(BST)
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK KULIT BATANG PULASARI ( Alyxiae Cortex) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST)
ABSTRAK
Masyarakat telah menggunakan kulit batang pulasari (Alyxiae Cortex) sebagai obat antikanker. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai LC 50 ekstrak kulit batang pulasari dan menjajaki kemungkinan sifat toksik ekstrak kulit batang pulasari terhadap artemia (Artemia salina L.). Metode yang digunakan yaitu Brine Shrimp Lethality Test (BST), terhadap 3 macam ekstrak yaitu ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air dengan 5 peringkat konsentrasi pemejanan dan 5 kali replikasi. Ekstrak diperoleh dengan cara maserasi pada mesin pengaduk (shaker) selama 24 jam. Data persentasi kematian larva artemia yang diperoleh dianalisis menggunakan analis probit untuk menghitung LC50. Ekstrak dikatakan toksik bila harga LC 50 < 1000 g/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak petroleum eter kulit batang pulasari bersifat tidak toksik terhadap larva artemia dengan LC50 sebesar 2078,18 g/ml, sedangkan ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari bersifat toksik terhadap larva artemia dengan LC50 masing-masing sebesar 394,43 g/ml dan 537,69 g/ml. Kata kunci : pulasari, LC50, Artemia salina , Brine Shrimp Lethality Test (BST), analisis probit, ekstrak, maserasi
1. Perumusan masalah 1. Apakah ekstrak kulit batang pulasari toksik terhadap larva artemia dan berapakah nilai LC50? 2. Mengetahui ekstrak manakah yang paling toksik diantara ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari terhadap larva artemia yang ditunjukkan dengan LC50 paling kecil? 2. Keaslian penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti uji toksitas akut ekstrak kulit batang pulasari dengan metode BST belum pernah dilakukan. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis, yaitu dapat memberikan informasi tentang toksisitas akut ekstrak kulit batang pulasari. b. Manfaat praktis, yaitu dapat memberikan informasi tentang kemungkinan pengobatan alternatif kanker menggunakan kulit batang pulasari.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menjajaki kemungkinan potensi kulit batang pulasari sebagai obat antikanker. Sedangkan Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai LC50 ekstrak kulit batang pulasari dan mengetahui ekstrak yang paling toksik diantara ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari terhadap larva artemia.
dan polifenol 3. Khasiat Secara empirik pulasari digunakan antara lain untuk obat disentri, sariawanan, merangsang nafsu makan, obat batuk, obat mulas, obat kencing nanah, untuk mengobati demam pada anak-anak, obat kejang usus, darah yang tidak berhenti keluar, obat radang lambung, mengatasi haid tidak teratur, keputihan dan kanker.
B. Artemia
Artemia (Artemia salina L.) adalah udang yang termasuk dalam famili Artemiidae, merupakan udang-udangan tingkat rendah yang hidup sebagai zooplankton, yang menghuni perairan-perairan yang berkadar garam tinggi. 1. Morfologi Istilah untuk telur artemia adalah siste yang akan berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat. Dari dalam cangkangnya keluarlah larva yang juga dikenal dengan istilah nauplius. Sekitar 24 jam setelah menetas, larva akan berubah menjadi instar II. Pada tingkatan selanjutnya mulai terbentuk sepasang mata majemuk, selain itu berangsur-angsur tumbuh tunas-tunus kakinya. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang, maka berakhirlah masa larva, dan berubah menjadi artemia dewasa. Artemia dewasa bentuknya telah sempurna dan menyerupai udang kecil dengan ukuran panjang sekitar 1 cm, dengan kaki yang sudah lengkap sebanyak 11 pasang yang secara khusus torakopoda. 2. Lingkungan hidup artemia Pertumbuhan artemia berkisar pada suhu antara 25oC-30oC. Perkembangan artemia yang membutuhkan kadar garam yang tinggi. Artemia juga dapat hidup menyesuaikan diri pada tempat yang kadar oksigennya rendah maupun yang mengalami kejenuhan oksigen. Pengaruh pH terhadap kehidupan artemia muda dan dewasa belum jelas namun berpengaruh terhadap penetasan telur. 3. Cara penetasan telur Telur artemia dapat ditetaskan dalam air laut biasa (kadar garam 30 per- mil). 4. Penggunaan artemia pada metode BST Uji BST dengan hewan uji artemia dapat digunakan untuk skrining awal terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antitumor karena uji ini mempunyai kolerasi yang positif dengan potensinya sebagai antitumor maupun fisiologis aktif tertentu.
C. Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut dilakukan untuk mempersempit kisaran dosis dan terakhir dilakukan uji toksisitas akut untuk mendapatkan persentase kematian. Uji toksisitas akut dengan hewan uji artemia ini dapat digunakan sebagai uji pendahuluan pada penelitian yang mengarahkan pada uji sitotoksik karena ada kaitannya antara uji tosiksitas akut dengan uji sitotoksik jika harga LC50 dari uji toksisitas akut lebih kecil dari 1000 g/ml.
E. Kanker
Kanker merupakan suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanis pengaturan multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organism multiseluler.
F. Penyarian
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia ke dalam penyari.
G. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen yang terdapat dalam tumbuhan. Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktivitas fisiologis tertentu sehingga metabolit sekunder ini banyak digunakan sebagai obat.
H. Landasan Teori
Kulit batang pulasari mengandung beberapa jenis senyawa, diantaranya golongan alkaloid. Ekstraksi terhadap kulit batang pulasari dilakukan menggunakan pelarut petroleum eter, etil asetat dan air yang dipilih berdasarkan perbedaan sifat kepolarannya.
I. Hipotesis
Terjadi perbedaan toksisitas antara ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air dari kulit batang pulasari yang dapat ditunjukan dengan metode BST.
Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian sederhana (post test only control group design).
2. Definisi operasional
Ekstrak air kulit batang pulasari diperoleh dengan cara maserasi serbuk kulit batang pulasari dengan pelarut aquadest menggunakan mesin pengaduk (shaker) dengan laju konstan (130 rpm) selama 24 jam lalu disaring dengan kertas saring. Ekstrak petroleum eter kulit batang pulasari diperoleh dengan cara maserasi serbuk kulit batang pulasari dengan pelarut petroleum eter menggunakan mesin pengaduk (shaker) dengan laju konstan (130 rpm) selama 24 jam lalu disaring dengan kertas. Ekstrak etil asetat kulit batang pulasari diperoleh dengan cara maserasi serbuk kulit batang pulasari dengan pelarut etil asetat menggunakan mesin pengaduk (shaker) dengan laju konstan (130 rpm) selama 24 jam lalu disaring dengan kertas. Lethal Contrentation-50 (LC 50) adalah kadar ekstrak kulit batang pulasari yang menyebabkan kematian 50% artemia pada pejanan selama 24 jam. Larva artemia merupakan larva usia 48 jam setelah penetasan telur artemia.
C. Alat
Peralatan yang digunakan meliputi : seperangkat alat gelas (Pyrex), termometer, blender, mikropipet (Socorex ISBA S.A), timbangan analitik, flakon, aquarium khusus BST, flakon, aerator, lampu penerang, pipet Pasteur, vaccum rotary evaporator (Janke & Kunkel), dan oven.
D. Bahan
a. Bahan utama b. Bahan untuk ekstraksi asetat : Kulit batang pulasari kering : Aquadest, ekstrak petroleum eter dan ekstrak etil
c. Bahan untuk BST : telur Artemia salina leach, air laut buatan berkadar garam 5 per mil, ekstrak petroleum eter kulit batang pulasari, ekstrak etil asetat kulit
batang pulasari, ekstrak air kulit batang pulasari dan ragi Saccharomyces cerevisae. d. Bahan untuk air laut buatan : natrium klorida, magnesium sulfat, magnesium klorida, kalsium klorida, kalium klorida, dan natrium bikarbonat, serta aquadest, aquadest bebas karbon dioksida dan aquadest panas.
F. Analisis Data
Data persentase kematian larva artemia yang diperoleh dianalisis menggunakan analis probit untuk menghitung LC50. Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS.
C. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
G. Rangkuman Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan terjadi perbedaan toksisitas antara ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air dari kulit batang pulasari. Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari mempunyai potensi toksisitas akut. Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam kulit batang pulasari yaitu alkaloid, di mana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
B. Saran
Perlu dilakukan uji toksisitas terhadap fraksi ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari serta uji kandungan kimia terhadap masing-masing ekstrak kulit batang pulasari.