Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TUTORIAL PATIENT SAFETY

IDENTIFIKASI PASIEN














Disusun oleh:
Dina Dwi R
Eki Barry Putra
Fathimatuzzahro
Faza Khilwan Amna
Fergiawan Indra P.
Ferri Ardianto
Fidela Firwa F.
Fitrina Noor FP
Gyan Adytya
Herlambang Surya P.
M. Arif Darmawan


PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014


A. Latar Belakang
Keselamatan pasien di Rumah Sakit merupakan suatu sistem pelayanan suatu
Rumah Sakit yang memberikan asuhan agar pasien menjadi lebih aman. Termasuk
didalamnya adalah mengukur resiko, identifikasi dan pengelolaan resiko terhadap
pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden serta merupakan solusi untuk mencegah, mengurangi, serta
meminimalkan resiko. Kejadian resiko yang mengakibatkan pasien tidak aman
(sebagian besar masih dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain petugas
pelayanan kesehatan selalu meningkatkan kompetensi melakukan kewaspadaan dini,
identifikasi yang tepat, serta komunikasi aktif dengan pasien (Widayat, 2009).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga telah menegaskan pentingnya
keselamatan dalam pelayanan kepada pasien sehubungan dengan data KTD di Rumah
Sakit di berbagai negara menunjukan angka yang tidak kecil berkisar 3 - 16%.
Gerakan keselamatan pasien dalam konteks pelayanan kesehatan saat ini diterima
secara luas di seluruh dunia. WHO kemudian meluncurkan program World Alliance
for Patient Safety pada tahun 2004. Di dalam program itu dikatakan bahwa
keselamatan pasien adalah prinsip fundamental pelayanan pasien sekaligus komponen
kritis dalam manajemen mutu. Di Indonesia sendiri, Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI) telah membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKP-RS) pada tanggal 1 Juni 2005, dan telah menerbitkan Panduan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien. Panduan ini dibuat sebagai dasar implementasi
keselamatan pasien di rumah sakit. Dalam perkembangannya, Komite Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) Departemen Kesehatan telah pula menyusun Standar
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam instrumen Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Akreditasi rumah sakit saat ini adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi setiap rumah
sakit sebagai amanat Undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Sejak berlakunya UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU
No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran, muncul berbagai tuntutan hukum kepada
dokter dan rumah sakit. Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan
penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit. Keselamatan pasien sebagai
suatu sistem di dalam rumah sakit sebagaimana dituangkan dalam instrumen standar
akreditasi rumah sakit ini diharapkan memberikan asuhan kepada pasien dengan lebih
aman dan mencegah cedera akibat melakukan atau tidak melakukan tindakan. Dalam
pelaksanaannya keselamatan pasien akan banyak menggunakan prinsip dan metode
manajemen risiko mulai dan identifikasi, asesmen dan pengolahan risiko. Pelaporan
dan analisis insiden keselamatan pasien akan meningkatkan kemampuan belajar dari
insiden yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama dikemudian
hari.
Patient safety di rumah sakit merupakan suatu kebutuhan. Patient safety saat
ini telah menjadi isu yang diperbincangkan di berbagai negara. Isu ini berkembang
