Anda di halaman 1dari 0

145 Polikultur udang vaname dan rumput laut (Erfan A.

Hendrajat)
ABSTRAK
Penelitian polikultur udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut Gracilaria verrucosa dilaksanakan
di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau di Marana, Maros dengan
menggunakan tambak ukuran 5.000 m
2
/petak sebanyak 4 petak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
produktivitas tambak pada polikultur udang vaname dan rumput laut. Hewan uji yang digunakan adalah
tokolan udang vaname dengan bobot rata-rata 0,22 g/ekor. Sebagai perlakuan adalah: (A) polikultur 2 ekor/
m
2
udang vaname + 2.000 kg/ha rumput laut dan (B) monokultur 2 ekor/m
2
udang vaname, masing-masing
dengan dua ulangan. Sintasan dan produksi udang tertinggi diperoleh pada perlakuan A namun tidak
berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan B dengan sintasan masing-masing 54,66% dan 35,22% serta
produksi masing-masing 108,6 kg/ha dan 72,84 kg/ha.
KATA KUNCI: vaname, Gracilaria verrucosa, polikultur, sintasan, produksi
PENDAHULUAN
Udang vaname merupakan jenis udang yang potensial untuk dikembangkan mendampingi udang
windu yang sampai saat ini masih dihadapkan dengan masalah penyakit. Karakter spesifik dari udang
vaname ini adalah mempunyai kemampuan adaptasi yang relatif tinggi terhadap perubahan
lingkungan seperti perubahan suhu dan salinitas serta laju pertumbuhan relatif cepat (Adiwijaya et
al., 2003).
Perkembangan budidaya udang vaname sudah mencapai tingkat yang cukup tinggi dengan adanya
pemanfaatan teknologi pertambakan baik pada tradisional, tradisional plus, semi intensif dan intensif.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan, diversifikasi komoditas dan upaya mengurangi kegagalan
panen, maka dalam budidaya udang vaname dengan teknologi tradisional, relung ekologi yang
masih kosong dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut, karena kedua komoditas tersebut
tidak saling mengganggu. Menurut Anggadiredja (2006), dengan pola tradisional, rumput laut
Gracilaria sp. dapat ditanam secara polikultur dengan udang karena keduanya memerlukan kondisi
perairan yang sama untuk kelangsungan hidupnya. Syahid et al. (2006) menyatakan bahwa Gracilaria
sp. banyak dibudidayakan petambak karena harga bibitnya murah, mudah didapat, perawatannya
mudah dan karaginan yang dihasilkan 3 kali lipat dibandingkan jenis rumput lainnya. Selain itu,
Gracilaria sp. termasuk rumput laut yang bersifat euryhalin, sifat tersebut dapat terlihat dari kemampuan
hidupnya pada perairan bersalinitas 1530 ppt, dengan begitu Gracilaria sp. dapat dibudidayakan di
daerah pantai atau tambak. Gracilaria memiliki banyak jenis yang bermanfaat sebagai bahan agar-
agar, salad, sayur sop, pemanis agar-agar, bahan anti gangguan perut, penyakit kandungan kemih,
gondok, pickle serta obat cacing.
Polikultur merupakan metode budidaya yang digunakan untuk memelihara lebih dari satu produk
dalam satu lahan. Dengan sistem ini, diperoleh manfaat yaitu tingkat produktivitas lahan yang tinggi
karena dapat memanen beberapa produk dalam satu musim sehingga dapat menambah penghasilan
(Syahid et al., 2006). Beny (2003) melaporkan bahwa masyarakat Desa Pantai Bakti, Bekasi telah
memperaktekkan polikultur udang dan rumput laut. Satu bulan setelah penanaman rumput laut,
barulah udang ditebar ke dalam tambak. Hasil udang yang dipolikultur tersebut cukup baik, dan
rumput laut dapat dijual untuk menambah pendapatan keluarga.
