAMBA GA LOGAM DA MI ERAL LAI YA YA G TERDAFTAR DI BURSA EFEK I DO ESIA

oleh Nama : Arman Ramadhan NIM : 04110331 Program Studi : S1 - Akuntansi

telah disetujui untuk diujikan.

Jakarta, Mengetahui Ketua Program Studi Akuntansi,

September 2008

Dosen Pembimbing Skripsi,

Niko Silitonga, SE., M. M.

Adi Setiadi, S. E., MBA

ASIA BA KI G FI A CE A D I FORMATICS I STITUTE PERBA AS JAKARTA PROGRAM STUDI AKU TA SI PE GESAHA Skripsi yang berjudul

PE GARUH FI A CIAL LEVERAGE TERHADAP RETUR O EQUITY (ROE) DA EAR I G PER SHARE (EPS) PADA PERUSAHAA PERTAMBA GA LOGAM DA MI ERAL LAI YA YA G TERDAFTAR DI BURSA EFEK I DO ESIA
telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi pada Hari Tanggal Waktu : : : oleh Nama NIM : Arman Ramadhan : 04110331

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS

Tim Penguji Skripsi Ketua Sidang Anggota Anggota : : : .. .. ..

Mengetahui Ketua Program Studi Akuntansi,

Niko Silitonga SE, M. M.

ASIA BA KI G FI A CE A D I FORMATICS I STITUTE PERBA AS JAKARTA PROGRAM STUDI AKU TA SI

PER YATAA

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.

Jakarta, September 2008 Penyusun,

Arman Ramadhan 04110331

ABSTRAKSI Arman Ramadhan. 04110331. PE GARUH FI A CIAL LEVERAGE TERHADAP RETUR O EQUITY (ROE) DA EAR I G PER SHARE (EPS) PADA YA YA G

PERUSAHAA PERTAMBA GA LOGAM DA MI ERAL LAI Finance and Informatics Institute Perbanas. September 2008.

TERDAFTAR DI BURSA EFEK I DO ESIA. Skripsi. Jakarta: Asian Banking

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara financial leverage dengan ROE dan EPS. Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tiga perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya. Data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah laporan keuangan selama tahun 2002-2006 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia (PRPM BEI). Variabel independent (X) dalam penelitian ini adalah financial leverage sedangkan variabel dependent (Y) adalah ROE dan EPS. Untuk menghitung besarnya pengaruh antara financial leverage dengan ROE dan EPS digunakan analisis korelasi, regresi linear sederhana, uji hipotesis, dan determinasi. Dari hasil perhitungan korelasi atau hubungan antara financial leverage dengan ROE yang memiliki korelasi sifatnya kuat hanya terdapat pada PT Timah Tbk yang artinya jika financial leverage meningkat diikuti dengan kenaikan ROE. Untuk PT Aneka Tambang Tbk memiliki sifat korelasi yang lemah dan positif. Untuk PT International Nickel Indonesia Tbk memiliki sifat korelasi yang kuat dan negatif artinya setiap peningkatan financial leverage akan diikuti oleh penurunan ROE. Untuk perhitungan korelasi atau hubungan financial leverage dengan EPS, yang memiliki hubungan kuat dan positif terdapat pada PT Timah Tbk. PT Aneka tambang memiliki hubugan lemah dan negatif sedangkan pada PT International Nickel Indonesia Tbk, hubungannya kuat dan negatif. Berdasarkan hasil penelitian hipotesis dengan menggunakan koefisien regresi, maka dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS pada ketiga perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya tersebut. Saran yang dapat penulis berikan kepada ketiga perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya adalah sebaiknya perseroan berhati-hati dalam penggunaan hutang agar hutang tersebut dapat menghasilkan profit bukan mengakibatkan kerugian.

KATA PE GA TAR

Assalamualaikum wr wb, Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi dengan judul Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) pada Perusahaan Pertambangan Logam dan Mineral Lainnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Asian Banking Finance and Informatics Institute Perbanas, Jakarta.

Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa hormat, sayang dan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang tidak henti-hentinya mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan perhatian kepada Penulis, serta selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada Penulis selama ini. Agar nantinya kelak Penulis mampu memenuhi harapan dan bisa membahagiakan kalian. Amin. Dalam kesempatan ini, Penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Cyrillus Harinowo selaku Rektor ABFII Perbanas Jakarta 2. Bapak Niko Silitonga, S. E., M.M, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Perbanas Jakarta. 3. Bapak Adi Setiadi, S. E., MBA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar ABFII Perbanas, khususnya Dosen S1 Program Studi Akuntansi yang telah membekali Penulis dengan ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya. 5. Iqbal, Mande, Joshua, Yulind, Echa, Erlan, Ida, Kurnia, Harris, Titi, Rio, Danu serta teman-teman SMA penulis yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Radya (kawan dekat rumah yang sering penulis repotkan, kawan menonton konser bersama, dan kawan terbaik), Maya (kawan yang paling sering satu kelas dengan penulis dan sempat membuat dugon bersama penulis), Ricky (teman pemberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi), Dila (kawan seperjuangan dalam mengejar

kelulusan), Callista, Rahmat, Vina, Dody, Affan, Adji, Nchu, Rendy (thanks for the beautiful music), Ari (kawan pemberi informasi tentang dosen), Maria, Deborah, Nana, Deby, Desty, Adila, Asha, dan kawan-kawan seperjuangan yang lainnya dari kelas G di semester 1 yang telah menemani, membantu, memberikan dorongan kepada penulis dalam setiap hal yang penulis telah lakukan selama di bangku kuliah, terutama selama pengerjaan skripsi ini. Tidak lupa pula Jibril, satu-satunya kawan akrab dari jurusan Manajemen. 7. Indie (friend by accident), Pipit (motivator penulis dalam menyelesaikan skripsi ini), Dama alias Bnyo, Reni, Devi, Chris, Anda, Avan, Bayu, Tegal, Yanto, Manda, Wulan, Yuli, Mbak Put, Uwi, Nova, Endang, Deni Jawa, Dinar, Acil, Ragil, Era, Rifki, Ryan, Nomo, Prio, Ai, Chiqni, Reza, Basdi, dan seluruh kawan-kawan dari angkatan 2004 jurusan Akuntansi di ABFII Perbanas yang juga telah banyak memberikan masukan dan dorongan kepada penulis selama di Perbanas dan selama pengerjaan skripsi ini. 8. (Alm.) Adek Firmansyah Anwar, kakek penulis yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis selama beliau hidup, dan Elly Firmansyah, nenek penulis yang telah menjaga dan memberikan kasih sayangnya serta memberikan doa dan masakan bergizi kepada penulis. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

10

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu dengan lapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Terima Kasih. Wassalamualaikum wr wb.

Jakarta, September 2008 Penulis

Arman Ramadhan

11

DAFTAR ISI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. ix DAFTAR ILUSTRASI.. xi BAB I PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang Masalah.. 1 1.2. Identifikasi Masalah 4 1.3. Pembatasan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

12

1.5. Sistematika Penulisan. 7 BAB II LANDASAN TEORI. 8 2.1. Modal.... 2.1.1 Pengertian Modal... 2.1.2 Sumber Modal... 8 8 9

2.1.3 Jenis-jenis Modal 10 2.2. Risiko Keuangan. 18 2.3. Leverage. 18 2.4. Operating Leverage 18 2.5. Financial Leverage. 19 2.6. Return on Equity. 21 2.7. Earning per Share. 21 2.8. Pengaruh Financial Leverage terhadap ROE... 22 2.9. Pengaruh Financial Leverage terhadap EPS. 23 2.10. Kerangka Pemikiran... 24 2.11. Skema Kerangka Pemikiran... 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN....27 3.1. Jenis Penelitian. 27 3.2. Populasi dan Sampel. 28 3.3. Jenis Data. 28 3.4. Teknik Pengumpulan Data... 29 3.5. Variabel Penelitian... 29

13

3.6. Teknik Analisis Data... 30 3.7. Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap ROE dan EPS.. 31 3.8. Definisi Operasional..... 36 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. 38 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................................................... 38 4.1.1 PT Aneka Tambang Tbk.................. 38 4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan..................... 38 4.1.1.2 Kegiatan Perusahaan........................ 39 4.1.1.3 Produk Perusahaan....................... 41 4.1.2 PT International Nickel Indonesia Tbk................... 43 4.1.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan..................... 43 4.1.2.2 Kegiatan Perusahaan........................ 45 4.1.2.3 Produk Perusahaan....................... 48 4.1.3 PT Timah Tbk................................. 49 4.1.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan..................... 49 4.1.3.2 Kegiatan Perusahaan........................ 51 4.1.3.3 Produk Perusahaan....................... 53 4.2. Analisis Data dan Pembahasan.... 54 4.2.1 PT Aneka Tambang Tbk.................. 55 4.2.1.1 Analisis Financial Leverage..................... 55

14

4.2.1.2 Analisis Return on Equity........................ 56 4.2.1.3 Analisis Earning per Share....................... 57 4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity, dan Earning per Share............................. 59 4.2.1.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return on Equity.. 59 4.2.1.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share. 63 4.2.2 PT International Nickel Indonesia Tbk................ 67 4.2.2.1 Analisis Financial Leverage..................... 67 4.2.2.2 Analisis Return on Equity........................ 69 4.2.2.3 Analisis Earning per Share....................... 70 4.2.2.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity, dan Earning per Share............................. 71 4.2.2.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return on Equity.. 72 4.2.2.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share. 76 4.2.3 PT Timah Tbk.................................. 80 4.2.3.1 Analisis Financial Leverage..................... 80 4.2.3.2 Analisis Return on Equity........................ 81 4.2.3.3 Analisis Earning per Share....................... 82 4.2.3.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity, dan Earning per Share............................. 83 4.2.3.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return on Equity.. 84 4.2.3.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share. 88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 92

15

5.1. Kesimpulan.. 92 5.2. Saran.... 94 DAFTAR PUSTAKA. 95 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL

o.

Judul Tabel

Halaman 55 56 57

Tabel 1 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Financial Leverage...... Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Return on Equity...... PT Aneka Tambang Tbk Analisis Earning per Share........ PT Aneka Tambang Tbk Ringkasan Financial Leverage, Return on Equity, dan Earning per Share ....... PT Aneka Tambang Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity... PT Aneka Tambang Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share......

59

Tabel 5

59 63 67 69 70

Tabel 6

Tabel 7 PT International Nickel Indonesia Tbk Analisis Financial Leverage Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 PT International Nickel Indonesia Tbk Analisis Return on Equity PT International Nickel Indonesia Tbk Analisis Earning per Share.. PT International Nickel Indonesia Tbk Ringkasan Financial Leverage, Return on Equity, dan Earning per Share . PT International Nickel Indonesia Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity........

71

Tabel 11

72

17

Tabel 12

PT International Nickel Indonesia Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share........

76 80 81 82 83 84 88

Tabel 13 PT Timah Tbk Analisis Financial Leverage.. Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 PT Timah Tbk Analisis Return on Equity. PT Timah Tbk Analisis Earning per Share PT Timah Tbk Ringkasan Financial Leverage, Return on Equity, dan Earning per Share . PT Timah Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity........................................ PT Timah Tbk Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning per Share.........................................

18

DAFTAR ILUSTRASI Skema Kerangka Pemikiran.... 26

19

BAB I PE DAHULUA

1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat ini mendorong peningkatan atau pertumbuhan dunia usaha, yang membuat persaingan semakin ketat bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mengembangkan strategi secara berkelanjutan agar mampu membuat kebijakan dan keputusan yang tepat pada setiap kegiatan perusahaan. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik

(shareholder) melalui keputusan atau kebijkan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal, demikian jika

20

dilihat dari sudut pandang manajemen keuangan. Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Almilia dan Silvy: 2006). Perusahaan akan selalu mencari peluang untuk dapat mengembangkan usahanya atau bertahan dalam berbagai macam situasi ekonomi. Untuk memperoleh peluang tersebut perusahan perlu memperhatikan seluruh aspek dalam ekonomi termasuk faktor internal dan eksternal perusahaan, yaitu kondisi keuangan perusahaan dan kondisi ekonomi global, sehingga dapat dicapai tujuan perusahaan dengan risiko minimal. Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan usahanya. Menurut Brigham & Houston (2004: 468), terdapat kemungkinan untuk mendanai sebuah perusahaan sepenuhnya dengan saham biasa. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan mendapatkan bagian yang substansial dari modal melalui utang, dan banyak juga yang menggunakan saham preferen. Untuk melakukan pengembalian perjanjian untuk membayar sebuah return tetap atas penggunaan dana hutang atau saham, perusahaan dapat melakukan kebijakan leverage. Menurut Mayo (2001:448) dalam Suharli (2005) leverage dibagi menjadi dua jenis: (a) Operating Leverage (leverage operasi): Operating leverage is the use of fixed factors of production (fixed cost) instead of variable factors of production (variable cost) to produce a level of output. Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan biaya tetap pada produksi tanpa memperhatikan jumlah biaya tersebut, dari pada biaya variabel untuk menghasilkan mutu pada output. (b) Financial leverage (Leverage keuangan). Financial leverage is the use of another persons or firms funds in return for agreeing to pay a fixed return for the funds the use of debt or preferred

21

stock

financing.

Leverage

keuangan

merupakan

penggunaan

dana

untuk

perusahan/orang lain dalam pengembalian perjanjian untuk membayar sebuah return tetap atas penggunaan dana hutang atau saham preferen dari keuangan. Rasio leverage keuangan tertimbang berpengaruh negative dan signifikan terhadap return on equity atau ROE (Martono: 2002). Hasil ini memberikan bukti empiris yang berbeda dibandingkan studi (Beard dan Dess: 1979) dan (Mandra: 1995) karena kedua peneliti gagal membuktikan bahwa rasio leverage keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. (Gale: 1972) membuktikan bahwa leverage keuangan berpengaruh positif dan signifiikan terhadap ROE. Sasongko dan Wulandari (2006) berpendapat return on equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham, artinya ROE tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Sasongko dan Wulandari (2006) juga mengatakan earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Artinya, EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Penelitian dari Sasongko dan Wulandari (2006) masih memiliki keterbatasan dalam periode penelitian karena periode penelitian yang cukup pendek, yaitu hanya dua tahun (2001 2002), sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya. Earning per Share (EPS) dan return on equity (ROE) dari suatu perusahaan akan dapat mempengaruhi keputusan para calon pembeli saham untuk membeli saham dari suatu perusahaan atau tidak. Semakin tinggi EPS suatu perusahaan akan semakin menarik perhatian calon pembeli saham untuk membeli saham tersebut. Begitu juga

22

dengan ROE, semakin besar persentase pengembalian atas modal maka akan semakin tinggi pula keinginan investor untuk menanamkan modal di suatu perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE) sudah pernah dilakukan oleh Beard dan Dess (1979), Mandra (1995), Gale (1972), dan Martono (2002). Penelitian dari Beard dan Dess (1979), Mandra (1995), dan Gale (1972) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara financial leverage terhadap ROE, sedangkan Martono (2002) menyatakan adanya hubungan negatif antara financial leverage dengan ROE. Oleh karena itu, penulis ingin mengulangi penelitian tersebut dengan menambah satu variabel bebas berupa earning per share (EPS). Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) DAN EARNING PER SHARE (EPS) PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN LOGAM DAN MINERAL LAINNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang ingin penulis ungkapkan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat financial leverage pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006?

23

2. Bagaimana tingkat ROE dan EPS pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006? 3. Bagaimana pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS pada pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006?

1.3 Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat memberikan pemahaman sesuai dengan yang diharapkan, maka dalam melakukan penelitian ini terdapat beberapa batasan yang ditetapkan, yaitu: 1. Objek penelitian yang dipilih adalah seluruh perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan telah listing sebelum tahun 2002. 2. Penelitian ini dibatasi masalah ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS. 3. Data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah laporan keuangan pada seluruh perusahan pertambangan logam dan mineral lainnya selama periode tahun 2002-2006 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

24

1. Untuk mengetahui tingkat financial leverage pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 20022006. 2. Untuk mengetahui tingkat ROE dan EPS pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Penulis dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari ke dalam dunia usaha yang riil, yaitu untuk mengetahui pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2003-2006. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan masukan kebijakan yang dapat ditempuh oleh perusahaan yang menggunakan financial leverage, dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja usahanya. 3. Bagi Pembaca Manfaat bagi pembaca khususnya pemegang saham dapat menganalisa kondisi financial perusahaan terutama bila perusahaan tersebut menggunakan financial leverage sebagai penggunaan sumber dana bagi pengembangan perusahaan dan

25

juga untuk mengetahui pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006.

1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN: Menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi ini. BAB II LANDASAN TEORI: Menjelaskan pengertian modal, sumber dan jenis modal, risiko, financial leverage, operating leverage, ROE, EPS, pengaruh financial leverage dengan ROE, dan pengaruh financial leverage dengan EPS. BAB III METODOLOGI PENELITIAN: Menjelaskan jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, variabel penelitian, dan definisi operasional variabel. BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN: Berisi uraian tentang hasil penelitian serta menganalisis pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS dari objek penelitian yang dipilih. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: Berisi kesimpulan dan dan uraian yang telah dikemukakan penulis pada bab-bab sebelumnya dan berisikan saran-saran yang dapat dijadikan masukkan bagi perusahaan sendiri maupun pembaca.

26

BAB II LA DASA TEORI

2.1 Modal 2.1.1 Pengertian Modal Modal sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan suatu perusahaan. Modal sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan usaha perusahaan. Modal sangat berperan sebagai sumber pendanaan perusahaan yang menggambarakan perusahaan dalam memenuhi dapat didanai oleh modal sendiri secara keseluruhan atau didanai dengan modal sendiri dan ditambah dengan modal berasal dari pinjaman. Definisi modal menurut Warren, Reeve dan Philip (2005:5),

27

Modal atau ekuitas pemegang saham adalah jumlah total dari dua sumber utama ekuitas saham, yaitu modal disetor dan laba ditahan.

Sedangkan definisi ekuitas menurut Mayo (2004:188),


A variety of debt instrument to tap the funds of investor who purchase debt securities, there are only two types of stock: preferred stock and common stock.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memperoleh dana untuk menjalankan kegiatan usahanya dengan memperoleh dari modal disetor yang berupa saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan yang berasal dari operasi perusahaan.

2.1.2 Sumber Modal Untuk memenuhi kebutuhan modal suatu perusahaan dalam membiayai kegiatan operasionalnya dapat diperoleh dengan mencari sumber pembiayaan. Menurut Riyanto (2001:209) modal dapat dilihat dari asalnya, sumber modal terdiri: 1. Sumber Intern (Internal Sources) Adalah modal yang dihasilkan dari dalam perusahaan. Sumber intern dapat berasal dari laba ditahan dan akumulasi penyusutan. Besarnya laba yang dimasukkan ke dalam cadangan atau ditahan, tergantung besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu dan tergantung kepada kebijakan dividen perusahaan tersebut. Sedangkan akumulasi penyusutan dapat dibentuk dari penyusutan, tiap tahunnya, tergantung metode penyusutan yang dipakai oleh perusahaan tersebut. 2. Sumber Ekstern (External Sources)

28

Adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan atau dana yang diperoleh dari para kreditur atau pemegang saham yang merupakan bagian dalam perusahaan.

