Anda di halaman 1dari 12

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH

(Rancangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Learning) Pada Materi Pokok Unsur-Unsur Radioaktif)

Oleh
Gede Putra Adnyana

1. Kajian Teoritis Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu


strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Model pembelajaran mencakup
suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran
dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Suatu model tertentu memiliki sintaks pembelajaran
tertentu yang menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada
umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran
menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru
atau siswa (Jatmiko, 2004). Sintaks dari berbagai model pembelajaran mempunyai
komponen-komponen yang sama, tetapi juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-
perbedaan inilah yang harus dipahami oleh guru, jika model-model pembelajaran
tersebut ingin dilaksanakan dengan efektif dan efesien.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran (Joyce & Weil, 1980 dalam
Santyasa 2004). Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian, model pembelajaran
juga merupakan strategi pembelajaran, yang berperan sebagai fasilitas belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Setiap model pembelajaran memerlukan sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda, dimana memberikan peran
yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada isosial kelas. Oleh karena
itu pemilihan model pembelajaran sangat perlu memperhatikan kondisi siswa,
lingkungan belajar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Beberapa model
pembelajaran tersebut diantaranya model pembelajaran langsung (direct
instruction / DI), pembelajaran kooperatif (cooperative learning / CL), dan
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/BPL).
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan
salah satu model pembelajaran untuk mengaitkan konten dengan konteks. Yang
dimaksud dengan konten adalah isi materi pelajaran, sedangkan konteks adalah
situasi dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Model pembelajaran ini,
dikenal juga dengan nama lain, seperti project based teaching, experience based
education, dan anchored instruction (Ibrahim dan Nur, 2004 dalam Suma, 2004),
problem based instruction (Jatmiko, 2004), serta authentic learning (Nurhadi,
2005: 109). Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk belajar isi
akademik dan keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan siswa
kepada situasi masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian,
Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh
pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi. Proses berpikir merupakan
seperangkat operasi mental, yang meliputi: pembentukan konsep, pembentukan
prinsip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian.
Proses-proses tersebut pada umumnya saling tumpang tindih satu dengan yang
lainnya. Proses-proses pembentukan konsep, pembentukan prinsip, dan
pemahaman merupakan proses-proses pengkonstruksian pengetahuan. Proses-
proses pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian merupakan
aplikasi konsep, prinsip, dan pemahaman (Santyasa, 2004). Pendekatan
pemecahan masalah merupakan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang
untuk membantu proses pemecahan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang
terdapat pada pola pemecahan masalah yakni mulai dari analisis, rencana,
pemecahan, dan penilaian melalui heuristik yang melekat pada setiap tahap
(Polya, 1973; Mettes dan Pilot, 1980; Kramers-Pals & Pilot, 1988 dalam Janulis P.
Purba, 2004).
Ada 4 (empat) cirri, Problem Based Learning, yaitu 1) pengajuan
pertanyaan (masalah), dimana masalah berpusat pada pertanyaan yang bermakna
untuk siswa; 2) terintegrasi dengan disiplin ilmu lain, dalam hal ini masalah yang
diselidiki dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang mata pelajaran; 3)
penyelidikan otentik, dimana siswa menganalisis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan
merumuskan kesimpulan; dan 4) menghasilkan produk atau karya dan
memamerkannya (Nurhadi, 2005: 110). Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan
guru secara optimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian, sehingga
Problem Based Learning dapat berlangsung dengan efektif dan efesien.
Peran guru dalam Problem Based Learning adalah menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan, serta memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Problem
Based Learning tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan
lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka.
Perilaku guru dalam Problem Based Learning terlihat dari sintaks pembelajaran
yang dilaksanakannya. Terdapat 5 (lima) tahapan utama pada Problem Based
Learning, yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu masalah
dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa (Suma, 2004), seperti
pada tabel berikut:

TAHAP TINGKAH LAKU GURU


Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi siswa pada logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru
masalah
mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan
dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa
Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
Mengorganisasi siswa
dengan masalah tersebut
untuk belajar
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
Membimbing
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
penyelidikan individu
maupun kelompok
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
menyajikan hasil model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
karya
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
Menganalisis dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
mengevaluasi proses yang mereka gunakan
pemecahan masalah
2. Karakteristik Mata Pelajaran Kimia