Polikultur udang vaname dan rumput laut diharapkan selain dapat menghasilkan udang vaname
sebagai komoditas utama juga dapat dihasilkan rumput laut yang merupakan komoditas sampingan
POLIKULTUR UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN
RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa)
Erfan Andi Hendrajat, Brata Pantjara, dan Markus Mangampa
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau
Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan 90512
E-mail: litkanta@indosat.net.id
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 146
untuk meningkatkan nilai tambah dan diharapkan dapat mendukung pemerintah dalam program
revitalisasi serta memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi untuk ekspor. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui produktivitas tambak pada polikultur udang vaname dan rumput laut
dengan teknologi tradisional.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau di
Marana, Maros. Wadah budidaya menggunakan 4 petak tambak yang masing-masing berukuran
5.000 m
2
. Persiapan tambak meliputi pengolahan tanah, pengeringan, perendaman, pembilasan,
dilanjutkan dengan pemberantasan hama dengan saponin dan pengapuran serta pemupukan. Hewan
uji yang digunakan adalah tokolan udang vaname dengan bobot rata-rata 0,22 g/ekor. Sebagai
perlakuan adalah: (A) polikultur 2 ekor/m
2
udang vaname + 2.000 kg/ha rumput laut dan (B)
monokultur 2 ekor/m
2
udang vaname, masing-masing dengan dua ulangan. Pengamatan terhadap
pertumbuhan udang dilakukan setiap 2 minggu selama pemeliharaan. Monitoring kualitas air tambak
dan pertumbuhan pakan alami (jenis dan kelimpahan plankton) dilakukan setiap 2 minggu. Analisis
kualitas air untuk peubah: salinitas, oksigen terlarut, pH, suhu, alkalinitas, NH
3
+
, NO
3
-
, PO
4
2-
, Fe
2+
dan BOT. Prosedur analisis air mengikuti petunjuk APHA (1998). Data kualitas air dan plankton
dianalisis secara deskriptif sedangkan data pertumbuhan, sintasan, dan produksi dianalisis
menggunakan uji T dengan bantuan Program SPSS.
HASIL DAN BAHASAN
Pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname selama 75 hari pemeliharaan disajikan pada
Tabel 1. Pada perlakuan A menghasilkan sintasan yang lebih tinggi yaitu 54,66% dibandingkan dengan
perlakuan B yaitu mencapai 35,22% namun dalam uji statistik, penelitian yang dicoba menunjukkan
berbeda tidak nyata antar perlakuan (P>0,05). Produksi tertinggi dicapai pada perlakuan A yang
mencapai 108,6 kg/ha dan pada perlakuan B hanya mencapai 72,84 kg/ha, namun secara statistik
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05). Tingginya produksi udang vaname pada perlakuan
polikultur disebabkan karena keberadaan rumput laut dapat menciptakan kondisi lingkungan yang
lebih baik yakni dapat berperan sebagai biofilter yang dapat menurunkan kandungan Fe
2+
dan BOT
(Tabel 2) sehingga dapat memperlambat pertumbuhan bakteri dan penyakit. Menurut Pantjara (2008),
tingginya BOT di perairan sangat erat hubungannya dengan populasi bakteri, aplikasi rumput laut
dapat menyerap kelebihan berbagai nutrient. Selanjutnya menurut Simanjuntak (1995) dalam Putinella
(2001), bahwa jenis alga merah seperti Gracilaria sp. banyak digunakan sebagai obat tradisional di
Cina. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa alga tersebut mengandung senyawa terpenoid,
asetogenik maupun senyawa aromatik. Umumnya senyawa yang ditemukan pada alga merah bersifat
anti mikroba, anti inflamasi, anti virus dan bersifat sitoksis. Putra (2006) menyatakan bahwa alga
hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang sangat
bermanfaat bagi pengembangan (1) industri farmasi seperti sebagai anti bakteri, anti tumor, anti
kanker atau sebagai reversal agent dan (2) industri agrokimia terutama untuk antifeedant, fungisida
Tabel 1. Pertumbuhan, sintasan, dan produksi udang
vaname selama 75 hari pemeliharaan
Angka pada baris yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata (P>0,05)
A B
Bobot awal (g/ekor) 0.22 0.22
Bobot akhir (g/ekor) 12,04
a
12,76
a
Sintasan (%) 54,66
a
35,22
a
Produksi (kg/ha) 108,6
a
72,84
a
Variabel
Perlakuan
147 Polikultur udang vaname dan rumput laut (Erfan A. Hendrajat)
dan herbisida. Kemampuan alga untuk memproduksi metabolit sekunder terhalogenasi yang bersifat
sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi karena kondisi lingkungan hidup alga yang ekstrim
seperti salinitas yang tinggi atau akan digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman preda-
tor.