2.1.3 Jenis-jenis Modal Sumber modal eksternal, terdiri dari dua jenis, yaitu: 1. Modal Asing Menurut Riyanto (2001:227), adalah modal berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara di dalam perusahaan tersebut. Modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau hurang terbagi atas tiga golongan, yaitu: a. Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt) Menurut Harnanto (2003:5), hutang jangka pendek atau lancar adalah suatu kewajiban atau hutang yang terjadi dalam kaitannya dengan operasi normal perusahaan. Hutang jangka pendek terdiri dari: 1) Hutang Dagang Menurut Brigham dan Houston (2006:207), hutang dagang adalah hutang yang muncul akibat penjualan kredit dan dicatat sebagai piutang oleh pihak penjual dan utang oleh pihak pembeli. Hutang dagang adalah salah satu kategori hutang jangka pendek terbesar, yang mencerminkan kurang lebih 40 persen dari kewajiban ancar di rata-rata perusahaan nonkeuangan. Hutang dagang adalah sumber pendanaan spontan, di dalam artian bahwa ia terjadi dari transaksi bisnis biasa. 2) Hutang Wesel

29

Hutang wesel merupakan pengakuan hutang atau pernyataan tertulis untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu di kemudian hari. Hutang wesel dicatat dan disajikan di dalam neraca perusahaan. Hanya hutang wesel yang jatuh tempo dalam satu tahun atau kurang yang di golongkan sebagai kewajiban jangka pendek. 3) Hutang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam Periode Kini Hutang jangka panjang jatuh tempo dalam periode kini merupakan bagian dari hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam tahun sekarang, sedangkan sisanya tetap dilaporkan sebagai hutang jangka panjang. b. Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt) Menurut Riyanto (2001:227), hutang jangka menengah adalah hutang yang jangka waktunya antara satu sampai sepuluh tahun. Hutang jangka menengah terdiri dari: 1) Term Loan Term loan merupakan kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya, term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu. Term loan biasanya disediakan oleh commercial bank, insurance, pension funds, lembaga pembiayaan pemerintah, dan supplier perlengkapan. Menurut Sartono (2001:301), keuntungan dari term loan adalah tidak segera jatuh tempo dan peminjam memberikan jaminan pembayaran secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. 2) Leasing

30

Menurut Sartono (2001:304), leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut lessor dengan pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Financial Accounting Standard Board (FASB-13), leasing adalah suatu peranjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan untuk suatu jangka waktu tertentu. c. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt) Menurut Riyanto (2001:238), Hutang jangka panjang adalah hutang yang ka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Sedangkan menurut Skousen dan Stice (2004:658), hutang jangka panjang adalah obligasi yang tidak diharapkan untuk dibayar tunai dalam jangka satu tahun. Hutang jangka panjang pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut diperlukan jumlah yang besar. Adapun jenis hutang jangka panjang, yaitu: 1) Pinjaman Berjangka Pinjaman berjangka (long-term) merupakan suatu perjanjian dimana peminjam setuju untuk melakukan pembayaran bunga dan pembayaran pokok pinjaman pada tanggal tertentu sesuai dengan perjanjian kepada pihak yang meminjamkan. Pemberian pinjaman berjangka antara lain dilakukan oleh bank komersial dan perusahaan asuransi. 2) Obligasi Obligasi adalah instrumen (surat) utang yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan obligasi untuk membayar pemegang obligasi sejumlah nilai pinjaman beserta bunga pada saat jatuh tempo yang telah ditetapkan. Obligasi termasuk salah satu

31

jenis efek. Namun, berbeda dengan saham, yang kepemilikannya menandakan pemilikan sebagian dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham, obligasi menunjukkan utang dari penerbitnya. Dengan demikian, pemegang obligasi memiliki hak dan kedudukan sebagai kreditor dari penerbit obligasi. Obligasi merupakan instrumen utang jangka panjang. Pada umumnya diterbitkan dengan jangka waktu berkisar antara 5 sampai 10 tahun. 3) Hipotik Hipotik merupakan pinjaman berjangka, dimana pemberi uang diberi hak hipotik terhadap suatu barang yang tidak bergerak. Apabila pihak peminjam (debitur) tidak memenuhi kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutupi tagihannya. Menurut Sartono (2001:328), manfaat yang diperoleh dengan menggunakan hutang jangka panjang adalah: a. Bunga yang dibayarkan merupakan pengurang pajak penghasilan. b. Melalui financial leverge dimungkinkan laba per lembar saham akan meningkat. Sedangkan kelemahan penggunaan hutang jangka panjang sebagai sumber dana adalah: a. Financial risk perusahaan meningkat sebagai akibat meningkatnya leverage. b. Batasan yang disyaratkan kreditur seringkali menyulitkan manajer.

2. Modal Sendiri

32

Menurut Riyanto (2001:240), adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan juga tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas. Dengan kata lain, modal sendiri merupakan modal yang dihasilkan atau dibentuk di dalam perusahaan atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas terdiri dari: a. Modal Saham Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagian pendapatan tetap atau dividen dari perusahaan serta kewajiban menanggung risiko kerugian yang diderita perusahaan. Orang yang memiliki sahham suatu perusahaan memiliki hak untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak suara yang dimilikinya. Semakin banyak persentase saham yang dimiliki, maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan. Saham dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu: 1) Saham Biasa (Common Stock) Menurut Skousen, Stice, dan Stice (2004:734), saham biasa adalah jenis saham yang merupakan jenis saham dasar perusahaan, memungkinkan pemegang saham untuk memiliki suara dan jumlah kepemilikan tertentu dalam perusahaan. Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemegang sahamnya

(pemiliknya) paling akhir (setelah pemegang saham preferen) dalam pembagian dividen sesuai dengan keadaan keuntungan yang dipeoleh perusahaan penerbitnya dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi setelah pemegang

33

saham preferen. Saham biasa ini mempunyai harga yang nilainya ditetapkan oleh perusahaan yang menerbitkan saham. Menurut organisasi.org saham biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang mempunyai fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspekaspek penting bagi perusahaan. Menurut Agung Purnawan saham biasa adalah saham dimana pemegang saham akan mendapatkan dividen pada akhir tahun pembukuan hanya jika perusahaan mendapat laba. Saham biasa mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: Mempunyai hak suara. Selalu mendapat pembagian laba setiap tahunnya. Dapat diperjual belikan. Bila ingin menambah modal relatif lebih mudah menjualnya. Disamping itu, saham biasa juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: Kurang mendapat prioritas dalam pembagian laba. Laba yang diterima tidak dapat diakumulasikan. Menurut Skousen, Stice, dan Stice (2004:874), dalam saham biasa terdapat beberapa hak-hak dari para pemegang saham, antara lain: Hak memberikan suara dalam pemilihan direksi dan menentukan kebijakan perusahaan. Hak mempertahankan proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan melalui pembelian saham yang baru diterbitkan oleh perusahaan.

34

2) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen adalah saham yang para pemegang sahamnya mempunyai prioritas terlebih dahulu dalam pembagian atas asset atau kekayaan perusahaan, bila perusahaan (emiten) dilikuidasi. Pemegang saham ini juga mempunyai pioritas pembagian dividen dalam jumlah tertentu sebelum dibagikan pada pemegang saham biasa sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan perusahaan penerbit. Menurut Skousen, Stice, dan Stice (2004:876)
Saham preferen adalah pemegang saham preferen melepaskan berbagai hak kepemilikan guna mendapatkan beberapa perlindungan yang biasanya dinikmati oleh kreditor.

Menurut oragnisasi.org saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih dibanding hak pemegang saham biasa. Menurut Agug Purnawan saham preferen adalah saham yang memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam pembagian dividen dan asset. Dalam kepemilikan saham preferen menurut Skousen, Stice, dan Stice (2004:876), ada beberapa hak-hak yang dilepas oleh pemegang saham preferen, yaitu: Hak suara. Hak pembagian keuntungan Dividen yang diterima jumlahnya tetap, oleh karena itu, apabila kinerja perusahaan sangat baik, maka pemegang saham tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Disamping hak-hak yang dilepas tersebut, menurut Dahlan Siamat (2004:268) pemegang saham preferen mempunyai beberapa hak istimewa, antara lain:

35

Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen (hak privileges). Hak untuk mempengaruhi manajemen terutama dalam pencalonan pengurus. Hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi, dan

Hak klaim terhadap kekayaan perusahaan.

b. Laba Ditahan (Retained Earning) Laba ditahan merupakan penahanan keuntungan yang mempunyai tujuan, maka disebut dengan cadangan. Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa tahun berjalan. Sedangkan penahanan keuntungan tersebut belum mempunyai tujuan tertentu, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan. Menurut Riyanto (2001:243):
Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan, dapat berupa sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.

Dengan adanya keuntungan akan memperbesar laba ditahan yang akan berarti akan memperbesar modal sendiri. Sebaliknya, kalau rugi maka akan memerkecil modal sendiri. Besarnya laba yang dimasukkan ke dalam laba ditahan ini tergantung pada besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu. Meskipun keuntungan yang diperoleh selama periode tertentu besar karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar keuntungan akan jadi dividen, maka laba ditahan akan kecil.

36

2.2 Risiko Keuangan (Financial Risk) Risiko keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:17) adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang. Risiko keuangan diakibatkan oleh transaksi-transaksi keuangan. Secara konseptual, pemegang saham akan menghadapi sejumlah risiko yang inheren pada operasi perusahaan. Jika sebuah perusahaan menggunakan utang, maka hal ini akan mengkonsentrasikan risiko bisnis pada pemegang saham biasa.

2.3 Leverage Merupakan penggunaan aset dalam sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban bunga) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan kata lain, leverage adalah penggunaan dana yang menuntut peningkatan untuk membayar biaya tetap.

2.4 Operating Leverage Menurut Brigham dan Houston (2006:12), operating leverage adalah tingkat sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan. Operating leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan dana dengan biaya tetap dengan harapan pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan dana tersebut dapat menutup biaya tetap dan biaya variabel.

37

2.5 Financial Leverage Keputusan pembiayaan mencakup alternatif sumber dana yang akan digunakan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dari segi struktur pembiayaan, suatu perusahaan dikatakan menggunakan financial leverage jika perusahaan tersebut menggunakan pinjaman atau hutang sebagai salah satu sumber pembiayaan selain modal sendiri. Penggunaan dana tersebut menimbulkan biaya tetap yaitu beban bunga, yang harus di bayar tanpa memperdulikan tingkat laba perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006:17), financial leverage adalah tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan. Menurut Garrison dan Noreen (2001:790), financial leverage merupakan pemerolehan aktiva dengan dana yang diperoleh dari kreditur atau pemegang saham preferen dengan tingkat pengembalian tertentu. Sedangkan definisi menurut Riyanto (2001:375), financial leverage adalah penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa atau earning per share. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan financial leverage berarti perusahaan memperoleh modal atau aktiva dengan dana yang berasal dari kreditur atau pemegang saham biasa dan preferen. Dana tersebut dapat berupa hutang yang harus dibayar sebesar pokok pinjaman dan bunganya. Selain itu, financial leverage merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan memperbesar pendapatan per lembar saham biasa atau earning per share (EPS)

38

atau dengan kata lain, financial leverage menguntungkan atau tidak dapat dilihat pengaruhnya pada laba per lembar saham (earning per share). Menurut Sartono (2001:263), financial leverage adalah penggunaan sumber yang dimiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Berdasarkan definisi tersebut, maka financial leverage mempunyai alasan untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Penggunaan financial leverage yang semakin besar membawa dampak positif bila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada bebannya keuangan yang dikeluarkan. Sedangkan dampak negatifnya penggunaan financial leverage yang semakin besar akan menyebabkan hutang semakin besar yang ditanggung perusahaan, yaitu beban tetap atau beban bunganya. Apabila perusahaan tidak memenuhi kewajibannya yang berupa beban bunganya, maka perusahaan akan mengalami kesulitan untuk menjalankan kegiatan usahanya. Financial leverage dapat dihitung dengan rasio hutang (debt ratio) sehingga financial leverage dapat dirumuskan sebagai berikut: Financial Leverage = Total Kewajiban Total Aktiva

39

2.6 Return on Equity Return on equity (ROE) menurut Garrison dan Noreen (2001:789) adalah, membagi earning after tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan rata-rata ekuitas yang dimiliki oleh pemegang saham biasa pada tahun tersebut. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2002:122), ROE adalah ukuran pengembalian yang diperoleh para pemilik (baik pemegang saham biasa dan saham preferen) atas investasi mereka di perusahaan. Menurut Sartono, (2001:124), Return on equity adalah rasio yang mengukur kemampuan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Dengan demikian ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mengalokasikan laba bagi para pemegang saham atas modal yang telah ditanamkan oleh para pemegang saham tersebut. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi keuntungan para investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut. Return on equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE = EAT Modal Sendiri

2.7 Earning per Share Menurut Mayo (2004: 192) earning per share (EPS) is available to common stockholders divided by number of common share outstanding.

40

Menurut Garrison dan Noreen (2001:787), Earning per share (EPS) adalah membagi earning after tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar selama satu tahun. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2002:123), Earning per share (EPS) adalah jumlah uang yang dihasilkan oleh oleh setiap lembar saham biasa yang dimiliki oleh pemegang saham. Dari definisi diatas, maka earning per share (EPS) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham yang telah berpartisipasi dalam perusahaan, maka EPS menunjukkan laba per saham yang diperhatikan oleh para investor. EPS merupakan pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa setiap lembar saham biasa yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, maka hal ini menunjukkan semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Earning per share dapat dirumuskan sebagai berikut: EPS = Laba Bersih/EAT Jumlah Saham Biasa yang Beredar

2.8 Pengaruh Financial Leverage terhadap ROE Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2000: 54) financial leverage merupakan pembiayaan sebagian dari asset (harta) perusahaan dengan surat berharga

41

dengan tingkat pengembalian yang nilainya tetap dengan harapan meningkatkan pendapatan para pemegang saham. Perusahaan yang menggunakan financial leverage berharap keuntungan yang akan diterima dari penggunaan dana kegiatan pembiayaan tersebut lebih besar dari beban tetap yang akan mereka tanggung dari penggunaan dana tersebut. Pada kondisi yang bagus atau stabil, penggunaan financial leverage dapat memberikan pengaruh positif berupa peningkatan ROE. Hal ini dikarenakan tingkat pengembalian terhadap laba operasi perusahaan lebih besar dari pada beban tetapnya. Sedangkan penggunaan financial leverage dapat memberikan pengaruh negatif berupa penurunan ROE, bila hal tersebut digunakan pada kondisi ekonomi yang kurang stabil. Pengaruh negatif ini disebabkan tingkat pengembalian investasi terhadap laba perusahaan kecil dan ditambah beban bungan yang harus dibayar, maka penggunaan financial leverage dapat menimbulkan risiko keuangan perusahaan.

2.9 Pengaruh Financial Leverage terhadap EPS Penggunaan financial leverage bagi suatu perusahaan diharapkan mampu meningkatkan earning per share (EPS). Bagi perusahaan yang mampu menanggung beban bunga dari penggunaan hutang, maka penggunaan financial leverage dinilai dapat meningkatkan EPS. Sedangkan bagi yang tidak mampu menanggung beban tetapnya, maka dinilai tidak perlu menggunakan financial leverage. Menurut Riyanto (2001:375), penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa (EPS)

42

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa penggunaan financial leverage dapat meningkatkan dan juga menurunkan besarnya EPS suatu perusahaan. Semua tergantung bagaimana perusahaan mampu mengelola hutangnya dan mampu mengatasi risiko yang muncul dari penggunaan hutang tersebut.

2.10 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan memerlukan modal dalam menjalankan usahanya. Modal bagi perusahaan bisa didapatkan melalui dua sumber modal, yaitu sumber intern dan sumber ekstern. Modal terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Yang termasuk modal asing adalah hutang jangka pendek, hutang jangka menengah, dan hutang jangka panjang. Modal sendiri terdiri dari modal saham dan laba ditahan. Salah satu cara untuk meningkatkan modal perusahaan adalah dengan penggunaan financial leverage. Financial leverage merupakan penggunaan hutang atau tambahan pembiyaan yang mempunyai beban tetap berupa beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan penggunaan financial leverage diharapkan perusahaan dapat meningkatkan pendapatannya. Dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan

menggunakan financial leverage, maka earning per share (EPS) dan return on equity (ROE) perusahaan akan dapat meningkat. Dengan meningkatnya ROE dan EPS perusahaan akan dapat menarik perhatian para investor untuk membeli saham dari perusahaan tersebut dan hal ini akan sangat menguntungkan bagi perusahaan.

43

Dalam skripsi ini penulis akan membahas mengenai analisis pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE) dan earning per share (EPS). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analis regresi linear sederhana, analisis korelasi, pengujian hipotesis, dan analisis determinasi.

44

2.11 Skema Kerangka Pemikiran Perusahaan

Sumber Modal

Modal Sendiri

Modal Asing

Hutang Laba Ditahan Saham Financial Leverage

Return on Equity Analisis Regresi, Korelasi, Uji Hipotesis, Koefisien Determinasi Ada atau tidak ada pengaruh financial leverage dengan return on equity

Earning Per Share Analisis Regresi, Korelasi, Uji Hipotesis, Koefisien Determinasi Ada atau tidak ada pengaruh financial leverage dengan earning per share

45

BAB III METODOLOGI PE ELITIA

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia. Menurut Kuncoro (2001:23), Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Sedangkan data sekunder menurut Kuncoro (2001:25) adalah data yang diperoleh dengan pengumpulan data original oleh pihak lain yang digunakan untuk penelitian. Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dari

46

perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mencoba menganalisis ada atau tidak adanya pengauh financial leverage terhadap Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006.

3.2 Populasi dan Sampel Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berada di Indonesia dan telah listing sebelum tahun 2002. Sedangkan sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tiga perusahaan dari empat perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berada di Indonesia.

3.3 Jenis Data Jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari: 1. Bidang usaha 2. Sejarah perusahaan 3. Laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi

47

3.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Lapangan Merupakan cara untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan untuk menganalisis objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi dari masing-masing perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2002-2006 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia (PRPM BEI). 2. Studi Kepustakaan Merupakan pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku ilmiah dan sumber data lainnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai teori dan pendapat para pakar yang akan digunakan dalam menganalisis penelitian ini.

