Anda di halaman 1dari 8

Budidaya Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenii )

Ikan jelawat tidak setenar ikan mas dan nila. Ikan ini hanya dikenal dikalangan tertentu, terutama insan perikanan. Ini wajar, karena ikan ini tidak ditemukan di setiap daerah, atau hanya di daerah asalnya, yaitu Sumatra, terutama Jambi dan daerah sekitarnya, serta Kalimantan. Namun bukan berarti ikan jelawat tidak perlu dikembangkan. Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan. Karena ikan yang bernama latin Leptobarbus hoevenii ini juga tetap dicari orang, terutama orang-orang yang pernah merasakan dagingnya. Harganya juga cukup menggiurkan dan bisa membawa menguntungkan. Selain itu juga untuk kegiatan pelestarian, karena populasi ini jelawat kini sudah berkurang, akibat penangkapan yang berlebihan dan tidak selektif. Beda jantan dan betina Beda jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Tanda ini akan lebih nampak bila sudah matang gonad atau matang kelamin. Induk betina yang matang gonad bercirikan: perut agak gendut; belakang sirip dada halus; gerakan lamban dan anatara sirip dada kiri dan kanan lembek dan agak melengkung serta lubang kelamin kemerahan. Tanda induk jantan : gerakan lincah, lubang kelamin kemerahan, bila dipijit ke arah lubang kelamin, keluar cairan berwarna putih. Usahakan saat seleksi mengangkap induk jantan dan betina lebih dari satu, sebagai cadangan. Pematangan Gonad Pematangan gonad ikan jelawat dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 200 m2; keringkan selama 2 4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam; isi air setinggi 50 70 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 150 ekor induk ukuran 3 5 kg; beri pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 persen/hari; menjelang musim hujan, dosos pakan tambahan ditambah Catatan : induk jantan betina dipelihara terpisah. Pematangan gonad juga bisa dilakukan di keramba dan kolam pagar (fence system) Pemberokan Pemberokan ikan jelawat dilakukan di bak selama semalam. Caranya, siapkan bak tembok ukuran panjang 4 m, lebar 3 dan tinggi 1 m; keringkan selama 2 hari; isi dengan air bersih setinggi 40 50 dan mengalir secara kontinyu; masukan 5 8 ekor induk. Catatan : Pemberokan bertujuan untuk membuang sisa pakan dalam tubuh dan mengurang kandungan lemak. Karena itu, selama pemberokan tidak diberi pakan tambahan. Penyuntikan dengan ovaprim Penyuntikan pada ikan jelawat adalah memasukan hormon perangsang ke tubuh induk yang sudah matang gonad. Hormon perangsang yang umum digunakan adalah ovaprim. Caranya, tangkap induk betina yang sudah matang gonad; sedot 0,6 ml ovaprim untuk setiap kilogram induk; suntikan bagian punggung induk tersebut; masukan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 - 12 jam. Catatan : penyuntikan dilakukan dua kali, dengan selang waktu 6 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 dosis dari dosis total (atau 0,2 ml/kg induk) dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 dosis total (atau 0,4 ml/kg induk betina). Induk jantan disuntik satu kali, berbarengan penyuntikan kedua dengan dosis 0,2 ml/kg induk jantan. Penyuntikan dengan hypopisa Penyuntikan ikan jelawat bisa juga dengan larutan kelenjar hypopisa ikan mas. Caranya, tangkap induk betina yang sudah matang gonad; siapkan 2 kg ikan mas ukuran 0,5 kg untuk setiap kilogran induk betina; potong ikan mas tersebut secara vertikal tepat di belakang tutu insang; potong bagian

