Anda di halaman 1dari 48

2

LAPORAN PENELITIAN NOMOR

OLEH DR. DRS. MUHAMMAD IDRUS, S.Psi., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran adalah terciptanya lulusan pendidikan yang bukan hanya sekadar memiliki degree semata tetapi lebih dari itu adalah mereka yang memiliki kemampuan mumpuni dalam memecahkan persoalan yang ada baik bagi dirinya sendiri, dan juga bagi masyarakatnya. Kemampuan yang demikian yang dimungkinkan jika lulusan pendidikan tersebut memiliki kualitas berpikir kreatif. Menyadari bahwa perubahan yang terjadi berjalan begitu cepat, maka desain kurikulum yang dikembangkankan di sekolah-sekolah juga dituntut dapat mengimbangi perkembangan tersebut. Lebih dari itu sebagai muatan utama dalam proses pendidikan, siswa diharapkan dapat mengikuti perkembangan kemajuan ilmu yang ada dengan desain kurikulum yang ada di sekolahnya. Senada dengan tersebut Ali (1994) mengungkap bahwa hendaknya pendidikan tidak sekadar memberi bekal agar anak dapat menikmati hidup saat ini saja, tetapi juga mengembangkan kemampuan anak untuk menikmati hidup mereka di masa depan. Kurikulum tahun 1994, dimaksudkan sebagai pembaharu dan pengembangan dari kurikulum sebelumnya. Ciri khas adanya kurikulum ini adalah dikembangkannya muatan lokal di sekolah-sekolah yang sesuai dengan kemampuan sekolah tersebut. Salah satu yang mungkin dikembangkan adalah orientasi pada kreativitas. Persoalan kreativitas tampaknya tidak dijadikan tema utama dalam proses pembelajaran di Indonesia. Hal ini mungkin salah satunya disebabkan minimnya hasil-hasil penelitian yang membahas tema kreativitas relatif sedikit.

kreatif M.Idrus/2000

Hurlock (1978) mengemukakan beberapa alasan terabaikannya penelitian tentang kreativitas ini, di antaranya adalah : 1. Adanya keyakinan tradisional bahwa kreativitas biasanya disebut dengan "jenius:, diturunkan dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk membuat orang menjadi kreatif; 2. Keyakinan bahwa orang yang kreatif hanya sedikit, sehingga penelitian ilmiah harus memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat; 3. Mereka berpendapat bahwa yang tekun bekerja dan mampu adalah yang memiliki kecerdasan dan dorongan berprestasi tinggi, cenderung lebih berhasil dalam hidupnya dari pada mereka yang kreatif; 4. Adanya keyakinan tradisional bahwa orang yang kreatif tidak sesuai dengan jenis kelaminnya; 5. Kreativitas sulit untuk dipelajari dan diukur (Hurlock, 1978). Pada point awal pendapat Hurlock tampaknya berkecenderungan bahwa proses kreatif bukanlah proses yang dapat dibuat, tetapi proses yang menjadi bawaan tiap individu. Tampaknya untuk kasus ini lebih menjurus pada persoalan genetis, yang artinya tidak mungkin dari keluarga tidak kreatif akan menjadi kreatif. Asumsi ini tampaknya harus dipertanyakan ulang, sebab pada banyak situasi ada kelompok individu yang dapat berkreasi tatkala lingkungan memberi rangsangan ke arah itu. Pada posisi tersebut peran lingkungan tampak begitu dominan untuk menjadikan seseorang lebih kreatif atau tidak. Dari salah satu butir yang diungkap oleh Hurlock ternyata salah satunya mengidentifikasi adanya bias gender, yaitu adanya kesalahan persepsi tentang mereka yang kreatif dikonotasikan hanya pada jenis kelamin tertentu, sedangkan untuk jenis kelamin lainnya ditabukan. Tentu saja bagi beberapa budaya kondisi di atas harus diakui ada, namun secara keseluruhan semangat yang dikehendaki dalam proses pendidikan adalah peluang yang sama untuk memperoleh kesempatan mengembangkan kemampuan yang ada, tanpa membedakan jenis kelamin.

kreatif M.Idrus/2000

Persoalan kreativitas juga kerap diidentikan dengan latar belakang pendidikan yang bersangkutan. Banyak orang menyatakan pembenaran seorang berlaku kreatif hanya karena yang bersangkutan berasal dari sekolah tertentu (misalnya kejuruan), sementara apologi yang bersebrangan juga diberikan karena yang bersangkutan bukan dari sekolah kejuruan. Adanya asumsi bahwa siswa sekolah kejuruan dipandang lebih kreatif dibandingkan dengan siswa sekolah umumnya pada satu sisi menjadikan sekolah kejuruan pernah mengalami masa jaya pada masa pemerintahan orde baru yang berorientasikan pada pembangunan teknologi. Secara kentara sekali pemerintah saat itu mencanangkan bahwa sekolah kejuruan menjadi salah satu alternatif terbaik bagi percepatan alih teknologi yang ada. Namun tampaknya masa jaya itu tidak berlangsung lama, karena posisi top managerial di Depdikbud (saat itu) bertukar personal yang intensitas perhatiannya tidak semata tercurahkan pada persoalan teknologi. Perubahan posisi menteri di departemen yang mengurusi pendidikan ternyata berdampak pula pada sekolah kejuruan. Perlahan dilakukan alih fungsi beberapa jenis sekolah kejuruan menjadi sekolah umum, seperti untuk tingkat sekolah menengah; SPG (Sekolah Pendidikan Guru) dialih-fungsikan menjadi SMU (Sekolah Menengah Umum), PGA (Pendidikan Guru Agama) dialihfungsikan menjadi Madrasah Aliyah, STM (Sekolah Tekhnik Menengah) dan SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) serta SMKK (Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga) digabung menjadi Sekolah Menengah Kejuruan yang kemudian memiliki spesifikasi tertentu dengan model jurusan dan progam studi. Adapun untuk Sekolah Menengah Pertama seperti Sekolah Tehnik (ST), SMEP, pada akhirnya dialih-fungsikan menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Tidak seperti sekolah tingkat SLTA yang setelah alih fungsi mereka melakukan penataan dan mengubah sebagaimana model sekolah yang disandangnya. Meski sudah menjadi SLTP seperti pada umumnya sekolah lain pada beberapa sekolah mantan sekolah kejuruan tetap memiliki bebeapa

kreatif M.Idrus/2000

kekhasan, salah satunya adalah jumlah jam pelajaran keterampilan yang ada lebih banyak dibanding dengan sekolah-sekolah lainnya. Hal inilah yang membedakan sekolah-sekolah SLTP yang semula berasal dari sekolah kejuruan dengan sekolah SLTP pada umumnya. Selain itu untuk persoalan pembinaannya tidak di bawah Dikmenum (yang menangani sekolah umum) tetapi tetap berada di bawah Dikmenjur (yang menangani sekolah kejuruan semula). Memasuki tahun ajaran 2000/2001 ada upaya untuk menjadikan sekolah-sekolah tersebut sama seperti SLTP pada umumnya, yaitu dengan menjadikan mereka di bawah binaan Dikmenun, bukan Dikmenjur yang selama ini dilakukan serta penghapusan jam-jam yang terlalu banyak. Mengacu pada paparan di atas, jika merunut pada tujuan pendidikan yaitu terciptanya manusia Indonesia yang seutuhnya. Artinya salah satu ciri yang harus ada di dalamnya adalah mereka mampu berpikir kreatif, maka menjadi pertanyaan dari dua model sekolah yang telah ada di atas, siswa dari sekolah mana yang memiliki kreativitas yang lebih baik.Penelitian ini diarahkan untuk membandingkan tingkat kreativitas yang dimiliki oleh siswa di dua SLTP Kodya Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah
Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi untuk menjadi kreatif, perbedaannya terletak pada derajat dan bidang yang diekspresikan. Maxim (1980) mengungkap, bahwa pada anak tertentu dapat menampilkan derajat kreativitas yang lebih tinggi dibanding anak lain, meski demikian harus dipahami bahwa tidak ada anak yang tidak memiliki kreativitas sama sekali. Artinya, semua anak punya peluang menjadi kreatif, --mengingat bakat bawaannya-- tetapi potensi kreatif tersebut berkembang atau tidak sangat ditentukan oleh kesempatan, dorongan, serta stimulasi lingkungan --lingkungan keluarga (orang tua dan saudara), teman sebaya, guru--.

kreatif M.Idrus/2000

Selain itu persoalan jenis kelamin terkadang juga menjadi hambatan bagi sementara orang untuk berlaku kreatif. Berdasar pada pemikiran ini, masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. adakah perbedaan tingkat kreativitas siswa siswa SLTP Negeri 2 Yogyakarta dan SLTP Negeri 4 Yogyakarta jika ditinjau dari jenis kelamin siswa? 2. adakah perbedaan tingkat kreativitas antara siswa SLTP Negeri 2 Yogyakarta dan SLTP Negeri 4 Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan yang hendak dipecahkan, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya perbedaan kreativitas siswa SLTP ditinjau dari jenis kelamin dan asal sekolah yang bersangkutan.

D. Manfaat Penelitian
Jika diketahui ada perbedaan, dan senyatanya asumsi bahwa SLTP Plus yang lebih baik, maka penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peninjauan keputusan untuk menjadikan SLTP plus menjadi SLTP biasa, atau justru sebaliknya memperkuat keputusan bahwa sudah seharusnyalah model SLTP "plus" tidak lagi diberlakukan jika hanya dengan menambahkan beberapa jam mata pelajaran ketrampilan saja.