3.5 Variabel Penelitian Terdapat dua variable dalam penelitian ini, yaitu: Dimensi Variabel 1. Variabel Bebas Adalah variabel yang terjadi dan merupakan pendugaan dari adanya sebab yang diperkirakan Financial Leverage X Total Kewajiban (debt) Indikator Indukator

48

2. Variabel Tidak Bebas Adalah variabel yang terjadi kemudian akibat yang diperkirakan atau variabel yang diduga nilainya. ROE EPS Y1 Y2 EAT Equity Saham beredar atau outstanding stock

3.6 Teknik Analisis Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Analisis Financial Leverage Analisis financial leverage adalah analisis yang dilakukan untuk melihat besarnya perbandingan antara total hutang dengan total aktiva selama lima tahun daru tahun 2002 sampai 2006 dari setiap masing-masing perusahaan. Rumus yang digunakan adalah: Financial Leverage = Total Kewajiban Total Aktiva 2. Analisis ROE Analisis ROE adalah analaisis yang dilakukan untuk mengukur tingkat pengembalian yang akan diperoleh pemilik dari modal perusahaan selama lima tahun dari tahun 2002 sampai 2004 dari setiap masing-masing perusahaan. Rumus yang digunakan adalah:

49

ROE =

EAT Modal Sendiri

3. Analisis EPS Analisis EPS adalah analisis yang dilakukan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa bagi para pemegang saham selama lima tahun dari tahun 2002 sampai 2004 dari setiap masing-masing perusahaan. Rumus yang digunakan adalah: EPS = Laba Bersih/EAT Jumlah Saham Biasa yang Beredar

3.7 Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap ROE dan EPS Dalam penelitian ini penulis dalam menganalisis pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS menggunakan analisis korelasi sederhana, analisis regresi linear sederhana, uji koefisien regresi, pengujian hipotesis, dan analisis determinasi. 1. Analisis Korelasi Sederhana Analisis korelasi sederhana adalah suatu teknik statistika yang dilakukan untuk mengukur keeratan hubungan atau korelasi antara dua variabel. Tujuan dari analisis korelasi sederhana adalah untuk menentukan seberapa erat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel X dan Y. Keeratan antara dua variabel tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi yang dilambangkan dengan huruf r. Menurut Suhardi dan Purwanto (2004:461), rumus yang dapat digunakan adalah:

50

r=

n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2]

Dimana: r = Nilai koefisien korelasi X = Jumlah pengamatan variabel X Y = Jumlah pengamatan variabel Y XY = Jumlah hasil perkalian variabel X dan Y X2 = Jumlah pengkuadratan dari variabel X Y2 = Jumlah pengkuadratan dari variabel Y (X)2 = Jumlah hasil pengamatan variabel X dikuadratkan (Y)2 = Jumlah hasil pengamatan variabel Y dikuadratkan n = Jumlah tahun penelitian r dalam analisis korelasi sederhana dapat diartikan: a. Bila r = -1, disebut linear sempurna negatif, yang berarti mempunyai hubungan yang kuat negatif atau korelasi negatif antara variabel X dengan variabel Y. b. Bila r = +1, disebut linear sempurna positif, yang berarti mempunyai hubungan yang kuat positif atau korelasi positif antara variabel X dengan variabel Y. c. Bila mendekati 0, hubungan antara variabel X dengan variabel Y sangat lemah atau mungkin tidak ada hubungan sama sekali. 2. Analisis Regresi Linier

51

Analisis regresi linier adalah analisis yang dilakukan untuk membangun persamaan yang menghubungkan antara Y (variabel tidak bebas) dengan X (variabel bebas) yang bertujuan untuk menentukan nilai ramalan atau dugaan, dimana perubahan X mempengaruhi Y tetapi tidak sebaliknya. Persamaan yang menyatakan bentuk hubungan antara variabel X dan variabel Y disebut dengan persamaan regresi. Menurut Supranto (2001:183), rumus yang dapat digunakan adalah: Y = a + bX

Untuk mencari nilai a dan b dapat menggunakan rumus: a = (Y) n b (X) n b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2

Dimana: a = Intercept, yaitu bilangan konstanta yang berarti rata-rata niai variabel Y sama dengan a jika x = 0. b = Slope atau kemiringan garis, yaitu perubahan rata-rata pada Y untuk setiap unit pada variabel X. Y = Nilai dugaan dari variabel Y berdasarkan nilai X yang diketahui X = Variabel bebas 3. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis

52

Uji koefisien regresi dan pengujian hipotesis adalah pengujian yang dilakukan untuk menentukan apakah sebiknya menolak atau menerima hioptesis atas penelitian yang dilakukan oleh penulis. Untuk melakukan pengujian terhadap koefisien regresi digunakan uji t hitung. Rumus yang dapat digunakan adalah: t0 = b x2 Se Dimana nilai Se besarnya dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut:

y2 b2 x2 Se = n-2

Dimana: t0 = t hitung Se = Standar error Pengujian hipotesis B (koefisien regresi), mempunyai langkah untuk sebagai berikut: a. Menetapkan Hipotesis Hipotesis antara financial leverage dan return on equity (ROE) H01: B1 = 0, tidak terdapat pengaruh antara financial leverage terhadap ROE. Ha1: B1 0, terdapat pengaruh antara financial leverage terhadap ROE.

53

Hipotesis antara financial leverage dan earning per share (EPS) H02: B2 = 0, tidak terdapat pengaruh antara financial leverage terhadap EPS. Ha2: B2 0, terdapat pengaruh antara financial leverage terhadap EPS. b. Penetapan tingkat signifikan (). Besarnya dalam penelitian ini adalah 0,05. c. Menetapkan t tabel dimana t tabel tersebut adalah dengan menguji nilai taraf nyata (/2) dengan derajat bebas (df) = n k. Dimana n adalah jumlah tahun dan k adalah jumlah variabel, yaitu variabel X dan variabel Y. d. Membuat kesimpulan Jika t0 > t,, atau jika t0 < -t, maka H0 ditolak (Ha diterima), artinya ada pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS. Jika ta t0 ta, maka H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS. 4. Analisis Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi adalah analisis yang dilakukan untuk

menunjukkan bagian dari keragaman total variabel Y yang dapat diterangkan atau diperhitungkan oleh keragaman variabel X. Jadi koefisien determinasi adalah kemampuan variabel X mempengaruhi variabel Y. Menurut Suhardi dan Purwanto (2004:465), rumus yang digunakan untuk melakukan analisis koefisien determinasi adalah:

54

r2 =

[n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2]

3.8 Definisi Operasional Merupakan pernyataan yang berkaitan dengan pengukuran yang ditekankan pada sifat-sifat konsep yang dapat diamati dan dapat diukur. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Financial Leverage Merupakan proporsi yang menggambarkan seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman atau rasio total hutang (debt) terhadap total aktiva (total asset). 2. Total Hutang (total debt) Merupakan total kewajiban yang dimiliki perusahaan. 3. Total Aktiva (total asset) Merupakan total aktiva yang dimiliki perusahaan. 4. Return on Equity (ROE) Merupakan rasio laba bersih setelah dikurangi pajak dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengembalian bersih yang tersedia bagi pemegang saham. 5. Earning per Share (EPS)

55

Merupakan laba yang tersedia untuk dibagikan kepada pemegang saham biasa yang dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi pajak dengan jumlah saham yang beredar.

56

BAB IV PE YAJIA DATA DA A ALISIS HASIL PE ELITIA

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 PT Aneka Tambang Tbk. 4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dengan pengalaman 4 dekade lebih sejak 1968, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) merupakan perusahaan perseroan terbatas Indonesia, yang bergerak di bidang proses pertambangan seperti, eksplorasi, penambangan, peleburan, dan pengilangan melalui pemasaran. Produk utama Antam adalah ferronickel, nikel, emas, perak, dan bauksit.

57

Kepemilikan 35% Antam dipegang oleh publik, yang mayoritas intitusi asing, yang telah memegang Antam untuk beberapa tahun. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Austarlia, Antam adalah satu dari sedikit perusahaan Indonesia yang terdaftar di bursa efek di luar Indonesia yang dimana harus memenuhi standar internasional dari pemerintahan. Walaupun 65% Antam dipegang oleh pemerintah, Antam tidak

dijalankan oleh birokrat. Tujuan utama Antam adalah menghasilkan nilai dari pemegang saham. Pada umumnya, pendekatan Antam untuk meningkatkan nilai pemegang saham adalah dengan merendahkan biaya sementara mengembangkan operasi keuntungan secara terus menerus. Antam menawarkan kesempatan jangka panjang kepada investor potensial dan partner kerjasama. Antam mempunyai kekuatan, fokus, manajemen yang berorientasi ke masa depan dan orang-orang yang mempunyai kemampuan; produk berkualitas tinggi dan konsumen setia jangka panjang; catatan yang membuktikan prestasi yang menguntungkan; dan prospek masa depan yang baik dengan kualitas mineral yang sangat banyak yang masih perlu dikembangkan.

4.1.1.2 Kegiatan Perusahaan Antam sedang menjalankan satu tambang nikel dan tiga peleburan ferronickel di Sulawesi Tenggara, tiga tambang nikel di Maluku Utara, satu tambang emas dan satu peleburan emas di Jawa Barat, satu tambang bauksit di Riau dan satu penyulingan metal di Jakarta.

58

Di tahun 2007, sejalan dengan peningkatan produksi dari ferronickel dan bijih nikel, dan juga dengan harka komoditas yang lebih tinggi, penjualan meningkat sebesar 113% menjadi Rp12,008 milyar dari Rp5,629 milyar di tahun 2006. produksi feronikel meningkat 28% dan dicatat peningkatan 48% dalam penjualan Antam. Permintaan yang tinggi akan bijih nikel meningkatkan ekspor sebesar 63% dan berpengaruh 41% dari penjualan Antam. Dengan peningkatan penjualan nikel, segmen nikel berkontribusi 89% dari total penjualan Antam di tahun 2007, dibandingkan di tahun 2006 sebesar 84%. Total penjualan dari segmen nikel berjumlah Rp10,687 milyar, meningkat 126% dibandingkan pada tahun 2006. Walaupun produksi emas turun ke tingkat yang lebih rendah, penjualan dari emas meningkat 50% ssejalan dengan aktivitas perdagangan emas yang dihasilkan oleh perusahaan penyulingan logam, Logam Mulia milik Antam. Seperti penjualan emas, penjualan dari perak juga meningkat, dan termasuk penghasilan dari Logam Mulia, pendapatan dari segmen emas meningkat 68% menjadi Rp1,163 milyar. Segmen nikel dan emas menghasilkan 99% dari total penjualan Antam. Program eksporasi Antam dikelola dan dilaksanakan oleh Unit Geologi Perusahaan. Aktivitas eksplorasi meliputi ekplorasi geologikal, investigasi geofisikal, survey, pengeboran, analisis laboratorium, pemrosesan data, dan mengatur izin yang dibutuhkan dari investigasi umum untuk tahap pengambilan. Pelatihan yang tinggi dan dengan pengalaman yang banyak, jasa dari Unit Geologi adalah mencari baik perusahaan eksplorasi domestik maupun internasional yang ingin meningkatkan kesempatan mereka dalam membuat penemuan.

59

Antam memiliki banyak izin menambang mencakup lebih dari 1.3 juta hektare di Indonesia, yang memberikan potensi penting untuk mengembangkan tambang baru dan memroses fasilitas. Untuk mengembangkan area yang luas, Antam membutuhkan modal yang besar dan dalam beberapa kasus tehnik serta teknologi terbaru dalam penambangan dan pemrosesan logam. Selain itu, bagian penting dari strategi Antam untuk menjadi perusahaan tambang kelas dunia di tahun 2010 ada untuk membuat kerjasama stratejik dengan perusahaan pertambangan global. usaha eksplorasi dari Unit Geologi Antam. Tanggung jawab pribadi untuk penemuan di Pongkor pada tahun 1988, Unit Geologi juga bekerja bersama dengan mitra kontrak kerja dan mitra joint venture Antam untuk menciptakan sinergi dan membuat penemuan serta mengembangkan tambang. Seringkali strategi ini terealisasi melalui

4.1.1.3 Produk Perusahaan Aneka Tambang berarti bermacam-macam tambang dan Antam mempunyai bermacam-macam jenis produk dari tambang di seluruh kepulauan Indonesia. Keaneka ragaman produk ini membuat Antam dapat bertahan dari harga komoditas yang berubah-ubah, menyeimbangkan tren yang sedang menurun dari satu tambang dengan kenaikan yang lainnya. Perbedaan ini tidak menyebabkan tenaga kerja dan sumber modal menjadi sedikit penyebarannya sebagaimana berjalan sebagai strategi bisnis unit independent, menguntungkan dari pengalaman menambang 40 tahun. Produk utama Antam terdiri dari: Nikel, Ferronikel, Emas dan Perak, jasa penyulingan logam, Bauksit dan pasir besi.

60

1. Bijih Nikel Bijih nikel merupakan salah satu produk penting Antam. Antam memproduksi dan mengekspor bijih nikel tingkat tinggi dengan minimal 1.8% kandungan nikel dan maksimal 25% kandungan besi (saprolite) dan bijih nikel tingkat rendah dengan 1.2% kandungan nikel minimal (limonite) dan minimal 25% kandungan besi. Tambang bijih nikel Antam terdapat di Pomalaa, Gee, Tanjung Buli and Mornopo. Pomalaa, Sulawesi Tenggara, adalah tambang nikel tertua Antam telah hampir habis. Gee, Tanjung Buli, dan Mornopo berlokasi di Maluku Utara. 2. Ferronikel Produk terproses yang saat ini diproduksi oleh Antam dalam jalur bisnis nikel adalah ferronickel, yang mana mengandung sekitar 80% besi dan 20% nikel. Ferronikel Antam, yang dibedakan menjadi mengandung tingkat karbon tinggi atau rendah, dijual dalam bentuk batangan atau butiran kepada produsen baja anti karat umumnya di Eropa, Korea, dan Taiwan. Sekitar 70% nikel dikonsumsi untuk produksi baja anti karat. 3. Emas dan Perak Produksi emas dan perak utama Antam diambil dari tambang emas Antam di Pongkor, Jawa Barat, satu-satunya tambang emas bawah tanah Indonesia. Berlokasi di Taman Nasional Gunung Halimun, sekitar 90km dari Jakarta, luas permukaan area sekitar 4,058 ha. Indikasi adanya endapan emas di Pongkor ditemukan oleh Unit

Geologi Antam pada tahun 1981, dan produksi dimulai pada Mei 1994 setelah izin menambang Antam disahkan pada tahun 1992.

61

Tambang Pongkor memiliki tiga vena utama dari emas, yang semuanya telah di tambang pada tahun 2003: Ciguha, Kubang Cicau, dan Ciurug. 4. Jasa Penyulingan Logam Penyulingan logam milik Antam, Logam Mulia, menyuling emas dan perak dari Pongkor menjadi emas mulia dan juga perak mulia sebagai produk sampingan dari proses penyulingan. Produk emas mulia dan perak mulia dari Logam Mulia sesuai dengan standar kemurnian internasional yaitu 999.9 untuk emas dan 999.5 untuk perak dan disertifikati oleh London Bullion Market Association (LBMA). 5. Bauksit dan Pasir Besi Bauksit, bahan baku untuk produksi Almunium, pertama kali ditemukan tahun 1924 di Kijang, Pulau Bintan, Provinsi Riau, di barat laut Indonesia. Bauksit dari Pulauu Bintan telah ditambang dan diekspor sejak tahun 1935. Di tahun 1968 Antam mengakuisisi tambang tersebut. Antam mengekspor Bauksit kepada produsen Almunium di Jepang dan Cina dengan volume sekitar 1 -1.5 juta wmt per tahun. Pasir besi bukan merupakan produk penghasil uang untuk Antam. Target produksi pasir besi Antam telah merosot sejak puncaknya 450.000 ton di tahun 1999 sejalan dengan menurunnya permintaan dari industri semen lokal.

4.1.2 PT International ickel Indonesia Tbk. 4.1.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pada tahun 1937, Seorang ahli geologi INCO LIMITED bernama Flat Elves diundang oleh sebuah perusahaan eksplorasi Belanda untuk melanjutkan studi endapan

62

nikel laterit di Sulawesi yang pernah dilakukan oleh seorang Belanda bernama Kruyt pada tahun 1901. Ia mengunjungi Sorowako. Mengetahui adanya endapan nikel laterit di Soroako, pemerintah Indonesia melakukan survey geologi yang komperhensif atas endapan di pulau Sulawesi tersebut pada tahun 1966. Pada tahun 1967, pemerintah Indonesia mengundang peusahaan-perusahaan dari seluruh dunia untuk mengajukan proposal bagi eksplorasi dan pengembangan endapan nikel di Soroako tersebut. PT International Nickel Indonesia Tbk (Inco) adalah perusahaan yang terpilih untuk melakukan eksplorasi dan pengembangan endapan nikel di Soroako tersebut. PT Inco memulai usahanya di Indonesia pada tahun 1968, tepatnya pada tanggal 25 Juli 1968 setelah akta pendirian disahkan. Dalam kurun waktu 1968-1973, PT Inco telah melakukan eksplorasi dan studi kelayakan di Indonesia. Daerah eksplorasi mulamula seluas 6,6 juta hektar yang mencakup beberapa bagian dari tiga provinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Contoh bijih dari Sulawesi dalam jumlah besar pertama sebanyak 50 ton dikirim ke fasilitas riset INCO Kanada di Port Colborne, Ontario pada tahun 1970. Sebuah pabrik Pereduksi-Pelebur baru dalam skala kecil menunjukkan bahwa bahan dari Sorowako dapat diolah dengan hasil yang memuaskan. Pada tahun 1976, 10.000 tenaga kerja Indonesia dan 1.000 tenaga asing dipekerjakan membangun fasilitas-fasilitas pengolahan nikel dan pembangkit tenaga, bersama dengan jalan-jalan, perkotaan, pelabuhan, lapangan udara serta sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan. Tanggal 1 April 1978, PT Inco mulai berproduksi secara komersial di Indonesia.

63

Pada tahun 1988, INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT Inco yang dimilikinya kepada Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., dari Jepang dan pada 16 Mei 1990 INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT Inco yang dimilikinya kepada publik dan dicatatkan pada bursa-bursa efek di Indonesia. INCO LIMITED tetap memiliki 58,19 persen saham PT Inco. Sejak tahun 2000, PT Inco telah meningkatkan produksi sebesar 30 persen menjadi 130,5 juta pon nikel dalam matte, sejalan dengan rencana Perseroan untuk mencapai kapasitas yang diperluas sebesar 150 juta pon produksi per tahun. PT Inco menyelesaikan penelitian dan rekayasa atas presipitator elektrostatis Tanur Pengering No.2 yang dirancang untuk mengurangi keseluruhan emisi debu pabrik lebih dari 40 persen. Tahun 2003, PT Inco membangun daerah penambangan baru di Petea (sebelah Timur Danau Matano, berdekatan dengan wilayah timur penambangan bijih (ore body) PT Inco). Petea memiliki lima juta ton cadangan mineral terbukti dengan kualitas 1,81% nikel dan 24 juta ton cadangan mineral terduga dengan kualitas 1,78% nikel. Investasi yang dialokasikan sebesar US$11.8 juta. PT Inco telah menandatangani perjanjian dengan PT Aneka Tambang (Antam) untuk bersama-sama membangun daerah kontrak di Sulawesi Tenggara. PT Inco akan menambang bijih saprolitik di wilayah timur Pomalaa, sementara Antam akan melakukan proses peleburan (smelting).

64

Saat ini PT Inco telah berhasil memasang teknologi Bag House System di seluruh tanur listrik yang dimiliki. Alat ini mampu mengurangi emisi debu tanur listrik hingga berada di bawah ambang batas ketentuan pemerintah.

4.1.2.2 Kegiatan Perusahaan Endapan nikel laterit di Soroako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara. Operasi penambangan nikel PT Inco di Soroako digolongkan sebagai tambang terbuka dengan tahapan sebagai berikut: 1. Pemboran Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut 2. Pembersihan dan Pengupasan Pembersihan dan pengupasan lapisan tanah penutup setebal 10 - 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang. 3. Penggalian Penggalian lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke stasiun penyaringan. 4. Pemisahan

65

Pemisahan bijih di stasiun penyaringan berdasarkan ukurannya. Produk akhir hasil penyaringan bijih tipe Timur adalah -6 inci, sedangkan produk akhir bijih tipe Barat adalah 4/-2 inci. 5. Penyimpanan Penyimpanan bijih yang telah disaring di suatu tempat tertentu untuk pengurangan kadar air secara alami, sebelum dikonsumsi untuk proses pengeringan dan penyaringan ulang di pabrik. 6. Penghijauan Penghijauan lahan-lahan purna tambang. Dengan metode open cast mining yang dilakukan sekarang, dimana material dari daerah bukaan baru, dibawa dan dibuang ke daerah purna tambang, untuk selanjutnya dilakukan landscaping, pelapisan dengan lapisan tanah pucuk, pekerjaan terasering dan pengelolaan drainase sebelum proses penghijauan/penanaman ulang dilakukan. Pengolahan Nikel Pabrik pengolahan PT Inco di Soroako mempunyai kapasitas produksi 72.500 ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut: Pengeringan di Tanur Pengering Bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan 25 mm. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi

66

Untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Peleburan di Tanur Listrik Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan terak. Pengkayaan di Tanur Pemurni Untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen. Granulasi dan Pengemasan Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Nikel dan Lingkungan PT Inco memiliki dedikasi untuk memajukan usaha pelestarian lingkungan. Program-program Pemeliharaan Produk dari Inco. Inco's Product Stewardship programs diarahkan oleh pengetahuan PT Inco tentang industri dan pemahaman zat-zat yang terkandung dalam nikel, yang mencakup hal-hal berikut: Nikel merupakan logam yang terbentuk dari proses alam. Peran PT Inco sebagai penghasil nikel adalah menambang nikel dari lingkungan alamnya dan mengolahnya menjadi produk-produk yang bermanfaat bagi para pelanggan maupun masyarakat. Nikel dapat didaur-ulang dan dapat digunakan serta digunakan-kembali tanpa degradasi atau penghilangan zat-zat intrinsiknya sebagai pertimbangan penting

67

bagi pembangunan yang berkelanjutan. PT Inco merupakan partisipan aktif dalam upaya pendaur-ulangan nikel. Beragamnya produk dan pengolahan yang menggunakan nikel terbukti memberikan berbagai manfaat penting, baik bagi lingkungan maupun bagi masyarakat. PT Inco memiliki komitmen untuk menghasilkan dan mendistribusikan produkproduk bermutu dengan cara yang aman dan baik bagi lingkungan.