kepala secara horizontal tepat di bawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar hypopisa; masukan kelenjar hipofisa tersebut ke dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukan 1 cc aquabides dan aduk hingga rata; sedot larutan hypopisa itu; suntikan ke bagian punggung induk betina; masukan induk yang sudah disuntik ke bak lain dan biarkan selam 10 12 jam. Catatan : penyuntikan dilakukan dua kali, dengan selang waktu 6 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 dosis dari dosis total (atau 0,6 kg ikan mas/kg induk betina) dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 dosis total (atau 1,4 kg ikan mas/kg induk betina). Induk jantan disuntik satu kali, berbarengan penyuntikan kedua dengan dosis 0,6 ml/kg induk jantan. Pemijahan secara induced breeding Pengambilan sperma Pengambilan sperma dilakukan setengah jam sebelum pengeluaran telur. Caranya, tangkap 1 ekor induk jantan yang sudah matang kelamin; lap hingga kering; bungkus tubuh induk dengan handuk kecil; pijit ke arah lubang kelamin; tampung sperma ke dalam mangkuk plastik atau cangkir gelas; campurkan 200 cc Natrium Clhorida (larutan fisiologis atau inpus); aduk hingga homogen. Catatan : pengeluaran sperma dilakukan oleh dua orang. Satu orang yang memegang kepala dan memijit dan satu orang lagi memegang ekor dan mangkuk plastik. Jaga agar sperma tidak terkena air. Pengeluaran telur Pengeluaran telur dilakukan setelah 10 12 jam setelah penyuntikan, namun 9 jam sebelumnya dilakukan pengecekan. Cara pengeluaran telur : siapkan 3 buah baskom plastik, sebotol Natrium chlorida (inpus), sebuah bulu ayam, kain lap dan tisu; tangkap induk dengan sekup net; keringkan tubuh induk dengan handuk kecil atau lap; bungkus induk dengan handuk dan biarkan lubang telur terbuka; pegang bagian kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya; pijit bagian perut ke arah lubang telur oleh pemegang kepala; tampung telur dalam baskom plastik; campurkan larutan sperma ke dalam telur; aduk hingga rata dengan bulu ayam; tambahkan Natrium chrorida dan aduk hingga rata; buang cairan itu agar telur-telur bersih dari darah; telur siap ditetaskan. Pemijahan secara induced spawning Pada pemijahan secara induce spawning, telur dan sperma tidak dikeluarkan, tetapi induk dan betina dibiarkan memijah sendiri. Pemijahan ini dilakukan di bak tembok. Caranya, siapkan siapkan bak tembok ukuran panjang 4 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; bersihkan lumpur dan kotoran lainnya; keringkan selama 3 4 hari; isi air setinggi 80 cm; pasang hapa dengan ukuran sama dengan bak; suntik induk betina pada pukul 06.00 (dosis lihat penyuntikan); suntik kembali induk tadi pada pukul 12.00 dan masukan ke bak pemijahan; suntik induk jantan pada pukul 12.00 dan satukan dengan induk betina; alirkan air lebih besar lagi; biarkan memijah. Catatan : Pemijahan biasanya mulai terjadi pukul 24.00 dan berakhir pagi hari. Penetasan di akuarium Penetasan telur ikan jelawat dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan 20 buah akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 30 cm; pasang empat buah titik aerasi untuk setiap akuarium dan hidupkan selama penetasan; tebarkan tebar secara merata ke permukaan dasar akuarium; 2 3 hari kemudian buang sebagian airnya dan tambahkan air baru hingga mencapai ketinggian semula. Telur akan menetas dalam 2 3 hari. Penetasan di corong Penetasan juga bisa dilakukan di corong yang terbuat dengan kain terilin. Corong ini berdiameter 40 50 cm dan tinggi 60 cm. Pada bagian bawah dipasang selang sebagai tempat mengalirkan air yang dihubungkan dengan bak air bersih dan dipasang kran. Penetasan dengan corong dilakukan dengan cara, siapkan sebuah bak panjang 2 m, lebar 0,5 m dan tinggi 0,8 cm; keringkan selama 3 4 hari; isi

bak tersebu dengan air bersih setinggi 70 cm dan biarkan mengalir selama penetasan; pasang 4 buah corong penetasan; alirkan air dengan membuka kran dalam bak air bersih; masukan 1 liter telur dari tempat pemijahan; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 2 3 hari, setelah menetas dibiarkan dahulu selama 2 hari hari sebelum ditebar ke kolam pendederan. Pendederan I di kolam Pendederan I ikan jelawat dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan selama 4 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 50.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu. Pendederan II Pendederan kedua juga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasar; tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 40.000 ekor benih hasil pendederan I (telah diseleksi); beri 2 4 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur sebulan. Pendederan III Pendederan ketiga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 30.000 ekor hasil dari pendederan II (telah diseleksi); beri 4 - 6 kg pelet; panen benih dilakukan sebulan kemudian. Pembesaran Pembesaran ikan jelawat dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan sebuah kolam ukuran 500 m2; perbaiki seluruh bagiannya; tebarkan 6 - 8 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 - 60 cm dan rendam selama 5 hari; masukan 10.000 ekor benih hasil seleksi dari pendederan III; beri pakan 3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan; alirkan air secara kontinyu; lakukan panen setelah 2 bulan. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran 125 gram sebanyak 300 - 350 kg. Selamat Mencoba - Hanya dari Bina Insan Perikanan Indonesia (BIPI)

http://uftwo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=145:budidaya-ikan-jelawatleptobarbus-hoevenii-&catid=27:perikanan&Itemid=53