Mempelajari ilmu kimia bertujuan untuk menemukan zat-zat kimia yang


langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia serta untuk memahami
berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
mengetahui, hakekat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah,
mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk
ketekunan serta ketelitian bekerja. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka
memahami karakteristik ilmu kimia adalah keniscayaan.
Aspek ilmu kimia, sebagian ada yang bersifat “kasat mata” (visible),
artinya dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian lagi bersifat abstrak atau “tidak
kasat mata” (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkritnya. Namun aspek
kimia yang tidak dapat dibuat fakta konkritnya, harus bersifat “kasat logika”,
artinya, kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga
rasionalitasnya dapat dirumuskan atau diformulasikan. Dengan demikian, ilmu
kimia dalam hal-hal tertentu yang bersifat teoritis menggunakan teori kebenaran
koherensi, dan dalam hal-hal yang berhubungan dengan fakta konkrit (data
empiris) menggunakan teori kebenaran korespondensi (Depdiknas, 2003).
Secara umum ilmu kimia mempelajari gejala-gejala alam, tetapi secara
khusus mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi
yang menyertai perubahan materi. Pembahasan tentang struktur materi mencakup
struktur partikel-partikel penyusun materi (molekul, atom, ion) dan bagaimana
partikel-partikel penyusun materi yang sangat kecil itu bergabung satu sama lain
membentuk materi yang berukuran besar dan dapat diamati. Pembahasan tentang
susunan materi mencakup komponen-komponen penyusun materi dan
perbandingan banyaknya tiap komponen dalam materi itu. Sifat materi yang
digambarkan atau dideskripsikan dalam ilmu kimia mencakup sifat fisis (wujud
dan kenampakan/tampilan) dan sifat kimia (kecendrungan untuk berubah) materi.
Perubahan materi meliputi perubahan fisis, yang perubahan yang tidak
menimbulkan materi baru, dan perubahan kimia, yaitu perubahan yang
menimbulkan materi baru. Pembahasan tentang energi yang menyertai perubahan
materi mencakup jumlah dan jenis energi, serta perubahan dari bentuk energi yang
satu ke bentuk energi lainnya.
Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan
proses sains, yaitu: 1) Mengobservasi atau mengamati, termasuk di dalamnya
menghitung, mengukur, mengklasifikasi dan mencari hubungan ruang/waktu, 2)
Menyusun hipotesis, 3) Merencanakan penelitian atau eksperimen, 4)
mengendalikan atau memanipulasi variabel, 5) menginterpretasi atau menafsirkan
data, 6) menyusun kesimpulan sementara (interferensi), 7) meramalkan atau
memprediksi, 8) menerapkan atau mengaplikasikan, dan 9) mengkomunikasikan.

3. Rancangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran kimia berbasis masalah ini, diterapkan untuk siswa kelas


XII, program ilmu alam pada semester 1 (gasal). Materi pokok mata pelajaran
kimia yang dikaji adalah Unsur-unsur radioaktif. Standar kompetensi untuk materi
pokok ini adalah “memahami karakteristik unusr-unsur penting, kegunaan dan
bahayanya, serta terdapatnya di alam”. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah
“mendeskripsikan unsure-unsur radioaktif dari segi fisik dan sifat-sifat kimia,
kegunaan, dan bahayanya”. Materi pokok Unsur-Unsur Radioaktif ini, dirancang
untuk disajikan dalam 8 jam pelajaran (4 kali tatap muka).

Perencanaan

Sebelum pembelajaran kimia berbasis masalah dilaksanakan, maka


terlebih dahulu, dibuat perencanaan, yang langkah-langkahnya, meliputi 1)
memilih dan mengkaji materi pokok atau bahan ajar, dalam pembelajaran kimia
berbasis masalah ini dipilih materi pokok “Unsur-Unsur Radioaktif”, 2) mencari
dan memilih masalah yang aktual dan faktual, serta relevan dengan bahan kajian
dari berbagai sumber, seperti surat kabar, majalah, artikel, atau internet, 3)
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa
berorientasi masalah kontekstual (LKS-Kontekstual), 3) mempersiapkan dan
mengkaji penerapan evaluasi yang terdiri dari pretest dan tes akhir pembelajaran,
dan 4) mempersiapkan dan memfasilitasi pembentukan kelompok belajar.

Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pembelajaran kimia berbasis masalah,


meliputi tes, artikel yang berkaitan dengan masalah dikaji, dan lembar kerja siswa
berorientasi masalah kontekstual yang aktual dan relevan. Artikel diterapkan
dalam pembelajaran di dalam kelas dalam rangka mengembangkan kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah. Sedangkan lembar kerja siswa merupakan
pekerjaan rumah yang diharapkan dapat dikerjakan secara berkelompok. Tes yang
digunakan berupa pretest untuk menggali pengetahuan awal siswa dan posttest
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes yang digunakan berbentuk uraian
terbuka sehingga dapat menggali kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
dalam kehidupansehari-hari.

Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran kimia berbasis masalah, dilakukan dengan secara konsisten


dan konsekuen menerapkan sintaks pembelajaran berbasis masalah. Sintaks
pembelajaran kimia berbasis masalah, terdiri dari lima tahap, yaitu 1) Orientasi
siswa pada masalah, 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, dan 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Berkaitan dengan materi pokok Unsur-Unsur Radioaktif, maka akan
dilakukan dengan 4 kali tatap muka (8 jam pelajaran). Urian kegiatan setiap tatap
adalah, sebagai berikut:

Tatap Muka I (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok


Unsur-Unsur Radioaktif pada tatap muka I, sebagai berikut:
TAHAP PBL TINGKAH LAKU GURU/SISWA
Tahap 1 - Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan
menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
Orientasi siswa
indicator hasil belajar;
pada masalah
- Melaksanakan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal
(30 menit)
siswa terhadap bahan kajian yang akan dibahas;
- Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, seperti
pembentukan kelompok belajar dan tugas dari masing-
masing kelompok, serta mengarahkan siswa untuk
berkumpul dengan kelompoknya masing-masing;
- Guru mendistribusikan artikel dengan judul “Mengambil
Gambar Otak” yang berkaitan dengan masalah unsur-unsur
radioaktif, kemudian memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah;
- Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan
dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa.
Tahap 2 - Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
Mengorganisasi
dengan masalah tersebut;
siswa untuk
belajar - Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kajian teori
yang relevan dengan masalah di perpustakaan;
(60 menit)
- Siswa diarahkan juga untuk mencari nara sumber lainnya,
baik dari siswa atau guru yang relevan;
- Guru mengarahkan siswa untuk membuat laporan hasil
diskusi dan menyempurnakannya di rumah dengan
kelompoknya masing-masing;
Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah pada tatap muka I ditutup
dengan menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap muka
II). Untuk itu, diinformasikan kepada siswa dapat mempersiapkan diri dengan
lebih baik dengan menyiapkan sumber belajar dan saran pendukung lainnya.
Masalah yang didistribusikan adalah artikel yang diperoleh dari internet,
yang relevan dengan masalah unsur-unsur radiaktif. Adapun artikel tersebut
adalah:
MENGAMBIL GAMBAR OTAK
Oleh: G. Marc Loudon, Universitas Purdue
Beberapa isotop yang miskin netron, seperti 11C and 18F, masa
hidupnya sangatlah singkat (kira-kira 20 dan 103 menit masing-
masingnya) dan luruh dengan berubahnya proton menjadi netron.
Dalam prosesnya dihasilkan positron (elektron yang bermuatan
positif). Positron adalah sebuah bentuk dari antimatter. Ketika sebuah
positron bertemu sebuah elektron, keduanya akan lenyap dan
menghasilkan foton sinar gamma yang terpancar dari titik pertemuan
mereka ke arah yang berlawanan.
Jika percobaan ini dilakukan pada jaringan biologis, peristiwa
lenyapnya kedua partikel ini terjadi sangat dekat dengan titik
pancaran positron. Titik lenyap, dan oleh sebab itu lokasi dari sumber
positron, dapat dengan tepat diketahui berkat adanya sinar gamma
dalam percobaan tersebut. Percobaan semacam ini disebut tomografi
pancaran positron (positron emmision tomography) atau disingkat
PET. Karena masa hidup radioisotop sangat singkat dan digunakan
pada tingkat yang sangat rendah, mereka tidak terlalu berpengaruh
pada subjeknya.
Bayangkan sebuah obat, yang diketahui mempunyai efek
pada fungsi otak, secara kimia "dipasangi" salah satu isotop pemancar
positron dan disuntikkan ke pasien; letak yang tepat dari obat ini di
dalam otak dapat diketahui dengan sebuah percobaan PET. Sejumlah
obat-obatan sudah dipersiapkan dan digunakan di dalam percobaan-
percobaan PET untuk mempelajari biokimia otak. Contohnya, letak
dari 11C-kokain diketahui dari beberapa keadaan pemberian dosis.
Teknik PET digunakan sebagai sebuah upaya untuk
memahami tentang kecanduan merokok (enzim monoamine oxidase-
B, MAO-B). MAO-B terlibat di dalam pemecahan dopamine, yang
selanjutnya berpengaruh pada sifat keteguhan dan motivasi
seseorang. Mereka menemukan bahwa otak dari para perokok
memperlihatkan penurunan jumlah enzim dopamine sebanyak 40%.
Perpaduan dan pemurnian senyawa-senyawa menggunakan
radioisotop yang waktu paruhnya singkat merupakan sebuah seni
tersendiri, yang menuntut pengaturan yang berhati-hati dan latihan
dengan senyawa-senyawa tak bernama. Jika perpaduan tidak
dilaksanakan dengan cukup cepat, radioisotop-nya, dan dengan
demikian kemampuan penggambaran oleh PET, hilang. Radioisotop
dan senyawa bernama yang akan digunakan sebaiknya dipersiapkan
segera sebelum percobaan PET dan digunakan pada saat itu juga.
Sebuah pendahuluan tentang PET dan sebuah tinjauan dari
beberapa hasil terakhir dimuat di dalam Chemical and Engineering
News. Artikel tersebut memperlihatkan beberapa gambar otak yang
diambil dengan PET.
(diterjemahkan oleh Shirley Deborah)
Dengan mencermati artikel di atas, lakukan hal-hal, sebagai berikut!
1. Kumpulkanlah informasi, dengan menerapkan tabel berikut:
Apa yang Apa yang ingin Bagaimana cara
diketahui diketahui mengetahui