Sintasan dan produksi udang vaname yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan
dengan hasil penelitian Amin & Hendrajat (2007) yang melakukan pemeliharaan udang vaname
dengan frekuensi waktu pemupukan susulan urea dan SP36 setiap 2 minggu dengan padat tebar 2
ekor/m
2
, sintasan dan produksi yang diperoleh masing-masing mencapai 94,20% dan 252 kg/ha selama
pemeliharaan 60 hari. Rendahnya sintasan dan produksi udang vaname disebabkan udang yang
dibudidayakan terserang penyakit white spot (WSSV) yang menyerang lebih dulu tambak-tambak
udang windu yang berada di sekitar lokasi penelitian maupun tambak-tambak udang windu yang
berada di beberapa daerah Sulawesi Selatan. Penyakit ini menyerang lebih dahulu udang vaname
yang besar dan yang kecil atau sedang lebih tahan. Walaupun udang vaname pada penelitian ini
terserang penyakit namun ada kecenderungan bahwa sintasan dan produksi udang vaname yang
dipolikultur dengan rumput laut (perlakuan A) lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipelihara
secara monokultur (perlakuan B). Hal ini menunjukkan bahwa udang vaname dapat tumbuh dan
hidup lebih baik dalam sistem polikultur dengan rumput laut dibanding dipelihara secara monokultur.
Walaupun produksi pada perlakuan A tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan
B namun secara ekonomi lebih menguntungkan karena selain menghasilkan udang juga menghasilkan
rumput laut. Keuntungan yang diperoleh dari harga udang dan rumput laut adalah Rp 2.843.000,-
per siklus sedangkan pada perlakuan B mengalami kerugian (Tabel 2). Pada penelitian ini rumput
laut yang dibudidayakan selama 75 hari menghasilkan rumput laut dengan bobot awal 1 ton/petak
Tabel 2. Analisis biaya polikultur udang vaname dan rumput laut di tambak
A. MODAL INVESTASI 1,000,000 1,000,000
- Persiapan tambak 1 ha 1,000,000 1,000,000 1,000,000
B. BIAYA TETAP 1 ha 1000000 1000000
C. BIAYA VARIABEL
/OPERASIONAL PERSIKLUS
3,465,000 1,665,000
- Benih rumput laut 2,000 kg 900 1,800,000 0
- Benih udang vaname 20,000 ekor 30 600,000 600,000
- Kapur 500 kg 1,100 550,000 550,000
- Pupuk SP36 100 kg 2,750 275,000 275,000
- Pupuk urea 100 kg 2,400 240,000 240,000
D. TOTAL BIAYA (C + D) 4,465,000 2,665,000
E. PENERIMAAN 7,308,000 2,185,800
- Rumput laut 4,500 kg 900 4,050,000 0
- Udang vaname
monokultur
72.86 kg 30,000 0 2,185,800
- Udang vaname polikultur 108.6 kg 30,000 3,258,000 0
F. LABA PERSIKLUS (ED) 2,843,000 -
G. LABA PERTAHUN (F x 3
PERIODE)
8,529,000 -
H. B/C RASIO (E/D) 1.64 0.82
Polikultur
Udang vaname
+ Rumput laut
Monokultur
Vaname
Volume Satuan
Harga
Satuan
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 148
menjadi 4,5 ton/petak dengan laju pertumbuhan harian 2,3%. Laju pertumbuhan harian rumput laut
yang diperoleh pada penelitian ini masih tergolong rendah. Laju pertumbuhan harian yang baik
berkisar antara 2,95%4,15% (Aslan, 1998). Salinitas yang tinggi yang terjadi pada bulan kedua
pemeliharaan yang mencapai 35 ppt diduga menjadi penyebab pertumbuhan rumput laut yang
kurang baik.