4.1.2.3 Produk Perusahaan Produk PT Inco adalah nikel dalam matte, sebuah produk setengah jadi yang diolah dari bijih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan terpadu dekat Sorowako, Sulawesi. Nikel dalam granul matte mengandung 78 persen nikel, 20 persen sulfur dan 2 persen lagi adalah cobalt. Seluruh hasil produksi PT Inco dijual dalam mata-uang Dolar Amerika Serikat berdasarkan kontrak jangka panjang untuk dimurnikan di Jepang, berdasarkan standar harga London Metal Exchange (LME). 4.1.3 PT Timah Tbk. 4.1.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di Indonesia ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur.

68

Di masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial "Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW). Di Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB) dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij (NV SITEM). Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, tiga perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambangtambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara dan BPU tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah. Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero). Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council (ITC) sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan dalam kurun 1991-1995, yang meliputi program-program reorganisasi, relokasi Kantor

69

Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta penglepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan. Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan sebagian. PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar modal Indonesia dan internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding company) dan memperluas cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan perdagangan. Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan.

4.1.3.2 Kegiatan Perusahaan

70

PT Timah (Persero) Tbk merupakan perusahaan tambang timah yang beroperasi secara terintegrasi, dimulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan hingga pemasaran dan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan. Eksplorasi Mulai tahun 1996, perusahaan menggunakan peralatan berteknologi modern yaitu Global Positioning System (GPS) untuk melengkapi fasilitas kegiatan dan aktifitas eksplorasi. Hal ini sangat membantu meningkatkan efisiensi dan keakuratan dari pemetaan dan pengukuran. Data dari tes laboratorium dan GPS disimpan di dalam komputer untuk memproduksi dan menghasilkan peta geologis yang sangat tinggi keakuratannya bagi pertambangan yang sistematis dan efisien. Penambangan Lepas Pantai Perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun. Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya

71

selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal 70-72% Sn. Penambangan Darat Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump).Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja Sama. Pengolahan Untuk meningkatkan kadar bijih timah atau konsentrat yang berkadar rendah, bijih timah tersebut diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (Washing Plant). Melalui proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari 20 - 30% Sn menjadi 72% Sn untuk memenuhi persyaratan peleburan. Proses peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk

72

mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah. Peleburan Perusahaan mengoperasikan 8 tanur dan 2 single stage furnace (SSF), 7 tanur berada di daerah Mentok, Bangka dan 1 tanur berada di daerahKundur. Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer.

4.1.3.3 Produk Perusahaan Produk yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau batangan dengan skala berat antara 16 kg sampai dengan 26 kg per batang. Produk yang dihasilkan juga dapat dibentuk sesuai permintaan pelanggan (customize) dan mempunyai merek dagang yang terdaftar di London Metal Exchange (LME).. Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam timah. Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan, Cina dan Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia serta Amerika dan Kanada. Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor sedangkan untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta.

73

Tipe pembeli logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user) seperti pabrik atau industri solder serta industri pelat timah serta pedagang besar (trader). Produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar internasional dan terdaftar dalam pasar bursa logam di London (London Metal Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and analysis certificate) yang berstandar internasional dan berpedoman kepada standar produk yang ditetapkan oleh London Metal Exchange (LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam. Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas kualitas dan bentuknya. A. Berdasarkan kualitas produk dapat dibedakan atas: Banka Tin (kadar Sn 99.9%) Mentok Tin (kadar Sn 99,85%) Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%)

B. Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas: Banka Small Ingot Banka Tin Shot Banka Pyramid Banka Anoda

74

4.2 Analisis Data dan Pembahasan Dalam analisis data dan pembahasan ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang telah penulis lakukan mengenai analisis financial leverage, analisis return on equity (ROE), analisis earning per share (EPS), analisis pengaruh financial leverage terhadap return on equtiy, dan analisis pengaruh financial leverage terhadap earning per share dari PT Aneka Tambang Tbk, PT International Nickel Indonesia Tbk, dan PT Timah Tbk. 4.2.1 PT Aneka Tambang Tbk. 4.2.1.1 Analisis Financial Leverage
TABEL 1 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Financial Leverage (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Leverage (%) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp 843.862.593 Rp 2.525.025.597 Rp 4.326.844.058 Rp 6.042.567.861 Rp 6.402.714.128 Rp 7.290.905.515 33,42 58,78 58,99 52,68 41,27 Rp 2.543.331.703 Rp 3.564.425.577 Rp 3.373.068.629 Rp 3.009.300.105 Perubahan Hutang (%) 201,39 40,15 -5,37 -10,78 Perubahan Aktiva (%) 71,36 39,65 5,96 13,87 Perubahan Financial Leverage (%) 75,88 0,36 -10,7 -21,66

Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat financial leverage dari PT Aneka Tambang Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang fluktuatif. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi pada

75

tahun 2004, yaitu sebesar 58,99%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 33,42%. Di tahun 2003 terjadi kenaikan financial leverage yang cukup besar yaitu sebesar 75,88%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah hutang yang sangat besar dari tahun 2002 yang hanya Rp 843.862.593.000 menjadi Rp 2.543.331.703.000 di tahun 2003 atau sebesar 201,39%. Di tahun 2004 kenaikan financial leverage hanya sebesar 0,36%. Hal ini dikarenakan persentase kenaikan jumlah hutang dan jumlah aktiva tidak berbeda terlalu jauh, yaitu 40,15% untuk jumlah hutang dan 35,65% untuk jumlah aktiva. Karena penurunan jumlah hutang di tahun 2005 yang menjadi Rp 3.373.068.629.000 atau sebesar 5,37% dari tahun sebelumnya dan meningkatnya jumlah aktiva menjadi Rp 6.402.714.128.000 atau sebesar 5,96% dari tahun sebelumnya, maka financial leverage mengalami penurunan sebesar 10,70% menjadi 52,86% di tahun 2005. Pada tahun 2006, financial leverage kembali mengalami penurunan karena disebabkan oleh hal yang sama seperti pada tahun 2005, yaitu menurunnya jumlah hutang dan meningkatnya jumlah aktiva. Hal ini menyebabkan financial leverage turun sebesar 21,66% menjadi 41,27% dari tahun sebelumnya sebesar 52,68%.

4.2.1.2 Analisis Return On Equity (ROE)


TABEL 2 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Return On Equity

76

(Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return On Equity (%) 10,59 12,70 32,57 27,79 36,27 Perubahan Laba Bersih (%) 27,70 256,26 4,32 84,43 Perubahan Ekuitas (%) 6,45 38,95 22,25 41,32 Perubahan ROE (%) 19,97 156,40 -14,67 30,50

2002 2003 2004 2005 2006

Rp Rp Rp Rp

177.402.974 226.550.749 807.108.655 841.935.961

Rp 1.675.475.974 Rp 1.783.511.688 Rp 2.478.140.709 Rp 3.029.642.904 Rp 4.281.602.475

Rp 1.552.777.307

Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat ROE dari PT Aneka Tambang Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 36,27%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 10,59%. Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 32,57% dari 12,70% di tahun 2003 atau mengalami kenaikan sebesar 156,40%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT Aneka Tambang Tbk yaitu sebesar 256,56% dari Rp 226.550.749.000 di tahun 2003 menjadi Rp 841.935.961.000 di tahun 2004. Setelah kenaikan ROE yang sangat tinggi di tahun 2004, pada tahun 2005 ROE dari PT Aneka Tambang Tbk mengalami penurunan sebesar 14,67% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan yang lebih besar pada jumlah ekuitas dibandingkan peningkatan pada laba bersih. Pada tahun 2006, ROE PT Aneka Tambang Tbk kembali mengalami kenaikan. Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan yang cukup besar pada laba bersih

77

perseroan, yaitu sebesar 84,43%. Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan ROE sebesar 30,50% dari tahun 2005.

4.2.1.3 Analisis Earning Per Share (EPS)


TABEL 3 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Earning Per Share (Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share) Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Beredar (lembar) 1.907.691.949 1.907.691.949 1.907.691.949 1.907.691.949 1.907.691.949 Earning Per Share Rp 92,99 Rp 118,76 Rp 423,08 Rp 441,34 Rp 813,95 Perubahan Laba Bersih (%) 27,70 256,26 4,32 84,43 Perubahan Jumlah Saham (%) 0,00 0,00 0,00 0,00 Perubahan EPS (%) 27,70 256,26 4,32 84,43

2002 2003 2004 2005 2006

Rp Rp Rp Rp

177.402.974 226.550.749 807.108.655 841.935.961

Rp 1.552.777.307

Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat EPS dari PT Aneka Tambang, Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp 813,95. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar Rp 92,99. Pada tahun 2003, EPS dari PT Aneka Tambang Tbk mengalami peningkatan dari Rp 92,99 menjadi Rp 118,76 atau meningkat sebesar 27,70 %. Sementara itu jumlah saham beredar tindak terjadi perubahan sama sekali.

78

Kenaikan tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 256,26% dari Rp118,76 di tahun 2003 menjadi Rp 423,08 di tahun 2004. Kenaikan tersebut dikarenakan oleh peningkatan laba bersih perseroan pada tahun 2004 sebesar 256,26%. Peningkatan laba yang tidak terlalu tinggi di tahun 2005 yaitu menjadi Rp 841.935.961.000 dari tahun sebelumnya Rp 807.108.655.000 mengakibatkan terjadinya peningkatan EPS yang hanya sebesar 4,32%. Pada tahun 2006 kembali peningkatan EPS yang cukup tinggi, yaitu sebesar 84,43% yang diakibatkan karena naiknya laba bersih perseroan di tahun 2006 menjadi Rp 1.552.777.307.000 atau sebesar 84,43% dari tahun 2005. Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah ratarata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.

4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS)
TABEL 4 PT Aneka Tambang Tbk Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity, dan Earning Per Share Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Financial Leverage 33,42% 58,78% 58,99% 52,68% 41,27% Return On Equity 10,59% 12,70% 32,57% 27,79% 36,27% Rp Rp Rp Rp Rp Earning Per Share 92,99 118,76 423,08 441,34 813,95

79

Dari table diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity (ROE). Pada saat financial leverage turun di tahun 2006, ROE tetap mengalami peningkatan di tahun tersebut. Dapat dilihat juga bahwa setiap penurunan financial leverage juga tidak sealu diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2005 dan 2006, dimana pada saat financial leverage mengalami penurunan sedangkan EPS tetap mengalami kenaikan.

4.2.1.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)


TABEL 5 PT Aneka Tambang Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Return On Equity (Y) X 0,3342 0,5878 0,5899 0,5268 0,4127 2,4514 Y 0,1059 0,1270 0,3257 0,2779 0,3627 1,1992 XY 0,0354 0,0747 0,1921 0,1464 0,1497 0,5982 X2 0,1117 0,3455 0,3480 0,2775 0,1703 1,2530 Y2 0,0112 0,0161 0,1061 0,0772 0,1316 0,3422

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi.

80

a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r= 5 (0,5982) (2,4514) (1,1992) [5 (1,2530) (2,4514)2] [5 (0,3422) (1,1992)2] r= 0,0513 [0,2556] [0,2729] r = 0,0513 0,2641 r = 0,1942 19,42%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar 0,1942 atau 19,42%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat hubungan lemah positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan diikuti dengan peningkatan dari ROE. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2 b = 5 (0,5982) (2,4514) (1,1992)

81

[5 (1,2530) (2,4514)2] b = 0,0513 0,5056 b = 0,1015 a = (Y) n a = (1,1992) 5 a = 0,1901 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 0,1901 + 0,1015 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan mencapai 0,1901%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan peningkatan ROE sebesar 0,1015%. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 0,3422 (1,1992)2 5 y2 = 0,0546 x2 = 0,0511 x2 = X2 (X)2 n x2 = 1,2530 (2,4514)2 5 b (X) n 0,1015 (2,4514) 5

82

y2 b2 x2 Se = n2 0,0546 (0,1015)2 (0,0511) Se = 52 0,0541 Se = 3 Se = 0,1343 t0 = b x2 Se t0 = 0,1015 0,0511 0,1343 t0 = 0,1708 t = t [0,025 ; 3] = 3,182 t = t [0,05/2 ; (5-2)] t = t [/2 ; (n-2)]

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,1708, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap return on equity (ROE).

d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2]

83

r2 = (0,1942)2 r2 = 0,0377 3,77%

Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,1942 atau 19,42%, maka r2 adalah 0,0377 atau 3,77%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 3,77% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 96,23% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.1.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
TABEL 6 PT Aneka Tambang Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Earning Per Share (Y) X 0,3342 0,5878 0,5899 0,5268 0,4127 2,4514 Y 92,99 118,76 423,08 441,34 813,95 1.890,12 XY 31,0772 69,8071 249,5749 232,4979 335,9172 918,8743 X2 0,1117 0,3455 0,3480 0,2775 0,1703 1,2530 Y2 8.647,14 14.103,94 178.996,69 194.781,00 662.514,60 1.059.043,37

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana

84

r=

n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2]

r=

5 (918,8743) (2,4514) (1.890,12) [5 (1,2530) (2,4514)2] [5 (1.059.043,37) (1890,12)2]

r=

-39,0687 [0,2556] [1.722.663,23]

r = -39,0687 663,5606 r = -0,0589 -5,89%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar -0,0589 atau -5,89%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan lemah negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan penurunan dari EPS. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2 b = 5 (918,8743) (2,4514) (1.890,12) [5 (1,2530) (2,4514)2]

85

b = -39,0687 0,5056 b = -77,2719 a = (Y) n a = (1890,12) 5 a = 415,9089 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 415,9089 77,2719 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan mencapai Rp 415,9089. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan penurunan EPS sebesar Rp 0,772719. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 1.059.043,37 (1.890,12)2 5 y2 = 344.532,6471 y2 b2 x2 x2 = X2 (X)2 n x2 = 1,2530 (2,4514)2 5 x2 = 0,0511 b (X) n -77,2719 (2,4514) 5

86

Se = n2

344.532,6471 (-77,2719)2 (0,0511) Se = 52 344.227,5317 Se = 3 Se = 338,7366 t0 = b x2 Se t0 = -77,2719 0,0511 338,7366 t0 = -0,0516 t = t [0,025 ; 3] = 3,182 t = t [0,05/2 ; (5-2)] t = t [/2 ; (n-2)]

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,0516, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap earning per share (EPS). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (-0,0589)2 r2 = 0,0035 0,35%

87

Korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,0589 atau -5,89%, maka r2 adalah 0,0035 atau 0,35%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 0,35% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 99,65% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.2 PT International ickel Indonesia Tbk. Karena PT International Nickel Indonesia Tbk menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat sebagai mata uang di dalam laporan keuangannya, maka penulis melakukan translasi dari laporan keuangan tersebut ke dalam mata uang rupiah Indonesia. Kurs yang digunakan adalah kurs penutupan di setiap akhir tahun laporan keuangan. Berikut ini adalah kurs akhir tahun yang penulis gunakan dalam analisis untuk PT International Nickel Indonesia, Tbk: Kurs 2002 : Kurs 2003 : Kurs 2004 : Kurs 2005 : Kurs 2006 : Rp 8.940 Rp 8.465 Rp 9.290 Rp 9.830 Rp 9.020

4.2.2.1 Analisis Financial Leverage


TABEL 7

88

PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Analisis Financial Leverage (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Leverage (%) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp 3.984.791.949 Rp 3.670.855.715 Rp 3.981.870.510 Rp 3.471.061.470 Rp 3.968.385.080 Rp 10.878.487.020 Rp 10.958.501.190 Rp 13.967.533.580 Rp 16.143.553.420 Rp 19.147.042.640 36,63 33,50 28,51 21,50 20,73 Perubahan Hutang (%) -7,88 8,47 -12,83 14,33 Perubahan Aktiva (%) 0,74 27,46 15,58 18,60 Perubahan Financial Leverage (%) -8,55 -14,90 -24,58 -3,61

Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat financial leverage dari PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami penurunan dari tahun ke tahun sejak tahun 2002 hingga 2006. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 36,33%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 20,73%. Di tahun 2003 terjadi penurunan pada jumlah hutang PT International Nickel Indonesia Tbk dari Rp 3.984.791.949.000 menjadi Rp 3.670.855.715.000 atau sebesar 7,88% sedangkan jumlah aktiva meningkat sebesar 0,74%. Hal ini mengakibatkan tingkat financial leverage turun sebesar 8,55% menjadi 33,50% dari yang sebelumnya 36,63%. Di tahun 2004 jumlah hutang mengalami peningkatan sebesar 8,47% akan tetapi peningkatan dalam jumlah aktiva lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah hutang sebesar 27,46% sehingga financial leverage tetap mengalami penurunan sebesar 14,90%.

89

Terjadi penurunan tingkat financial leverage yang paling besar di tahun 2005, yaitu sebanyak 24,58%. Hal ini dikarenakan jumlah hutang mengalami penurunan yang besar, yaitu sebesar 12,83% sedangkan jumlah aktiva mengalami kenaikan yang cukup besar pula, yaitu sebanyak 15,58%. Pada tahun 2006, financial leverage kembali mengalami penurunan sebanyak 3,61%. Penurunan ini ada penurunan tingkat financial leverage terkecil, yaitu hanya sebesar 3,61%. Jumlah hutang di tahun 2006 meningkat sebanyak 14,33% dan jumlah aktiva juga meningkat sebanyak 18,60% dari yang sebelumnya Rp 16.143.553.420.000 menjadi Rp 19.147.042.640.000 di tahun 2006.