karena masih banyaknya kejadian tidak diharapkan (KTD) dan kejadian nyaris cedera
(KNC) yang masih sering terjadi di rumah sakit. Pada tahun 1999 institute of medicine
(IOM) melaporkan sebanyak 44.000 sampai dengan 98.000 orang meninggal setiap
tahunnya di rumah sakit karena kesalahan medis.
Di Indonesia sendiri kesalahan prosedur rumah sakit sering disebut sebagai
malpraktek. Kejadian di Jawa dengan jumlah penduduk 112 juta orang, sebanyak
4.544.711 orang (16,6%) penduduk yang mengalami kejadian merugikan, 2.847.288
orang dapat dicegah, 337.000 orang cacat permanen, dan 121.000 orang mengalami
kematian. Prevalensi kejadian media yang merugikan pasien di Jawa Tengah dan DIY
menurut sebuah penelitian adalah sebesar 1,8%-88,9% (Sunaryo, 2009).
Globalisasi dan liberalisasi perdagangan serta pelayanan publik melalui
kesepakatan General Agreement on Trade in Service (GATTS) dan dimulainya pasar
bebas ASEAN pada tahun 2003 serta pasar bebas Asia Pasifik pada tahun 2020, akan
lebih mempengaruhi berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan di bidang perumah sakitan. Pengembangan rumah sakit kelas dunia prinsip
dasarnya berorientasi pada pasien (Patient Centeredness). Di negara maju, satu dari
sepuluh pasien menderita cedera ketika menerima pelayanan kesehatan. Prevalensi
terkait pelayanan kesehatan di negara berkembang bervariasi 5,7%-19,1% dan dua
puluh kali lebih tinggi dibandingkan dinegara maju. Sebanyak 1.4 juta orang
diseluruh dunia menderita infeksi yang didapat di Rumah Sakit. Infeksi ini dapat
mengakibatkan waktu rawat lebih lama, meningkatkan resistensi pada obat-obatan,
meningkatkan biaya perawatan pasien, dan bahkan dapat menyebabkan kematian
(Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, 2012).
Penyelenggaraan patient safety merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh
Rumah Sakit dengan didasari beberapa landasan hukum diantaranya adalah UU No.8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan,
UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah sakit, KEPMENKES
No.133/MENKES/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan Rumah Sakit. Serta
PERMENKES No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien di
Rumah Sakit (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Data JCI tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 13% surgical error dan
68% keselahan tranfusi darah, hal ini terjadi karena terjadi kesalahan pada tahapan
identifikasi pasien. Salah satu identifikasi yang dapat dilakukan oleh semua pelayanan
kesehatan pasien rawat inap adalah dengan pemasangan gelang identitas yang berisi
nama pasien, No. Rekam medis, serta tanggal lahir pasien (kusumapradja, 2012).
Penerapan patient safety kenjadi suatu sistem yang harus ada di semua Rumah Sakit
di dunia begitu juga di Indonesia. Hal ini merupakan bagian dari standar akreditasi
Rumah Sakit 2012 yang terdiri dari empat kelompok, yaitu standar pelayanan
berfokus pada pasien, standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien di
Rumah Sakit, serta sasaran Milenium Development Goals. Keselamatan pasien dalam
standar akreditasi Rumah Sakit terdiri dari standar keselamatan pasien Rumah Sakit,
tujuh langkah keselamatan pasien Rumah Sakit, serta sasaran keselamatan pasien
Rumah Sakit. Ada enam sasaran keselamatan pasien, salah satunya dan yang menjadi
sasaran utama adalah ketepatan identifikasi pasien (Sutoto, 2012).

