Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEDUDUKAN HUBUNGAN-HUBUNGAN INDUSTRI PANCASILA TERHADAP PEKERJA BUMN dan SWASTA


MATA KULIAH HUKUM KEPEGAWAIAN DOSEN H. YUSUF ASYID, S.H,. M.H.

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Kepegawaian

Disusun Oleh : Restu Ardhya Wahyu Ningsih NPM 170103120091 Jurusan Administrasi Kepegawaian

PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jln. Bukit Dago Utara no. 25 Bandung 2014

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis sebagai mahasiswa dapat menyelesaikan tugas perkuliahan pembuatan makalah yang berjudul Kedudukan Hubungan-hubungan Industri Pancasila terhadap Pekerja BUMN dan Swasta dengan lancar. Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari bapak H. Yusuf Asyid S.H,. M.H, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak H. Yusuf Asyid S.H,. M.H, selaku Dosen mata kuliah Hukum Kepegawaian yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, serta penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Penulis Bandung, 12 Maret 2014

Restu Ardhya Wahyu Ningsih

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2 DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3 BAB I ...................................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4 1.1 1.2 1.3 Pemilihan Judul ....................................................................................................................... 4 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................... 4 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5

BAB II..................................................................................................................................................... 6 KEDUDUKAN HUBUNGAN INDUSTRI PANCASILA TERHADAP PEKERJA BUMN dan SWASTA ................................................................................................................................................ 6 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 Peranan Pancasila.................................................................................................................... 6 Kedudukan Hubungan Industri Pancasila ............................................................................... 9 Peranan Pekerja BUMN dan Swasta ..................................................................................... 11 Pandangan Hukum tentang Ketenagakerjaan........................................................................ 13 Peranan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) ....................................................... 15 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan ................................................... 17

BAB III ................................................................................................................................................. 21 PENUTUP ............................................................................................................................................ 21 3.1 3.2 Kesimpulan ........................................................................................................................... 21 Saran ..................................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemilihan Judul Kedudukan Hubungan Industri Pancasila terhadap Pekerja BUMN dan Swasta. Penulis membahas judul tersebut karna adanya keterkaitan antara Pancasila dengan Kepegawaian terhadap pekerja BUMN dan Swasta yang menimbulkan masalah. 1.2 Latar Belakang Masalah Pancasila adalah pedoman hidup bernegara, rakyat Indonesia bernegara dengan berpedoman pada Pancasila. Begitu juga kita sebagai rakyat Indonesia wajib menuntut hak-hak kita sebagaimana tertulis di sila ke-5 yang berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagian besar rakyat kita adalah pekerja, ada yang menjadi Pegawai Pemerintah, BUMN maupun Swasta. Itu semua tidak terlepas terhadap ruang lingkup pancasila. Membahas perselisihan identik dengan membahas konflik. Secara sosologis perselisihan dapat terjadi di mana-mana. Secara psikologis perselisihan merupakan luapan emosi yang mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain. Jadi, masalah perselisihan merupakan hal yang lumrah karena telah terjadi kodrat manusia itu sendiri. Demikian pula mengenai perselisihan hubungan industrial (dahulu disebut perselisihan perburuhan) terkadang tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat dalam perselisihan harus bersifat dan bersikap lapang dada serta berjiwa besar untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi tersebut. Yang dimaksud (Pasal 1 ayat (1) huruf c Undang-Undang nomor 22 tahun 1957) perselisihan perburuhan adalah pertentangan antara majikan atau perkumpulan majikan dengan serikat buruh atau gabungan serikat buruh berhubung dengan tidak adanya persesuaian paham mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan/atau keadaan perburuhan. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-15.A/MEN/1994, istilah perselisihan perburuhan diganti menjadi perselisihan Hubungan Industrial. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003, perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
4

pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruhkarena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. Prinsip penyelesaian perselisihan hubungan industrial dilakukan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah untk mufakat (Pasal 136 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).

1.3

Rumusan Masalah Judul Kedudukan Hubungan-hubungan Industri Pancasila terhadap Pekerja BUMN dan Swasta ini saya pilih karena pada dasarnya pekerjaan baik itu pegawai negri, BUMN dan swasta akan berdasar pada Pancasila. Makadari itu, antara industri pancasila dan pekerja akan saling berhubungan dan muncul-muncul masalah yang akan saya bahas dalam makalah ini.