4.2.2.2 Analisis Return On Equity (ROE)


TABEL 8 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Analisis Return On Equity (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return On Equity (%) 3,93 12,10 24,66 20,86 30,51 Perubahan Laba Bersih (%) 225,77 179,24 7,34 75,17 Perubahan Ekuitas (%) 5,71 37,02 26,91 19,78 Perubahan ROE (%) 208,16 103,79 -15,42 46,24

2002 2003 2004 2005 2006

Rp Rp

270.721.080 881.926.025

Rp Rp Rp

6.893.785.980 7.287.645.475 9.985.663.070

Rp 2.462.667.520 Rp 2.643.483.600 Rp 4.630.489.160

Rp 12.672.491.950 Rp 15.178.657.560

Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat ROE dari PT International Nickel Indonesia Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun

90

2006, yaitu sebesar 30,51%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 3,93%. Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 12,10% dari 3,93% di tahun 2002 atau mengalami kenaikan sebesar 208,16%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT International Nickel Indonesia Tbk yaitu sebesar 225,77% dari Rp 270.721.080.000 di tahun 2002 menjadi Rp 881.926.025.000 di tahun 2003. Di tahun 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk kembali mengalami kenaikan ROE yang tinggi, yaitu sebanyak 103,79%. Hal ini juga disebabkan karena kembali meningkatnya laba bersih perseroan sebesar 179,24% di tahun 2004. Pada tahun 2005 ROE PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami penurunan sebanyak 15,42%. Hal ini terjadi karena kenaikan jumlah ekuitas yang lebih tinggi dibangingkan dengan kenaikan laba bersih. Tahun 2006 ROE PT International Nickel Indonesia Tbk kembali naik menjadi 30, 51% dari tahun sebelumnya 20,86% atau naik sebesar 46,24%. ROE pada tahun 2006 ini adalah ROE tertinggi sejak tahun 2002 hingga tahun 2006.

4.2.2.3 Analisis Earning Per Share (EPS)


TABEL 9 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Analisis Earning Per Share (Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share) Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Beredar (lembar) Earning Per Share Perubahan Laba Bersih Perubahan Jumlah Saham Perubahan EPS (%)

91

(%) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp Rp 270.721.080 881.926.025 248.408.468 248.408.468 993.634.000 993.634.000 993.634.000 Rp 1.072,80 Rp 3.555,30 Rp 2.508,30 Rp 2.654,10 Rp 4.690,40 225,77 179,24 7,34 75,17

(%) 0,00 300,00 0,00 0,00 231,40 -29,45 5,81 76,72

Rp 2.462.667.520 Rp 2.643.483.600 Rp 4.630.489.160

Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat EPS dari PT International Nickel Indonesia Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp 4.690,40. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar Rp 1.072,80. Pada tahun 2003, EPS dari PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami peningkatan tertinggi, yaitu sebanyak 231,40% dari Rp 1.072,80 menjadi Rp 3.555,30. Hal ini dikarenakan peningkatan laba bersih perseroan yang mencapai 225,77% di tahun tersebut. Pada tahun 2004 terjadi penurunan tingkat EPS sebesar 29,45% karena PT International Nickel Indonesia Tbk melakukan stock split (pemecahan saham) pada tahun 2004 sehingga jumlah saham beredar meningkat dari 248.408.468 menjadi 993.634.000 atau sebanyak 300%. Setelah penurunan EPS di tahun 2004 karena dilakukannya stock split, pada tahun 2005 EPS PT International Nickel Indonesia Tbk kembali mengalami kenaikan, yaitu sebanyak 5,81%.

92

Tahun 2006 PT International Nickel Indonesia Tbk mencatat EPS tertinggi sejak tahun 2002 hingga 2006, yaitu sebesar Rp 4.690,40 atau naik sebanyak 76,72% dari EPS tahun sebelumnya. Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah ratarata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.

4.2.2.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS)
TABEL 10 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity, dan Earning Per Share Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Financial Leverage 36,63% 33,50% 28,51% 21,50% 20,73% Return On Equity 3,93% 12,10% 24,66% 20,86% 30,51% Rp Rp Rp Rp Rp Earning Per Share 1.072,80 3.555,30 2.508,30 2.654,10 4.690,40

Dari table diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity (ROE). Pada tahun 2003, financial leverage mengalami penurunan akan tetapi ROE mengalami peningkatan di tahun tersebut. Di tahun 2004 hal yang sama seperti pada tahun 2003 juga terjadi dimana financial leverage mengalami penurunan akan tetapi

93

ROE mengalami peningkatan. Begitu pula pada saat financial leverage turun di tahun 2006, ROE tetap mengalami peningkatan di tahun tersebut. Dapat dilihat juga bahwa setiap penurunan financial leverage juga tidak sealu diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2003, 2005, dan 2006, dimana pada saat financial leverage mengalami penurunan sedangkan EPS tetap mengalami kenaikan.

4.2.2.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)


TABEL 11 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Return On Equity (Y) X 0,3663 0,3350 0,2851 0,2150 0,2073 1,4087 Y 0,0393 0,1210 0,2466 0,2086 0,3051 0,9206 XY 0,0144 0,0405 0,0703 0,0448 0,0632 0,2332 X2 0,1342 0,1122 0,0813 0,0462 0,0430 0,4169 Y2 0,0015 0,0146 0,0608 0,0435 0,0931 0,2135

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y)

94

[n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r= 5 (0,2332) (1,4087) (0,9206) [5 (0,4169) (1,4087)2] [5 (0,2135) (0,9206)2] r= -0,1308 [0,1001] [0,2200] r = -0,1308 0,1484 r = -0,8814 -88,14%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar -0,8814 atau -88,14%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat hubungan kuat negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan penurunan dari EPS. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX

b=

n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2

b = 5 (0,2332) (1,4087) (0,9206)

95

[5 (0,4169) (1,4087)2] b = -0,1308 0,3164 b = -0,4134 a = (Y) n a = (0,9206) 5 a = 0,3006 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 0,3006 - 0,4134 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan mencapai 0,3006%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan penurunan ROE sebesar -0,4134%. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 0,2135 (0,9206)2 5 y2 = 0,0440 x2 = 0,0200 x2 = X2 (X)2 n x2 = 0,4169 (1,4087)2 5 b (X) n (-0,4134) (1,4087) 5

96

y2 b2 x2 Se = n2 0,0440 (-0,4134)2 (0,0200) Se = 52 0,0406 Se = 3 Se = 0,1163 t0 = b x2 Se t0 = -0,4134 0,0200 0,1163 t0 = -0,5030 t = t [0,025 ; 3] = 3,182 t = t [0,05/2 ; (5-2)] t = t [/2 ; (n-2)]

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,5030, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap return on equity (ROE). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (-0,8814)2 r2 = 0,7769 77,69%

97

Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8814 atau 88,14%, maka r2 adalah 0,7769 atau 77,69%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 77,69% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 22,31% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.2.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
TABEL 12 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Earning Per Share (Y) X 0,3663 0,3350 0,2851 0,2150 0,2073 1,4087 Y 1.072,80 3.555,30 2.508,30 2.654,10 4.690,40 14.480,90 XY 392,9666 1.191,0255 715,1163 570,6315 972,3199 3.842,0598 X2 0,1342 0,1122 0,0813 0,0462 0,0430 0,4169 Y2 1.150.899,84 12.640.158,09 6.291.568,89 7.044.246,81 21.999.852,16 49.126.725,79

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2]

98

r=

5 (3.842,0598) (1,4087) (14.480,90) [5 (0,4169) (1,4087)2] [5 (49.126.725,79) (14.480,90)2]

r=

-1.188,9448 [0,1001] [35.937.164,14]

r = -1.188,9448 1.896,6576 r = -0,6269 -62,69%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar -0,6269 atau -62,69%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan kuat negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan penurunan dari EPS. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2 b = 5 (3.842,0598) (1,4087) (14.480,90) [5 (0,4169) (1,4087)2] b = -1.188,9448

99

0,3164 b = -3.757,7269

a = (Y) n a = (14.480,90) 5 a = 3.954,8810

b (X) n (-3.757,7269) (1,4087) 5

Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 3.954,8810 3.757,7269 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan mencapai Rp 3.954,8810. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan penurunan EPS sebesar Rp 37,7577269. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 49.126.725,79 (14.480,90)2 5 y2 = 7.187.432,8280 y2 b2 x2 Se = x2 = 0,0200 x2 = X2 (X)2 n x2 = 0,4169 (1,4087)2 5

100

n2 7.187.432,8280 (-3.757,71269)2 (0,0200) Se = 52

6.905.022,5989 Se = 3 Se = 1.517,1270 t0 = b x2 Se t0 = -3.757,71269 0,0200 1.517,1270 t0 = -0,3503 t = t [0,025 ; 3] = 3,182 t = t [0,05/2 ; (5-2)] t = t [/2 ; (n-2)]

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,3503, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap earning per share (EPS). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (-0,6269)2 r2 = 0,3930 39,30%

101

Korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,6269 atau -62,69%, maka r2 adalah 0,3930 atau 39,30%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 39,30% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 60,70% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.3 PT Timah Tbk 4.2.3.1 Analisis Financial Leverage


TABEL 13 PT Timah Tbk Analisis Financial Leverage (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Leverage (%) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp Rp Rp Rp Rp 452.244.000 581.310.000 906.983.000 1.213.866.000 1.785.322.000 Rp Rp Rp Rp Rp 1.940.502.000 1.974.282.000 2.416.289.000 2.748.257.000 3.462.222.000 23,31 29,44 37,54 44,17 51,57 Perubahan Hutang (%) 28,54 56,02 33,84 47,08 Perubahan Aktiva (%) 1,74 22,39 13,74 25,98 Perubahan Financial Leverage (%) 26,34 27,48 17,67 16,75

Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat financial leverage dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan kenaikan dari tahun ke tahunnya. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 51,57%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 23,31%.

102

Di tahun 2003 ada kenaikan financial leverage sebanyak 26,34%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah hutang dari tahun 2002 dari Rp 452.244.000.000 menjadi Rp 1.974.282.000.000 di tahun 2003 atau sebesar 26,34%. Kenaikan financial leverage tertinggi terjadi di tahun 2004, yaitu sebesar 27,48%. Jumlah hutang meningkat cukup besar di tahun 2004 yaitu sebanyak 56,02%. Begitu pula dengan jumlah aktiva yang meningkat dari Rp 1.974.282.000.000 menjadi Rp 2.416.289.000.000 atau sebesar 22,39%. Di tahun 2005 financial leverage mengalami kenaikan sebanyak 17,67%. Begitu pula di tahun 2006 financial leveragei kembali mengalami kenaikan yang sedikit lebih kecil dari kenaikan di tahun 2005, yaitu sebanyak 16,75%.

4.2.3.2 Analisis Return On Equity (ROE)


TABEL 14 PT Timah Tbk Analisis Return On Equity (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return On Equity (%) 0,76 5,48 11,79 7,01 12,41 Perubahan Laba Bersih (%) 577,18 132,95 -39,58 93,63 Perubahan Ekuitas (%) -6,43 8,38 1,64 9,30 Perubahan ROE (%) 623,71 114,94 -40,55 77,16

2002 2003 2004 2005 2006

Rp Rp

11.278.000 76.372.000

Rp 1.488.252.000 Rp 1.392.565.000 Rp 1.509.256.000 Rp 1.534.033.000 Rp 1.676.629.000

Rp 177.907.000 Rp 107.499.000 Rp 208.147.000

Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat ROE dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang

103

cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 12,41%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 0,76%. Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 623,71% dari 0,76% di tahun 2002 menjadi sebesar 5,48%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT Timah Tbk yaitu sebesar 577,18% dari Rp 11.278.000.000 di tahun 2002 menjadi Rp 76.372.000.000 di tahun 2003 dan juga turunnya jumlah aktiva sebesar 6,43%. Setelah kenaikan ROE yang sangat tinggi di tahun 2003, pada tahun 2004 ROE dari PT Timah Tbk kembali mengalami kenaikan yang besar, yaitu sebesar 114,94% dari tahun sebelumnya. Setelah dua kali mengalami kenaikan yang tinggi, pada tahun 2005 ROE PT Timah Tbk kembali mengalami penurunan. Hal ini dikarenan adanya penurunan yang pada laba bersih perseroan, yaitu sebesar 39,58%. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan ROE sebesar 40,55% dari tahun 2004. ROE PT Timah Tbk kembali naik di tahun 2006 sebesar 77,16% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah hutang yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah aktiva.

4.2.3.3 Analisis Earning Per Share (EPS)


TABEL 15 PT Timah Tbk Analisis Earning Per Share (Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share) Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Earning Perubahan Perubahan Perubahan

104

Beredar (lembar) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp Rp 11.278.000 76.372.000 503.301.999 503.301.999 503.301.999 503.301.999 503.301.999

Per Share Rp Rp Rp Rp Rp 22 152 353 214 414

Laba Bersih (%) 577,18 132,95 -39,58 93,63

Jumlah Saham (%) 0,00 0,00 0,00 0,00

EPS (%) 577,18 132,95 -39,58 93,83

Rp 177.907.000 Rp 107.499.000 Rp 208.147.000

Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat EPS dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp 414. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar Rp 22. Pada tahun 2003, EPS dari PT Timah Tbk mengalami peningkatan dari Rp 22 menjadi Rp 152 atau meningkat sebesar 577,18 %. Kenaikan tersebut adalah yang tertinggi selama tahun 2002 hingga tahun 2006. Kenaikan tersebut dikarenakan oleh peningkatan laba bersih perseroan pada tahun 2003 sebesar 577,18%. Pada tahun 2004, EPS PT Timah, Tbk kembali mengalami kenaikan yang besar,yaitu sebesar 132,95% dari Rp 152 di tahun 2003 menjadi Rp 353 di tahun 2004. Terjadi penurunan EPS di tahun 2005, yaitu menjadi Rp 214 dari tahun sebelumnya Rp 353. Penyebab penurunan ini adalah karena turunnya laba bersih PT Timah Tbk sebesar 39,58%. Pada tahun 2006 kembali peningkatan EPS yang cukup tinggi, yaitu sebesar 93,83% yang diakibatkan karena naiknya laba bersih perseroan di tahun 2006 menjadi Rp 208.147.000.000 atau sebesar 93,83% dari tahun 2005.

105

Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah ratarata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.

4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS)
TABEL 16 PT Timah Tbk Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity, dan Earning Per Share Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Financial Leverage 23,31% 29,44% 37,54% 44,17% 51,57% Return On Equity 0,76% 5,48% 11,79% 7,01% 12,41% Rp Rp Rp Rp Rp Earning Per Share 22,00 152,00 353,00 214,00 414,00

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity (ROE). Pada saat financial leverage naik di tahun 2005, ROE tetap mengalami pennurunn di tahun tersebut. Dapat dilihat juga bahwa setiap peningkatan financial leverage juga tidak selalu diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2005, dimana pada saat financial leverage mengalami peningkatan sedangkan EPS mengalami penurunan.

106

4.2.1.4 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)


TABEL 17 PT Timah Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Return On Equity (Y) X 0,2331 0,2944 0,3754 0,4417 0,5157 1,8603 Y 0,0076 0,0548 0,1179 0,0701 0,1241 0,3745 XY 0,0018 0,0161 0,0443 0,0310 0,0640 0,1572 X2 0,0543 0,0867 0,1409 0,1951 0,2659 0,7429 Y2 0,000057 0,0030 0,0139 0,0049 0,0154 0,0373

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r= 5 (0,1572) (1,8603) (0,3745) [5 (0,7429) (1,8603)2] [5 (0,0373) (0,3745)2] r= 0,0893 [0,2538] [0,0462] r = 0,0893

107

0,1083 r = 0,8246 82,46%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar 0,8246 atau 82,46%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat hubungan kuat positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan diikuti dengan peningkatan dari ROE. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2

b = 5 (0,1572) (1,8603) (0,3745) [5 (0,7429) (1,8603)2] b = 0,0893 0,5038 b = 0,1772 a = (Y) n a = (0,3745) 5 b (X) n 0,1772 (1,8603) 5

108

a = 0,0090 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 0,0090 + 0,1772 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan mencapai 0,1772%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan peningkatan ROE sebesar 0,0090%. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 0,0373 (0,3745)2 5 y2 = 0,0093 y2 b2 x2 Se = n2 0,0093 (0,1772)2 (0,0508) Se = 52 0,0077 Se = 3 Se = 0,0507 x2 = 0,0508 x2 = X2 (X)2 n x2 = 0,7429 (1,8603)2 5

109

t0 = b x2 Se t0 = 0,1772 0,0508 0,0507 t0 = 0,7877

t = t [/2 ; (n-2)]

t = t [0,05/2 ; (5-2)]

t = t [0,025 ; 3] = 3,182

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,7877, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap return on equity (ROE). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (0,8246)2 r2 = 0,6800 68%

Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8246 atau 82,46%, maka r2 adalah 0,6800 atau 68%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 68% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 32% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.1.4 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)

110

TABEL 18 PT Timah Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Earning Per Share (Y) X 0,2331 0,2944 0,3754 0,4417 0,5157 1,8603 Y 22,00 152,00 353,00 214,00 414,00 1.155,00 XY 5,1282 44,7488 132,5162 94,5238 213,4998 490,4168 X2 0,0543 0,0867 0,1409 0,1951 0,2659 0,7429 Y2 484,00 23.104,00 124.609,00 45.796,00 171.396,00 365.389,00

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r= 5 (490,4168) (1,8603) (1.155) [5 (0,7429) (1,8603)2] [5 (365.389) (1.155)2]

r=

303,4375 [0,2538] [492.920]

r = 303,4375

111

353,6992 r = 0,8579 85,79%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar 0,8579 atau 85,79%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan kuat positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan peningkatan dari EPS. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2 b = 5 (490,4168) (1,8603) (1.155) [5 (0,7429) (1,8603)2] b = 303,4375 0,5038 b = 602,2975 a = (Y) n b (X) n

a = (1.155) 5

602,2975 (1,8603) 5

112

a = 6,9092 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 6,9092 + 602,2975 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan mencapai Rp 6,9092. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan penurunan EPS sebesar Rp 6,022975. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 365.389 (1.155)2 5 y2 = 98.584 y2 b2 x2 Se = n2 98.584 (602,2975)2 (0,0508) Se = 52 80.155,6763 Se = 3 Se = 163,4581 x2 = 0,0508 x2 = X2 (X)2 n x2 = 0, 7429 - (1,8603)2 5

113

t0 = b x2 Se t0 = 602,2975 0,0508 163,4581 t0 = 0,8305

t = t [/2 ; (n-2)]

t = t [0,05/2 ; (5-2)]

t = t [0,025 ; 3] = 3,182

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,8305, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap earning per share (EPS). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (0,8579)2 r2 = 0,7360 73,60%

Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8579 atau 85,79%, maka r2 adalah 0,7360 atau 73,60%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 73,60% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 26,40% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

114

BAB IV PE YAJIA DATA DA A ALISIS HASIL PE ELITIA

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 PT Aneka Tambang Tbk. 4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dengan pengalaman 4 dekade lebih sejak 1968, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) merupakan perusahaan perseroan terbatas Indonesia, yang bergerak di bidang proses pertambangan seperti, eksplorasi, penambangan, peleburan, dan pengilangan melalui pemasaran. Produk utama Antam adalah ferronickel, nikel, emas, perak, dan bauksit.

115

Kepemilikan 35% Antam dipegang oleh publik, yang mayoritas intitusi asing, yang telah memegang Antam untuk beberapa tahun. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Austarlia, Antam adalah satu dari sedikit perusahaan Indonesia yang terdaftar di bursa efek di luar Indonesia yang dimana harus memenuhi standar internasional dari pemerintahan. Walaupun 65% Antam dipegang oleh pemerintah, Antam tidak

dijalankan oleh birokrat. Tujuan utama Antam adalah menghasilkan nilai dari pemegang saham. Pada umumnya, pendekatan Antam untuk meningkatkan nilai pemegang saham adalah dengan merendahkan biaya sementara mengembangkan operasi keuntungan secara terus menerus. Antam menawarkan kesempatan jangka panjang kepada investor potensial dan partner kerjasama. Antam mempunyai kekuatan, fokus, manajemen yang berorientasi ke masa depan dan orang-orang yang mempunyai kemampuan; produk berkualitas tinggi dan konsumen setia jangka panjang; catatan yang membuktikan prestasi yang menguntungkan; dan prospek masa depan yang baik dengan kualitas mineral yang sangat banyak yang masih perlu dikembangkan.