E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembahasan laporan penelitian ini, maka laporan hasil penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut" Bagian Formalitas: memuat tentang halaman judul, lembar pengesahan, kata pengantar dan daftar isi;

kreatif M.Idrus/2000

Bab I Pendahuluan: yang berisi latar belakang masalah , rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan laporan. Bab II Landasan teori. Pada bab ini memuat tentang konsep kreativitas, ciri orang kreatif, penghambat kreativitas ataupun pendorong kreativitas serta beberapa hal lain yang terkait dengan konsep kreativitas. Bab III Metode Penelitian yang meliputi subyek penelitian, pendekatan penelitian, tehnik pengumpulan data, hipotesis penelitian, tehnik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian meliputi subyek penelitian, deskripsi hasil

penelitian secara deskriptif dan hasil uji hipotesis. Dalam bab ini juga akan diulas penafsiran hasil penelitian. Bab V Penutup yang meliputi simpulan, diskusi dan saran, diakhiri dengan daftar pustaka serta lampiran dari hasil perhitungan komputer yang digunakan.

kreatif M.Idrus/2000

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Kreativitas
Dalam salah satu tulisannya Hurlock (1978) mengindikasikan bahwa kreativitas sulit dipelajari dan diukur, bahkan kreativitas tampaknya bagi Hurlock tidak mungkin dibangun hanya berdasarkan pada pengalaman semata, tetapi harus mengacu pada unsur genetis. Pernyataan tersebut secara tidak langsung mengisyaratkan sangat sulit untuk melakukan pendefinisian dari istilah kreativitas. Meski demikian sebagai kaidah ilmiah para ahli tetap mengupayakan satu definisi yang hampir sama untuk menyebut istilah kreativitas. Moh Amien (1980) mengartikan kreativitas sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif yang mencirikan hasil-hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik. Kreativitas meliputi hasil suatu yang baru, baik baru sama sekali bagi dunia ilmiah atau budaya maupun secara relatif bagi baru individunya sendiri, walaupun orang lain telah menemukan atau memprodusir sebelumnya. Pendapat Moh. Amien ini tidak memberikan batasan ukuran orang kreatif dengan skala uyang istimewa. Tampaknya bagi Moh. Amien, dalam skala pribadi, seseorang dinyatakan kreatif jika yang bersangkutan menemukan satu hal yang baru untuk kondisi dirinya. Meski kondisi itu menurut Moh. Amien telah dilakukan oleh orang lain. Namun senyampang hal itu belum

kreatif M.Idrus/2000

pernah dilakukannya, maka bagi Moh. Amien telah mengindikasikan bahwa pada diri orang yang bersangkutan memiliki daya kreativitas. Senada dengan pendapat Moh. Amien adalah apa yang dikemukakan oleh Conny Setiawan dkk. (1984) yang secara singkat juga menyatakan bahwa kreativitas ialah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sementara itu Utami Munandar (1985:47) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Dari pendapat-pendapat di atas, ada ungkapan yang tampaknya hampir senada, yaitu dalam konsep kreativitas adanya kemampuan untuk menemukan kombinasi baru. Hal lain yang juga disoroti para ahli tentang adanya

kecenderungan perilaku kreatif pada seseorang adalah adanya kemampuan menemukan banyak solusi atas satu persoalan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan

keragaman jawaban. Definisi lain tentang kreativitas diungkap oleh Rawlinson (1983) yang menyatakan bahwa kreativitas ialah suatu kemampuan yang menakjubkan

untuk memahami dua kenyataan yang saling berbeda, tanpa keluar dari bidang pengalaman yang miiliki dan menemukan cahaya terang dengan membandingbandingkannya. Definisi kreativitas dengan menekankan pada hasil diungkap oleh David Campbell yang mengemukakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya 1. Baru (novel) : inovatif, belum ada sebelumnya, segera, menarik, mengejutkan; 2. Berguna (useful) : lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/banyak; 3. Dapat dimengerti (understanable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu.

kreatif M.Idrus/2000

Dari sisi proses, Poerwodarminto (1985:526) memberikan definisi kreativitas sebagai suatu pekerjaan yang menghendaki selain kecerdasan juga imajinas, sedangkan menurut Judi-Fasani dan Fausan Naif (1987) kreativitas adalah semua kegiatan mental yang menyelesaikan kegiatan baru atau memberikan pandangan baru terhadap persoalan atau gagasan lama. Defnisi yang hampir senada melihat pengertian kreativitas dengan mengacu Munandar proses juga dilakukan oleh Munandar, bahkan lebih dari itu mengembangkannya pada sisi produk, pribadi, proses dan

pendorong, yang disebutnya sebagai 4-P. Sebagai produk, kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan produkproduk baru. Pengertian baru di sini tidak dalam konotasi baru sama sekali, namun dapat berupa suatu kombinasi atau gabungan dari beberapa hal yang sebelumnya pernah ada. Dari sisi proses, kreativitas dimaknai sebagai kegiatan bersibuk diri secara kreatif. Hal tersebut ditengarai dengan rasa senang dan berminat yang muncul dalam diri individu untuk melibatkan diri bertindak kreatif. Dari segi pribadi, bahasan tentang ini lebih melihat pada adanya ciriciri kreatif yang muncul pada diri individu tertentu. Ciri tersebut seperti rasa ingin tahu yang besar, mempunyai daya imaginasi yang kuat, mempunyai minat yang tinggi, tekun dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugas yang disenanginya. Adapun kreativitas dari sisi pendorong dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang dapat mendorong atau menghambat seseorang untuk bertindak kreatif. Dorongan ini dapat internal maupun eksternal. Jika kedua kondisi tersebut menunjang, --adanya keinginan dan mendapat kesempatan untuk terlibat-- maka peluang terbentuk sikap kreatif dalam diri anak semakin besar. Pada akhirnya secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan untuk memperoleh sesuatu yang baru untuk ukuran diri yang bersangkutan. Artinya mungkin saja gagasan ini tidak baru jika dilihat dari sisi kuantitas mereka yang telah menggunakannya, namun kemampuan untuk

kreatif M.Idrus/2000

menerapkan pada diri yang bersangkutan berbeda secara kualitatif dengan yang dilakukan oleh orang lain.

B. Ciri-ciri Orang Kreatif Harus diakui bahwa hingga saat ini perhatian persoalan kretaivitas terutama tertuju pada kreativitas sebagai suatu produk dari hasil pemikiran atau perilaku manusia. Jika Munandar mengungkap bahwa pribadi kreatif setidaknya dilihat dari adanya potensi 4-P yaitu produk, pribadi, proses dan pendorong. Salah satu unsur yang tampaknya penting adalah memandang kreativitas sebagai suatu proses. Kreativitas sebagai proses muncul dengan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Pada proses interaksi tersebut individu akan menghadapai suatu persoalan atau masalah yang harus dipecahkannya. Kondisi tersebut pada akhirnya memunculkan gagasan sebagai proses kreativitas. Bagi penulis sejujurnya kreativitas sebagai proses inilah yang lebih essensial perlu dibina pada anak didik sejak dini, meningat proses kognitif anak lambat laun akan mempengaruhi sikap mental yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan berpikir kreatif seseorang yang memiliki kecenderungan kreatif disebut memiliki kemampuan berpikir divergen, sementara yang lainnya disebut konvergen. Berpikir konvergen adalah cara berpikir untuk memperoleh suatu jawaban tepat atau mendekati tepat dengan jalan individu diminta untuk memusatkan semua yang diketahui dan pengalaman yang diperoleh masa lampau. Sebaliknya berpikir divergen adalah membekali individu dengan

informasi tertentu sehingga membentuk bayangan rencana yang akan dibuat atau kemungkinan jawaban dan pengalaman. Meski kedua cara berpikir ini dapat digunakan dalam mengkreasi ide-ide baru, namun kreativitas lebih melibatkan proses berpikir divergen dibanding dengan yang konvergen.

kreatif M.Idrus/2000

10

Pada sisi berpikir ini salah satu ciri orang yang memiliki kecenderungan kreatif adalah mereka yang memiliki kemampuan berpkir divergen. Hal ini sejalan dengan pendapat Guilford (dalam Munandar, 1977) yang menyatakan bahwa pemikiran divergen atau corak pemikiran yang menghasilkan bermacam-macam gagasan, merupakan indikator paling nyata dari meraka yang kreatif. Orang yang kreatif akan memberikan tingkah laku kreatif. Utami Munandar (1985) menyatakan bahwa tingkah laku kreatif dapat terwujud dari kognitif (kemampuan berpikir) kreatif dan afektif (sikap dan nilai). Semakin kreatif seseorang semakin dimiliki ciri-ciri individu kreatif. Lebih lanjut Utami Munandar (1985) menjelaskan ciri-ciri kognitif (kemampuan berpikir) kreatif yang meliputi ketrampilan berpikir lancar, ketrampilan berpikir luas, ketrampilan orisinal, ketrampilan memerinci dan ketrampilan menilai. Ciri lain orang kreatif diungkap oleh Munandar (1985) sebagai berikut: 1. dorongan ingin tahu besar 2. sering mengajukan pertanyaan yang baik 3. memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah 4. bebas dalam menyatakan pendapat 5. mempunyai rasa keindahan 6. menonjol dalam salah satu bidang seni 7. mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya tidak

terpengaruh orang lain 8. rasa humor tinggi 9. daya imajinasi kuat 10.keaslian (orisinalitas) tinggi 11.dapat bekerja sendiri 12.kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)

kreatif M.Idrus/2000

11

Sementara itu dari hasil penelitian para ahli psikologi Indonesia, Munandar (1987) mengumukakan ciri-ciri umum orang kreatif sebagai berikut: 1. mempunyai daya imajinasi yang kuat 2. mempunyai inisiatif 3. mempunyai minat yang luas 4. bebas dalam berpikir (tidak kaku dan atau terhambat) 5. bersifat ingin tahu 6. selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru 7. percaya pada diri sendiri 8. penuh semangat 9. berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan) 10.berani berpendapat dan keyakinan/tidak ragu-ragu dalam menyatakan pendapat meskipun mendapatkan kritik dan beranimempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya. Menurut Sund (dalam Tusin, 1982) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. hasrat keinginan tahu yang besar; 2. bersikap terbuka terhadap pengalaman baru; 3. panjang akal; 4. keinginnan untuk menemukan dan meneliti; 5. cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit; 6. cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan; 7. memiliki dedikasi, bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas; 8. berpikir fleksibel; 9. menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak; 10.kemampuan membuat analisis dan sintesis; 11.memiliki semangat bertanya serta memiliki; 12.memiliki daya abstraksi yang cukup baik; 13.memiliki latar belakang membaca yang luas;