BAB II KEDUDUKAN HUBUNGAN INDUSTRI PANCASILA TERHADAP PEKERJA BUMN dan SWASTA 2.1 Peranan Pancasila Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia, Nama ini terdiri dari dua kata

dari Sanskerta : panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan bernegara di negara Indonesia, termasuk dalam hal pekerjaan, karena pegawai adalah mereka yang secara langsung digerakan oleh Negara, Pemerintah, atau Pejabat Penguasa karena telah ada undang-undang yang mengatur dan mengikat untuk dapat melaksanakan dan

menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan karya-karya yang terbaik untuk Negara atau untuk tempat pegawai/pekerja tersebut bekerja, sehingga Negara mempunyai kewajiban mencipta dan menyusun undang-undang dalam melindungi hak-hak para pegawai dan pekerja tersebut. Maka dengan demikian dasar diberlakunya Hukum Kepegawaian di Indonesia berdasar pada pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Dari penjelasan UndangUndang diatas telah ada Hukum yang mengatur Pekerja yaitu pekerja Non-Departemen adalah pekerjaan BUMN atau Swasta lainnya. Pancasila sebagai Filsafat dasar Negara Republik Indonesia, oleh karena itu terdapat banyak Rakyat Indonesia yang belum memahami makna dari ke 5 Arti Pancasila, ternyata ke 5 Pancasila adalah merupakan Dasar Hukum dari pemberlakuan Hukum Perburuhan, sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal II Pengaturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang ini Bahwa dikarenakan buruh disebut Pekerja dan berkedudukan sebagai manusia yang membutuhkan kehidupan sehingga melakukan pekerjaan, bekerja pada perusahaan yang menampung buruh, pekerja tersebut untuk dipekerjakan dan perlu diketahui buruh, pekerja mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum dengan majikan, pemilik perusahaan demikian PASAL 27 ayat 1 dan PASAL 30 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang selengkapnya menyatakan : PASAL 27

(1) Segala Warga Negara bersamaan kedudukannya didalam Hukum dan Pemerintahan Wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada terkecualinya. PASAL 30 (1) Tiap-tiap Warga Negara dan wajib ikut serta dalam Usaha Pembelaan Negara Dan didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dengan demikian Peranan Pancasila sebagai Dasar Hukum Perburuhan adalah tepat karena buruh, pekerja memiliki hak yang mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa maupun dihadapan Hukum yang berlaku, mengingat Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata dan spiritual berdasarkan pancasila sebagai wadah Negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu serta berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang mengandung 4 asas yaitu : 1. Asas Penegakkan Hukum (The Rule of Law) 2. Asas Demokrasi 3. Asas Kesadaran Hukum 4. Asas Kesejahteraan Dengan demikian dari ke-4 asas tersebut mempunyai kaitan dengan Peranan Pancasila sebagai Dasar Hukum Perburuhan, demikian menurut T Hadisoemarto, SH yang menyatakan yaitu mengenai hubungan perburuhan dan Pancasila dirumuskan sebagai berikut : 1. Pada Sila Pertama yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, hubungan perburuhan dan pengusaha adalah tanggung jawab bersama yang dilimpahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada buruh dan pengusaha untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga dengan demikian tujuan duniawi juga mempunyai tujuan akhirat, dengan demikian maka hubungan perburuhan dilandasi Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) adalah merupakan pelaksanaan pengabdian buruh dan pengusaha kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Sila Kedua yaitu Ke-Manusiaan yang Adil dan Beradab, pada hubungan perburuhan harus dinilai dari segi Norma Kemanusiaan oleh karena itu hubungan kerja antara buruh dan pengusaha secara timbal balik harus menjamin kegunaan bagi buruh dan pengusaha sebagai indovodu, dan bagi semua buruh serta pengusaha sesuai dengan martabat manusia. 3. Sila Ketiga yaitu Persatuan Indonesia, harus diciptakan pengaturan yang dapat menjamin kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia, oleh karena itu maka hubungan perburuhan harus mengandung prinsip tidak mengenal perbedaan perlakuan, karena
7