4.1.1.2 Kegiatan Perusahaan Antam sedang menjalankan satu tambang nikel dan tiga peleburan ferronickel di Sulawesi Tenggara, tiga tambang nikel di Maluku Utara, satu tambang emas dan satu peleburan emas di Jawa Barat, satu tambang bauksit di Riau dan satu penyulingan metal di Jakarta.

116

Di tahun 2007, sejalan dengan peningkatan produksi dari ferronickel dan bijih nikel, dan juga dengan harka komoditas yang lebih tinggi, penjualan meningkat sebesar 113% menjadi Rp12,008 milyar dari Rp5,629 milyar di tahun 2006. produksi feronikel meningkat 28% dan dicatat peningkatan 48% dalam penjualan Antam. Permintaan yang tinggi akan bijih nikel meningkatkan ekspor sebesar 63% dan berpengaruh 41% dari penjualan Antam. Dengan peningkatan penjualan nikel, segmen nikel berkontribusi 89% dari total penjualan Antam di tahun 2007, dibandingkan di tahun 2006 sebesar 84%. Total penjualan dari segmen nikel berjumlah Rp10,687 milyar, meningkat 126% dibandingkan pada tahun 2006. Walaupun produksi emas turun ke tingkat yang lebih rendah, penjualan dari emas meningkat 50% ssejalan dengan aktivitas perdagangan emas yang dihasilkan oleh perusahaan penyulingan logam, Logam Mulia milik Antam. Seperti penjualan emas, penjualan dari perak juga meningkat, dan termasuk penghasilan dari Logam Mulia, pendapatan dari segmen emas meningkat 68% menjadi Rp1,163 milyar. Segmen nikel dan emas menghasilkan 99% dari total penjualan Antam. Program eksporasi Antam dikelola dan dilaksanakan oleh Unit Geologi Perusahaan. Aktivitas eksplorasi meliputi ekplorasi geologikal, investigasi geofisikal, survey, pengeboran, analisis laboratorium, pemrosesan data, dan mengatur izin yang dibutuhkan dari investigasi umum untuk tahap pengambilan. Pelatihan yang tinggi dan dengan pengalaman yang banyak, jasa dari Unit Geologi adalah mencari baik perusahaan eksplorasi domestik maupun internasional yang ingin meningkatkan kesempatan mereka dalam membuat penemuan.

117

Antam memiliki banyak izin menambang mencakup lebih dari 1.3 juta hektare di Indonesia, yang memberikan potensi penting untuk mengembangkan tambang baru dan memroses fasilitas. Untuk mengembangkan area yang luas, Antam membutuhkan modal yang besar dan dalam beberapa kasus tehnik serta teknologi terbaru dalam penambangan dan pemrosesan logam. Selain itu, bagian penting dari strategi Antam untuk menjadi perusahaan tambang kelas dunia di tahun 2010 ada untuk membuat kerjasama stratejik dengan perusahaan pertambangan global. usaha eksplorasi dari Unit Geologi Antam. Tanggung jawab pribadi untuk penemuan di Pongkor pada tahun 1988, Unit Geologi juga bekerja bersama dengan mitra kontrak kerja dan mitra joint venture Antam untuk menciptakan sinergi dan membuat penemuan serta mengembangkan tambang. Seringkali strategi ini terealisasi melalui

4.1.1.3 Produk Perusahaan Aneka Tambang berarti bermacam-macam tambang dan Antam mempunyai bermacam-macam jenis produk dari tambang di seluruh kepulauan Indonesia. Keaneka ragaman produk ini membuat Antam dapat bertahan dari harga komoditas yang berubah-ubah, menyeimbangkan tren yang sedang menurun dari satu tambang dengan kenaikan yang lainnya. Perbedaan ini tidak menyebabkan tenaga kerja dan sumber modal menjadi sedikit penyebarannya sebagaimana berjalan sebagai strategi bisnis unit independent, menguntungkan dari pengalaman menambang 40 tahun. Produk utama Antam terdiri dari: Nikel, Ferronikel, Emas dan Perak, jasa penyulingan logam, Bauksit dan pasir besi.

118

1. Bijih Nikel Bijih nikel merupakan salah satu produk penting Antam. Antam memproduksi dan mengekspor bijih nikel tingkat tinggi dengan minimal 1.8% kandungan nikel dan maksimal 25% kandungan besi (saprolite) dan bijih nikel tingkat rendah dengan 1.2% kandungan nikel minimal (limonite) dan minimal 25% kandungan besi. Tambang bijih nikel Antam terdapat di Pomalaa, Gee, Tanjung Buli and Mornopo. Pomalaa, Sulawesi Tenggara, adalah tambang nikel tertua Antam telah hampir habis. Gee, Tanjung Buli, dan Mornopo berlokasi di Maluku Utara. 2. Ferronikel Produk terproses yang saat ini diproduksi oleh Antam dalam jalur bisnis nikel adalah ferronickel, yang mana mengandung sekitar 80% besi dan 20% nikel. Ferronikel Antam, yang dibedakan menjadi mengandung tingkat karbon tinggi atau rendah, dijual dalam bentuk batangan atau butiran kepada produsen baja anti karat umumnya di Eropa, Korea, dan Taiwan. Sekitar 70% nikel dikonsumsi untuk produksi baja anti karat. 3. Emas dan Perak Produksi emas dan perak utama Antam diambil dari tambang emas Antam di Pongkor, Jawa Barat, satu-satunya tambang emas bawah tanah Indonesia. Berlokasi di Taman Nasional Gunung Halimun, sekitar 90km dari Jakarta, luas permukaan area sekitar 4,058 ha. Indikasi adanya endapan emas di Pongkor ditemukan oleh Unit

Geologi Antam pada tahun 1981, dan produksi dimulai pada Mei 1994 setelah izin menambang Antam disahkan pada tahun 1992.

119

Tambang Pongkor memiliki tiga vena utama dari emas, yang semuanya telah di tambang pada tahun 2003: Ciguha, Kubang Cicau, dan Ciurug. 4. Jasa Penyulingan Logam Penyulingan logam milik Antam, Logam Mulia, menyuling emas dan perak dari Pongkor menjadi emas mulia dan juga perak mulia sebagai produk sampingan dari proses penyulingan. Produk emas mulia dan perak mulia dari Logam Mulia sesuai dengan standar kemurnian internasional yaitu 999.9 untuk emas dan 999.5 untuk perak dan disertifikati oleh London Bullion Market Association (LBMA). 5. Bauksit dan Pasir Besi Bauksit, bahan baku untuk produksi Almunium, pertama kali ditemukan tahun 1924 di Kijang, Pulau Bintan, Provinsi Riau, di barat laut Indonesia. Bauksit dari Pulauu Bintan telah ditambang dan diekspor sejak tahun 1935. Di tahun 1968 Antam mengakuisisi tambang tersebut. Antam mengekspor Bauksit kepada produsen Almunium di Jepang dan Cina dengan volume sekitar 1 -1.5 juta wmt per tahun. Pasir besi bukan merupakan produk penghasil uang untuk Antam. Target produksi pasir besi Antam telah merosot sejak puncaknya 450.000 ton di tahun 1999 sejalan dengan menurunnya permintaan dari industri semen lokal.

4.1.2 PT International ickel Indonesia Tbk. 4.1.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pada tahun 1937, Seorang ahli geologi INCO LIMITED bernama Flat Elves diundang oleh sebuah perusahaan eksplorasi Belanda untuk melanjutkan studi endapan

120

nikel laterit di Sulawesi yang pernah dilakukan oleh seorang Belanda bernama Kruyt pada tahun 1901. Ia mengunjungi Sorowako. Mengetahui adanya endapan nikel laterit di Soroako, pemerintah Indonesia melakukan survey geologi yang komperhensif atas endapan di pulau Sulawesi tersebut pada tahun 1966. Pada tahun 1967, pemerintah Indonesia mengundang peusahaan-perusahaan dari seluruh dunia untuk mengajukan proposal bagi eksplorasi dan pengembangan endapan nikel di Soroako tersebut. PT International Nickel Indonesia Tbk (Inco) adalah perusahaan yang terpilih untuk melakukan eksplorasi dan pengembangan endapan nikel di Soroako tersebut. PT Inco memulai usahanya di Indonesia pada tahun 1968, tepatnya pada tanggal 25 Juli 1968 setelah akta pendirian disahkan. Dalam kurun waktu 1968-1973, PT Inco telah melakukan eksplorasi dan studi kelayakan di Indonesia. Daerah eksplorasi mulamula seluas 6,6 juta hektar yang mencakup beberapa bagian dari tiga provinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Contoh bijih dari Sulawesi dalam jumlah besar pertama sebanyak 50 ton dikirim ke fasilitas riset INCO Kanada di Port Colborne, Ontario pada tahun 1970. Sebuah pabrik Pereduksi-Pelebur baru dalam skala kecil menunjukkan bahwa bahan dari Sorowako dapat diolah dengan hasil yang memuaskan. Pada tahun 1976, 10.000 tenaga kerja Indonesia dan 1.000 tenaga asing dipekerjakan membangun fasilitas-fasilitas pengolahan nikel dan pembangkit tenaga, bersama dengan jalan-jalan, perkotaan, pelabuhan, lapangan udara serta sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan. Tanggal 1 April 1978, PT Inco mulai berproduksi secara komersial di Indonesia.

121

Pada tahun 1988, INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT Inco yang dimilikinya kepada Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., dari Jepang dan pada 16 Mei 1990 INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT Inco yang dimilikinya kepada publik dan dicatatkan pada bursa-bursa efek di Indonesia. INCO LIMITED tetap memiliki 58,19 persen saham PT Inco. Sejak tahun 2000, PT Inco telah meningkatkan produksi sebesar 30 persen menjadi 130,5 juta pon nikel dalam matte, sejalan dengan rencana Perseroan untuk mencapai kapasitas yang diperluas sebesar 150 juta pon produksi per tahun. PT Inco menyelesaikan penelitian dan rekayasa atas presipitator elektrostatis Tanur Pengering No.2 yang dirancang untuk mengurangi keseluruhan emisi debu pabrik lebih dari 40 persen. Tahun 2003, PT Inco membangun daerah penambangan baru di Petea (sebelah Timur Danau Matano, berdekatan dengan wilayah timur penambangan bijih (ore body) PT Inco). Petea memiliki lima juta ton cadangan mineral terbukti dengan kualitas 1,81% nikel dan 24 juta ton cadangan mineral terduga dengan kualitas 1,78% nikel. Investasi yang dialokasikan sebesar US$11.8 juta. PT Inco telah menandatangani perjanjian dengan PT Aneka Tambang (Antam) untuk bersama-sama membangun daerah kontrak di Sulawesi Tenggara. PT Inco akan menambang bijih saprolitik di wilayah timur Pomalaa, sementara Antam akan melakukan proses peleburan (smelting).

122

Saat ini PT Inco telah berhasil memasang teknologi Bag House System di seluruh tanur listrik yang dimiliki. Alat ini mampu mengurangi emisi debu tanur listrik hingga berada di bawah ambang batas ketentuan pemerintah.

4.1.2.2 Kegiatan Perusahaan Endapan nikel laterit di Soroako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara. Operasi penambangan nikel PT Inco di Soroako digolongkan sebagai tambang terbuka dengan tahapan sebagai berikut: 1. Pemboran Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut 2. Pembersihan dan Pengupasan Pembersihan dan pengupasan lapisan tanah penutup setebal 10 - 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang. 3. Penggalian Penggalian lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke stasiun penyaringan. 4. Pemisahan

123

Pemisahan bijih di stasiun penyaringan berdasarkan ukurannya. Produk akhir hasil penyaringan bijih tipe Timur adalah -6 inci, sedangkan produk akhir bijih tipe Barat adalah 4/-2 inci. 5. Penyimpanan Penyimpanan bijih yang telah disaring di suatu tempat tertentu untuk pengurangan kadar air secara alami, sebelum dikonsumsi untuk proses pengeringan dan penyaringan ulang di pabrik. 6. Penghijauan Penghijauan lahan-lahan purna tambang. Dengan metode open cast mining yang dilakukan sekarang, dimana material dari daerah bukaan baru, dibawa dan dibuang ke daerah purna tambang, untuk selanjutnya dilakukan landscaping, pelapisan dengan lapisan tanah pucuk, pekerjaan terasering dan pengelolaan drainase sebelum proses penghijauan/penanaman ulang dilakukan. Pengolahan Nikel Pabrik pengolahan PT Inco di Soroako mempunyai kapasitas produksi 72.500 ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut: Pengeringan di Tanur Pengering Bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan 25 mm. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi

124

Untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Peleburan di Tanur Listrik Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan terak. Pengkayaan di Tanur Pemurni Untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen. Granulasi dan Pengemasan Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Nikel dan Lingkungan PT Inco memiliki dedikasi untuk memajukan usaha pelestarian lingkungan. Program-program Pemeliharaan Produk dari Inco. Inco's Product Stewardship programs diarahkan oleh pengetahuan PT Inco tentang industri dan pemahaman zat-zat yang terkandung dalam nikel, yang mencakup hal-hal berikut: Nikel merupakan logam yang terbentuk dari proses alam. Peran PT Inco sebagai penghasil nikel adalah menambang nikel dari lingkungan alamnya dan mengolahnya menjadi produk-produk yang bermanfaat bagi para pelanggan maupun masyarakat. Nikel dapat didaur-ulang dan dapat digunakan serta digunakan-kembali tanpa degradasi atau penghilangan zat-zat intrinsiknya sebagai pertimbangan penting

125

bagi pembangunan yang berkelanjutan. PT Inco merupakan partisipan aktif dalam upaya pendaur-ulangan nikel. Beragamnya produk dan pengolahan yang menggunakan nikel terbukti memberikan berbagai manfaat penting, baik bagi lingkungan maupun bagi masyarakat. PT Inco memiliki komitmen untuk menghasilkan dan mendistribusikan produkproduk bermutu dengan cara yang aman dan baik bagi lingkungan.

4.1.2.3 Produk Perusahaan Produk PT Inco adalah nikel dalam matte, sebuah produk setengah jadi yang diolah dari bijih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan terpadu dekat Sorowako, Sulawesi. Nikel dalam granul matte mengandung 78 persen nikel, 20 persen sulfur dan 2 persen lagi adalah cobalt. Seluruh hasil produksi PT Inco dijual dalam mata-uang Dolar Amerika Serikat berdasarkan kontrak jangka panjang untuk dimurnikan di Jepang, berdasarkan standar harga London Metal Exchange (LME). 4.1.3 PT Timah Tbk. 4.1.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di Indonesia ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur.

126

Di masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial "Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW). Di Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB) dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij (NV SITEM). Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, tiga perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambangtambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara dan BPU tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah. Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero). Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council (ITC) sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan dalam kurun 1991-1995, yang meliputi program-program reorganisasi, relokasi Kantor

127

Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta penglepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan. Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan sebagian. PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar modal Indonesia dan internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding company) dan memperluas cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan perdagangan. Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan.

4.1.3.2 Kegiatan Perusahaan

128

PT Timah (Persero) Tbk merupakan perusahaan tambang timah yang beroperasi secara terintegrasi, dimulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan hingga pemasaran dan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan. Eksplorasi Mulai tahun 1996, perusahaan menggunakan peralatan berteknologi modern yaitu Global Positioning System (GPS) untuk melengkapi fasilitas kegiatan dan aktifitas eksplorasi. Hal ini sangat membantu meningkatkan efisiensi dan keakuratan dari pemetaan dan pengukuran. Data dari tes laboratorium dan GPS disimpan di dalam komputer untuk memproduksi dan menghasilkan peta geologis yang sangat tinggi keakuratannya bagi pertambangan yang sistematis dan efisien. Penambangan Lepas Pantai Perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun. Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya

129

selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal 70-72% Sn. Penambangan Darat Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump).Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja Sama. Pengolahan Untuk meningkatkan kadar bijih timah atau konsentrat yang berkadar rendah, bijih timah tersebut diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (Washing Plant). Melalui proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari 20 - 30% Sn menjadi 72% Sn untuk memenuhi persyaratan peleburan. Proses peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk

130

mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah. Peleburan Perusahaan mengoperasikan 8 tanur dan 2 single stage furnace (SSF), 7 tanur berada di daerah Mentok, Bangka dan 1 tanur berada di daerahKundur. Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer.

4.1.3.3 Produk Perusahaan Produk yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau batangan dengan skala berat antara 16 kg sampai dengan 26 kg per batang. Produk yang dihasilkan juga dapat dibentuk sesuai permintaan pelanggan (customize) dan mempunyai merek dagang yang terdaftar di London Metal Exchange (LME).. Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam timah. Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan, Cina dan Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia serta Amerika dan Kanada. Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor sedangkan untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta.

131

Tipe pembeli logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user) seperti pabrik atau industri solder serta industri pelat timah serta pedagang besar (trader). Produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar internasional dan terdaftar dalam pasar bursa logam di London (London Metal Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and analysis certificate) yang berstandar internasional dan berpedoman kepada standar produk yang ditetapkan oleh London Metal Exchange (LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam. Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas kualitas dan bentuknya. A. Berdasarkan kualitas produk dapat dibedakan atas: Banka Tin (kadar Sn 99.9%) Mentok Tin (kadar Sn 99,85%) Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%)

B. Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas: Banka Small Ingot Banka Tin Shot Banka Pyramid Banka Anoda

132

4.2 Analisis Data dan Pembahasan Dalam analisis data dan pembahasan ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang telah penulis lakukan mengenai analisis financial leverage, analisis return on equity (ROE), analisis earning per share (EPS), analisis pengaruh financial leverage terhadap return on equtiy, dan analisis pengaruh financial leverage terhadap earning per share dari PT Aneka Tambang Tbk, PT International Nickel Indonesia Tbk, dan PT Timah Tbk. 4.2.1 PT Aneka Tambang Tbk. 4.2.1.1 Analisis Financial Leverage
TABEL 1 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Financial Leverage (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Leverage (%) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp 843.862.593 Rp 2.525.025.597 Rp 4.326.844.058 Rp 6.042.567.861 Rp 6.402.714.128 Rp 7.290.905.515 33,42 58,78 58,99 52,68 41,27 Rp 2.543.331.703 Rp 3.564.425.577 Rp 3.373.068.629 Rp 3.009.300.105 Perubahan Hutang (%) 201,39 40,15 -5,37 -10,78 Perubahan Aktiva (%) 71,36 39,65 5,96 13,87 Perubahan Financial Leverage (%) 75,88 0,36 -10,7 -21,66

Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat financial leverage dari PT Aneka Tambang Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang fluktuatif. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi pada

133

tahun 2004, yaitu sebesar 58,99%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 33,42%. Di tahun 2003 terjadi kenaikan financial leverage yang cukup besar yaitu sebesar 75,88%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah hutang yang sangat besar dari tahun 2002 yang hanya Rp 843.862.593.000 menjadi Rp 2.543.331.703.000 di tahun 2003 atau sebesar 201,39%. Di tahun 2004 kenaikan financial leverage hanya sebesar 0,36%. Hal ini dikarenakan persentase kenaikan jumlah hutang dan jumlah aktiva tidak berbeda terlalu jauh, yaitu 40,15% untuk jumlah hutang dan 35,65% untuk jumlah aktiva. Karena penurunan jumlah hutang di tahun 2005 yang menjadi Rp 3.373.068.629.000 atau sebesar 5,37% dari tahun sebelumnya dan meningkatnya jumlah aktiva menjadi Rp 6.402.714.128.000 atau sebesar 5,96% dari tahun sebelumnya, maka financial leverage mengalami penurunan sebesar 10,70% menjadi 52,86% di tahun 2005. Pada tahun 2006, financial leverage kembali mengalami penurunan karena disebabkan oleh hal yang sama seperti pada tahun 2005, yaitu menurunnya jumlah hutang dan meningkatnya jumlah aktiva. Hal ini menyebabkan financial leverage turun sebesar 21,66% menjadi 41,27% dari tahun sebelumnya sebesar 52,68%.