PEMBENIHAN IKAN JELAWAT

Sekarang ini di Indonesia, budidaya ikan air tawar memegang peranan penting sebagai salah satu sumber protein bagi masyarakat. Sementara budidaya laut merupakan salah satu usaha yang penting untuk pendapatan luar negeri. Budidaya ikan air tawar terutama ikan Jelawat mengalami peningkatan produksi disemua negara karena ikan-ikan ini memiliki nilai jual bagi pembudidaya untuk mendapatkan uang dengan teknik sederhana dan investasi kecil. Namun ada beberapa kasus kematian pada tiap spesies yang berupa infeksi yang menjadi kendala dalam budidaya. Pengendalian penyakit ikan akan semakin penting dibandingkan sebelumnya karena usaha budidaya akan menguntungkan bila penyakit ikan dikendalikan Booklet ini disusun agar pembaca dapat mengetahui gambaran umum penyakit ikan budidaya ikan air tawar khususnya ikan Jelawat. Harapan kami, panduan ini dapat menjadi petunjuk yang bermanfaat bagi siapa yang melakukan budidaya dan dan pengendalian penyakit pada budidaya ikan air tawar.

Klasifikasi Ikan Jelawat Class Sub class Ordo Sub ordo Family : Pisces : Tolestei : Ostariophysi : Cyprinoidea : Cyprinidae

Sub Family Genus Spesies Nama lain

: Cyprininae : Leptobarbus : Leptobarbus hoevani : Lemak, Klemak( Sumatra) Manjuhan ( Kalimantan Tengah)

Jelawat (Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan timur)

Bentuk Tubuh Ikan jelawat mempunyai sisik yang besar- besar ini mempunyai bentuk badan yang memanjang indah seperti torpedo dan berenang sangat cepat. Reaksinya terhadap sesuatu rangsangan dari luar cekatan. Mulutnya lebarnya terletak di ujung moncongnya agak ke bawah, dan dapat dijulurkan ke depan seperti bibirbibir ikan karper. Ikan jelawat mempunyai empat kumis. Badannya berwarna coklat kehitam - hitaman di bagian punggungnya, dan putih keperak - perakan di bagian perutnya, sedangkan sirip- siripnya dan ekornya berwarna merah. Dibandingkan ikan karper, Ikan Jelawat ini memang lebih menarik, karena bentuk tubuhnya yang gagah indah, dan warnanya yang berseri-seri. Di waktu muda, pada sisi badannya ada garis hitam yang memanjang dari kepala ke pangkal sirip ekor, tetapi kalau sudah tua, garis itu hilang.

Habitat dan Makanannya Sebagai ikan di sungai, ikan jelawat hanya terkenal mendiami perairan bebas Kalimantan dan Sumatra, sedangkan pulau lain tidak diketemukan. Tempat- tempat yang mereka senangi adalah bagian-bagian sungai yang banyak tunggul yang terbenam dalam air atau bagian- bagian lain yang dinaungi pohon besar, terutama pohon- pohon yang buahnya dapat mereka makan bila jatuh ke air. Misalnya buah Tengkawang, bijinya banyak mengandung lemak, biji karet, atau bunga- bunga di permukaan air seperti kambing menyikat rumput. Ikan jelawat tergolong ikan pemakan segala- galanya, makanan antara lain umbi singkong, daun pepaya, ampas kelapa, dan daging- daging ikan yang telah dicincang. Dari bentuk tubuhnya yang memanjang seperti torpedo dapat diketahui mereka adalah perenang cepat. Ikan jelawat beruaya ke hulu pada setiap permulaan musim kemarau (Juni - Juli) kalau permukaan air mulai turun. Sebaliknya, mereka akan beruaya ke hilir pada setiap permulaan musim hujan (Desember - Januari) kalau permukaan mulai naik. Hal ini dilakukan oleh ikan- ikan sudah dewasa. Tempat- tempat yang dituju saat beruaya ke hilir ini selalu bekas - bekas daerah kering yang baru saja tergenang air. Di tempat itulah terdapat makanan- makanan yang disukai. Dan mereka pun umumnya lebih gemuk daripada di waktu-waktu lain diluar musim hujan. Pada saat-saat jelawat beruaya inilah (umumnya berlangsung pada malam hari) para nelayan menangkap secara besar- besaran. Memang pada saat - saat demikian ikan mudah diketahui tempatnya, karena timbulnya julur - julur di permukaan liar.