daerah/suku, agama maupun kedudukan sosial, harus dapat memupuk dan memelihara kerjasama yang erat diantara kelompok-kelompok jenis kerja/ lingkungan kerja dalam satu kondisi yang tepat disatu pihak dan pengusaha dilain pihak, kedua belah pihak (buruh dan pengusaha) saling menyadari bahwa mereka saling membutuhkan, mereka adalah interdependen satu sama lain, sehingga dengan sendirinya memberikan kemanfaatan bagi bangsa dan Negara Republik Indonesia. 4. Sila keempat yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah dan Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Sila Kelima yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, maka sudah selayaknya hubungan perburuhan harus diatur melalui/dengan jalan musyawarah untuk mufakat, setiap pertentangan yang mungkin timbul antara buruh pengusaha tidak boleh diselesaikan secara paksaan sepihak, oleh karena itu dapat membawa konsekwensi tidak hanya merugikan hubungan kedua belah pihak, tetapi akan membuat timbulnya hambatan bagi terselenggaranya kesejahteraan umum rakyat banyak, dalam hal sebaliknya suatu penyelesaian yang berat sebelah adalah tidak selaras dengan rasa keadilan, bahkan bertentangan dengan usaha kesejahteraan umum yang justru menjadi sasaran dari pada program pembangunan.

Pekerja, buruh adalah manuasia yang berkedudukan mulia dan

beragama

sebagaimana dijelaskan pada Pancasila yaitu sila Ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan demikian hak-haknya perlu dilindungi oleh Negara, Pemerintah Negara Republik Indonesia. Yang dimaksud Pekerja, Pegawai, Buruh, Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai Negeri Sipil Daerah disebut Tenaga Kerja, Pekerja, Pegawai, Buruh adalah orang atau sekelompok orang yang bekerja pada instansi Non-Departemen yaitu BUMN dan Swasta lainnya yang disebut TENAGA KERJA. Dari uraian sebagaimana diatas menunjukkan kepada kita yaitu buruh adalah mesin penggerak maju atau mundurnya suatu perusahaan yang telah ditentukan oleh pengusaha sesuai program perusahaan, sehingga asas-asas Pancasila adalah satu patokan menghindarkan terjadinya perselisihan antara buruh dang pengusaha. Maka diperlukan satu kesadaran yang tinggi dan merasa bertanggung jawab dalam menempatkan diri sebagai buruh, pekerja, begitu pula pengusaha dengan memperhatikan hak-hak para buruh, para pekerja, dan meningkatkan hak-hak buruh dan pekerja sebagaimana yang telah diatur oleh Undang-Undang dan perlu memberikan kebijakan dari pengusaha dengan memberi hadiah sesuai prestasi kerja setiap beberapa bulan atau dalam setiap tahunserta disertai dengan memberi Piagam Kerja dan disertai hadiah berupa uang adalah salah satu cara memotivasi pekerja agar lebih giat dalam
8

bekerja sehingga akan muncul rasa tanggung jawab dari para buruh/pekerja. Mengingat kepatutan terhadap ketentuan perusahaan lebih besar dan menghindar adanya perbuatan sewenang-wenang yang menumbulkan kerugian peusahaan. 2.2 Kedudukan Hubungan Industri Pancasila Pancasila mengatur hak asasi dan pekerja, khususnya landasan perjanjian kerja.

Segala sumber hukum tentang Ketenagakerjaan pasti akan berlandaskan pada pancasila. Sebagaimana disebutkan dalam pancasil sila ke 5 Kesejahteraan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia sila tersebut menggambarkan bahwa seluruh rakyat indonesia harus makmur dan sejahtera. Begitu juga para pekerja Indonesia pemerintah harus bisa melindungi hak-hak pekerja dan mensejahterakan para pekerja. Sebagaimana telah diatur di peraturan perundangundangan tentang ketenagakerjaan, yaitu memperjelas segala hal tentang nasib pegawai dari mulai upah/kompensasi, hak majikan/atasan, hak pegawai, pengaturan jam kerja, jaminan sosial tenaga kerja dan lain sebagainya. Mengapa aturan itu ada? Karna kita berpacu pada pancasila yang mewajibkan pemerintah bertanggungjawab atas kesejahteraan pekerja. Sistem Hukum Nasional kita pada garis besarnya mengenal tiga bidang hukum, yaitu Hukum Perdata, Hukum Pidana, dan Hukum Tata Negara. Sedangkan Hukum Tata Negara dalam arti luas dapat dibagi lagi atas Hukum Tata Negara dalam arti sempit dan Hukum Administrasi Negara. Prof. Oppenheim mengartikan Hukum Tata Negara sebagai hukum yang memberi gambaran tentang negara dalam keadaan yang tidak bergerak (staat in rust), sedangkan Hukum Administrasi Negara mempertunjukkan kepada kita negara dalam keadaan bergerak (staat in beweging). Sedangkan Dr. E. Utrecht, SH mengatakan Hukum Administrasi Negara menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para pejabat (Administrasi negara) melakukan tugas mereka yang khusus. Dari apa yang dikemukakan oleh Prof. Oppenheim dan Dr. E. Utrecht. SH diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang menggambarkan negara dalam keadaan bergerak, dengan para pejabatnya melakukan hubungan hukum istimewa di dalam rangka melakukan tugas-tugas mereka yang bersifat khusus. Dari apa yang telah dikemukakan diatas jelaslah bagi kita bahwa Hukum Kepegawaian itu termasuk dalam lapangan Hukum Administrasi Negara, oleh karena itu
9