kreatif M.Idrus/2000

12

Ahli lain yaitu Baron (1958) menyebutkan ciri-ciri individu kreatif adalah sebagai berikut: 1. suka melakukan observasi dan teliti di dalam pengamatan 2. memberi perhatian khusus pada fenomena yang tidak teramati 3. mengamati hal-hal yang dilakukan orang lain 4. pemikiran lebih independen dan teliti dari orang lain 5. memberikan penghargaan yang lebih tinggi pada persepsi yang benar 6. memiliki ide yang banyak pada suatu saat, dan mampu melakukan sintesis dengan cara yang lebih unik dan luar biasa dibandingkan dengan mereka yang kurang kreatif 7. banyak menggunakan energi untuk berpikir 8. cenderung untuk mencari ketegangan dan konflik terutama pada bidang kognitif, karena dorongan keinginan akan kebebasan 9. banyak menggunakan imajinasi fantasi di dalam berpikir 10.memiliki kesadaran diriyang besar dan fleksibel Semiawan, dkk. mengungkapkan ciri-ciri individu kreatif adalah: 1. dorongan ingin tahu besar 2. sering mengajukan pertanyaan yang baik 3. memberi banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah 4. bebas dalam menyatakan pendapat 5. mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya tidak mudah terpengaruh orang lain 6. daya imajinasi kuat 7. orisinalitas tinggi 8. dapat bekerja sendiri 9. senang mencoba hal-hal baru (Semiawan, 1987) Hilgard dan Atkinson (dalam Gandadiputra M. 1983) menandai ciriciri atau karakteristik orang yang kreatif adalah:

kreatif M.Idrus/2000

13

1. Bebas berpikir dan bertindak.Tidak menyukai kegiatan-kegiatan kelompok yang menuntut konformitas dan tidak mudah dipengaruhi oleh desakandesakan sosial bila mereka yakin bahwa pendapatnya sendiri benar. 2. Kecenderungan untuk kurang dogmatis dan lebih relativistik dalam pandangan hidupnya dibandingkan dengan orang-orang yang dinilai kurang atau tidak kreatif. 3. Berkemauan untuk mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasarkan akal (irrasional). 4. Menyukai hal-hal yang rumit dan baru. 5. Mempunyai rasa humor dan mereka mempunyai Good of Sense. 6. Menekankan pentingnya nilai-nilai teoritis dan estetik. Mc. Kinnon, (dalam John dkk. 1969) orang yang kreatif adalah ditandai dengan : 1. Adanya sikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman yang baru; 2. Selalu ingin mengetahui dan tidak terlalu banyak pertimbangan dalam menghadapi hidup ini; 3. Mampu mengatasi ketegangan-ketegangan yang ada dan mampu berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat merubah sistem integrasi yang komplek; 4. Mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.

Torrance (dalam John, dkk. 1969) menemukan tiga karakteristik perbedaan antara anak-anak yang memiliki kreativitas tinggi dan yang rendah, yaitu : 1. Dia mempunyai nama (sebutan) "wild orisinilly ideas" di antara temanteman sebayanya; 2. Mereka menghasilkan sesuatu di luar kebiasaan; 3. Kegiatannya selalu disertai dengan sifat-sifat humor, melucu, tidak kaku (fleksibel) dan bersikap santai. Campbell (1986) memberikan ciri-ciri tersebut antara lain : 1. kelincahan mental berpikir ke segala arah

kreatif M.Idrus/2000

14

2. kelincahan mental berpikir ke segala arah 3. fleksibel konseptual 4. lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas 5. latar belakang yang merangsang 6. orisinalitas 7. kecakapan dalam banyak hal 8. kemampuan untuk bekerja keras 9. berpikir mandiri 10.pantang menyerah 11.lebih tertarik pada konsep daripada segi-segi kecil 12.keinginan tahu intelektual 13.kaya humor dan fantasi 14.tidak segera menolak ide atau gagasan baru 15.arah hidup yang mantap

Pada dasarnya unsur kreatif ada pada setiap orang, namun yang membedakannya adalah kemampuan untuk mengembangkannya antara individu satu dengan individu lainnya yang relatif berbeda. Mereka yang berada dalam lingkungan pendidikan tertentu adakalanya dituntut untuk selalu berkreasi, sementara pada model pendidikan lainnya tuntutan ini tidak penuh. Selain itu, persoalan budaya juga menjadi salah satu penyebab berkembang tidaknya kreativitas yang dimiliki oleh seseorang. Demikian juga jenis kelamin, terkadang menjadi kunci penentu seseorang. Persoalan ini akan dibahas pada paparan berikutnya. Dari pendapat beberapa ahli, dapat diidentifikasikan pribadi yang memiliki potensi kreatif, yaitu: 1. hasrat ingin tahu yang besar, 2. terbuka terhadap pengalaman baru (selalu ingin mendapat pengalaman baru), 3. cendererung mencari jawaban yang luas dan memuaskan,

kreatif M.Idrus/2000

15

4. berdedikasi, bergairah serta aktif melaksanakan tugas, 5. berfikir fleksibel, 6. memiliki kemampuan analisis dan sintesis dengan cara unik dan berbeda dengan yang lainnya, 7. memiliki daya abstraksi/imajinasi yang baik, 8. sering mengajukan pertanyaan yang baik, 9. memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, 10.bebas dalam menyatakan pendapat, dan berfikir, 11.mempunyai rasa keindahan, 12.menonjol dalam salah satu bidang seni, 13.mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya tanpa terpengaruh orang lain, serta berani mempertahankan pendapat yang diyakininya, 14.rasa humor yang tinggi, 15.dapat bekerja sendiri, 16.kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi), 17.penuh semangat, 18.tidak takut mengambil resiko, 19.suka melakukan observasi dan teliti dalam pengamatan, 20.memberi perhatian khusus pada fenomena yang tidak teramati, 21.banyak menggunakan energi untuk berfikir, 22.orisinalitas yang tinggi, 23.senang mencoba hal-hal yang baru, 24.lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, 25.pantang menyerah.

Sebenarnya jika hendak diidentifikasi seluruhnya, maka karakteristik individu kreatif lebih banyak lagi. Meski demikian, secara garis besar dapat dicermati minimal tiga perbedaan menonjol antara mereka yang kreatif dan

kreatif M.Idrus/2000

16

yang kurang kreatif, yaitu dalam cara berfikir, kepribadian dan kebiasaan. Ketiga hal tersebut bagi individu kreatif akan dilakukannya secara berbeda dengan yang dilakukan individu lainnya, serta bebas dari pengaruh orang lain.

C. Penghambat dan Pendorong Kreativitas Seperti diungkap di atas, bahwa pada hakekatnya setiap individu memiliki potensi untuk kreatif. Namun pada banyak situasi seseorang tidak dapat mengoptimalkan kemampuan kreativitas yang dimilikinya, karena adanya sebab-sebab yang mungkin berasal dari dirinya sendiri atau dari lingkungan sekitarnya. Campbell (1986) mengungkap bahwa beberapa faktor yang

diindikasikan menjadi penyebab rendahnya kreativitas seseorang adalah : 1. takut gagal; 2. terlalu sibuk dengan tata tertib dan tradisi; 3. gagal melihat kekuatan yang ada; 4. terlalu pasti; 5. enggan untuk mempengaruhi; 6. enggan untuk bermain-main; 7. terlalu mengharapkan hadiah.

Dalam salah satu tulisannya Leeper, Skipper dan Whitersponn (1079) mengungkap beberapa faktor yang cenderung dapat menghambat kreativitas adalah 1. tekanan dari teman sebaya yang menuntut konformitas; 2. tekanan terhadap pertanyaan dan eksplorasi, penekanan lebih dilakukan pada perilaku mendengar dan mengikuti petunjuk; 3. penekanan pada perbedaan peran jenis kelamin; 4. budaya beorientasi sukses yang membuat anak tidak berani mengambil resiko dengan pendekatan baru. Anak-anak menjadi takut melakukan

kreatif M.Idrus/2000

17

kesalahan, menghindari hal-hal baru yang belum pernah mereka lakukan dan hanya mau melakukan sesuatu yang telah mereka kuasai. Dari pendapat di atas, ternyata secara garis besar faktor yang memungkinkan rendahnya kreativitas seseorang dapat berasal dari dalam diri individu seperti takut gagal, disibukkan dengan hal-hal sepele, gagal melihat kekuatan yang ada; over estimate. Individu yang dalam dirinya memiliki