Hasil pengamatan parameter kualitas air seperti salinitas, oksigen terlarut dan pH menunjukkan
nilai rata-rata yang sama pada kedua perlakuan (Tabel 3). Nilai rata-rata parameter kualitas air tersebut
masih layak untuk mendukung pertumbuhan dan kehidupan udang vaname dan rumput laut. Kualitas
air yang layak untuk pembesaran udang vaname adalah: Salinitas optimal 1025 ppt, (toleransi 50
ppt), Oksigen terlarut > 4 mg/L (toleransi > 0,8 mg/L), dan pH 7,58,2 (Anonim, 2003). Untuk
budidaya rumput laut Gracilaria di tambak salinitas yang dibutuhkan berkisar 1530 ppt (Anggadiredja
et al., 2006), dengan salinitas optimal 1525 ppt, oksigen terlarut berkisar antara 38 mg/L dan pH
berkisar antara 69 dengan kisaran optimum 6,88,2 (Aslan, 1998), selanjutnya dijelaskan bahwa
Gracilaria dapat tumbuh pada kisaran kadar garam yang tinggi dan tahan pada kadar garam 50 ppt.
Akan tetapi Gracilaria verrucosa kebanyakan mandul pada bulan-bulan yang bersalinitas tinggi (30
35 ppt).
A B
- Salinitas (ppt) 27,510,6066 27,510,6066
- Oksigen terlarut (mg/L) 42,6870 42,6870
- pH 80,7071 80,7071
- Suhu (
o
C) 28,851,7677 28,32,4041
- Alkalinitas (mg/L) 95,848,0327 90,1611,4834
- NH
3
+
(mg/lL 0,68560790 0,67830,8779
- NO
3
-
(mg/L) 1,04641,4579 0,98981,3950
- PO
4
2-
(mg/L) 0,17940,1385 0,16620,1673
- Fe
2+
(mg/L) 0,00430,0056 0,00500,0067
- BOT (mg/L) 9,375,4164 12,7459,9702
Parameter kualitas air
Perlakuan
Tabel 3. Nilai rata-rata kualitas air pada setiap perlakuan
Suhu air yang diperoleh pada perlakuan A rata-rata 28,85
o
C dan pada perlakuan B rata-rata 28,3
o
C
masih berada dalam batas yang layak untuk pertumbuhan dan kehidupan udang vaname dan rumput
laut. Menurut Haliman & Adijaya (2005), kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan udang
vaname berkisar 26
o
C32
o
C, sedangkan untuk budidaya rumput laut di tambak kisaran suhu yang
dibutuhkan adalah antara 18
o
C30
o
C (Aslan, 1998).
Alkalinitas pada tambak A rata-rata 95,84 mg/L dan tambak B rata-rata 90,16 mg/L. Nilai ini
termasuk layak untuk pertumbuhan udang vaname. Menurut Adiwijaya et al. (2003), nilai alkalinitas
untuk pertumbuhan optimal udang adalah 90150 mg/L.
Kandungan amoniak yang diperoleh pada tambak A rata-rata 0,6856 mg/L, dan tambak B rata-
rata 0,6783 mg/L. Nilai ini cukup tinggi namun belum bersifat racun bagi udang karena didukung pH
yang masih optimal. Kadar amoniak yang baik untuk pertumbuhan udang vaname adalah 0,1 mg/L
(Anonim, 2003). Menurut Effendi (2000), sumber amoniak dalam perairan berasal dari pemecahan
nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air,
berasal dari dekomposisi organik.
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Kandungan nitrat
yang didapatkan pada penelitian ini sudah cukup mendukung pertumbuhan rumput laut Gracilaria
verrucosa. Menurut Azman (2005), bahwa nitrat sebagai faktor pembatas jika konsentrasinya <0,1
mg/L dan > 4,5 mg/L.