dapatlah dirumuskan bahwa Hukum Kepegawaian merupakan bagian dari Hukum Administrasi Negara, yang khusus mengatur tentang kedudukan, kewajiban, dan hak serta pembinaan pegawai. Berdasarkan literatur Hukum Ketenagakerjaan perselisihan hubungan industrial dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Perselisihan hak, ialah perselisihan yang timbul karena salah satu pihak tidak memenuhi isi perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian perburuhan atau ketentuan perundangan ketenagakerjaan. 2. Perselisihan kepentingan, yaitu perselisihan yang terjadi akibat dari perubahan syaratsyarat perburuhan atau yang timbul karena tidak ada persesuaian paham mengenai syarat-syarat kerja dan atau keadaan perburuhan. Sedangkan menurut Widodo dan Juliantoro (1992: 25-26) berdasarkan sifatnya perselisihan dibagi menjadi dua macam yaitu : 1. Perselisihan perburuhan kolektif, yakni perselisihan yang terjadi antara

pengusaha/majikandengan serikat pekerja/serikat buruh, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai hubungan kerja dan/atau keadaan perburuhan. 2. Perselisihan perburuhan perseorangan, yaitu perselisihan antara pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha atau majikan.

Prosedur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Secara teoritis ada 3 kemungkinan untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, yaitu melalui peundingan, menyerahkan kepada juru/dewan pemisah, dan menyerahkan kepada Pegawai Perburuhan untuk diperantai. Yang dimaksud juri.dewan pemisah adalah arbiter, yaitu pihak-pihak lain yang berdasarkan pihak-pihak yang berselisih ditunjuk untuk membantu penyelesaian perselisihan. Sedangkan yang dimaksud pegawai perburuhan adalah Pegawai Perantara, yaitu oegawai disnaker atau instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memiliki wewenang untuk memberikan perantaraan dalam penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Prinsip penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah : 1. Wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat Buruh secara musyawarah untuk mufakat (Pasal 136 ayat 1 UU Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan)

10

2. Bila upaya musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui prosedur yang diatur Undang-Undang (pasal 136 ayat 2 UU Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan) Menurut pasal 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor KEP-15A/MEN/1994 penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ditempuh dalam 4 tahap yaitu : 1. Tingkat Perusahaan 2. Tingkat pemerantaraan 3. Tingkat panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daeran 4. Tingkat panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pussat 2.3 Peranan Pekerja BUMN dan Swasta Pada zaman kapitalisme Modern, Hukum yang diberlakukan kepada Pekerja Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) atau Pekerja Swasta lainnya diatur Dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdara dimana syarat-syarat kerja berada pada tangan pemilik, jadi Dirut yang mengatur para pekerja, itu terjadi sebelum Indonesia merdeka setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 adalah patokan dari sumber Hukum Negara Indonesia Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan : ...Tiap-tiap Warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.. kemudian mulai berkembang atas hak sebagai pekerja demikianlah diberlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1986 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, menyatakan PASAL 1 Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat PASAL 2 Dalam menjalankan Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya, tidak boleh ada diskriminasi. Dan pada instansi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta lainnya terlihat masih memberlakukan beberapa Pasal yang ada dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH PERDATA, BW) sebagai dasar Perjanjian Kerja yaitu Pasal 1601 a yang menyatakan : perjanjian perburuhan adalah perjanjian dengan mana pihak yang lain (majikan) untuk satu waktu tertentu,melakukan pekerjaan dengan menerima upah
11