B. Tujuan
1. Menghindari kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit.
2. Memastikan pasien yang akan diberikan tindakan/pengobatan/sampel yang diambil
dari pasien dengan identitas pasien agar tidak salah pemberian agar tercipta patient
safety.
3. Memberikan identitas dan membedakan pasien.
4. Keamanan dari masalah hukum.
5. Mengenali secara fisik (melihat wajah secara umum, membandingkan dengan foto)
6. Memperoleh keterangan pribadi (nama, alamat, dsb)
7. Penggabungan antara pengenalan fisik dengan keterangan pribadi (dengan KTP,
SIM, dsb)

C. Pengertian
Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan
tentang bukti-bukti diri seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
mempersamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang.

Yang dilakukan untuk identifikasi pasien adalah: mengumpulkan dan mencatat yang
ada pada diri pasien, caranya:
1. Wajah secara umum
2. Membandingkan foto di tanda pengenal dengan pasien
3. Ditanyakan identitas: nama, tgl lhr dll
4. Penggabungan kartu identitas dengan keterangan yang didapatkan langsung

Kapan dilakukan identifikasi:
Pada semua pasien yang akan rawat inap
Pasien di IGD
Pasien yang akan melakukan pemeriksaan penunjang
Pasien yang akan mendapatkan tindakan misalnya operasi
Pasien rawat jalan

Tata cara pengumpulan data identifikasi pasien:
- Wawancara langsung dengan pasien
- Mengisi formulir identifikasi yang dilakukan oleh pasien
- Penggabungan wawancara dengan pengisian formulir untuk di kroscek kembali
- Tanda tangan pasien

Gelang identifikasi pasien adalah uatu alat berupa gelang identifikasi yang
dipasangakan kepada pasien secara individual dan digunakan sebagai identitas pasien
selama dirawat di rumah sakit.
Identifikasi pasien meliputi penamaan, penomoran, dan penanda khusus untuk pasien.

a. Penamaan
Penamaan adalah proses memberikan identitas berupa nama kepada seorang
pasien sesuai dengan kartu identitas yang berlaku serta untuk membedakan
antara pasien satu dengan pasien.
b. Penomoran
Penomoran adalah tata cara penulisan nomor yang diberikan kepada pasien
yang datang berobat sebagai bagian dari identitas pribadi pasien yang
bersangkutan.
c. Penanda khusus
Penanda khusus adalah tata cara memberikan tanda khusus kepada pasien
yang di rawat inap di rumah sakit untuk memberikan identitas khusus di
rumah sakit.

D. Ruang Lingkup
Semua pasien rawat inap, pasien instalasi gawat darurat (IGD) dan pasien
yang akan menjalani suatu prosedur yang dilakukan oleh semua tenaga kesehatan.
Identifikasi pasien dilakukan di ruangan:
a. Unit Rekam Medis (Pendaftaran)
b. Unit Rawat Jalan
c. Unit Rawat Inap
d. Unit Rawat Darurat
e. Instalasi Laboratorium (sebelum dilakukan pengambilan sampel)
f. Instalasi Radiologi

E. Tatalaksana
Kewajiban dan tanggung jawab:
1. Seluruh staf Rumah Sakit
a. Memahami dan menerapkan prosedur identifikasi pasien
b. Memastikan identifikasi pasien yang benar.
c. Melaporkan kejadian salah identifikasi pasien, termasuk hilangnya gelang
pengenal.
2. SDM yang bertugas (Staf admission/ perawat penanggung jawab pasien)
a. Bertanggung jawab memakaikan gelang identifikasi pasien dan memastikan
kebenaran data yang tercatat di gelang pengenal.
b. Memastikan gelang identifikasi terpasang dengan baik, jika terjadi kesalahan
data, gelang identifikasi harus diganti atau bebas coretan.
3. Kepala instansi/ kepala ruang
a. Memastikan seluruh staf di instalasi memahami prosedur identifikasi pasien
dan menerapkannya.
b. Menyelidiki semua insiden salah identifikasi pasien dan memastikan
terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insiden
tersebut.
4. Manajer
a. Memantau dan memastikan panduan identifikasi pasien dikelola dengan baik
oleh kepala instalasi.
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan identifikasi pasien.

Perangkat Kerja:
1) Berkas rekam medis pasien
2) Kartu berobat
3) Tanda (gelang pasien) untuk rawat inap

Tatalaksana identifikasi:
1) Identifikasi:
a. Petugas pendaftaran melakukan pengumpulan identitas pasien sesuai dengan kartu
identitas yang berlaku saat pertama kali pasien berobat ke rumah sakit yang
meliputi:
1. Nama pasien
2. Alamat
3. Tempat, tanggal lahir
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Status perkawinan
7. Agama
8. Pendidikan
9. Pekerjaan
10. No identitas
11. No telp pasien
12. Suku bangsa
13. Nama keluarga yang dapat dihubungi (beserta no telp)
14. Penanggung jawab biaya (beserta no telp)
b. Identitas tersebut dimasukkan ke database dan dicetak di berkas rekam medis
pasien.