2. Konsep-konsep apa saja yang berhubungan dengan artikel itu!


3. Temukan suatu masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata!
4. Buatlah proposal sesuai dengan masalah yang ditemukan, dimana
proposal mencakup: latar belakang masalah, perumusan
masalah, kajian pusaka (berkaitan dengan keradioaktifan), dan
metode penelitian.
Tatap Muka II (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok


Unsur-Unsur Radioaktif pada tatap muka II, sebagai berikut:

TAHAP PBL TINGKAH LAKU GURU/SISWA


Tahap 1 - Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan
Orientasi siswa komentar terhadap pembelajaran sebelumnya;
pada masalah - Memberikan arahan terhadap strategi pembelajaran
(10 menit) sehingga pembelajaran efektif, efesien, dan bermakna;
- Guru memberikan penegasan terhadap hubungan unsur
radioaktif dengan kehidupan (penegasan masalah).
Tahap 2 - Guru mengarahkan siswa untuk kumpul dalam
Mengorganisasi kelompoknya, kemudian membimbing siswa melakukan
siswa untuk kajian masalah dan diskusi kelompok;
belajar - Siswa diarahkan untuk disiplin dengan tugasnya masing-
(50 menit) masing agar tugas dapat diselesaiakan efektif dan efesien;
- Guru membimbing dan memotivasi siswa dalam mencari
konsep-konsep dan masalah yang relevan.
Tahap 3 - Guru memberikan bimbingan kepada masing-masing
Membimbing kelompok dalam membuat proposal;
penyelidikan - Siswa menyusun proposal dan diarahkan agar mencakup
individu maupun latar belakang masalah, perumusan masalah, kajian pusaka,
kelompok dan metode penelitian;
(30 menit) - Guru memberikan bimbingan tentang teknik membuat latar
belakang masalah, perumusan masalah, kajian pusaka, dan
metode penelitian;
- Guru memberikan informasi, agar proposal tersebut dapat
dituntaskan di rumah dengan kelompoknya masing-
masing.
Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah pada tatap muka II
ditutup dengan menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap
muka III), yang meliputi presentasi proposal dan pendistribusian LKS. Untuk itu,
diinformasikan kepada siswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dengan
menyiapkan sumber belajar dan saran pendukung lainnya.

Tatap Muka III (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok


Unsur-Unsur Radioaktif pada tatap muka III, sebagai berikut:

TAHAP PBL TINGKAH LAKU GURU/SISWA


Tahap 1 - Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan
komentar terhadap pembelajaran sebelumnya, serta
Orientasi siswa
permasalahan unsur radioaktif dalam kehidupan;
pada masalah
- Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan
(5 menit)
dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa.
Tahap 2 - Guru mengarahkan siswa untuk kumpul dalam
kelompoknya, kemudian menginformasikan untuk
Mengorganisasi
melakukan diskusi;
siswa untuk
belajar - Guru membimbing kegiatan diskusi kepada semua
kelompok dengan berkeliling kelas
(5 menit)
Tahap 3 - Guru memberikan bimbingan agar dilakukan Tanya jawab
dalam kelompok sebagai persiapan presentasi;
Membimbing
penyelidikan - Siswa menyusun hand out yang digunakan untuk
individu maupun presentasi dan guru melakukan bimbingan kepada setiap
kelompok kelompok;
(30 menit) - Guru memberikan informasi, agar materi materi yang ada
dalam proposal dipahami dengan baik;
Tahap 4 - Dengan menggunakan undian, salah satu kelompok
mempresentasikan proposalnya, serta kelompok lain
Mengembangkan
sebagai penyangga dan agar mempersiapkan pertanyaan;
dan menyajikan
hasil karya - Presentasi dilakukan untuk dua kelompok dan guru
berperan sebagai fasilitator, mediator, dan suvervisor;
(50 menit)
- Siswa diarahkan dan dimotivasi untuk membuat/menjawab
pertanyaan yang bersifat kontekstual.
Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah pada tatap muka III
ditutup dengan mendistribusikan LKS untuk dikerjakan secara individual di
rumah, serta menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap
muka IV).