Setelah Negara Indonesia dinyatakan Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 Pemerintah Negara Republik Indonesia membentuk beberapa Undang-Undang sebagai dasar hukum yang berlaku kepada Pegawai BUMN atau swasta lainnya, yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 Tentang Undang-Undnag Kerja 2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1950 Mengenai Waktu Kerja Dan Waktu Istrahat 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 03/MEN/87 Tentang Upah bagi Pekerja pada Hari Libur Resmi 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1954 Tentang Istirahat Tahunan Bagi Buruh 5. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) BW (Burgerlijk Wetboek) 6. Undang-Undang nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Tenaga Kerja Dari uraian diatas Undang-Undang tersebut berkedudukan sebagai sumber Hukum yang melindungi Pekerja BUMN atau swasta lainnya, namun demikian ada terdapat makna inti Hukum yang berlaku kepada pegawai BUMN dan swasta lainnya yaitu berada didalam pemberlakuan Undang-Undang nomor 14 tahun 1969 Undang-Undang Tenaga Kerja ada 2 hal penting diantaranya : 1. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 2. Menghindari diadakan diskriminasi dengan memberi jaminan hidup yang layak dan memperoleh kepuasan atas tugasnya dan adanya jasa penghargaan

Hukum yang berlaku kepada pegawai BUMN atau pekerja swasta adalah bersumber kepada Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, olej karena itu Pekerja yang disebut buruh adalah laki-laki, perempuan serendahnya berusia 14 tahun keata dan pekerja/buruh yag berada dibawah usia 14 tahun dapat dipekerjakan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER01/MEN.1987 Tentang Perlindungan Bagi Anak Yang Terpaksa Bekeja,. Sedangkan pengangkatan seorang untuk menjadi pegawai negeri yaitu batas usia 18 tahun atau setinggi-tingginya 35 tahun, Demikian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 98 tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil Pasal 6 Sub c tersebut. Yang menunjuk Hukum memiliki peranan yaitu Hukum sebagai alat untuk memberlakukan asas penghapusan pengangguran dan pembukaan lapangan kerja serta
12

menjalankan amat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 (2) tersebut, maka dengan berlakunya Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor PER01/MEN/1987 Tentang Perlindungan Bagi Anak yang Terpaksa Bekerja adalah Tepat

2.4

Pandangan Hukum tentang Ketenagakerjaan Tata Hukum Indonesia memiliki Peranan yang sangat besar karena tujuannya Hukum

itu harus berlaku secara efektif di masyarakat, mengingat Tata Hukum Indonesia berlaku, dan sesuai dari Ajaran Hukum Kepegawaian, menyatakan Hukum Kepegawaian mencakup, meliputi beberapa ajaran Hukum Murni yaitu : 1. Hukum Tata Pemerintahan 2. Hukum Administrasi Negara 3. Hukum Tata Usaha Negara Dengan demikian peranan Hukum Kepegawaian sebagai alat Pengaturan dari BUMN dan Perusahaan serta Ketenagakerjaan sesuai Hukum Positif yang berlaku yaitu : 1. Diberlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. 2. Diberlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan 3. Diberlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan Dari ketentuan ke 3 Undang-Undang diatas menampakkan dan merupakan bagian dari Hukum Kepegawaian yang mengatur Peranan Badan Usaha Milik Negara serta Dokumen Perusahaan serta Ketenagakerjaan yang memiliki hubungan yang erat antara satu dengan yang lain untuk menjamin tidak terjadinya tumpang tindih dalam pelaksaannya dan pada umumnya didukung oleh beberapa Peraturan Pemerintah sebagai pelengkapnya dari pada diberlakunya Undang-Undang tersebut untuk berlaku secara efektif. Ketenagakerjaan adalah suatu hal yang berhubungan dengan tenaga kerja. Tenaga kerja sangatlah dibutuhkan dalam berbagai organisasi yang membutuhkan Sumber Daya Manusia. Tenaga kerja wajib dilindungi hak-haknya karna tenaga kerja diwajibkan bekerja untuk mengabdi pada tujuan perusahaan, dalam hal ini maka wajib bagi kita sebagai atasan/majikan untuk memperhatikan hak-hak yang harus diberikan kepada para tenaga kerja. Karna tanpa mereka perusahaan/organisasi/instansi tidak akan berjalan sesuai tujuan yang telah direncanakan awal sebagai tujuan pencapaian.
13