2) Setelah itu Penomoran Petugas memberikan nomor rekam medis dengan sistem
yang berlaku di RS, Nomor dituliskan di kartu berobat dan berkas rekam medis
pasien.

3) Penamaan Petugas pendaftaran memberikan nama sesuai dengan kartu identitas
yang berlaku dan dituliskan di berkas rekam medis serta kartu berobat.

4) Tanda Khusus
Perawat UGD/ PPRI memasang tanda khusus berupa gelang tangan bagi
pasien yang akan masuk rawat inap, yaitu:
1. Biru untuk pasien laki-laki
2. Merah muda untuk pasien perempuan
3. Kuning untuk pasien risiko tinggi
4. Merah untuk pasien alergi
Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar sebelum pemberian obat,
darah, atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Pakaikan gelang identifikasi di pergelangan tangan pasien yang dominan,
jelaskan dan pastikan gelang terpasang dengan baik dan nyaman untuk pasien.
Pada pasien dengan fistula arterio-vena (pasien hemodialisis), gelang
identifikasi tidak boleh dipasang di sisi lengan yang terdapat fistula.
Jika tidak dapat dipakaikan dipergelangan tangan, pakaikan dipergelangan
kaki. Pada situasi dimana tidak dapat dipasangkan pada pergelangan kaki,
gelang identifikasi dapat dipakaikan di baju pasien di area yang jelas terlihat.
Pada kondisi tidak memakai baju, gelang identifikasi harus menempel pada
badan pasien dengan menggunakan perekat transparan/ tembus pandang. Hal
ini harus tercatat di rekam medis pasien.
Gelang identifikasi dan gelang alergi hanya boleh dilepas saat pasien keluar/
pulang dari rumah sakit. Gelang resiko jatuh hanya boleh dilepas saat pasien
sudah tidak beresiko jatuh.
Gelang pengenal pasien (gelang pink/gelang biru) sebaiknya mencakup 3
detail wajib yang dapat mengidentifikasi pasien, yaitu :
Nama pasien dengan minimal 2 suku kata
Tanggal lahir pasien (tanggal/bulan/tahun)
Nomor rekam medis
Gelang identifikasi alergi sebaiknya mencakup 4 detail wajib yang dapat
mengidentifikasi pasien, yaitu :
Nama pasien
Nama ibu kandung
Umur pasien
Nomor rekam medis
Jenis alergi
Tanda identifikasi resiko pasien jatuh sebaiknya mencakup 3 tempat wajib
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien resiko jatuh, tanda
dipasang di :
Papan nama pasien di nurse station
Pintu kamar atau depan kamar pasien
Diatas bed tempat tidur pasien
Detail lainnya adalah warna gelang pengenal sesuai dengan jenis kelamin
pasien.
Nama tidak boleh di singkat, nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam
medis.
Jangan pernah mencoret dan menulis ulang gelang identifikasi. Ganti gelang
identifikasi jika terdapat kesalahan penulisan data.
Jika gelang identifikasi terlepas, segera berikan gelang identifikasi yang baru.
Gelang identifikasi harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan di
rumah sakit.
Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya pada pasien.
Periksa ulang 3/ 4 detail data di gelang identifikasi sebelum dipakaikan ke
pasien.
Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka,
misalnya siapakah nama anda?
Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya, verifikasi identitas pasien
pada keluarga/ pengantarnya.
Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani prosedur menggunakan
minimal 1 gelang identifikasi.
Pengecekan gelang identifikasi dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.
Sebelum pasien di transfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan
pastikan gelang identifikasi terpasang dengan baik.
Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien
dan membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang
identifikasi.
Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang identifikasi :
1) Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti :
- Menolak penggunaan gelang identifikasi
- Gelang identifikasi menyebabkan iritasi kulit
- Gelang identifikasi terlalu besar
- Pasien melepas gelang identifikasi
2) Pasien harus diinformasikan akan resiko yang dapat terjadi jika gelang
identifikasi tidak dipakai. Alasan pasien harus dicatat pada rekam medis.
3) Jika pasien menolak menggunakan gelang identifikasi, petugas harus lebih
waspada dan mencari cara lain untuk mengidentifikasi pasien dengan benar
sebelum dilakukan prosedur pada pasien.

