Anda di halaman 1dari 9

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK KULIT BATANG PULASARI ( Alyxiae Cortex) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

(BST)

SKRIPSI INI DITULIS OLEH Ridho Bertomi Panjaitan NIM : 078114083

DOSEN PEMBIMBING Yohanes Dwiatmaka, M.Si

dari FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK KULIT BATANG PULASARI ( Alyxiae Cortex) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST)

ABSTRAK
Masyarakat telah menggunakan kulit batang pulasari (Alyxiae Cortex) sebagai obat antikanker. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai LC 50 ekstrak kulit batang pulasari dan menjajaki kemungkinan sifat toksik ekstrak kulit batang pulasari terhadap artemia (Artemia salina L.). Metode yang digunakan yaitu Brine Shrimp Lethality Test (BST), terhadap 3 macam ekstrak yaitu ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air dengan 5 peringkat konsentrasi pemejanan dan 5 kali replikasi. Ekstrak diperoleh dengan cara maserasi pada mesin pengaduk (shaker) selama 24 jam. Data persentasi kematian larva artemia yang diperoleh dianalisis menggunakan analis probit untuk menghitung LC50. Ekstrak dikatakan toksik bila harga LC 50 < 1000 g/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak petroleum eter kulit batang pulasari bersifat tidak toksik terhadap larva artemia dengan LC50 sebesar 2078,18 g/ml, sedangkan ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari bersifat toksik terhadap larva artemia dengan LC50 masing-masing sebesar 394,43 g/ml dan 537,69 g/ml. Kata kunci : pulasari, LC50, Artemia salina , Brine Shrimp Lethality Test (BST), analisis probit, ekstrak, maserasi

BAB I PENGANTAR A. LatarBelakang


Pencarian obat-obat antikanker terus dilakukan. Salah satunya yaitu kulit batang pulasari (Alyxiae Cortex) yang secara empirik digunakan antara lain untuk penurun demam, obat batuk, obat pusing dan obat disentri. Untuk mengetahui apakah kulit batang pulasari memiliki senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antikanker (memiliki efek sitotoksik), maka perlu dilakukan penelitian tentang nilai Lethal Contrentation-50 (LC50). Metode yang sering digunakan untuk mengetahui potensi efek sitotoksik suatu senyawa adalah Brine Shrimp Lethality Test (BST). Kulit batang pulasari mengandung beberapa jenis senyawa, diantaranya golongan alkaloid. Oleh karena itu, ekstraksi terhadap kulit batang pulasari dilakukan menggunakan tiga pelarut, yaitu : petroleum eter, etil asetat dan air yang dipilih berdasarkan perbedaan sifat kepolarannya. Diharapkan senyawa- senyawa yang bersifat polar akan terlarut ke dalam pelarut air.

1. Perumusan masalah 1. Apakah ekstrak kulit batang pulasari toksik terhadap larva artemia dan berapakah nilai LC50? 2. Mengetahui ekstrak manakah yang paling toksik diantara ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari terhadap larva artemia yang ditunjukkan dengan LC50 paling kecil? 2. Keaslian penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti uji toksitas akut ekstrak kulit batang pulasari dengan metode BST belum pernah dilakukan. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis, yaitu dapat memberikan informasi tentang toksisitas akut ekstrak kulit batang pulasari. b. Manfaat praktis, yaitu dapat memberikan informasi tentang kemungkinan pengobatan alternatif kanker menggunakan kulit batang pulasari.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menjajaki kemungkinan potensi kulit batang pulasari sebagai obat antikanker. Sedangkan Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai LC50 ekstrak kulit batang pulasari dan mengetahui ekstrak yang paling toksik diantara ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari terhadap larva artemia.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tumbuhan Pulasari


1. Keterangan botani Tumbuhan pulasari (Alyxia stellata Auct.) termasuk dalam famili apocynaceae. Tumbuhan pulasari ini berupa semak yang menanjak atau merambat, tinggi 5 m sampai 10 m, dalam keadaan subur, batang utama dapat sebesar lengan dan menjalar ditanah, dari batang utama timbul cabang-cabang sebesar ibu jari. 2. Kandungan kimia Kulit batang pulasari mengandung kumarin, tanin, alkaloid, saponin, minyak atsiri

dan polifenol 3. Khasiat Secara empirik pulasari digunakan antara lain untuk obat disentri, sariawanan, merangsang nafsu makan, obat batuk, obat mulas, obat kencing nanah, untuk mengobati demam pada anak-anak, obat kejang usus, darah yang tidak berhenti keluar, obat radang lambung, mengatasi haid tidak teratur, keputihan dan kanker.