Melihat pada UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGAKERJAAN, bahwa Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga Kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah. Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dan kemitraan (Pasal 3;UU tentang Ketenagakerjaan). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk : (pasal 4;UU tentang Ketenagakerjaan) a. Memberdayakan dan mendayagunakan pekerja secara optimal b. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional c. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan d. Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya Pengusaha, pekerja, dan atau serikat pekerja harus melakukan upaya untuk menghindari terjadinya pemutusan kerja (pasal 85) PASAL 110 1. Dalam hal perudahaan bangkrut atau likuidasi secara hukum, upah pekerja merupakan utang yang didahulukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. Pengusaha menyusun skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan, senioritas, produktivitas, dan prestasi kerja. 3. Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala. PASAL 111 1. Penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat 3 diarahkan untuk mencapai kebutuhan hidup layak bagi pekerja dan keluarganya. 2. Penetapan upah minimum dilaksanakan untuk tingkat daerah 3. Penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat 2, untuk daerah tertentu dapat dilakukan menurut sektor dan sub-sektor 4. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari pada upah minimum sebagimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3

14

2.5

Peranan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 36 tahun 1995 tentang

Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Presiden Republik Indonesia yang penulis kutip dari buku Memahami Pemberlakuan Hukum Kepegawaian dan Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara pengarang Yusuf Asyid, SH.,MH. Berbunyi : Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 25 Undang-Undang nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, program Jaminan Sosial Tenaga Kerja diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara yang merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan (PERSERO) b. bahwa Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja yang berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah menyelenggarakan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sudah saatnya ditetapkan sebagai Badan Penyelenggara c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Asuransi Sosial Tenaga Kerja sebagai Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN BADAN PENYELENGGARA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA Pasal 1 1) perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1990, ditetapkan sebagai Badan Penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 3 tahun 1992 2) perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Asuransi Sosial Tenaga Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diubah namanya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 2 Maksud dan tujuan Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud pasal 1 adalah untuk menyelenggarakan : a. Jaminan Kecelakaan Kerja b. Jaminan Kematian
15

c. Jaminan Hari Tua d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pasal 3 (1) Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, Badan Usaha Milik Negara yang selama ini telah menyelenggarakan sebagian atau seluruh program Asuransi Sosial Tenaga Kerja berdasarkan seluruk Hak dan Kewajibannya yang berkaitan dengan penyelenggaraan program Asuransi Sosial Tenaga Kerja dimaksud kepada Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1. (2) Penyerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Pemeritah ini, Pasal 4 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan program Jaminan Sosial Tenaga oleh Badan Penyelenggara dilakukan Mentri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan (2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Mentri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dapat melakukan pemeriksaan langsung setiap waktu.

Badan usaha milik negara yang usahanya menyelenggarakann program Jaminan Sosial Tenaga Kerja disebut Badan Penyeleggara. Dana program ajminan sosial tenaga kerja dikelola oleh Badan Penyelenggara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. Pengelolaan dana jaminan sosial tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara dilakukan semata-mata untuk kepentingan peserta dengan mempertimbangkan penimbangan yang memadai antara kekayaan dan kewajiban Badan Penyelenggara. Kekayaan Badan Penyelenggara yang dimaksud terdiri dari: a. Investasi b. Kas dan Rekening Bank c. Piutang Iuran. Investasi kekayaan Badan Penyelenggara yang dimaksud dapat berupa : a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito b. Sertifikan Bank Indonesia (SBI) c. Saham dan obligasi yang tercatat di bursa efek Indonesia d. Unit Penyertaan Reksadana e. Penyertaan langsung ; dan atau
16

f. Tanah dengan bangunan Penempatan kekayaan Badan Penyelenggara ada aturannya yaitu terletak pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 Tahun 1996 tentang Pengelolaan dan Investasi Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja BAB III Kewajiban Badan Penyelenggara adalah sebagai berikut dimana jenis jaminan tersebut merupakan hak peserta : a. Cadangan Jaminan Hari Tua Pembentukan cadangan jaminan hari tua didasarkan pada akumulasi dari hak masingmasing peserta atas Jaminan Hari Tua, jumlah iuran peserta harus sama ditabah dengan hasil pengembangannya. Hasil pengembangannya tidak boleh kurang dari jumlah yang ditetapkan menteri keuangan b. Cadangan Jaminan Kecelakaan Kerja, Cadangan Jaminan Kematian, Cadangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Cadangan jaminan kecelakaan kerja, cadangan jaminan kematian dan cadangan pemeliharaan kesehatan harus memperhitungkan, kewajiban pembayaran jaminan yang timbul dari suatu peristiwa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, atau peristiwa yang sudah terjadi tetapi belum dibayar atau belum diselesaikan, atau yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan. 2.6 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan Pekerja, buruh adalah manuasia yang berkedudukan mulia dan