Tindakan/ prosedur yang membutuhkan identifikasi:
a. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang membutuhkan identifikasi pasien :
1. Pemberian obat-obatan
2. Prosedur pemerikasaan radiologi (rontgen, MRI, dan sebagainya)
3. Intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya
4. Tranfusi darah
5. Pengambilan sampel (misalnya darah, urin, feces, dan sebagainya)
6. Transfer pasien
7. Konfirmasi kematian
b. Para staf rumah sakit harus mengkonfirmasi identifikasi pasien dengan menanyakan
nama dan tanggal lahir pasien, kemudian membandingkan dengan yang tercantum di
rekam medis dan gelang pengenal. Jangan menyebutkan nama, tanggal lahir, dan
alamat pasien dan meminta pasien untuk mengkonfirmasi dengan jawaban iya/tidak.
c. Jangan melakukan prosedur apapun jika pasien tidak memakai gelang pengenal.
Gelang pengenal harus dipakaikan ulang oleh perawat yang bertugas menangani
pasien secara personal sebelum pasien menjalani suatu prosedur.

Tatalaksana identifikasi pasien pada pemberian obat-obatan:
a. Perawat harus memastikan identitas pasien dengan benar sebelum melakukan
prosedur dengan cara :
- Meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahirnya
- Periksa dan bandingkan data pada gelang pengenal dengan rekam medis. Jika
data yang diperoleh sama, lakukan prosedur/berikan obat.
b. Jika terdapat 2 pasien di ruang rawat inap dengan nama yang sama, periksa ulang
identitas dengan melihat alamat rumahnya.
c. Jika data pasien tidak lengkap, informasi lebih lanjut harus diperoleh sebelum
pemberian obat.

Tatalaksana identifikasi pasien yang menjalani pemeriksaan radiologi:
a. Petugas radiologi harus memastikan identitas pasien dengan benar sebelum
melakukan prosedur, dengan cara :
- Meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahirnya.
- Periksa dan bandingkan data pada gelang pengenal dengan rekam medis. Jika
data yang diperoleh sama, lakukan prosedur.
- Jika terdapat 2 pasien di departemen radiologi dengan nama yang sama, periksa
ulang identitas dengan melihat alamat rumahnya.
b. Jika data pasien tidak lengkap, informasi lebih lanjut harus diperoleh sebelum pajanan
radiasi (exposure) dilakukan.

Tatalaksana identifikasi pasien yang menjalani tindakan operasi:
a. Petugas kamar operasi harus mengkonfirmasi identitas pasien.
b. Jika diperlukan untuk melepas gelang identifikasi setelah dilakukan operasi,
tugaskanlah seorang perawat di kamar operasi untuk bertanggung jawab melepas dan
memasang kembali gelang identifikasi pasien.
c. Gelang identifikasi yang dilepas harus di tempelkan di depan rekam medis pasien.

Tatalaksana identifikasi pasien yang akan dilakukan pengambilan dan pemberian darah
(tranfusi darah):
a. Identifikasi, pengambilan, pengiriman, penerimaan, dan penyerahan komponen darah
(tranfusi) merupakan tanggung jawab petugas yang mengambil darah.
b. Dua orang staf RS yang kompeten harus memastikan kebenaran : data demografik
pada kantong darah, jenis darah, golongan darah pasien dan yang tertera pada kantong
darah, waktu kadaluarsanya, dan identitas pasien pada gelang pengenal.
c. Staf RS harus meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan tanggal
lahirnya.
d. Jika staf RS tidak yakin/ ragu akan kebenaran identitas pasien, jangan lakukan tranfusi
darah sampai diperoleh kepastian identitas pasien dengan benar.