4.2.1.2 Analisis Return On Equity (ROE)


TABEL 2 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Return On Equity

134

(Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return On Equity (%) 10,59 12,70 32,57 27,79 36,27 Perubahan Laba Bersih (%) 27,70 256,26 4,32 84,43 Perubahan Ekuitas (%) 6,45 38,95 22,25 41,32 Perubahan ROE (%) 19,97 156,40 -14,67 30,50

2002 2003 2004 2005 2006

Rp Rp Rp Rp

177.402.974 226.550.749 807.108.655 841.935.961

Rp 1.675.475.974 Rp 1.783.511.688 Rp 2.478.140.709 Rp 3.029.642.904 Rp 4.281.602.475

Rp 1.552.777.307

Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat ROE dari PT Aneka Tambang Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 36,27%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 10,59%. Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 32,57% dari 12,70% di tahun 2003 atau mengalami kenaikan sebesar 156,40%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT Aneka Tambang Tbk yaitu sebesar 256,56% dari Rp 226.550.749.000 di tahun 2003 menjadi Rp 841.935.961.000 di tahun 2004. Setelah kenaikan ROE yang sangat tinggi di tahun 2004, pada tahun 2005 ROE dari PT Aneka Tambang Tbk mengalami penurunan sebesar 14,67% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan yang lebih besar pada jumlah ekuitas dibandingkan peningkatan pada laba bersih. Pada tahun 2006, ROE PT Aneka Tambang Tbk kembali mengalami kenaikan. Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan yang cukup besar pada laba bersih

135

perseroan, yaitu sebesar 84,43%. Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan ROE sebesar 30,50% dari tahun 2005.

4.2.1.3 Analisis Earning Per Share (EPS)


TABEL 3 PT Aneka Tambang Tbk Analisis Earning Per Share (Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share) Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Beredar (lembar) 1.907.691.949 1.907.691.949 1.907.691.949 1.907.691.949 1.907.691.949 Earning Per Share Rp 92,99 Rp 118,76 Rp 423,08 Rp 441,34 Rp 813,95 Perubahan Laba Bersih (%) 27,70 256,26 4,32 84,43 Perubahan Jumlah Saham (%) 0,00 0,00 0,00 0,00 Perubahan EPS (%) 27,70 256,26 4,32 84,43

2002 2003 2004 2005 2006

Rp Rp Rp Rp

177.402.974 226.550.749 807.108.655 841.935.961

Rp 1.552.777.307

Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat EPS dari PT Aneka Tambang, Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp 813,95. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar Rp 92,99. Pada tahun 2003, EPS dari PT Aneka Tambang Tbk mengalami peningkatan dari Rp 92,99 menjadi Rp 118,76 atau meningkat sebesar 27,70 %. Sementara itu jumlah saham beredar tindak terjadi perubahan sama sekali.

136

Kenaikan tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 256,26% dari Rp118,76 di tahun 2003 menjadi Rp 423,08 di tahun 2004. Kenaikan tersebut dikarenakan oleh peningkatan laba bersih perseroan pada tahun 2004 sebesar 256,26%. Peningkatan laba yang tidak terlalu tinggi di tahun 2005 yaitu menjadi Rp 841.935.961.000 dari tahun sebelumnya Rp 807.108.655.000 mengakibatkan terjadinya peningkatan EPS yang hanya sebesar 4,32%. Pada tahun 2006 kembali peningkatan EPS yang cukup tinggi, yaitu sebesar 84,43% yang diakibatkan karena naiknya laba bersih perseroan di tahun 2006 menjadi Rp 1.552.777.307.000 atau sebesar 84,43% dari tahun 2005. Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah ratarata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.

4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS)
TABEL 4 PT Aneka Tambang Tbk Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity, dan Earning Per Share Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Financial Leverage 33,42% 58,78% 58,99% 52,68% 41,27% Return On Equity 10,59% 12,70% 32,57% 27,79% 36,27% Rp Rp Rp Rp Rp Earning Per Share 92,99 118,76 423,08 441,34 813,95

137

Dari table diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity (ROE). Pada saat financial leverage turun di tahun 2006, ROE tetap mengalami peningkatan di tahun tersebut. Dapat dilihat juga bahwa setiap penurunan financial leverage juga tidak sealu diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2005 dan 2006, dimana pada saat financial leverage mengalami penurunan sedangkan EPS tetap mengalami kenaikan.

4.2.1.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)


TABEL 5 PT Aneka Tambang Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Return On Equity (Y) X 0,3342 0,5878 0,5899 0,5268 0,4127 2,4514 Y 0,1059 0,1270 0,3257 0,2779 0,3627 1,1992 XY 0,0354 0,0747 0,1921 0,1464 0,1497 0,5982 X2 0,1117 0,3455 0,3480 0,2775 0,1703 1,2530 Y2 0,0112 0,0161 0,1061 0,0772 0,1316 0,3422

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi.

138

a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r= 5 (0,5982) (2,4514) (1,1992) [5 (1,2530) (2,4514)2] [5 (0,3422) (1,1992)2] r= 0,0513 [0,2556] [0,2729] r = 0,0513 0,2641 r = 0,1942 19,42%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar 0,1942 atau 19,42%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat hubungan lemah positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan diikuti dengan peningkatan dari ROE. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2 b = 5 (0,5982) (2,4514) (1,1992)

139

[5 (1,2530) (2,4514)2] b = 0,0513 0,5056 b = 0,1015 a = (Y) n a = (1,1992) 5 a = 0,1901 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 0,1901 + 0,1015 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan mencapai 0,1901%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan peningkatan ROE sebesar 0,1015%. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 0,3422 (1,1992)2 6 y2 = 0,0546 x2 = 0,0511 x2 = X2 (X)2 n x2 = 1,2530 (2,4514)2 5 b (X) n 0,1015 (2,4514) 5

140

y2 b2 x2 Se = n2 0,0546 (0,1015)2 (0,0511) Se = 52 0,0541 Se = 3 Se = 0,1343 t0 = b x2 Se t0 = 0,1015 0,0511 0,1343 t0 = 0,1708 t = t [0,025 ; 3] = 3,182 t = t [0,05/2 ; (5-2)] t = t [/2 ; (n-2)]

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,1708, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap return on equity (ROE).

d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2]

141

r2 = (0,1942)2 r2 = 0,0377 3,77%

Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,1942 atau 19,42%, maka r2 adalah 0,0377 atau 3,77%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 3,77% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 96,23% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.1.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
TABEL 6 PT Aneka Tambang Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Earning Per Share (Y) X 0,3342 0,5878 0,5899 0,5268 0,4127 2,4514 Y 92,99 118,76 423,08 441,34 813,95 1.890,12 XY 31,0772 69,8071 249,5749 232,4979 335,9172 918,8743 X2 0,1117 0,3455 0,3480 0,2775 0,1703 1,2530 Y2 8.647,14 14.103,94 178.996,69 194.781,00 662.514,60 1.059.043,37

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana

142

r=

n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2]

r=

5 (918,8743) (2,4514) (1.890,12) [5 (1,2530) (2,4514)2] [5 (1.059.043,37) (1890,12)2]

r=

-39,0687 [0,2556] [1.722.663,23]

r = -39,0687 663,5606 r = -0,0589 -5,89%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar -0,0589 atau -5,89%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan lemah negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan penurunan dari EPS. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2 b = 5 (918,8743) (2,4514) (1.890,12) [5 (1,2530) (2,4514)2]

143

b = -39,0687 0,5056 b = -77,2719 a = (Y) n a = (1890,12) 5 a = 415,9089 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 415,9089 77,2719 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan mencapai Rp 415,9089. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan penurunan EPS sebesar Rp 0,772719. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 1.059.043,37 (1.890,12)2 5 y2 = 344.532,6471 y2 b2 x2 x2 = X2 (X)2 n x2 = 1,2530 (2,4514)2 5 x2 = 0,0511 b (X) n -77,2719 (2,4514) 5

144

Se = n2

344.532,6471 (-77,2719)2 (0,0511) Se = 52 344.227,5317 Se = 3 Se = 338,7366 t0 = b x2 Se t0 = -77,2719 0,0511 338,7366 t0 = -0,0516 t = t [0,025 ; 3] = 3,182 t = t [0,05/2 ; (5-2)] t = t [/2 ; (n-2)]

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,0516, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap earning per share (EPS). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (-0,0589)2 r2 = 0,0035 0,35%

145

Korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,0589 atau -5,89%, maka r2 adalah 0,0035 atau 0,35%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 0,35% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 99,65% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.2 PT International ickel Indonesia Tbk. Karena PT International Nickel Indonesia Tbk menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat sebagai mata uang di dalam laporan keuangannya, maka penulis melakukan translasi dari laporan keuangan tersebut ke dalam mata uang rupiah Indonesia. Kurs yang digunakan adalah kurs penutupan di setiap akhir tahun laporan keuangan. Berikut ini adalah kurs akhir tahun yang penulis gunakan dalam analisis untuk PT International Nickel Indonesia, Tbk: Kurs 2002 : Kurs 2003 : Kurs 2004 : Kurs 2005 : Kurs 2006 : Rp 8.940 Rp 8.465 Rp 9.290 Rp 9.830 Rp 9.020

4.2.2.1 Analisis Financial Leverage


TABEL 7

146

PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Analisis Financial Leverage (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Leverage (%) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp 3.984.791.949 Rp 3.670.855.715 Rp 3.981.870.510 Rp 3.471.061.470 Rp 3.968.385.080 Rp 10.878.487.020 Rp 10.958.501.190 Rp 13.967.533.580 Rp 16.143.553.420 Rp 19.147.042.640 36,63 33,50 28,51 21,50 20,73 Perubahan Hutang (%) -7,88 8,47 -12,83 14,33 Perubahan Aktiva (%) 0,74 27,46 15,58 18,60 Perubahan Financial Leverage (%) -8,55 -14,90 -24,58 -3,61

Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat financial leverage dari PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami penurunan dari tahun ke tahun sejak tahun 2002 hingga 2006. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 36,33%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 20,73%. Di tahun 2003 terjadi penurunan pada jumlah hutang PT International Nickel Indonesia Tbk dari Rp 3.984.791.949.000 menjadi Rp 3.670.855.715.000 atau sebesar 7,88% sedangkan jumlah aktiva meningkat sebesar 0,74%. Hal ini mengakibatkan tingkat financial leverage turun sebesar 8,55% menjadi 33,50% dari yang sebelumnya 36,63%. Di tahun 2004 jumlah hutang mengalami peningkatan sebesar 8,47% akan tetapi peningkatan dalam jumlah aktiva lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah hutang sebesar 27,46% sehingga financial leverage tetap mengalami penurunan sebesar 14,90%.

147

Terjadi penurunan tingkat financial leverage yang paling besar di tahun 2005, yaitu sebanyak 24,58%. Hal ini dikarenakan jumlah hutang mengalami penurunan yang besar, yaitu sebesar 12,83% sedangkan jumlah aktiva mengalami kenaikan yang cukup besar pula, yaitu sebanyak 15,58%. Pada tahun 2006, financial leverage kembali mengalami penurunan sebanyak 3,61%. Penurunan ini ada penurunan tingkat financial leverage terkecil, yaitu hanya sebesar 3,61%. Jumlah hutang di tahun 2006 meningkat sebanyak 14,33% dan jumlah aktiva juga meningkat sebanyak 18,60% dari yang sebelumnya Rp 16.143.553.420.000 menjadi Rp 19.147.042.640.000 di tahun 2006.

4.2.2.2 Analisis Return On Equity (ROE)


TABEL 8 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Analisis Return On Equity (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return On Equity (%) 3,93 12,10 24,66 20,86 30,51 Perubahan Laba Bersih (%) 225,77 179,24 7,34 75,17 Perubahan Ekuitas (%) 5,71 37,02 26,91 19,78 Perubahan ROE (%) 208,16 103,79 -15,42 46,24

2002 2003 2004 2005 2006

Rp Rp

270.721.080 881.926.025

Rp Rp Rp

6.893.785.980 7.287.645.475 9.985.663.070

Rp 2.462.667.520 Rp 2.643.483.600 Rp 4.630.489.160

Rp 12.672.491.950 Rp 15.178.657.560

Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat ROE dari PT International Nickel Indonesia Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun

148

2006, yaitu sebesar 30,51%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 3,93%. Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 12,10% dari 3,93% di tahun 2002 atau mengalami kenaikan sebesar 208,16%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT International Nickel Indonesia Tbk yaitu sebesar 225,77% dari Rp 270.721.080.000 di tahun 2002 menjadi Rp 881.926.025.000 di tahun 2003. Di tahun 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk kembali mengalami kenaikan ROE yang tinggi, yaitu sebanyak 103,79%. Hal ini juga disebabkan karena kembali meningkatnya laba bersih perseroan sebesar 179,24% di tahun 2004. Pada tahun 2005 ROE PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami penurunan sebanyak 15,42%. Hal ini terjadi karena kenaikan jumlah ekuitas yang lebih tinggi dibangingkan dengan kenaikan laba bersih. Tahun 2006 ROE PT International Nickel Indonesia Tbk kembali naik menjadi 30, 51% dari tahun sebelumnya 20,86% atau naik sebesar 46,24%. ROE pada tahun 2006 ini adalah ROE tertinggi sejak tahun 2002 hingga tahun 2006.

4.2.2.3 Analisis Earning Per Share (EPS)


TABEL 9 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Analisis Earning Per Share (Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share) Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Beredar (lembar) Earning Per Share Perubahan Laba Bersih Perubahan Jumlah Saham Perubahan EPS (%)

149

(%) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp Rp 270.721.080 881.926.025 248.408.468 248.408.468 993.634.000 993.634.000 993.634.000 Rp 1.072,80 Rp 3.555,30 Rp 2.508,30 Rp 2.654,10 Rp 4.690,40 225,77 179,24 7,34 75,17

(%) 0,00 300,00 0,00 0,00 231,40 -29,45 5,81 76,72

Rp 2.462.667.520 Rp 2.643.483.600 Rp 4.630.489.160

Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat EPS dari PT International Nickel Indonesia Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp 4.690,40. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar Rp 1.072,80. Pada tahun 2003, EPS dari PT International Nickel Indonesia Tbk mengalami peningkatan tertinggi, yaitu sebanyak 231,40% dari Rp 1.072,80 menjadi Rp 3.555,30. Hal ini dikarenakan peningkatan laba bersih perseroan yang mencapai 225,77% di tahun tersebut. Pada tahun 2004 terjadi penurunan tingkat EPS sebesar 29,45% karena PT International Nickel Indonesia Tbk melakukan stock split (pemecahan saham) pada tahun 2004 sehingga jumlah saham beredar meningkat dari 248.408.468 menjadi 993.634.000 atau sebanyak 300%. Setelah penurunan EPS di tahun 2004 karena dilakukannya stock split, pada tahun 2005 EPS PT International Nickel Indonesia Tbk kembali mengalami kenaikan, yaitu sebanyak 5,81%.

150

Tahun 2006 PT International Nickel Indonesia Tbk mencatat EPS tertinggi sejak tahun 2002 hingga 2006, yaitu sebesar Rp 4.690,40 atau naik sebanyak 76,72% dari EPS tahun sebelumnya. Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah ratarata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.

4.2.2.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS)
TABEL 10 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity, dan Earning Per Share Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Financial Leverage 36,63% 33,50% 28,51% 21,50% 20,73% Return On Equity 3,93% 12,10% 24,66% 20,86% 30,51% Rp Rp Rp Rp Rp Earning Per Share 1.072,80 3.555,30 2.508,30 2.654,10 4.690,40

Dari table diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity (ROE). Pada tahun 2003, financial leverage mengalami penurunan akan tetapi ROE mengalami peningkatan di tahun tersebut. Di tahun 2004 hal yang sama seperti pada tahun 2003 juga terjadi dimana financial leverage mengalami penurunan akan tetapi

151

ROE mengalami peningkatan. Begitu pula pada saat financial leverage turun di tahun 2006, ROE tetap mengalami peningkatan di tahun tersebut. Dapat dilihat juga bahwa setiap penurunan financial leverage juga tidak sealu diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2003, 2005, dan 2006, dimana pada saat financial leverage mengalami penurunan sedangkan EPS tetap mengalami kenaikan.

4.2.2.5 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)


TABEL 11 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Return On Equity (Y) X 0,3663 0,3350 0,2851 0,2150 0,2073 1,4087 Y 0,0393 0,1210 0,2466 0,2086 0,3051 0,9206 XY 0,0144 0,0405 0,0703 0,0448 0,0632 0,2332 X2 0,1342 0,1122 0,0813 0,0462 0,0430 0,4169 Y2 0,0015 0,0146 0,0608 0,0435 0,0931 0,2135

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y)

152

[n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r= 5 (0,2332) (1,4087) (0,9206) [5 (0,4169) (1,4087)2] [5 (0,2135) (0,9206)2] r= -0,1308 [0,1001] [0,2200] r = -0,1308 0,1484 r = -0,8814 -88,14%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar -0,8814 atau -88,14%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat hubungan kuat negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan penurunan dari EPS. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX

b=

n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2

b = 5 (0,2332) (1,4087) (0,9206)

153

[5 (0,4169) (1,4087)2] b = -0,1308 0,3164 b = -0,4134 a = (Y) n a = (0,9206) 5 a = 0,3006 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 0,3006 - 0,4134 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan mencapai 0,3006%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan penurunan ROE sebesar -0,4134%. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 0,2135 (0,9206)2 5 y2 = 0,0440 x2 = 0,0200 x2 = X2 (X)2 n x2 = 0,4169 (1,4087)2 5 b (X) n (-0,4134) (1,4087) 5

154

y2 b2 x2 Se = n2 0,0440 (-0,4134)2 (0,0200) Se = 52 0,0406 Se = 3 Se = 0,1163 t0 = b x2 Se t0 = -0,4134 0,0200 0,1163 t0 = -0,5030 t = t [0,025 ; 3] = 3,182 t = t [0,05/2 ; (5-2)] t = t [/2 ; (n-2)]

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,5030, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap return on equity (ROE). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (-0,8814)2 r2 = 0,7769 77,69%

155

Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8814 atau 88,14%, maka r2 adalah 0,7769 atau 77,69%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 77,69% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 22,31% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.2.6 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)
TABEL 12 PT Interntional Nickel Indonesia Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Earning Per Share (Y) X 0,3663 0,3350 0,2851 0,2150 0,2073 1,4087 Y 1.072,80 3.555,30 2.508,30 2.654,10 4.690,40 14.480,90 XY 392,9666 1.191,0255 715,1163 570,6315 972,3199 3.842,0598 X2 0,1342 0,1122 0,0813 0,0462 0,0430 0,4169 Y2 1.150.899,84 12.640.158,09 6.291.568,89 7.044.246,81 21.999.852,16 49.126.725,79

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2]

156

r=

5 (3.842,0598) (1,4087) (14.480,90) [5 (0,4169) (1,4087)2] [5 (49.126.725,79) (14.480,90)2]

r=

-1.188,9448 [0,1001] [35.937.164,14]

r = -1.188,9448 1.896,6576 r = -0,6269 -62,69%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar -0,6269 atau -62,69%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan kuat negatif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan penurunan dari EPS. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2 b = 5 (3.842,0598) (1,4087) (14.480,90) [5 (0,4169) (1,4087)2] b = -1.188,9448

157

0,3164 b = -3.757,7269

a = (Y) n a = (14.480,90) 5 a = 3.954,8810

b (X) n (-3.757,7269) (1,4087) 5

Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 3.954,8810 3.757,7269 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan mencapai Rp 3.954,8810. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan penurunan EPS sebesar Rp 37,7577269. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 49.126.725,79 (14.480,90)2 5 y2 = 7.187.432,8280 y2 b2 x2 Se = x2 = 0,0200 x2 = X2 (X)2 n x2 = 0,4169 (1,4087)2 5

158

n2 7.187.432,8280 (-3.757,71269)2 (0,0200) Se = 52

6.905.022,5989 Se = 3 Se = 1.517,1270 t0 = b x2 Se t0 = -3.757,71269 0,0200 1.517,1270 t0 = -0,3503 t = t [0,025 ; 3] = 3,182 t = t [0,05/2 ; (5-2)] t = t [/2 ; (n-2)]

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah -0,3503, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap earning per share (EPS). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (-0,6269)2 r2 = 0,3930 39,30%

159

Korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,6269 atau -62,69%, maka r2 adalah 0,3930 atau 39,30%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 39,30% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 60,70% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.3 PT Timah Tbk 4.2.3.1 Analisis Financial Leverage


TABEL 13 PT Timah Tbk Analisis Financial Leverage (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Jumlah Hutang Jumlah Aktiva Financial Leverage (%) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp Rp Rp Rp Rp 452.244.000 581.310.000 906.983.000 1.213.866.000 1.785.322.000 Rp Rp Rp Rp Rp 1.940.502.000 1.974.282.000 2.416.289.000 2.748.257.000 3.462.222.000 23,31 29,44 37,54 44,17 51,57 Perubahan Hutang (%) 28,54 56,02 33,84 47,08 Perubahan Aktiva (%) 1,74 22,39 13,74 25,98 Perubahan Financial Leverage (%) 26,34 27,48 17,67 16,75

Dari tabel analisis financial leverage tersebut dapat dilihat bahwa tingkat financial leverage dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan kenaikan dari tahun ke tahunnya. Tingkat financial leverage tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 51,57%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 23,31%.