beragama

sebagaimana dijelaskan pada Pancasila yaitu sila Ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan demikian hak-haknya perlu dilindungi oleh Negara, Pemerintah Negara Republik Indonesia. Yang dimaksud Pekerja, Pegawai, Buruh, Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai Negeri Sipil Daerah disebut Tenaga Kerja, Pekerja, Pegawai, Buruh adalah orang atau sekelompok orang yang bekerja pada instansi Non-Departemen yaitu BUMN dan Swasta lainnya yang disebut TENAGA KERJA untuk itu menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja Pasal 1, menyatakan : Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Demikianlah didukung oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan : Tiap-tiap Warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
17

Dari penjelasan Undang-Undang diatas telah ada Hukum yang mengatur Pekerja yaitu pekerja Non-Departemen adalah pekerjaan BUMN atau Swasta lainnya, ada terdapat beberapa ketentuan yang mengatur atas kesepakatan antara perusahaan dengan buruh, Pekerja yang disebut Perjanjian Kerja diantaranya yaitu : Adanya pembuatan Perjanjian Kerja antara pekerja/buruh dengan pemilik

perusahaan/direktur/kepala kepegawaian sesuai dan berdasarkan diberlakunya Kitab UndangUndang Hukum Perdata yang menyatakan : Pasal 1601, a KUH Perdata Perjanjian kerja adalah surat perjanjian dimana pihak yang satu (buruh) mengikatkan diri untuk bekerja padapihak yang lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah. Pasal 1338 KUH Perdata Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undnag-Undang bagi mereka yang membuatnya, suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-Undang cukup untuk itu. Perjanjian untuk melakukan pekerjaan tertulis di kitab undang-undang hukum perdata buku ketiga bab 7A menjelaskan di pasal 1601 bahwa penjanjian kerja yaitu suatu perjanjian di mana pihak yang satu, buruh mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah. Catatan, seharusnya pasal ini berbunyi perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu (buruh) mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah dan dimana pihak yang lain (majikan) mengikatkan diri untuk memperkerjakan pihak yang satu (buruh) dengan membayar upah. Jadi perjanjian kerja intinya adalah suatu pengikatan dalam bentuk tertulis yang biasanya dilakukan sebelum melakukan pekerjaan. Dilakukannya perjanjian kerja ini agar ada tanda pengikatan yang tidak bisa membuat pekerja maupun majikan menyeleweng dan diwajibkan mereka untuk memenuhi hak dan kewajiban yang seharusnya terlaksana. Menurut undang-undang tentang perjanjian untuk melakukan pekerjaan bagian ketiga, pasal 1602 bahwa majikan wajib membayar upah kepada buruh pada waktu yang ditentukan. Pasal 1602a unpah yang ditetapkan menurut jangka waktu, harus dibayar sejak saat buruh mulai bekerja sampai saat berakhirnya hubungan kerja. Majikan atau pimpinan wajib membayar upah sesuai perjanjian dengan hitungan jangka waktu dari mulai dia bekerja sampai saat berakhirnya hubungan kerja. Karna
18

membayar upah sudah menjadi kewajiban bagi pimpinan sebagai kompensasi atas kerja bawahan/majikan kepada perusahaan untuk memajukan perusahaan. Buruh/bawahan juga wajib melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut kemampuannya yang sebaik-baiknya. Buruh/bawahan juga wajib mentaati peraturan mengenai hal melakukan pekerjaan dan aturan yang ditunjukan pada peningkatan tata tertib dalam perusahaan majikan, hal tersebut tertera pada undang-undang tentang perjanjian untuk melakukan pekerjaan bagian keempat tentang kewajiban buruh. Hubungan kerja akan terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja. Perjajian kerja bisa dilakukan secara lisan maupun tulisan, perjanjian kerja secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut pasal 12 tentang Ketenagakerjaan, ayat 1 bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar kemauan bebas kedua belah pihak, kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak, adanya pekerjaan yang diperjanjikan, dan yang terakhr pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya Perjanjian Kerja sebagaimana menurut [enjelasan dari Pasal-Pasal diatas selalu disertai dengan Perjanjian Upah yang dimasukkan kedalam Kesepakatan Kerja, Perjanjian Kerja atau dapat berdiri sendiri yaitu dibuat terpisah, yang kebiasaan telah ditentukan oleh Pihak Pengusaha, Pihak Perusahaan, hal tersebut yang diuraikan diatas dibenarkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor : 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah Pasal 1 (sub a.b.c.d) yang menyatakan : a. Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan kerja antara pengusaha dengan buruh termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya. b. Pengusaha ialah : 1. Orang yang persekutuan atau badan hukum yang menjalankan perusahaan milik sendiri. 2. Orang persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan Perusahaan bukan miliknya 3. Orang persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan termasuk pada angka 1 dan 2 diatas, yang berkedudukan diluar Indonesia. c. Buruh adalah Tenaga Kerja yang bekerja pada pengusaha dengan menerima upah.
19