Tatalaksana identifikasi pada bayi baru lahir atau neonatus:
a. Gunakan gelang pengenal di ekstremitas yang berbeda.
b. Untuk bayi baru lahir yang masih belum di beri nama, data di gelang pengenal
berisikan jenis kelamin bayi, nama ibu, tanggal lahir dan jam lahir bayi, nomor rekam
medis bayi, dan metode kelahiran.
c. Saat nama bayi sudah didaftarkan, gelang pengenal berisi data ibu dapat dilepas dan
diganti dengan gelang pengenal yang berisikan data bayi.
d. Gunakan gelang pengenal berwarna merah muda (pink) untuk bayi perempuan dan
biru untuk bayi laki-laki.
e. Pada kondisi dimana jenis kelamin bayi sulit ditentukan, gunakan gelang pengenal
berwarna putih.

Tatalaksana identifikasi pasien rawat jalan:
a. Tidak perlu menggunakan gelang pengenal.
b. Sebelum melakukan suatu prosedur/ terapi, tenaga medis/perawat harus menanyakan
identitas pasien berupa nama dan tanggal lahir. Data ini harus dikonfirmasi dengan
yang tercantum pada rekam medis.
c. Jika pasien adalah rujukan dari dokter umum/ puskesmas/ layanan kesehatan lainnya,
surat rujukan harus berisi identitas pasien berupa nama lengkap, tanggal lahir, dan
alamat. Jika data ini tidak ada, prosdur/ terapi tidak dapat dijalankan.
d. Jika pasien rawat jalan tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri, verifikasi data
dengan menanyakan keluarga/ pengantar pasien.

Tatalaksana identifikasi nama pasien yang sama di ruangan rawat inap:
a. Jika terdapat pasien yang sama, harus diinformasikan kepada perawat yang bertugas
setiap kali pergantian jaga.
b. Berikan label/ penanda berupa pasien dengan nama yang sama dilembar pencatatan,
lembar obat-obatan, dan lembar tindakan.
c. Kartu bertanda pasien dengan nama yang sama harus dipasang di papan nama pasien
agar petugas dapat memverifikasi identitas pasien.

Tatalaksana identifikasi pasien yang identitasnya tidak diketahui:
a. Pasien akan dilabel menurut prosedur RS samapi pasien dapat diidentifikasi dengan
benar. Contoh : Ny/Tn X, pria/wanita tidak dikenal.
b. Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang pengenal baru dengan identitas
yang benar.

Tatalaksana identifikasi pasien dengan gangguan jiwa:
a. Kapanpun dimungkinkan, pasien gangguan jiwa harus menggunakan gelang pengenal.
b. Terdapat hal-hal seperti kondisi pasien atau penanganan pasien yang menyebabkan
sulitnya mendapat identitas pasien dengan benar sehingga perlu dipertimbangkan
untuk menggunakan metode identifikasi lainnya.
c. Identifikasi pasien dilakukan oleh petugas yang dapat diandalkan untuk
mengidentifikasi pasien, dan lakukan pencatatan di rekam medis.
d. Pada kondisi dimana petugas tidak yakin/ tidak pasti dengan identitas pasien
(misalnya saat pemberian obat), petugas dapat menanyakan nama dan tanggal lahir
pasien (jika memungkinkan) dan dapat dicek ulang pada rekam medis.
e. Jika terdapat 2 pasien dengan nama yang sama di ruang rawat, berikan tanda/ label
notifikasi pada rekam medis, papan nam pasien dan dokumen lainnya.