perasaan takut gagal, dalam setiap langkahnya selalu dibayang-bayangi oleh kecemasan akan kegagalan yang akan menimpanya. Padahal bayang-bayang tersebut belum tentu menjadi kenyataan. Pelbagai kecemasan yang mencekam diri yang bersangkutan pada akhirnya menjadikan dirinya terlalu menahan diri untuk bertindak yang seharusnya, dan jika ini terjadi maka biasanya kesempatan yang datang kepada dirinya terabaikan begitu saja. Faktor lain yang ditengarai menjadi penyebab rendahnya daya kreativitas seseorang adalah kecenderungannya untuk mengurusi hal-hal yang sepele. Biasanya pada orang yang sibuk dengan aktivitas yang sepele, yang bersangkutan melupakan aktivitas lain yang sebenarnya lebih penting, dan karena telah terperangkap dengan situasi tersebut biasanya untuk berpikir hal lain yang relatif baru bagi dirinya menjadi satu kesulitan tersendiri. Kegagalan dalam melihat potensi diri juga menjadi penyebab rendahnya tingkat kreativitas seseorang. Biasanya pada kelompok invidu yang demikian yang bersangkutan telah putus asa, begitu menyadari bahwa tantangan yang dihadapinya begitu besar. Padahal yang bersangkutan belum melakukan telaah atas potensi yang dimilikinya. Kegagalan melihat potensi ini pada akhirnya menjadikan individu pasrah dengan keadaan, menyerah dengan situasi yang dihadapinya. Sementara dari luar individu yang bersangkutan dapat berasal dari lingkungan bermain, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah. Lingkungan bermain yang dimiliki anak tampaknya lebih banyak menyedikan sarana yang sudah jadi, hal ini tentu saja menjadikan anak lemah dalam penciptaan alat bermain. Lingkungan keluarga, juga banyak memberi kontribusi pada

kreatif M.Idrus/2000

18

meningkat atau menurunnya daya kreativitas seseorang. dalam keluarga yang selalu diberi tantangan, akan menjadikan anggota keluarga tersebut dinamis dan selalu berusaha mengatasi tantangan yang dihadapi dengan caranya sendirisendiri, sementara bagi mereka yang terbiasa dengan situasi "cukup" terkadang menjadikan anggota keluarga memiliki sense of crissis yang rendah. Demikian juga yang terjadi pada lingkungan sekolah. Kebanyakan sekolah yang ada tidak memberi peluang pada anak untuk mengembangkan kreativitasnya secara baik. Harus diakui bahwa model pembelajaran yang berlangsung di banyak sekolah-sekolah saat ini tidak memberi rangsangan kepada siswa untuk berpikir kreatif.

D. Faktor Pendorong Di samping faktor penghambat, sebenarnya ada situasi ataupupn kondisi yang mampu untuk mendorong terbentuknya sifat kreatif dalam diri individu. Secara naluriah setiap orang memiliki kecenderungan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya. Adanya kecenderungan inilah sebagai cikal bakal dari seseorang untuk berlaku kreatif. Persoalannya adalah seberapa kuat faktor-faktor baik internal ataupum eksternal memicu sikap kreatif seseorang dalam situasi tertentu. Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Roger (dalam Jannah. NU, 1995) dengan ungkapan, "...various kinds of situation can influence creativity is..". Dari ungkapan Roger tersebut mengandung makna yang besar bahwa pada dasarnya banyak situasi yang dapat mempengaruhi kreativitas seseorang. Lebih lanjut diungkap oleh Roger bahwa situasi yang dapat membangun kondisi kreatif seseorang adalah situasi yang disebutnya dengan istilah " ... individu accepted just the way, the situation in which is free from judgement and psicological safety, that is an individu gets a change to do every thing with responsibility. Dari ungkapan yang dikemukakan oleh Roger, tampaknya begitu

sederhana bahwa seluruh situasi memungkinkan tumbuhnya kreativitas dan

kreatif M.Idrus/2000

19

situasi tersebut mungkin saja berwujud rasa diterimanya individu dalam lingkungan sekitarnya, situasi ataupun suasana kebebasan secara psikologis dimana individu dalam melakukan aktivitasnya secara bebas dan

bertanggungjawab. Ungkapan sederhana ini memang patut menjadi bahan kajian, sebab pada dasarnya banyak situasi di sekitar anak yang tidak bebas secara psikologis, banyak aturan-aturan yang menghambat seseorang untuk melakukan ide-idenya. Tentu saja pada kasus ini budaya juga mempengaruhi setiap individu untuk bertindak dan melaksanakan ide yang dimilikinya. Dalam salah satu tulisannya Hurlock (1978) menginformasikan beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang untuk berlaku kreatif, seperti: a) Waktu b) Dorongan c) Kesempatan menyendiri d) Sarana e) Lingkungan f) Cara mendidik g) Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan

Dalam pandangan psikologi kognitif tampaknya salah satu cara yang dapat dilakukan agar seseorang memiliki sikap kreatif menurut Conny Setiawan dkk. (1984) dilakukan dengan cara: 1) Merangsang kelancaran, kelenturan dan keaslian dalam berpikir. 2) Memupuk sikap dan minat untuk menyibukkan diri secara kreatif. 3) Menyediakan sarana dan prasarana pengembangan ketrampilan dalam membuat karya yang kreatif. Dari bahasan di atas, tampaknya salah satu pemicu baik pendorong ataupun penghambat kreativitas adalah faktor lingkungan. Tentu saja banyak faktor psikologis yang ada dalam individu itu sendiri juga yang berkontribusi besar dalam menentukan kreatif tidaknya seseorang. Dalam hal ini, sudah sewajarnyalah jika para orang tua, pendidikan dan masyarakat turut serta

kreatif M.Idrus/2000

20

membantu terciptanya lingkungan yang bebas secara psikologis bagi anak agar dapat melakukan aktivitasnya secara bertanggungjawab. Situasi ini amat penting mengingat akhir-akhir ini anak-anak seperti terampas dari jamannya sendiri, dan harus mengikuti aturan yang dibuat oleh orang tua, pendidik, dan masyarakat yang terkadang aturan itu sebenarnya belum saatnya mereka terima. Bebas secara psikologis dapat diartikan anak memiliki keleluasan untuk menungkan segala aktivitas berpikir dan bertindak sesuai dengan ide-ide yang dimiliki tanpa adanya tekanan dari orang lain. Tentu saja hal yang harus diingat adalah keleluasaan tersebut masih dimungkinkan sebatas dalam naungan moral keagamaan, serta budaya yang berlaku di lingkungan sekitarnya.

kreatif M.Idrus/2000

21

BAB III

Metode Penelitian

A. Subyek Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SLTP Negeri 2, SLTP Negeri 4. Mengingat keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka tidak semua populasi dijadikan subyek penelitian. Untuk SLTP Negeri 2 jumlah seluruh siswanya sebanyak 12 kelas (Kelas I, dan kelas II) masing-masing sebanyak 40 siswa. Adapun untuk SLTP Negeri IV hanya diambil untuk kelas II dan kelas III saja. Hal ini karena siswa yang masing memperoleh model pendidikan SLTP "plus" adalah siswa kelas II dan kelas III. Dengan begitu jumlah seluruh populasi yang ada adalah sebanyak 680 siswa. Dari jumlah tersebut akan diambil 20 %, sehingga jumlah subyek penelitian sebesar diperkirakan antara 136 hingga 160 siswa. Untuk lebih mengamankan maka dalam penelitian ini disebarkan sebanyak 160 angket yang dikonstruksikan berdasar pada teoritik yang diajukan. Penentuan subyek dilakukan dengan menggunakan tehnik sampling purposive propotional random sampling. Setelah dilakukan penelitian di lapangan, ternyata dari jumlah yang angket yang disebarkan ada 6 angket yang tidak memenuhi untuk dianalisis secara lebih lanjut mengingat ada beberapa informasi yang hilang. Untuk itu ke-6 angket tersebut kemudian dianulis, sehingga jumlah angket yang memenuhi untuk dianalisis sebanyak 154 buah. Dengan asumsi semakin banyak akan semakin baik dalam melakukan generalisasi, maka 154 angket

kreatif M.Idrus/2000

22

tersebut kemudian dianalisis seluruhnya, sehingga secara persentase ukuran sampelnya adalah sebesar 24,0625 %.

Tabel 1. Distribusi jumlah sampel penelitian kelas Sekolah SLTP N II SLTPN IV JUMLAH (Sumber data primer) 39 0 39 42 26 68 0 47 47 81 73 154 I II III JUMLAH

Penyebaran sampel penelitian menurut jenis kelamin untuk masingmasing sekolah dan kelas dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 berikut ini.

Tabel 2. Distribusi jumlah sampel penelitian Menurut Jenis kelamin dan kelas di SLTP Negeri II

kelas jenis Kelamin Laki-laki Perempuan JUMLAH (Sumber data primer)

II

JUMLAH

16 23 39

17 25 42

33 48 81

Tabel 3. Distribusi jumlah sampel penelitian Menurut Jenis kelamin dan kelas di SLTP Negeri IV kelas jenis Kelamin II III JUMLAH

kreatif M.Idrus/2000

23

Laki-laki Peremopuan JUMLAH (Sumber data primer)

6 20 26

12 35 47

18 55 73

Dari kedua tabel di atas, tampaknya jumlah kelompok perempuan lebih banyak untuk masing-masing lokasi penelitian, yaitu sebesar 55 siswa perempuan untuk lokasi di SLTP Negeri II dan 48 siswa perempuan di SLTP Negeri IV. Secara kumulatif persentase kelompk perempuan adalah sebesar 66,88 %, Artinya untuk kasus penelitian ini dominasi terbanyak ada pada kelompok jenis kelamin perempuan.

B. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah expost facto, dan eksploratorif. Expost facto dalam hal ini karena peneliti tidak memberikan satu perlakuan tertentu yang dapat mengubah perilaku responden yang diteliti. Desain komparasional digunakan untuk membandingkan tingkat kreativitas siswa dari sisi jenis kelamin dan asal SLTP.