149 Polikultur udang vaname dan rumput laut (Erfan A. Hendrajat)
Konsentrasi fosfat pada tambak A rata-rata 0,1794 mg/L, tambak B rata-rata 0,1662 mg/L.
Konsentrasi fosfat tersebut tergolong tingkat kesuburan tinggi berdasarkan kriteria Joshimura (1983
dalam Effendie, 2000), perairan dengan tingkat kesuburan rendah kadar fosfatnya berkisar 00,02
mg/L, tingkat kesuburan sedang berkisar 0,0210,05 mg/L dan kesuburan tinggi berkisar 0,0510,1
mg/L.
Konsentrasi Fe
2+
dan BOT rata-rata pada perlakuan B lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
A. Keberadaan rumput laut pada perlakuan B dapat berfungsi sebagai biofilter dan berperan dalam
menghambat pergerakan air sehingga bahan-bahan yang larut mengendap ke dasar. Selain itu, rumput
laut juga dapat menyerap Fe
2+
yang ada dalam air tambak, seperti yang dikemukakan oleh Putra
(2006), bahwa beberapa spesies alga merah telah ditemukan mempunyai kemampuan yang cukup
tinggi untuk mengadsorpsi ion-ion logam, baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk sel
mati (biomassa). Selanjutnya dijelaskan bahwa berbagai penelitian telah membuktikan bahwa gugus
fungsi yang terdapat dalam alga mampu melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi
tersebut terutama adalah gugus karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodasol, sulfat dan sulfonat
yang terdapat di dalam dinding sel dalam sitoplasma. Hasil penelitian terhadap kandungan besi
dalam jaringan rumput laut yang dibudidayakan di tambak tanah sulfat masam adalah 1765,1
18,52,4 gg
-1
(Pantjara et al., 2007). Tingginya kandungan besi pada rumput laut disebabkan Fe
2+
diperlukan rumput laut untuk pertumbuhan karena fungsinya sebagai pengantar elektron pada sistem
enzimatis, selain itu peranan Fe
2+
dalam jaringan tanaman dapat mensintesis senyawa-senyawa
phorfirin, termasuk enzim katalase, peroksidase, sitokhorm dan klorofil yang terlibat dalam
metabolisme asam amino, namun tidak menjadi bagian dari klorofil.
Hasil pengukuran konsentrasi BOT pada tambak A rata-rata 9,37 mg/L, tambak B rata-rata 12,745
mg/L. Konsentrasi BOT pada tambak A dan B tergolong layak untuk budidaya udang vaname. Menurut
Adiwijaya et al. (2003), konsentrasi bahan organik yang layak untuk kegiatan budidaya udang vaname
adalah < 55 mg/L.
Jenis dan kelimpahan plankton sangat penting sebagai indikator kesuburan perairan dalam
kaitannya dengan kegiatan budidaya udang vaname. Kelimpahan plankton yang cukup merupakan
sumber pakan alami yang baik bagi udang vaname yang dibudidayakan, jika kelimpahan plankton
sampai melebihi batas (blooming) harus dihindari karena akan terjadi eutrifikasi yang mencirikan
terjadinya pencemaran biologi. Dari hasil pengamatan didapatkan 14 jenis plankton pada perlakuan
A dan B dengan Kelimpahan plankton pada perlakuan A berkisar antara 80180 individu/L, sedangkan
pada perlakuan B berkisar antara 70225 individu/L. Jenis plankton yang dominan antara lain
Brachionus sp., Larva mollusca, Naupli copepoda, Navicula sp., Nitzchia sp., Oscillatoria, dan Protoperidium
sp. Kelimpahan plankton pada kedua perlakuan memperlihatkan pola yang sama pada setiap waktu
pengamatan (Gambar 1). Kelimpahan plankton mengalami penurunan hingga minggu keenam,
selanjutnya mengalami kenaikan hingga minggu kedelapan. Hal ini disebabkan populasi udang hingga
minggu keenam masih cukup tinggi karena belum terserang penyakit sehingga pemangsaan plank-
Gambar 1. Kelimpahan plankton selama pemeliharaan
0
50
100
150
200
250
I II IV VI VIII
Waktu pengamatan (minggu)
I
n
d
i
v
i
d
u
/
l
Perlakuan A
Perlakuan B
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 150
ton oleh udang vaname cukup tinggi. Setelah udang mengalami kematian, kelimpahan plankton
kembali meningkat.