B. Artemia
Artemia (Artemia salina L.) adalah udang yang termasuk dalam famili Artemiidae, merupakan udang-udangan tingkat rendah yang hidup sebagai zooplankton, yang menghuni perairan-perairan yang berkadar garam tinggi. 1. Morfologi Istilah untuk telur artemia adalah siste yang akan berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat. Dari dalam cangkangnya keluarlah larva yang juga dikenal dengan istilah nauplius. Sekitar 24 jam setelah menetas, larva akan berubah menjadi instar II. Pada tingkatan selanjutnya mulai terbentuk sepasang mata majemuk, selain itu berangsur-angsur tumbuh tunas-tunus kakinya. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang, maka berakhirlah masa larva, dan berubah menjadi artemia dewasa. Artemia dewasa bentuknya telah sempurna dan menyerupai udang kecil dengan ukuran panjang sekitar 1 cm, dengan kaki yang sudah lengkap sebanyak 11 pasang yang secara khusus torakopoda. 2. Lingkungan hidup artemia Pertumbuhan artemia berkisar pada suhu antara 25oC-30oC. Perkembangan artemia yang membutuhkan kadar garam yang tinggi. Artemia juga dapat hidup menyesuaikan diri pada tempat yang kadar oksigennya rendah maupun yang mengalami kejenuhan oksigen. Pengaruh pH terhadap kehidupan artemia muda dan dewasa belum jelas namun berpengaruh terhadap penetasan telur. 3. Cara penetasan telur Telur artemia dapat ditetaskan dalam air laut biasa (kadar garam 30 per- mil). 4. Penggunaan artemia pada metode BST Uji BST dengan hewan uji artemia dapat digunakan untuk skrining awal terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antitumor karena uji ini mempunyai kolerasi yang positif dengan potensinya sebagai antitumor maupun fisiologis aktif tertentu.

C. Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut dilakukan untuk mempersempit kisaran dosis dan terakhir dilakukan uji toksisitas akut untuk mendapatkan persentase kematian. Uji toksisitas akut dengan hewan uji artemia ini dapat digunakan sebagai uji pendahuluan pada penelitian yang mengarahkan pada uji sitotoksik karena ada kaitannya antara uji tosiksitas akut dengan uji sitotoksik jika harga LC50 dari uji toksisitas akut lebih kecil dari 1000 g/ml.

D. Brine Shrimp Lethality Test (BST)


Brine Shrimp Lethality Test merupakan salah satu metode pengujian awal aktifitas antikanker suatu senyawa dengan menggunakan hewan uji Artemia salina (artemia) selama 24 jam.

E. Kanker
Kanker merupakan suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanis pengaturan multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organism multiseluler.

F. Penyarian
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia ke dalam penyari.

G. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen yang terdapat dalam tumbuhan. Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktivitas fisiologis tertentu sehingga metabolit sekunder ini banyak digunakan sebagai obat.

H. Landasan Teori
Kulit batang pulasari mengandung beberapa jenis senyawa, diantaranya golongan alkaloid. Ekstraksi terhadap kulit batang pulasari dilakukan menggunakan pelarut petroleum eter, etil asetat dan air yang dipilih berdasarkan perbedaan sifat kepolarannya.

I. Hipotesis
Terjadi perbedaan toksisitas antara ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air dari kulit batang pulasari yang dapat ditunjukan dengan metode BST.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian sederhana (post test only control group design).

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas : Konsentrasi dari ekstrak kulit batang pulasari. b. Variabel tergantung : % kematian larva artemia. c.Variabel terkantrol : Faktor lingkungan percobaan, yaitu sinar lampu 5 Watt, suhu penetasan, yaitu 25oC-30oC, pH air laut buatan, yaitu 8-9, dan kadar garam 5 permil. Dan faktor hewan uji yaitu umur larva artemia (48 jam).