C. Tehnik Pengumpulan Data Data akan diambil dengan menggunakan tehnik angket, dan

menggunakan angket yang dikembangkan dari konsep teoritik yang diajukan. Model angket menggunakan model pilihan dengan 5 alternatif. Penyusunan angket berdasar pada teoritik yang dideskripsikan pada kosep teoritik sebagai pada tabel berikut:

Tabel 4. KISI-KISI ANGKET KREATIVITAS

INDIKATOR 1. hasrat ingin tahu 2. selalu ingin mendapat pengalaman baru


kreatif M.Idrus/2000 24

nomor soal 1,11 2,12,22

3. cenderung mencari jawaban yang bervariatif 4. bergairah serta aktif melaksanakan tugas

3,13 4,14

5. menganalisis masalah dengan cara unik dan 5,15 berbeda dengan yang lainnya, 6. memiliki daya abstraksi/imajinasi yang baik, 7. sering mengajukan pertanyaan yang baik, 8. berani berpendapat 9. tidak terpengaruh orang lain 10.berani 6,26 7,16 8,20,28 9,21,

mempertahankan pendapat yang 10,30

diyakininya, 11.dapat bekerja sendiri, 12.tidak takut mengambil resiko, 23,31 24,32

13.memberi perhatian khusus pada fenomena 25,33 yang tidak teramati, 14.lebih menyukai kompleksitas daripada 17,27

simplisitas, 15.pantang menyerah 16.Percaya diri 19,34 18,29

Penskalaan menggunakan model yang dikembangkan dari skala Likert dengan menyediakan 5 alternatif jawaban. alternatif sebagai berikut: SS = Setuju Sekali, artinya responden sangat setuju dengan pernyataan yang disediakan (atau pernyataan tersebut Sangat Cocok dengan kondisi responden). S = Setuju , artinya responden setuju dengan pernyataan yang diberikan (atau pernyataan tersebut Cukup Cocok dengan responden). KS = Kurang Setuju, artinya responden kurang menyetujui dengan Model jawaban menggunakan

pernyataan yang tersedia (atau pernyataan tersebut Kurang Cocok dengan responden).
kreatif M.Idrus/2000 25

TS = Tidak Setuju, artinya responden Tidak menyetujui pernyataan yang tersedia (atau pernyataan tersebut responden). TSS = Tidak Setuju Sekali, artinya responden Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan di sebelah kiri (atau pernyataan tersebut Tidak Cocok Sama Sekali dengan kondisi responden) Tidak Cocok dengan kondisi

Untuk penskoran dilakukan dengan cara memberi angka 5 pada pernyataan yang sangat mendukung, dan selanjutnya bergradasi 1 hingga pada pernyataan yang tidak mendukung diberi skor 1. Jumlah butir yang ada sebanyak 34 butir, sehingga skor tertinggi ideal adalah sebesar 170, sementara skor ideal terendah sebesar 34.

D. Hipotesis Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diungkap hipotesis nihil yang ingin diuji adalah: 1. Ada perbedaan tingkat kreativitas siswa yang berasal dari sekolah umum murni (SLTP 2 Yogyakarta) dengan siswa yang berasal dari sekolah eks. sekolah kejuruan (SLTP 4 Yogyakarta). Siswa SLTP negeri 4 Yogyakarta memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi dibanding dengan siswa dari SLTP Negeri 2 Yogyakarta. 2. Ada perbedaan tingkat kreativitas jika ditinjau dari jenis kelamin siswa.

E. Tehnik Analisis Data Untuk menganalisis data dalam penelitian ini akan digunakan tehnik statistik tehnik t test (Popham Popham, J.W. and Sirotnik, K.A. 1971). Adapun untuk mempermudah analisis datanya dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSSPC+.

BAB IV
kreatif M.Idrus/2000 26

HASIL PENELITIAN

Pada bagian berikut ini akan dipaparkan hasil-hasil yang diperoleh dari angket yang masuk. Hasil ini meliputi tingkat atau katagori kreativitas siswa dari masing-masing karakteristik yang dimiliki seperti jenis kelamin, sekolah ataupun dari sisi kelas yang bersangkutan. Namun dalam hasil penelitian untuk siswa SLTP Negeri II tidak dengan kelas III, sedangkan untuk SLTP Negeri IV tidak dengan kelas I.

A. Deskripsi Data 1. Tingkat Kreativitas Siswa Ditinjau dari Jenis Kelamin Tingkat kreativitas siswa ditinjau dari jenis kelamin masing-masing memiliki nilai mean sebesar 2,0392 dan nilai standar deviasi (SD)-nya adalah sebesar 0,196 harga variannya sebesar 0,038416 untuk kelompok siswa lakilaki dan nilai mean sebesar 2,0388 serta nilai standar deviasi 0,194 dan nilai variannya sebesar 0,037636 untuk kelompok perempuan. Dari nilai tersebut tampak nilai rerata untuk kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dari nilai rerata yang dicapai kelompok siswa perempuan. Demikian juga untuk nilai penyimpangan bakunya (SD) kelompok laki-laki lebih tinggi dibanding dengan kelompok perempuan demikian juga untuk nilai kesalahan baku (standar error). Kejelasan untuk masing-masing nilai tersebut dapat dilihat pada lampiran hasil uji hipotesis. Selanjutnya penyebaran tingkat kreativitas siswa jika ditinjau dari jenis kelamin ini secara ringkas ddapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Tingkat Kreativitas Siswa Ditinjau dari Jenis kelamin

kreatif M.Idrus/2000

27

KATAGORI SEDANG TINGGI JUMLAH (Sumber data primer)

LAKI-LAKI 49 (31,82 %) 2(1,30%) 51 (33,12%)

PEREMPUAN 99 (64,29 %) 4(2,60%) 103 (66,89%)

JUMLAH 148 6 154

Seperti diungkap di muka bahwa jumlah seluruh responden yang datanya dapat dianalisis adalah sebanyak 154 orang siswa. Dari jumlah tersebut 51 siswa laki-laki dan 103 siswa perempuan. Harus peneliti akui peneliti mengalami kesulitan untuk membuat satu model proposional yang baik dalam pemilihan jenis kelamin ini. Hal ini salah satunya dikarenakan pihak sekolah tidak memberi peluang untuk itu, sehingga penentuan pada akhirnya dilakukan secara acak saja. Pengkatagorian tingkat kreativitas ini dilakukan dari hasil di atas tampak untuk katagori sedang secara keseluruhan dicapai oleh 148 orang siswa (96,10%) dari seluruh jumlah siswa yang ada. Tampaknya hal ini mengisyaratkan betapa hampir mayoritas responden memiliki tingkat kreativitas yang sedang saja, dan hanya 6 orang saja atau 3,90 % saja yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Untuk katagori tinggi ini secara persentase jumlah siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi lebih banyak dari jenis kelamin perempuan. Dari sisi ini untuk sementara tampaknya terlihat kelompok perempuan secara persentase banyak yang berada di posisi sedang dan tinggi. Ada perbedaan ini secara sepintas memposisikan tingkat kreativitas kelompok perempuan lebih baik dibandingkan dengan kelompok laki-laki. Meski demikian hal tersebut perlu diuji secara statistik apakah memang perbedaan itu signifikan atau hanya karena jumlah responden perempuan lebih banyak dari laki-laki, dan ini yang mungkin akan menjadikannya bias. Uji untuk perbedaan tersebut akan dilakukan pada bagian berikutnya. 2. Tingkat Kreativitas Siswa Ditinjau dari Sekolah Siswa
kreatif M.Idrus/2000 28

Berikut ini akan dipaparkan secara deskriftif data tingkat kreativitas siswa jika ditinjau dari sekolah yang bersangkutan. Untuk siswa SLTP Negeri II reratanya adalah sebesar 2,0494 dengan standar deviasi sebesar 0,218 dan nilai variannya sebesar 0,047524, sedangkan untuk siswa SLTP Negeri 4 nilai reratanya adalah sebesar 2,0274, nilai standar deviasi sebesar 0,019, sedangkan nilai variannya sebesar 0,000361. Secara ringkas gambaran tingkat kreativitas siswa jika ditinjau dari asal sekolah masing-masing adalah sebagai berikut. Tabel 6. Tingkat Kreativitas Siswa Ditinjau Asal Sekolah Siswa KATAGORI SEDANG TINGGI JUMLAH (Sumber data primer) SLTP N II 78 (50,65 %) 3(1,95%) 81 SLLTP N IV 70 (45,45 %) 3(1,95%) 73 JUMLAH 148 6 154

Seperti juga pada data terdahulu tampak mayoritas siswa berada pada kelompok sedang, hanya saja untuk kelompok asal sekolah ini tampaknya terdistribusi sama banyaknya pada katagori tinggi yaitu masing-masing berjumlah 3 (tiga) untuk setiap sekolah. Jika sekilas tampaknya untuk katagori tinggi ini kreativitas siswa dari kedua sekolah sama, namun tentunya hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kreativitas siswa jika ditinjau dari asal sekolah. Pembuktian ada tidaknya perbedaan ini akan dilakukan dalam uji hipotesis penelitian.

3. Tingkat Kreativitas Siswa Ditinjau dari Kelas Siswa Peneliti juga mencoba untuk mengelompokkan siswa berdasar pada kelas siswa masing-masing, untuk selanjutnya peneliti akan melihat katagori kreativitas siswa jika ditinjau dari kelas siswa dipaparkan pada tabel 7 pada berikut ini. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa untuk katagori sedang jumlah terbanyak pada kelas II, disusul oleh kelas I dan terakhir kelas III. Selengkapnya tentang data tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
kreatif M.Idrus/2000 29

Tabel 7. Tingkat Kreativitas Siswa Ditinjau Asal Kelas Siswa KATAGORI SEDANG TINGGI JUMLAH KELAS I 38 (24,68%) 1 (0,65 %) 39 KELAS II 65 (42,21%) 3(1,95%) 68 KELAS III 45(29,22%) 2(1,30%) 47 JUMLAH 148 6 135

(Sumber data primer)

4. Data Kreativitas Gabungan Pada bagian berikut ini akan dipaparkan katagori kreativitas siswa jika ditinjau dari satu variabel dan mengontrol variabel lainnya seperti (a)

kreativitas siswa masing-masing SLTP jika ditinjau dari kelas, (b) kreativitas siswa masing-masing SLTP jika ditinjau jenis kelamin. Tabel 8 dan 9 di bawah ini akan memaparkan kreativitas siswa SLTP Negeri II dan siswa SLTP Negeri IV jika ditinjau dari kelasnya masing-masing, sedangkan tabel 8 dan 9 akan memaparkan tingkat kreativitas siswa SLTP negeri II dan SLTP Negeri IV jika ditinjau dari jenis kelamin masing-masing siswa.