KESIMPULAN
Polikultur udang vaname dengan rumput laut menghasilkan sintasan dan produksi udang vaname
yang lebih tinggi yakni 54,66% dan 108,6 kg dan yang monokultur hanya mencapai 35,22% dan
72,84 kg.
Walaupun sama-sama terserang penyakit namun perlakuan polikultur udang vaname dan rumput
laut masih memberikan keuntungan Rp 2.843.000,-/siklus dari harga udang dan rumput laut dibanding
pada monokultur yang mengalami kerugian.
DAFTAR ACUAN
Adiwidjaya, D., Raharjo, S. P., Sutikno, E., & Subiyanto, S. 2003. Petunjuk teknis budidaya udang
vaname sistem tertutup yang ramah lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara, 29 hlm.
Amin, M. & Hendrajat, E.A. 2007. Pengaruh frekuensi waktu pemupukan susulan (Urea dan SP36)
terhadap pertumbuhan dan sintasan udang vaname. Laporan hasil penelitian. Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau, Maros, 9 hlm.
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H., & Istini, S. 2006. Rumput laut, pembudidayaan, pengolahan
dan pemasaran komoditas perikanan potensial. Penebar Swadaya. Jakarta, 147 hlm.
Anonim. 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternatif budidaya udang saat ini. PT. Central Proteinaprima
(Charoen Pokphand Group). Surabaya, 6 hlm.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya rumput laut. Kanisius, Yogyakarta, 92 hlm.
APHA (American Public Health Association). 1998. Standard methods for examination of water and
waste-water. 20
th
edition. APHA, AWWA, WEF, Washington, 1.085 hlm.
Azman, K. 2005. Kualiti air sungai berdasarkan analisis kimia dan kepelbagaian alga. Universiti
Teknologi Malaysia. Malaysia. http://www.Ipteknet.com[10 Mei 2008].
Beny, M.P. 2003. Tanaman rumput laut, memanen devisa. Trobos, Majalah Agribisnis Peternakan,
Perikanan dan Hobi Satwa, 46: 7475.
Effendie, H. 2000. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan . Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB. Bogor, 258 hlm.
Haliman, R.W. & Adijaya, S. D. 2005. Udang vaname, pembudidayaan dan prospek pasar udang putih
yang tahan penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta, 75 hlm.
Pantjara, B., Hendrajat, E.A., & Utojo. 2007. Remediasi tanah dasar terhadap pertumbuhan rumput
laut Gracilaria verrucosa di tambak tanah sulfat masam. Buku Pengembangan Teknologi Budidaya
Perikanan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Depatemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta, hlm. 278
285.
Pantjara, B. 2008. Efektifitas sumber C terhadap dekomposisi bahan organik limbah tambak udang
intensif. Prosiding Seminar Nasional Kelautan IV Universias Hang Tuah. Surabaya, hlm. 195199.
Putinella, J.D. 2001. Evaluasi lingkungan budidaya rumput laut di Teluk Bagula, Maluku. Usulan
penelitian. Program Pascasarjana, UGM, Yogyakarta, 7 hlm.
Putra, S.E. 2006. Alga laut sebagai biotarget industri. Sekjen Ikatan Himpunan Mahasiswa Kimia
Indonesia. Jakarta, 3 hlm.
Syahid, M., Subhan, A., & Armando, R. 2006. Budidaya udang organik secara polikultur. Penebar
Swadaya. Jakarta, 75 hlm.

Anda mungkin juga menyukai