Anda di halaman 1dari 3

Fase Kristalin dan Fase Amorf

Padatan digolongkan dalam dua golongan, padatan kristalin yang partikel penyusunnya
tersusun teratur, dan padatan amorf yang partikel penyusunnya tidak memiliki keteraturan yang
sempurna. Studi bahan kristalin mempunyai sejarah yang jauh lebih panjang karena kristal lebih
mudah dipelajari daripada bahan amorf. Perkembangan paling penting dalam studi bahan kristalin
adalah perkembangan analisis kristalografi sinar-X. Awalnya teknik ini hanya dapat digunakan
untuk struktur yang sangat sederhana seperi garam (NaCl). Namun dalam 80 tahun terakhir
analisis kristalografi telah berkembang dengan demikian cepat sehingga protein dengan massa
molekul yang sangat besar kini dapat dipelajari dengan teknik ini.
Terdapat berbagai cara untuk mengklasifikasikan padatan, yang meliputi berbagai bahan. Namun,
klasifikasi yang paling sederhana adalah membaginya menjadi dua golongan: padatan kristalin
yang partikelnya tersusun teratur dan padatan amorf yang keteraturannya kecil atau tidak ada
sama sekali.
a. Bahan kristalin
Dalam beberapa bahan kristalin, partikel penyusunnya tersusun sehingga keteraturannya kadang
nampak dengan mata telanjang. Kristal yang umum kita lihat adalah natrium khlorida, tembaga
sulfat hidrat, dan kuarsa. Lokasi partikel penyusun padatan kristalin (ion, atom atau molekul)
biasanya dinyatakan dengan kisi, dan lokasi setiap partikel disebut titik kisi. Satuan pengulangan
terkecil kisi disebut dengan sel satuan.

Gambar 8.1 Definisi sel satuan.
Sel satuan digambarkan dengan garis tebal. Jarak antar dua titik sepanjang ketiga sumbu
didefiniskan sebagai a, b dan c. Sudut yang dibuat antar dua sumbu didefinisikan sebagai , dan
.
Sel satuan paling sederhana adalah kubus. Tiga sumbu kubus dan beberapa sel satuan lain tegak
lurus satu sam lain, namun untuk sel satuan lain sumbu-sumbu itu tidak saling tegak lurus. Faktor
yang mendefinisikan sel satuan adalah jarak antar titik dan sudut antar sumbu. Faktor-faktor ini
disebut dengan tetapan kisi (kadang disebut juga parameter kisi) (Gambar 8.1).
Di tahun 1848, kristalografer Perancis Auguste Bravais (1811-1863) mengklasifikasikan kisi kristal
berdasarkan simetrinya, dan menemukan bahwa terdapat 14 jenis kisi kristal seperti diindikasikan
dalam Gambar 8.2. Kisi-kisi ini disebut dengan kisi Bravais. Ke-empat belas kisi 14
diklasifikasikan menjadi tujuh sistem kristalDalam buku ini, hanya tida sistem kubus yang
dikenal baik: kubus sederhana, kubus berpusat badan dan kubus berpusat muka yang akan
dibahas.

Besarnya sel satuan dapat ditentukan dengan hukum Bragg, yang diusulkan oleh fisikawan Inggris
William Lawrence Bragg (1890-1971) di tahun 1912. Untuk mendapatkan informasi detail susunan
akurat partikel dalam kristal, pengukuran intensitas puncak difraksi perlu dilakukan.
b. Padatan amorf
Susunan partikel dalam padatan amorf sebagian teratur dan sedikit agak mirip dengan padatan
kristalin. Namun, keteraturan ini, terbatas dan tidak muncul di keseluruhan padatan. Banyak
padatan amorf di sekitar kita-gelas, karet dan polietena memiliki keteraturan sebagian (Gambar
8.3).
Fitur padatan amorf dapat dianggap intermediate antara padatan dan cairan. Baru-baru ini
perhatian telah difokuskan pada bahan buatan seperti fiber optik dan silikon amorf (Tabel 8.1).

Gambar 8.3 Padatan kristalin dan amorf
Terdapat perbedaan besar dalam keteraturan partikel penyusunnya.
Beberapa ilmuwan bertahan dengan pendapat bahwa padatan amorf dapat dianggap wujud
keempat materi.
Tabel 8.1 Beberapa contoh padatan amorf fungsional
Amorf Penggunaan material
Gelas kuarsa Serat optik
Gelas khalkogenida Membran selenium untuk mesin fotokopi
Silikon amorf Sel surya
Logam besi/kobal amorf (bahan magnetik)
polimer polistirene
Karbon amorf karbon hitam (adsorben)
Silika gel gel (adsorben)

Anda mungkin juga menyukai