Tabel 8. Tingkat Kreativitas siswa SLTP Negeri II untuk masing-masing kelas KATAGORI SEDANG TINGGI JUMLAH KELAS I 37 (24,68%) 2(2,47%) 39 KELAS II 40(49,38%) 2(2,47%) 42 JUMLAH 77(95,06) 4(4,94%) 81

(Sumber data primer)

Sebagaimana diungkap pada bagian terdahulu bahwa untuk lokasi di SLTP Negeri II, respondennya hanya terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok
kreatif M.Idrus/2000 30

kelas I dan kelas II, sedangkan untuk kelompok kelas III pihak sekolah keberatan untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini. Dengan jumlah yang hampir seimbang ternyata secara persentase 95,06 % siswa SLTP Negeri II masuk dalam kelompok yang memiliki tingkat kreativitas sedang, dan hanya sebesar 4,94 % yang masuk dalam katagori tinggi. di antara mereka yang masuk dalam katagori sedang, ternyata 49, 38 % atau sebanyak 40 siswa berasal dari kelas II, sedangkan sisanya berasal dari kelas I. Sementara itu untuk kelompok katagori tinggi, ternyata dua kelompok memiliki persentase yang sama, yaitu sebanyak 2,47% pada masing-masing kelas. Meskipun secara persentase kelas II memiliki angka yang lebih besar, namun hal ini belum secara signifikan membuktikan bahwa siswa kelas II memiliki tingkat kreativitas yang lebih baik. Untuk itu memang dapat saja dilakukan uji beda pada kelompok ini, namun untuk kebutuhan analisis data dalam penelitian ini tidak dilakukan uji antar sub-group, sehingga tidak dilakukan uji beda antar kelas dalam satu sekolah. Jika di atas, adalah gambaran hasil yang diperoleh di SLTP Negeri II, berikut ini gambaran yang diperoleh dari responden yang berasal dari SLTP Negeri IV sebagaimana tercantum dalam tabel 9 berikut.

Tabel 9. Tingkat Kreativitas siswa SLTP Negeri IV untuk masing-masing kelas KATAGORI SEDANG TINGGI JUMLAH (Sumber data primer) Jika pada lokasi di SLTP Negeri II yang tidak diijinkan untuk dijadikan responden penelitian, maka untuk lokasi di SLTP Negeri IV kelas yang sengaja dipilih memang kelas II dan kelas III. Pemilihan ini karena kelaskelas itulah yang hingga saat ini memperoleh pendidikan ketrampilan lebih
kreatif M.Idrus/2000 31

KELAS II 25 (34,25%) 1(1,37%) 26

KELAS III 46(63,01%) 1(1,37%) 47

JUMLAH 71(97,26) 2(2,74%) 73

dibanding dengan kelas I di sekolah yang sama. Secara persentase sebagian besar siswa SLTP Negeri IV memiliki tingkat kreativitas yang sedang yaitu sejumlah 97,26% atau sebanyak 71 siswa dari 73 siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, sedangkan sisanya sebanyak 2 orang (2,74%) termasuk dalam kelompok mereka yang memiliki tingkat kreativitas tinggi. Seperti juga di lokasi SLTP Negeri II, tampaknya ada kecenderungan yang sama yang terjadi di SLTP Negeri IV yaitu siswa yang memiliki tingkat kelas yang lebih tinggi yang banyak pada kelompok kreativitas sedang. Adapun untuk kelompok yang memiliki tingkat kreativitas tinggi, kedua kelompok kelas ini membagi dalam persentase yang sama. Kemudian jika dibandingkan dengan lokasi di SLTP Negeri II, tampaknya persentase mereka yang memiliki tingkat kreativitas sedang lebih banyak pada kelompok lokasi SLTP Negeri IV dengan 97,3 % dibandingkan dengan lokasi SLTP Negeri II yang berjumlah sebesar 95,1%. Perbandingan ini sangat tipis, sehingga belum dapat dijadikan alasan untuk menyatakan bahwa kedua kelompok ini berbeda ataupun sebaliknya dalam hal kreativitas. Berikut ini akan dipaparkan tingkat kreativitas siswa SLTP II dan SLTP IV untuk setiap jenis kelamin siswa. Pada tabel 10 gambaran kreativitas siswa SLTP Negeri II jika ditinjau dari jenis kelaminnya.

Tabel 10. Tingkat Kreativitas siswa SLTP Negeri II untuk masing-masing Jenis kelamin KATAGORI SEDANG LAKI-LAKI 31(38,27%) PEREMPUAN 46(56,79%) JUMLAH 77(95,09)

kreatif M.Idrus/2000

32

TINGGI JUMLAH

2(2,47%) 33(40,74%)

2(2,47%) 48(59,26%)

4(4,94%) 81(100%)

(Sumber data primer)

Dari sebanyak 81 responden siswa SLTP Negeri II, 48 di antaranya berjenis kelamin perempuan, dan sisanya sebanyak 33 orang siswa laki-laki. Selanjutnya 77 siswa (95,09%) di antara sejumlah responden tersebut memiliki tingkat kreativitas yang sedang, dan sisanya 4 orang termasuk dalam kelompok kreativitas tinggi. Secara persentase untuk kelompok kreativitas sedang ternyata separuh lebih (56,79%) didominasi oleh siswa perempuan dan hanya 38,27 % di antaranya siswa laki-laki. Adapun untuk kelompok kreativitas tinggi kedua kelompok jenis kelamin ini membaginya secara rata, yaitu 2 untuk masing-masing kelompok jenis kelamin. Kembali meski perbedaan tampak mencolok, namun untuk kasus ini tidak dilakukan uji hipotesis antar sub-group, sehingga nilai perbedaan berdasar jumlah untuk masing-masing katagori belum merepresentasikan bahwa kelompok tertentu lebih tinggi tingkat kreativitasnya dibandingkan jenis kelamin lainnya. Selanjutnya uji beda antar jenis kelamin ini dilakukan untuk seluruh populasi dengan mengabaikan lokasi sekolah. Pada halaman berikut ini akan dipaparkan tingkat kreativitas siswa SLTP Negeri IV jika ditinjau dari jenis kelamin siswa.

Tabel 11. Tingkat Kreativitas siswa SLTP Negeri IV untuk masing-masing Jenis kelamin KATAGORI SEDANG LAKI-LAKI 18(24,65%) PEREMPUAN 53(72,60) JUMLAH 71(97,25)

kreatif M.Idrus/2000

33

TINGGI JUMLAH

0 18(24,65%)

2(2,74%) 55(75,34)

2(2,74%) 73(100%)

(Sumber data primer)

Jumlah responden untuk siswa SLTP Negeri IV seluruhnya berjumlah sebanyak 73 orang siswa. Dari jumlah tersebut 55 orang siswa di antaranya berjenis kelamin perempuan, dan sisanya sebanyak 18 orang siswa laki-laki. Selanjutnya 71 siswa (97,25%) di antara sejumlah responden tersebut memiliki tingkat kreativitas yang sedang, dan sisanya 2 orang termasuk dalam kelompok kreativitas tinggi. Secara persentase untuk kelompok kreativitas sedang ternyata separuh lebih (72,60%) didominasi oleh siswa perempuan dan hanya 24,65 % di antaranya siswa laki-laki. Bahkan untuk kelompok kreativitas tinggi kelompok jenis kelamin ini tidak memiliki perwakilannya, sedangkan untuk kelompok jenis kelamin perempuan jumlahnya sebanyak 2 orang siswa.

D. Hasil Uji Hipotesis Ada dua hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu : 1. Hipotesis nihilnya: tidak ada perbedaan tingkat kreativitas siswa yang berasal dari sekolah umum murni (SLTP 2 Yogyakarta) dengan siswa yang berasal dari sekolah eks. sekolah kejuruan (SLTP 4 Yogyakarta). Hipotesis alternatif yang diajukan adalah siswa SLTP negeri 4 Yogyakarta memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi dibanding dengan siswa dari SLTP Negeri 2 Yogyakarta. 2. Hipotesis nihilnya: tidak ada perbedaan tingkat kreativitas jika ditinjau dari jenis kelamin siswa. Hipotesis alternatifnya adalah siswa laki-laki memiliki kreativitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Dari dua hipotesis nihil yang diajukan, kesemuanya diuji dengan menggunakan formula t-test. Adapun untuk lebih memudahkan dan akurasi

kreatif M.Idrus/2000

34

perhitungan hasil analisis, uji hipotesis ini dilakukan secara koputerisasi dengan menggunakan program SPSSS. Dari hasil uji hipotesis pertama dengan menggunakan model Pooled varian estimate, diperoleh harga t sebesar 0,70 dengan derajat kebebasan 152 dan dengan harga taraf signifikansi sebesar 0,485. Adapun dengan

menggunakan model Separate varian estimate diperoleh harga t sebesar 0,71 dan dengan taraf signifikansi 0,478. Dari kedua hasil analisis ini, tampak betapa harga signifikansi yang diperoleh dari data observasi melebih batas 5% sebagaimana kelaziman dalam penelitian sosial, sehingga kedua hasil tersebut nir-signifikan. Dengan demikian hipotesis penelitian yang berbunyi " tidak ada perbedaan tingkat kreativitas siswa yang berasal dari sekolah umum murni (SLTP 2 Yogyakarta) dengan siswa yang berasal dari sekolah eks. sekolah kejuruan (SLTP 4 Yogyakarta)", diterima. Hipotesis kedua juga diuji dengan menggunakan formula yang sama, dan dari hasil print out komputer diperoleh harga t sebesar 0,01 dengan derajat kebebasan 152, dan taraf signifikansi 0,991 untuk model Pooled varian estimate sedangkan untuk model Separate varian estimate harga t nya sebesar 0,1 dan taraf signifikansi 0,991. Sama seperti hasil yang diperoleh dari uji hipotesis pertama ternyata harga signifikansi yang diperoleh dari data observasi melebih batas 5% sebagaimana kelaziman dalam penelitian sosial, sehingga kedua hasil tersebut nir-signifikan. Dengan demikian hipotesis penelitian yang berbunyi " tidak ada perbedaan tingkat kreativitas siswa yang jika ditinjau dari jenis kelamin", diterima. Dari hasil perhitungan uji hipotesis untuk kekdua hipotesis yang diajukan baik dengan menggunakan model pooled ataupun separate tampaknya harga t yang diperoleh melebihi harga interval yang ditetapkan, sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua hipotesis nihil yang diajukan diterima, dan menolak hipotesis alternatif yang diajukan.