160

Di tahun 2003 ada kenaikan financial leverage sebanyak 26,34%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah hutang dari tahun 2002 dari Rp 452.244.000.000 menjadi Rp 1.974.282.000.000 di tahun 2003 atau sebesar 26,34%. Kenaikan financial leverage tertinggi terjadi di tahun 2004, yaitu sebesar 27,48%. Jumlah hutang meningkat cukup besar di tahun 2004 yaitu sebanyak 56,02%. Begitu pula dengan jumlah aktiva yang meningkat dari Rp 1.974.282.000.000 menjadi Rp 2.416.289.000.000 atau sebesar 22,39%. Di tahun 2005 financial leverage mengalami kenaikan sebanyak 17,67%. Begitu pula di tahun 2006 financial leveragei kembali mengalami kenaikan yang sedikit lebih kecil dari kenaikan di tahun 2005, yaitu sebanyak 16,75%.

4.2.3.2 Analisis Return On Equity (ROE)


TABEL 14 PT Timah Tbk Analisis Return On Equity (Dalam Ribuan Rupiah) Tahun Laba Bersih Jumlah Ekuitas Return On Equity (%) 0,76 5,48 11,79 7,01 12,41 Perubahan Laba Bersih (%) 577,18 132,95 -39,58 93,63 Perubahan Ekuitas (%) -6,43 8,38 1,64 9,30 Perubahan ROE (%) 623,71 114,94 -40,55 77,16

2002 2003 2004 2005 2006

Rp Rp

11.278.000 76.372.000

Rp 1.488.252.000 Rp 1.392.565.000 Rp 1.509.256.000 Rp 1.534.033.000 Rp 1.676.629.000

Rp 177.907.000 Rp 107.499.000 Rp 208.147.000

Dari tabel analisis return on equity (ROE) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat ROE dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang

161

cukup fluktuatif. Tingkat ROE tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 12,41%. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 0,76%. Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 623,71% dari 0,76% di tahun 2002 menjadi sebesar 5,48%. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peningkatan yang sangat tinggi pada laba bersih PT Timah Tbk yaitu sebesar 577,18% dari Rp 11.278.000.000 di tahun 2002 menjadi Rp 76.372.000.000 di tahun 2003 dan juga turunnya jumlah aktiva sebesar 6,43%. Setelah kenaikan ROE yang sangat tinggi di tahun 2003, pada tahun 2004 ROE dari PT Timah Tbk kembali mengalami kenaikan yang besar, yaitu sebesar 114,94% dari tahun sebelumnya. Setelah dua kali mengalami kenaikan yang tinggi, pada tahun 2005 ROE PT Timah Tbk kembali mengalami penurunan. Hal ini dikarenan adanya penurunan yang pada laba bersih perseroan, yaitu sebesar 39,58%. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan ROE sebesar 40,55% dari tahun 2004. ROE PT Timah Tbk kembali naik di tahun 2006 sebesar 77,16% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah hutang yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah aktiva.

4.2.3.3 Analisis Earning Per Share (EPS)


TABEL 15 PT Timah Tbk Analisis Earning Per Share (Dalam Ribuan Rupiah kecuali Earning Per Share) Tahun Laba Bersih Jumlah Saham Earning Perubahan Perubahan Perubahan

162

Beredar (lembar) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp Rp 11.278.000 76.372.000 503.301.999 503.301.999 503.301.999 503.301.999 503.301.999

Per Share Rp Rp Rp Rp Rp 22 152 353 214 414

Laba Bersih (%) 577,18 132,95 -39,58 93,63

Jumlah Saham (%) 0,00 0,00 0,00 0,00

EPS (%) 577,18 132,95 -39,58 93,83

Rp 177.907.000 Rp 107.499.000 Rp 208.147.000

Dari tabel analisis earning per share (EPS) tersebut dapat dilihat bahwa tingkat EPS dari PT Timah Tbk sejak tahun 2002 hingga 2006 mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Tingkat EPS tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar Rp 414. Sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar Rp 22. Pada tahun 2003, EPS dari PT Timah Tbk mengalami peningkatan dari Rp 22 menjadi Rp 152 atau meningkat sebesar 577,18 %. Kenaikan tersebut adalah yang tertinggi selama tahun 2002 hingga tahun 2006. Kenaikan tersebut dikarenakan oleh peningkatan laba bersih perseroan pada tahun 2003 sebesar 577,18%. Pada tahun 2004, EPS PT Timah, Tbk kembali mengalami kenaikan yang besar,yaitu sebesar 132,95% dari Rp 152 di tahun 2003 menjadi Rp 353 di tahun 2004. Terjadi penurunan EPS di tahun 2005, yaitu menjadi Rp 214 dari tahun sebelumnya Rp 353. Penyebab penurunan ini adalah karena turunnya laba bersih PT Timah Tbk sebesar 39,58%. Pada tahun 2006 kembali peningkatan EPS yang cukup tinggi, yaitu sebesar 93,83% yang diakibatkan karena naiknya laba bersih perseroan di tahun 2006 menjadi Rp 208.147.000.000 atau sebesar 93,83% dari tahun 2005.

163

Jumlah saham beredar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah jumlah ratarata tertimbang saham beredar pada setiap akhir tahun.

4.2.1.4 Ringkasan Hasil Financial Leverage, Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS)
TABEL 16 PT Timah Tbk Ringkasan Financial Leverage,Return On Equity, dan Earning Per Share Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Financial Leverage 23,31% 29,44% 37,54% 44,17% 51,57% Return On Equity 0,76% 5,48% 11,79% 7,01% 12,41% Rp Rp Rp Rp Rp Earning Per Share 22,00 152,00 353,00 214,00 414,00

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikan atau pun penurunan financial leverage tidak selalu diikuti dengan kenaikan atau penurunan return on equity (ROE). Pada saat financial leverage naik di tahun 2005, ROE tetap mengalami pennurunn di tahun tersebut. Dapat dilihat juga bahwa setiap peningkatan financial leverage juga tidak selalu diikuti oleh penurunan earning per share (EPS). Hal ini terjadi pada tahun 2005, dimana pada saat financial leverage mengalami peningkatan sedangkan EPS mengalami penurunan.

164

4.2.1.4 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE)


TABEL 17 PT Timah Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Return On Equity (Y) X 0,2331 0,2944 0,3754 0,4417 0,5157 1,8603 Y 0,0076 0,0548 0,1179 0,0701 0,1241 0,3745 XY 0,0018 0,0161 0,0443 0,0310 0,0640 0,1572 X2 0,0543 0,0867 0,1409 0,1951 0,2659 0,7429 Y2 0,000057 0,0030 0,0139 0,0049 0,0154 0,0373

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r= 5 (0,1572) (1,8603) (0,3745) [5 (0,7429) (1,8603)2] [5 (0,0373) (0,3745)2] r= 0,0893 [0,2538] [0,0462] r = 0,0893

165

0,1083 r = 0,8246 82,46%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan return on equity (ROE) adalah sebesar 0,8246 atau 82,46%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan ROE bersifat hubungan kuat positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan diikuti dengan peningkatan dari ROE. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2

b = 5 (0,1572) (1,8603) (0,3745) [5 (0,7429) (1,8603)2] b = 0,0893 0,5038 b = 0,1772 a = (Y) n a = (0,3745) 5 b (X) n 0,1772 (1,8603) 5

166

a = 0,0090 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 0,0090 + 0,1772 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat return on equity (ROE) perseroan akan mencapai 0,1772%. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan peningkatan ROE sebesar 0,0090%. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 0,0373 (0,3745)2 5 y2 = 0,0093 y2 b2 x2 Se = n2 0,0093 (0,1772)2 (0,0508) Se = 52 0,0077 Se = 3 Se = 0,0507 x2 = 0,0508 x2 = X2 (X)2 n x2 = 0,7429 (1,8603)2 5

167

t0 = b x2 Se t0 = 0,1772 0,0508 0,0507 t0 = 0,7877

t = t [/2 ; (n-2)]

t = t [0,05/2 ; (5-2)]

t = t [0,025 ; 3] = 3,182

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,7877, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap return on equity (ROE). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (0,8246)2 r2 = 0,6800 68%

Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8246 atau 82,46%, maka r2 adalah 0,6800 atau 68%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap return on equity (ROE) hanya sebesar 68% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 32% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

4.2.1.4 Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS)

168

TABEL 18 PT Timah Tbk Pengaruh Financial Leverage (X) terhadap Earning Per Share (Y) X 0,2331 0,2944 0,3754 0,4417 0,5157 1,8603 Y 22,00 152,00 353,00 214,00 414,00 1.155,00 XY 5,1282 44,7488 132,5162 94,5238 213,4998 490,4168 X2 0,0543 0,0867 0,1409 0,1951 0,2659 0,7429 Y2 484,00 23.104,00 124.609,00 45.796,00 171.396,00 365.389,00

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS), penulis menggunakan beberapa teknik analisis statistik, yaitu analisis korelasi sederhana, analisis regresi linier, uji koefisien regresi dan uji hipotesis, serta analisis koefisien determinasi. a. Analisis Korelasi Sederhana r= n (XY) (X) (Y) [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r= 5 (490,4168) (1,8603) (1.155) [5 (0,7429) (1,8603)2] [5 (365.389) (1.155)2]

r=

303,4375 [0,2538] [492.920]

r = 303,4375

169

353,6992 r = 0,8579 85,79%

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi (hubungan) antara financial leverage dengan eaning per share (EPS) adalah sebesar 0,8579 atau 85,79%. Hal ini berarti bahwa hubungan antara financial leverage dengan EPS bersifat hubungan kuat positif, artinya setiap terjadinya peningkatan financial leverage akan menyebabkan peningkatan dari EPS. b. Analisis Regresi Linier Y = a + bX b= n (XY) (X) (Y) n (X2) (X)2 b = 5 (490,4168) (1,8603) (1.155) [5 (0,7429) (1,8603)2] b = 303,4375 0,5038 b = 602,2975 a = (Y) n b (X) n

a = (1.155) 5

602,2975 (1,8603) 5

170

a = 6,9092 Dengan demikian, persamaan regresi liner dapat ditulis Y = 6,9092 + 602,2975 X Dari persamaan tersebut a menunjukkan konstanta () yang menunjukkan bahwa jika tidak ada financial leverage, maka tingkat earning per share (EPS) perseroan akan mencapai Rp 6,9092. Sedangkan b dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya penggunaan financial leverage sebesar 1%, maka akan menyebabkan penurunan EPS sebesar Rp 6,022975. c. Uji Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis y2 = Y2 (Y)2 n y2 = 365.389 (1.155)2 5 y2 = 98.584 y2 b2 x2 Se = n2 98.584 (602,2975)2 (0,0508) Se = 52 80.155,6763 Se = 3 Se = 163,4581 x2 = 0,0508 x2 = X2 (X)2 n x2 = 0, 7429 - (1,8603)2 5

171

t0 = b x2 Se t0 = 602,2975 0,0508 163,4581 t0 = 0,8305

t = t [/2 ; (n-2)]

t = t [0,05/2 ; (5-2)]

t = t [0,025 ; 3] = 3,182

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil dari t0 adalah 0,8305, sedangkan hasil hasil dari t adalah 3,182 jadi -ta t0 ta,. Hal ini berarti H0 diterima (Ha ditolak), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan financial leverage terhadap earning per share (EPS). d. Uji Koefisien Determinasi r2 = [n (XY) (X) (Y)2] [n (X2) (X)2] [n (Y2) (Y)2] r2 = (0,8579)2 r2 = 0,7360 73,60%

Korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,8579 atau 85,79%, maka r2 adalah 0,7360 atau 73,60%. Koefisien determinasi (r2) menjelaskan pengaruh financial leverage terhadap earning per share (EPS) hanya sebesar 73,60% saja. Sedangkan sisanya yang sebesar 26,40% dipengaruhi oleh faktor lain di luar financial leverage yang tidak diteliti dalam skripsi ini.

172

BAB V KESIMPULA DA SARA

5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan dari ketiga perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya sebagai berikut: 1. Pada PT Aneka Tambang Tbk, tingkat financial leverage terkecil terjadi pada tahun 2002 sebesar 33,42% dan terbesar pada tahun 2004 sebesar 58,99%. Tingkat ROE terkecil terjadi pada tahun 2002 sebesar 10,59% dan terbesar tahun 2006 sebesar 36,27%. Untuk EPS perseroan yang terkecil pada tahun 2002 sebesar Rp 92,99 dan terbesar di tahun 2006 sebesar Rp 813,95.

173

2. Pada PT International Nickel Indonesia Tbk, tingkat financial leverage terkecil terjadi pada tahun 2006 sebesar 20,73% dan terbesar pada tahun 2002 sebesar 36,33%. Tingkat ROE terkecil terjadi pada tahun 2002 sebesar 3,93% dan terbesar tahun 2006 sebesar 30,51%. Untuk EPS perseroan yang terkecil pada tahun 2002 sebesar Rp 1.072,80 dan terbesar di tahun 2006 sebesar Rp 4.690,40. 3. Pada PT Timah Tbk, tingkat financial leverage terkecil terjadi pada tahun 2002 sebesar 23,31% dan terbesar pada tahun 2006 sebesar 51,57%. Tingkat ROE terkecil terjadi pada tahun 2002 sebesar 0,76% dan terbesar tahun 2006 sebesar 12,41%. Untuk EPS perseroan yang terkecil pada tahun 2002 sebesar Rp 22 dan terbesar di tahun 2006 sebesar Rp 414. 4. Penggunaan hutang yang lebih besar tidak selalu memberikan tingkat financial leverage yang lebih besar bagi perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya. Meningkatnya penggunaan hutang berakibat meningkatnya beban hutang yang harus ditanggung oleh perusahaan. Tingkat financial leverage yang besar tidak selalu dapat meningkatkan return on equity dan earning per share pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya. 5. Pada perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya financial leverage tidak selalu mempunyai hubungan yang positif terhadap ROE dan EPS begitu juga sebaliknya. Financial leverage yang positif akan diikuti dengan meningkatnya ROE dan EPS sedangkan financial leverage yang negatif akan diikuti penurunan ROE dan EPS.

174

6. Setelah dilakukan analisis koefisien regresi, pengujian hipotesa dan analisis determinasi, diketahui bahwa tidak ada pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS yang signifikan, hal ini disebabkan pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap perusahaan pertambangan logam dan mineral lainnya.

5.2 Saran 1. Perusahaan yang menggunakan hutang sebagai salah satu sumbernya, sebaiknya proporsi hutang tersebut didasarkan pada perhitungan yang tepat agar pada akhirnya penggunaan hutang tersebut akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan bukan sebaliknya. Jika penggunaan financial leverage

menguntungkan bagi perusahaan maka pendapatan akan lebih besar daripada beban bunganya yang harus dibayar, hal ini akan meningkatkan laba bagi pemegang saham atas modal yang telah ditanamkannya. 2. Bila perusahaan menggunakan pinjaman dalam bentuk mata uang asing sebaiknya diikuti dengan melakukan hedging, hal ini dilakukan untuk mengurangi selisih kurs mata uang asing dan menghindari kerugian yang lebih besar.

175

DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica dan Meliza Silvy. 2006. Analisis Kebijakan Dividen dan Kebijakan Leverage Terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Volume 6, No. 1. Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku Satu. Edisi Sepuluh. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto dari Fundamentals of Financial Management (2004). Jakarta: Salemba Empat. Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku Dua. Edisi Sepuluh. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto dari Fundamentals of Financial Management (2004). Jakarta: Salemba Empat. Garrison, Ray H. 2001. Akuntansi Manajemen. Terjemahan A. Totok Budisantoro, SE, Akt, dari Managerial Accounting. Jakarta: Salemba Emapat. Harnanto. 2003. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku Dua. Yogyakarta: BPFE. Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty dan David F. Scott, Jr. 2000. Dasardasar Manajemen Keuangan. Edisi Tujuh. Terjemahan oleh Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulistyorini dari Basic Financial Management (1996). Jakarta: Salemba Empat. Kuncoro, Mujarad. 2001. Metode Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Martono, Cyrillius. 2002. Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang serta Pangsa Pasar Terhadap ROA dan ROE Perusahaan Manufaktur yang Go-Public Di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 4, No. 2. Mayo, Herbert B. 2004. Financial Intitutions, Investment and Management. Tenth Edition. South Western: Thomson. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE. Sasongko, Noer dan Nila Wulandari. 2006. Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Empirika Volume 19, No. 1.

176

Skousen, K. Fred, Earl K. Stice dan James D. Stice. 2004. Akuntansi Keuangan Menengah. Edisi Lima Belas. Terjemahan oleh Thomson Learning dari Intermediate Accounting. Jakarta: Salemba Empat. Suhardi dan Purwanto. 2004. Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat. Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 7. No. 2: 99- 116. Sundjadja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Sepuluh. Bandung: Prehallindo. Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. Warren, Carl, James. M Reeve, Philip E. Fess. 2005. Pengantar Akuntansi. Terjemahan oleh Thomson Learning dari Accounting. Jakarta: Salemba Empat. http://corobirugroup.wordpress.com/ www.google.co.id www.idx.co.id http://organisasi.org/pengertian-arti-definisi-saham-biasa-dan-saham-preferen-ilmupengetahuan-dasar-investasi-ekonomi-keuangan http://skripsi.blog.dada.net/post/624385/PENGARUH-PUBLIKASI-PEMECAHANSAHAM-STOCK-SPLIT

Anda mungkin juga menyukai