Pengupahan termasuk sebagai salah satu aspek penting dalam perlindungan pekerja/buruh. Hal ini secara tegas diamanatkan pada pasal 88 ayat 1 UU nomor 13 tahun 2003, bahwa setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Maksud dari penghidupan yang layak, dimana jumlah pendapatan pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar, yang meliputi makanan dan minuman, sandang, oerumahan, kesehatan dan jaminan hari tua Prinsip Pengupahan : a. Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pad saat hubungan kerja putus b. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi pekerja/ buruh laki-laki dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sama. c. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan d. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, dengan formulasi upah pokok minimal 75% e. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 tahun sejak timbulnya hak.

20

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tata Hukum Indonesia memiliki peranan yang sangat besar karena tujuannya Hukum itu harus berlaku secara efektif di masyarakat. Dengan demikian peranan Hukum Kepegawaian sebagai alat pengaturan dari BUMN dan swasta serta ketenagakerjaan sesuai hukum positif. Dan didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dengan demikian Peranan Pancasila sebagai Dasar Hukum Perburuhan adalah tepat karena buruh, pekerja memiliki hak yang mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa maupun dihadapan Hukum yang berlaku, mengingat Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata dan spiritual berdasarkan pancasila sebagai wadah Negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu serta berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang mengandung 4 asas yaitu : 1. Asas Penegakkan Hukum (The Rule of Law) 2. Asas Demokrasi 3. Asas Kesadaran Hukum 4. Asas Kesejahteraan Dengan demikian dari ke-4 asas tersebut mempunyai kaitan dengan Peranan Pancasila sebagai Dasar Hukum Perburuhan Dengan demikian dasar diberlakunya hukum kepegawaian yaitu Undang-undang maupun berupa Peraturan Pemerintah dan Kepres serta Keputusan Menteri, Keputusan Pejabat Negara, dengan tujuan untuk melindungi hak-hak dari Pegawai, pekerja untuk sekarang dan siakan datang, serta melindungi hak dan kewajiban adalah satu usaha dari negara, Pemerintah Republik Indonesia untuk mencapai tujuan Nasional dalam mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum untuk tercapainya kemakmuran sebagai mana dijelaskan dalam UUD 1945. Maka keterkaitan hubungan antara Pancasila dan Hubungan Industrial yang berlaku di pegawai BUMN dan Swasta lainnya sangatlah erat.

21

3.2 Saran Pekerja BUMN dan Swasta adalah warga Negara Indonesia yang wajib menerima perlindungan Hukum, oleh sebab itu para Direktur atau Pimpinan perusahaan wajib memperhatikan hak-hak mereka sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan tidak keluar dari jalur Pancasila sebagai pedoman bernegara. Para Direktur Utama atau Pimpinan Perusahaan dalam mempekerjakan para pegawainya harus berpedoman pada Undang-Undang yang berlaku dan Pancasila sebagai pedomannya. Dari mulai rekrutmen pegawai, perjanjian kerja ketika akan dilangsungkannya hubungan kerja, jaminan sosial atau perlindungan terhadap tenaga kerja, serta kompensasi dan tunjangannya. Itu semua diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan. Hukum Kepegawaian mengatur Peranan Badan Usaha Milik Negara serta Dokumen Perusahaan serta Ketenagakerjaan yang memiliki hubungan yang erat antara satu dengan yang lain untuk menjamin tidak terjadinya tumpangtindih dalam pelaksanaan.

22

DAFTAR PUSTAKA

H. Yusuf Asyid, S.H., M.H, Memahami Pemberlakuan Hukum Kepegawaian dan Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara, Tahun 2013 Rozali Abdullah, S.H, Hukum Kepegawaian, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Abdul Khakim S,H, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2003

23

Anda mungkin juga menyukai