E. Intepretasi Hasil Penelitian

kreatif M.Idrus/2000

35

Seperti telah diungkap di atas bahwa untuk uji hipotesis pertama hasil perhitungan dengan menggunakan komputer ternyata meperoleh harga t dengan taraf signifikansi di atas 5%. Dengan begitu hipotesis nihil yang berbunyi "tidak ada perbedaan tingkat kreativitas siswa yang berasal dari sekolah umum murni (SLTP 2 Yogyakarta) dengan siswa yang berasal dari sekolah eks. sekolah kejuruan (SLTP 4 Yogyakarta)", diterima., sebaliknya hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa siswa SLTP eks sekolah kejuruan lebih tinggi kreativitasnya dinyatakan ditolak. Secara jelas hasil penelitian ini memposisikan bahwa pada dasarnya seluruh siswa SLTP baik yang berasal dari sekolah dengan predikat "plus" ketrampilan dengan mereka yang tanpa plus sama-sama memiliki tingkat kreativitas yang sebanding, sehingga tidak dapat dinyatakan bahwa siswa yang berasal dari sekolah "plus keterampilan" lebih kreatif jika dibandingkan dengan siswa SLTP biasa. Hal menarik yang tampaknya perlu mendapat porsi perhatian adalah jika dilihat dari nilai rerata di antara kedua kelompok tersebut, tampaknya mereka yang berasal dari sekolah biasa (SLTP Negeri II) memiliki nilai rerata yang lebih tinggi dari siswa SLTP Negeri IV, yaitu 2,0494 berbanding 2,0274. Meski juga harus diakui bahwa perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa kasus seperti perbedaan jumlah sampel. Hal lain yang juga menarik untuk dibincangkan dalam intepretasi ini adalah harga simpangan baku untuk masing-masing kelompok. Kelompok siswa SLTP Negeri II memiliki simpangan baku (standar deviasi) sebesar 0,218 sedangkan kelompok siswa SLTP Negeri IV hanya sebesar 0,164. Dari data tersebut peluang terjadinya kesalahan pada standar deviasi ternyata lebih besar pada kelompok siswa SLTP Negeri II yaitu sebesar 0,024 sedangkan untuk kelompok siswa SLTP Negeri IV sebesar 0,019. Artinya hal ini menunjukkan peluang terjadinya kesalahan akan tampak lebih besar pada kelompok siswa SLTP Negeri II jika dibandingkan dengan kelompok siswa SLTP Negeri IV.

kreatif M.Idrus/2000

36

Selanjutnya dari hasil perhitungan komputer untuk uji hipotesis kedua menghasilkan angka-angka yang kecenderungannya sama dengan angka-angka yang dihasilkan pada proses pengujian uji hipotesis pertama. Harga t yang diperoleh ternyata memiliki taraf signifikansi di atas 5%, baik dengan menggunakan model pooled varian estimate ataupun separate varian estimate. Dengan begitu hipotesis nihil yang berbunyi "tidak ada perbedaan tingkat kreativitas siswa jika ditinjau dari jenis kelamin", dapat diterima., sebaliknya hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa siswa laki-laki lebih tinggi kreativitasnya dinyatakan ditolak. Jika selama ini muncul asumsi yang begitu kuat mendudukan posisi laki-laki di atas perempuan, maka hasil penelitian ini menduduki posisi yang bersebrangan dengan pendapat di atas. Artinya dari hasil penelitian ini tidak diperoleh satu kesimpulan bahwa siswa laki-laki memiliki kreativitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Bahkan jika dilihat dari harga rerata yang diperoleh ternyata harga rerata kelompok siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa laki-laki, yaitu 2,0392 (kelompok perempuan), berbanding dengan 2,0388 untuk kelompok laki-laki.

BAB V PENUTUP

kreatif M.Idrus/2000

37

Dalam bab terakhir ini akan dipaparkan hasil simpulan penelitian berdasarkan pada hasil perhitungan uji hipotesis untuk masing-masing hipotesis nihil yang diajukan. Kemudian juga akan dilakukan kajian tentang hasil-hasil yang telah disimpulkan serta peluang-pelung pengembangannya. Bab ini akan ditutup dengan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait.

A. Simpulan Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan ada beberapa simpulan yang dapat penulis laporakan dalam penelitian ini: 1. menerima hipotesis nihil yang berbunyi "tidak ada perbedaan tingkat kreativitas siswa yang berasal dari sekolah umum murni (SLTP 2 Yogyakarta) dengan siswa yang berasal dari sekolah eks. sekolah kejuruan (SLTP 4 Yogyakarta). Adapun hipotesis alternatifnya yang berbunyi "siswa SLTP negeri 4 Yogyakarta memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi dibanding dengan siswa dari SLTP Negeri 2 Yogyakarta", ditolak. 2. Menerima hipotesis nihilnya yang berbunyi "tidak ada perbedaan tingkat kreativitas jika ditinjau dari jenis kelamin siswa". Adapun hipotesis alternatifnya adalah siswa laki-laki memiliki kreativitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa perempuan ditolak. 3. Secara persentase jumlah terbanyak di antara 154 responden adalah sebanyak 148 orang siswa memiliki tingkat kreativitas yang sedang, dan hanya sebanyak 6 orang saja yang memiliki katagori tinggi untuk skor kreativitasnya. 4. Sebahagian besar responden memiliki tingkat kreativitas yang sedang yaitu sebesar 96,1 % (148 orang siswa), dan hanya 6 orang (3,9%) yang memiliki tingkat kreativitas tinggi. B. Diskusi Dari hasil analisis di muka, ternyata seluruh hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Terkait dengan hal itu ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai diskusi dalam kajian penelitian ini.

kreatif M.Idrus/2000

38

1. Penelitian ini menolak hipoptesis yang menyatakan ada perbedaan tingkat kreativitas siswa SLTP Negeri II dengan siswa SLTP Negeri IV Yogyakarta. Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab terjadinya hal itu adalah : a. pengambilan sampel yang tidak dapat meliputi seluruh populasi yang ada. Hal ini terutama terjadi di SLTP Negeri II yang pihak sekolah tidak mengijinkan kelas III dijadikan sebagai subyek penelitian. Adapun untuk lokasi di SLTP Negeri IV, pemilihan terhadap subyek penelitian sudah dianggap tepat, karena siswa yang hingga saat ini diberlakukan sebagai siswa dengan "plus" pada keterampilan adalah siswa kelas II, dan kelas III. Untuk mengatasi situasi di lokasi SLTP Negeri II sebenarnya peneliti telah berupaya untuk mengoptimalkan penentuan ukuran sampel secara statistik, yaitu dengan meningkatkan ukuran sampel yang semula 20% menjadi 25 %. Namun tampaknya hal ini belum seluruhnya dapat membantu secara baik; b. letak lokasi sekolah yang relatif sama dalam wilayah kotamadya Yogyakarta. Salah satu teori menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat memicu ataupun menghambat kreativitas seseorang adalah lingkungan yang bersangkutan bergaul, dalam hal ini dapat lingkungan sekolah, lingkungan bermain ataupun lingkungan keluarga. Adanya kesamaan dalam pemilihan lingkungan ini mungkin saja menjadi salah satu penyebab tidak adanya varian di antara responden yang dijadikan subyek penelitian; c. pemilihan kedua sekolah yang sama-sama dalam satu rayon dimana SLTP Negeri II menjadi SLTP inti, sedangkan SLTP Negeri IV menjadi salah satu anggotanya tampaknya juga menjadi salah satu penyebab. Hal ini mungkin terjadi karena mengingat masih dalam satu lingkup lokasi binaan, maka model pembinaan yang diterapkan di sekolah-sekolah tersebut juga memiliki karakteristik yang sama.

kreatif M.Idrus/2000

39

d. dari hasil observasi peneliti di dua lokasi, ternyata aktivitas siswa di dua lokasi dalam hal kegiatan ekstra kurikuler ternyata cukup marak. Kegiatan pramuka, kegiatan peleton inti (tonti) merupakan aktivitas yang digalakkan di dua lokasi penelitian. Adanya aktivitas-aktivitas semacam ini bukan hal yang mustahil dapat membantu siswa untk meningkatkan daya kreativitasnya. e. Menurut teori, kemampuan kreativitas salah satunya dapat dipacu dengan cara verbal dan tulisan. Salah satu bentuk aktivitas yang dikelola oleh OSIS pada dua sekolah lokasi penelitian adalah "majalah dinding" (Mading). Di dua lokasi majalah dinding yang dikelola oleh siswa tersebut relatif baik dan terbit secara rutin tiap 1 bulan sekali. Kembali pada persoalan aktivitas ini, tampaknya kecenderungan aktivitas yang sama dapat menjadikan perilaku siswa yang sama, dalam hal ini adalah perilaku kreativitas mereka. 2. Secara statistik penelitian ini menolak adanya perbedaan tingkat kreativitas siswa jika ditinjau dari jenis kelamin. Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah: a. secara statistik jumlah sampel yang diambil jika dilihat dari jenis kelamin subyek penelitian memang tidak imbang. Meski secara statistik jumlah sampel yang diambil telah memenuhi persyaratan, mungkin karena ada kelas-kelas tertentu yang diambil lebih dominan pada jenis kelamin tertentu sehingga jumlah responden jenis kelamin perempuan lebih tinggi (2 kali jumlah responden laki-laki). Hal ini tidak dapat dihindari terutama untuk SLTP Negeri IV, sebab pada kelas tertentu jumlah populasi jenis kelamin laki-laki hanya 25 % dari jumlah total siswa di kelas tersebut. b. Seperti diungkap pada bagian sebelumunya bahwa di kedua lokasi penelitian aktivitas yang diselenggarakan untuk kegiatan siswa bervariatif dan terbuka bagi siswa laki-laki dan perempuan. Adanya iklim keterbukaan ini mungkin menjadi salah satu peluang dalam diri seluruh siswa untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya sesuai dengan

kreatif M.Idrus/2000

40

kemampuan yang dimiliki. Peluang ini tampak begitu kentara jika dilihat dari banyak tulisan di majalah dinding yang dikontribusi oleh perempuan ataupun jumlah anggota peleton inti yang separuhnya juga perempuan.