Tatap Muka IV (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok


Unsur-Unsur Radioaktif pada tatap muka IV, sebagai berikut:

TAHAP PBL TINGKAH LAKU GURU/SISWA


Tahap 1 - Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan
komentar terhadap pembelajaran sebelumnya;
Orientasi siswa
pada masalah - Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan
dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa.
(5 menit)
Tahap 2 - Guru mengarahkan siswa untuk kumpul dalam
kelompoknya, kemudian menginformasikan untuk
Mengorganisasi
mempersiapkan diri untuk melakukan presentasi;
siswa untuk
belajar
(5 menit)
Tahap 3 - Guru memberikan bimbingan agar dilakukan Tanya jawab
dalam kelompok sebagai persiapan presentasi;
Membimbing
penyelidikan - Siswa menyusun hand out yang digunakan untuk
individu maupun presentasi dan guru melakukan bimbingan kepada setiap
kelompok kelompok;
(5 menit)
Tahap 4 - Dengan menggunakan undian, salah satu kelompok
mempresentasikan proposalnya, serta kelompok lain
Mengembangkan
sebagai penyangga dan agar mempersiapkan pertanyaan;
dan menyajikan
hasil karya - Presentasi dilakukan untuk dua kelompok dan guru
berperan sebagai fasilitator, mediator, dan suvervisor;
(50 menit)
- Siswa diarahkan dan dimotivasi untuk membuat/menjawab
pertanyaan yang bersifat kontekstual.
Tahap 5 - Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap proposal yang dibuat;
Menganalisis
dan - Guru memberikan informasi dan klarifikasi terhadap
mengevaluasi pertanyaan dan jawaban siswa;
proses - Guru melakukan posttes untuk mengetahui hasil belajar
pemecahan siswa
masalah
(25 menit)
Observasi, Evaluasi, dan Refleksi

Selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan observasi terhadap


strategi pembelajaran yang diterapkan dan melakukan perekaman terhadap proses
belajar mengajar yang berlangsung.
Berdasarkan observasi dan evaluasi tersebut, maka diakukan refleksi
untuk melihat seberapa besar keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan model
pembelajaran yang dirancang.

Daftar Pustaka

Budi Andyana, Putu. 2004. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam


Pembelajaran Biologi. Makalah disajikan pada Seminar Lokakarya
FPMIPA Tanggal 27 November 2004 di IKIP Negeri Singaraja
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 SMA: Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Ditjen
Dikdasmen Direktorat Dikmenum
Janulis P. Purba. 2004. Pengembangan Dan Implementasi Pembelajaran Sains
Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah. Makalah disajikan
dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V tanggal 5 – 9 Oktober
2004 di Surabaya
Jatmiko, Budi. 2004. Model-Model Pembelajaran (DI Kooperatif, Dan PBI).
Makalah disajikan pada Seminar Lokakarya FPMIPA Tanggal 27
November 2004 di IKIP Negeri Singaraja
Loudon, G. Marc. 2003. Mengambil Gambar Otak. http://www.chem-is-try.org/
Situs Web Kimia Indonesia_Artikel_Mengambil Gambar Otak.htm. (14
Oktober 2006)
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Edisi Ke-1.
Cet. 1. Jakarta: Kencana
Nurhadi. 2005. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Cetakan kedua.
Jakarta: PT Grasindo
Santyasa, I Wayan. 2004. Model Problem Solving Dan Reasoning Sebagai
Alternatif Pembelajaran Inovatif. Makalah disajikan dalam KONASPI V
tanggal 5 – 9 Oktober 2004 di Surabaya
Suma, Ketut. 2004. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
Makalah disajikan pada Seminar Lokakarya FPMIPA Tanggal 27
November 2004 di IKIP Negeri Singaraja

Anda mungkin juga menyukai