2. Definisi operasional
Ekstrak air kulit batang pulasari diperoleh dengan cara maserasi serbuk kulit batang pulasari dengan pelarut aquadest menggunakan mesin pengaduk (shaker) dengan laju konstan (130 rpm) selama 24 jam lalu disaring dengan kertas saring. Ekstrak petroleum eter kulit batang pulasari diperoleh dengan cara maserasi serbuk kulit batang pulasari dengan pelarut petroleum eter menggunakan mesin pengaduk (shaker) dengan laju konstan (130 rpm) selama 24 jam lalu disaring dengan kertas. Ekstrak etil asetat kulit batang pulasari diperoleh dengan cara maserasi serbuk kulit batang pulasari dengan pelarut etil asetat menggunakan mesin pengaduk (shaker) dengan laju konstan (130 rpm) selama 24 jam lalu disaring dengan kertas. Lethal Contrentation-50 (LC 50) adalah kadar ekstrak kulit batang pulasari yang menyebabkan kematian 50% artemia pada pejanan selama 24 jam. Larva artemia merupakan larva usia 48 jam setelah penetasan telur artemia.

C. Alat
Peralatan yang digunakan meliputi : seperangkat alat gelas (Pyrex), termometer, blender, mikropipet (Socorex ISBA S.A), timbangan analitik, flakon, aquarium khusus BST, flakon, aerator, lampu penerang, pipet Pasteur, vaccum rotary evaporator (Janke & Kunkel), dan oven.

D. Bahan
a. Bahan utama b. Bahan untuk ekstraksi asetat : Kulit batang pulasari kering : Aquadest, ekstrak petroleum eter dan ekstrak etil

c. Bahan untuk BST : telur Artemia salina leach, air laut buatan berkadar garam 5 per mil, ekstrak petroleum eter kulit batang pulasari, ekstrak etil asetat kulit

batang pulasari, ekstrak air kulit batang pulasari dan ragi Saccharomyces cerevisae. d. Bahan untuk air laut buatan : natrium klorida, magnesium sulfat, magnesium klorida, kalsium klorida, kalium klorida, dan natrium bikarbonat, serta aquadest, aquadest bebas karbon dioksida dan aquadest panas.

E. Tata Cara Penelitian


1. Pengumpulan simplisia 2. Pembuatan serbuk kulit batang pulasari 3. Maserasi a. Pembuatan ekstrak petroleum eter b. Pembuatan etil asetat c. Pembuatan ekstrak air 4. Pembuatan air laut buatan 5. Penetasan siste artemia 6. Pelaksanaan uji BST 7. Pembuatan larutan sampel 8. Uji toksisitas akut dengan BST

F. Analisis Data
Data persentase kematian larva artemia yang diperoleh dianalisis menggunakan analis probit untuk menghitung LC50. Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan


Kulit batang pulasari kering diperoleh dari PT. Merapi Farma Herbal.

B. Pembuatan Serbuk Kulit Batang Pulasari


Simplisia yang telah kering kemudian diserbuk menggunakan blender.

C. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

D. Pembuatan Air Laut Buatan


Pembuatan ALB bertujuan untuk menyesuaikan lingkungan hidup artemia sehingga hampir sama dengan air laut alami.

E. Penetasan Siste Artemia


Air laut buatan yang akan digunakan untuk menetaskan siste diaerasi dahulu selama 2 jam. Aerasi ini bertujuan untuk memberikan oksigen yang cukup bagi kelangsungan hidup artemia.

F. Uji Toksisitas dengan Metode BST


BST merupakan salah satu metode skrining bioaktivitas suatu ekstrak atau senyawa murni dengan hewan uji larva artemia. 1. Analisis probit ekstrak petroleum eter kulit batang pulasari 2. Analisis probit ekstrak etil asetat kulit batang pulasari 3. Analisis probit ekstrak air kulit batang pulasari

G. Rangkuman Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan terjadi perbedaan toksisitas antara ekstrak petroleum eter, ekstrak etil asetat dan ekstrak air dari kulit batang pulasari. Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari mempunyai potensi toksisitas akut. Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam kulit batang pulasari yaitu alkaloid, di mana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva artemia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan


Ekstrak petroleum eter kulit batang pulasari bersifat tidak toksik terhadap larva artemia (LC50 = 2078,18 g/ml), sedangkan ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari bersifat toksik terhadap larva artemia dengan LC50 masing-masing sebesar 394,43 g/ml dan 537,69 g/ml.

B. Saran
Perlu dilakukan uji toksisitas terhadap fraksi ekstrak etil asetat dan ekstrak air kulit batang pulasari serta uji kandungan kimia terhadap masing-masing ekstrak kulit batang pulasari.

Anda mungkin juga menyukai