C. Saran Berdasar pada simpulan dan kajian dalam diskusi di muka, ada beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan, yaitu kepada: 1. Pihak Sekolah a. Mengingat bahwa kreativitas merupakan salah salah satu pemicu aktivitas siswa, maka sudah selayaknya pihak sekolah menyediakan ruang terbuka bagi pengembangan aktivitas yang dapat merangsang kreativitas seseorang. b. Lingkungan merupakan salah satu faktor pendorong ataupun penghambat kreativitas, maka penciptaan lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang menyediakan tempat bagi berkembangnya kreativitas siswa menjadi salah satu pendorong bagi meningkatnya kreativitas siswa. c. Aktivitas selama ini (seperti pramuka, mading, peleton inti, kegiatan kesenian, bakat dan minat, OSIS) ditengarai dapat meningkatkan kreativitas siswa, untuk itu pihak sekolah dapat membantu

berkembangnya aktivitas tersebut secara lebih baik dengan cara menyediakan pelatih inti/pembina pada masing-masing kegiatan.

2. Peneliti Lanjut a. Tema kreativitas merupakan tema yang sedikit mendapat porsi penelitian, untuk itu dapat melakukan kajian lebih mendalam tentang kreativitas dan mengkaitkan dengan misalnya proses pembelajaran, interaksi antar siswaguru-siswa, kepribadian siswa, ataupun atribut psikologis dan pendidikan lainnya. b. Dalam penelitian ini hipotesis alternatif yang diajukan seluruhnya

ditolak, dan salah satu penyebabnya diindikasikan karena pemilihan

kreatif M.Idrus/2000

41

subyeknya tidak mencakup seluruh populasi. Untuk itu dapat melakukan penelitian ulang dengan menambah subyek penelitian, yang sedapat mungkin mewakili seluruh responden yang ada di lokasi penelitian.

D. Penutup Proses penelitian ini telah diupayakan memenuhi kaidah ilmiah, kegagalan dalam menerima hipotesis alternatif bukanlah merupakan kegagalan dalam proses penelitian, tetapi merupakan kejadian wajar dalam penelitian. Pada akhirnya semoga laporan ini bermanfaat untuk semua, Amin. ( M.Idrus,18102000).

PUSTAKA

Ali, Novel. 1994. Pendidikan dasar, prioritas pembangungan sumber daya manusia. Jayakarta. tanggal 22 Oktober 1994.

kreatif M.Idrus/2000

42

Baron, F., 1958. The Psychology og Imaginations. USA: Scientific. Campbell, David. 1986. Mengembangkan Kreativitas. Penerjemah AM. Mangunhardjana. Yogyakarta: Kanisius. Ebbeck, Fred. 1998. Developing Children's Language Ability. Makalah pada Workshop "Early Childhood" yang diselenggarakan IKIP Yogyakarta kerjasama dengan University of South Australia. ------------. 1998. Practical Applications of Both Vygotsky and Piaget. Makalah pada Workshop "Early Childhood" yang diselenggarakan IKIP Yogyakarta kerjasama dengan University of South Australia. Hurlock, E. B. 1992. Perkembangan Anak. Penerjemah Meitasari Tjandrasa . Jakarta: Erlangga. Jannah, NU. 1992. Perbedaan kreativitas verbal ditinjau dari pola asuh orang tua di SMPN I Surakarta. Skripsi. FIP. IKIP Yogyakarta. Leeper,S.H., Skipper, D.S., Witherspoon, R.L. 1979. Good Schools for Young Children. Fourth Edition. New York: McMillan Publishing Co, Inc. Maxim, G.W. 1980. The Very Young: Guiding Children from Infancy through the Early Years. Californa: Wodsworth. Munandar, SC Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia. Semiawan, Conny., dkk. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia. Suyata. 1982. Pola Asuhan Remaja pada Berbagai Kelompok Sosial di DIY. Yogyakarta: P2G IKIP Yogyakarta. Popham, J.W. and Sirotnik, K.A. (1971). Education Statistik : Use and Interpretation. New York: Harper & Row Publisher. Kepada Ytc. Adik-adik siswa SLTP di sekolah

Salam sejahtera,

kreatif M.Idrus/2000

43

Kami mohonkan kesediaan adik-adik mengisi angket berikut. Angket ini dimaksudkan untuk penelitian ilmiah, dan tidak bermaksud apapun selain

keperluan tersebut. Tidak ada jawaban yang salah, semuanya benar. Untuk itu mohon adik-adik menjawab sesuai dengan apa yang dirasakan. Demikian, atas bantuan yang diberikan diucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberi keluasan nikmat kepada kita semua. Jazakumullah khoiron katsiro. Salam Takjim, Peneliti =========================================================== == SLTP Negeri : __________ Kelas : __________ Jenis kelamin *: L / P

Untuk menjawab pertanyaan, adik-adik cukup memberi tanda silang (X) atau centang (V) pada huruf kolom yang sesuai dengan yang adik rasakan (salah satu saja, yang paling cocok dengan diri adik) =========================================================== == SS = Setuju Sekali, artinya adik sangat setuju dengan pernyataan di sebelah kiri (atau pernyataan di sebelah kiri Sangat Cocok dengan kondisi adik saat ini). S = Setuju , artinya adik setuju dengan pernyataan di sebelah kiri (atau pernyataan di sebelah kiri Cukup Cocok dengan kondisi adik saat ini). KS = Kurang Setuju, artinya kurang menyetujui dengan pernyataan di sebelah kiri (atau pernyataan di sebelah kiri Kurang Cocok dengan kondisi adik saat ini). TS = Tidak Setuju, artinya adik Tidak menyetujui pernyataan di sebelah kiri (atau pernyataan di sebelah kiri Tidak Cocok dengan kondisi adik saat ini). TSS = Tidak Setuju Sekali, artinya adik Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan di sebelah kiri (atau pernyataan di sebelah kiri Tidak Cocok Sama Sekali dengan kondisi adik saat ini.)

kreatif M.Idrus/2000

44

ANGKET PENELITIAN

NO. 1

Pertanyaan/Pernyataan Ingin mencari informasi lebih banyak tentang hal yang baru

SS

KS

TS

TSS

2 3 4

Ingin mencoba cara lain dalam mengerjakan PR Mengunakan cara menjawab seperti yang diajarkan guru Sejujurnya saya agak malas mengerjakan PR yang diberikan guru

5 6 7

Bagi saya PR cara memperdalam materi saya cepat dalam mencetuskan satu ide tertentu saya bertanya pada guru tentang materi yang tidak dipahami

saya berpendapat sesuai yang dipikirkan meski tidak diminta

9 10

Apa yang dikatakan teman itulah pendapat saya saya tetap mempertahankan pendapat saya meski didebat teman-teman

11 12

Saya segan memperdalam materi pelajaran yang sulit Lebih aman menggunakan metode yang diajarkan guru dalam mengerjakan PR

13

saya lebih senang mencari jawaban selain dari yang diajarkan guru

14

Setiap sore saya mengulangi pelajaran yang dajarkan Hari ini

15 16

Membaca buku Paket Pelajaran Sangat mengasyikkan saya malas menanyakan pada guru tentang materi yang

kreatif M.Idrus/2000

45

tidak dipahmi 17 18 saya takut dengan pekerjaan yang penuh resiko Orang tua saya menentukan jenis sepatu apa yang harus saya beli 19 Saya akan terus mengerjakan PR matematika hingga saya dapat menyelesaikan seluruh soal yang ada 20 Saya takut untuk menyatakan pendapat di muka orang banyak 21 apapun pendapat teman tidak mengubah pendapat saya tentang satu kebenaran 22 23 24 25 saya senang melakukan kegiatan lintas alam PR sesulit apapun saya kerjakan sendiri Saya menghindari pekerjaan yang sulit Saya mengetahui secara pasti kapan terbitnya bulan di angkasa pada setiap awal bulan 26 27 28 saya merasa kesulitan untuk menuangkan ide Saya lebih memilih tugas yang ringan-ringan saja saya segan mengeluarkan pendapat teman 29 Saya selalu mengambil keputusan sendiri untuk masalah yang saya hadapi 30 Meskipun pendapat saya benar, saya segan di depan teman-

mempertahankannya 31 saya lebih senang bekerja kelompok dalam mengerjakan PR 32 33 34 Saya memilih tamasya ke pantai daripada naik gunung Saya ingat kebiasan wali kelas saya saat di kelas VI SD Saya cepat frustasi/putus asa

M.Idrus, juli2000

kreatif M.Idrus/2000

46

kreatif M.Idrus/2000

47

Anda mungkin juga menyukai