Pematangan Gonad

Induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500-700 m2 penebaran 0,1-0,25 kg/m2 Selama pemeliharaan, induk diberikan pakan pelet dengan kandungan protein 25-28% Pakan diberikan sebanyak 3 % dari total berat badan dengan frekwensi 2-3 per hari Selain pelet diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi

Pemijahan Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan. Dalam paket teknologi ini dilakukan pemijahan buatan. 1) Ciri induk matang gonad Induk jelawat betina matang gonad dengan ciri bentuk perut agak menggelembung ke arah anus, bila dipijit terasa lembut. Induk jelawat jantan matang gonad dengan ciri sirip dada terasa kasar, bila dipijit bagian testis mengeluarkan sperma. .

2) Alat: Jaring, hapa, serok, baskom, alat suntik, bulu ayam, corong penetasan telur, akuarium, corong tetas artemia.

3) Bahan Induk jantan dan betina matang gonad Hormon Ovaprim

4) Metode: Pemijahan secara buatan (induced breeding): Induk terseleksi perlu diberok selama satu hari Penyuntikkan dengan hormon ovaprim dosis 0,5 ml/kg/induk. Penyuntikkan I pada induk betina 1/3 dari dosis dan penyuntikkan II sebanyak 2/3 dari dosis. Penyuntikkan pada induk jantan hanya satu kali bersamaan penyuntikkan II pada induk betina. 4 - 7 jam setelah penyuntikkan II, induk sudah ovulasi dan dapat dilakukan stripping. Pembuahan telur dilakukan dengan mencampurkan sperma dan telur di baskom plastik Jika telur telah mengembang, siap untuk disimpan dalam wadah penetasan

Penetasan

Penetasan telur dalam wadah inkubasi berbentuk corong dengan diameter tebar 400 - 500 butir telur per liter

60 cm dan tinggi 50 cm. Padat

Selama penetasan air harus dijaga kualitasnya (O2 4 - 8 ppm; pH 7,0 - 8,0 ; suhu 25 - 28 derajat 0C) Pada suhu air 25 - 28 derajat 0C telur akan menetas 18-24 jam setelah pembuahan.

Hasil

Fekunditas berkisar 29.000 - 44.000 butir telur/Kg induk, fertilisasi 80%, dan Hatching Rate (derajat penetasan) 70%.

Pemeliharaan Larva

Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan 1 - 2 hari setelah menetas, telur dapat dipindahkan ke akuarium Hari ke 3 larva diberikan pakan Nauplii Artemia (yang baru menetas) secukupnya Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore) Hari ke 7 setelah menetas benih ikan siap untuk didederkan di kolam.

Pendederan

Persiapan kolam meliputi pengeringan 2 - 3 hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kemalir) dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 500 - 700 gr per m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80 - 100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar. Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100 - 150 ekor/m2. Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis 10 - 20% /hari yang mengandung lebih kurang 25% protein Lama pemeliharaan 2 - 3 minggu Benih yang dihasilkan ukuran 2 - 3 cm dan siap untuk pendederan lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

http :// www.dkp.go.id/content.php?c= 550. Informasi Teknologi Budidaya Ikan Jelawat. 01/09/03 http://dunia-perairan.blogspot.com/2012/08/ikan-jelawat.html

Maksoem,S.O,. dkk. 2000.Peta Geografis Penyebaran Penyakit Ikan Air Tawar. Direktorat Jendral Dinas Perikanan dan Kelautan. Jakarta. Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan Jelawat Sehat Produksi Meningkat. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Yuasa.K,. dkk.2003. Paduan Diagnosa Penyakit Ikan Air Tawar .JICA. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Anda mungkin juga menyukai