Tatalaksana identifikasi pasien yang meninggal:
a. Pasien yang meninggal diruang rawat RS harus dilakukan konfirmasi terhadap
identitasnya dengan gelang pengenal dan rekam medis (sebagai bagian dari proses
verifikasi kematian)
b. Semua pasien yang telah meninggal harus diberi identifikasi dengan menggunakan 2
pengenal, satu di pergelangan tangan dan satu lagi di pergelangan kaki.
c. Satu salinan surat kematian harus ditempelkan di kain kafan. Jika pasien menggunakan
kantong jenazah, salinan kedua harus ditempelkan di kantong jenazah (body bag).
Salinan ketiga disimpan direkam medis pasien.

Macam-macam gelang identifikasi:
Gelang identifikasi pasien yang tersedia adalah sebagai berikut :
1. Gelang warna merah muda/ pink untuk pasien berjenis kelamin perempuan
2. Gelang berwarna biru untuk pasien berjenis kelamin laki-laki
3. Gelang berwarna merah untuk pasien dengan alergi obat tertentu
4. Gelang berwarna kuning untuk pasien dengan resiko jatuh
5. Gelang berwarna ungu untuk pasien yang sudah mengalami penurunan kesadaran

Melepas gelang identifikasi:
1. Gelang pengenal hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari RS.
2. Gelang untuk alergi hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari RS.
3. Tanda untuk pasien resiko jatuh hanya dilepas atau diturunkan saat pasien sudah tidak
beresiko jatuh.
4. Yang bertugas melepas gelang identifikasi adalah perawat yang bertanggung jawab
terhadap pasien selama masa perawatan di RS.
5. Gelang identifikasi dileps setelah semua proses selesai dilakukan.
6. Gelang identifikasi yang sudah tidak dipakai harus digunting menjadi potongan-
potongan kecil sebelum dibuang ketempat sampah.
7. Terdapat kondisi yang memerlukan pelepasan gelang sementara (saat masih di RS),
misalnya lokasi pemasangan gelang identifikasi mengganggu suatu prosedur. Segera
setelah prosedur selesai dilakukan, gelang identifikasi dipasang kembali.

F. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi identifikasi pasien dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh:
a. Kepala Ruang Rekam Medis
b. Kepala Keperawatan
c. Kepala Instalasi RJ, UGD, RI

G. Bukti dokumen
a. Berkas rekam medis pasien
b. Kartu anggota pasien RS tersebut
c. Gelang pasien




ALGORITMA







Pasien Periksa di
Poli Rawat Jalan
Pasien Periksa di
IGD
Masuk PPRI (Poli
Persiapan Rawat Inap
Pemasangan GELANG IDENTIFIKASI
Pasien Masuk Bangsal Sesuai
Klasifikasi Penyakitnya
Petugas Bangsal Kembali
Mengecek Apakah Pasien
yang diantar oleh petugas
benar-benar pasien
tersebut dengan mengecek
gelang identifikasi denga
Identititas Rekam Medis
Dokter Visite dan Memberikan
Medikasi
Bayi Baru Lahir
Saat Visite, dokter harus
memastikan benar ruang
dan nomor kamar tidur dan
memastikan pasien itu
adalah pasien yang sesuai
dengan RM-nya, dengan
cara menggunakan gelang
identifikasi. Begitu juga
saat perawat memberikan
medikasi, harus
menggunakan Tools Gelang
tersebut.

Pemeriksaan Penunjang (Darah
Lengkap, Radiologi, dll)
Pada saat dilakukan
pemeriksaan penunjang,
maka petugas harus
memastikan bahwa sampel
yang diperiksa benar-benar
milik pasien itu, dengan
cara menggunakan Gelang
identifikasi.
Pemberian Transfusi Darah,
Tindakan Hemodialisa, dll
SEMBUH/MEMBAIK

Anda mungkin juga menyukai