Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL SGD 5

BLOK 8 LBM 4
DENTAL PRACTICE






Kelompok SGD 5 :

1. Annisa Ghina Imaniar ( 112110180 )
2. Bety Apvirna Fajriani ( 112110184 )
3. Istianah ( 112110202 )
4. Karina ( 112110203 )
5. Ken Sekar Langit ( 112110205 )
6. Nira Ardlina ( 112110215 )
7. Rizki Widya P. ( 112110224 )
8. Tiffani Ardiana ( 112110229 )
9. Winda Puspitarini ( 112110236 )
10. Viviet Wulandari ( 112110233 )
11. Yoga Rizky R. ( 112110237 )



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2011/2012

LAPORAN BLOK 8 - LBM 4
MEDICAL DENTAL PRACTICE















STEP 1:
1. Luka laserasi
Luka yang dalam dan panjang (terbuka)
Luka dikulit/robek yang dangkal yang melukai permukaan kulit/otot

2. Suturing
Kemampuan bedah untuk menutup luka/menjahit
Proses penutupan luka pada bagian tubuh/jaringan lunak rongga mulut
karena cedera dengan cara menjahit area yang cedera tersebut dengan
suture nedle dan silk

3. Informed Consent
Persetujuan dari pihak pasien/keluarga untuk melakukan tindakan medis,
tapi sebelumnya, dokter menjelaskan langkah apa yang akan dilakukan
terhadap pasien
diagnosa, manfaat dan kerugian, serta biaya pengobatan dan perawatannya.

4. Rekam medis
Suatu data yang berisi tentang riwayat penyakit, data-data diri pasien

5. Surat rujukan
Suatu surat pengantar pasien dari dokter satu ke dokter yang lebih ahli
Surat pengalihan penanganan medis dari instansi kecil seperti puskesmas
untuk mendapat pelayanan yang lebih baik

STEP 2:
Pokok Masalah : Prosedur Tindakan Medis

STEP 3 :
1. Fungsi rekam medis
Pasien laki-laki umur 25 tahun datang ke UGD RSIGM SULTAN AGUNG membawa
surat rujukan dari Puskesmas Genuk, pada surat rujukan tersebut tertulis, pasien
datang dengan keluhan bibir atas berdarah, setelah jatuh dari sepeda di tempat
parkir. Pada pemeriksaan ekstra oral terdapat luka laserasi sepanjang 3 cm dengan
dalam 1 cm pada bibir atas regio anterior. Pada pemeriksaan intra oral tidak
didapatkan kelainan. Setelah dilakukan anamnesis dan pengisian rekam medis,
pasien di informasikan akan dilakukan tindakan suturing untuk menutup luka
tersebut. Kemudian dokter melakukan informed consent sebelum melakukan
tindakan suturing.
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita terdahulu
Untuk mengetahui identitas dari pasien
Untuk mengetahui riwayat penyakit bawaan
Untuk membantu dokter dalam mengambil tindakan yang tepat
Untuk mengantisipasi masalah kesehatan yang akan datang
Untuk menunjang komunikasi antar provider kesehatan

2. Dampak jika tidak ada rekam medis dalam rujukan
Tidak bisa melanjutkan tindakan medis
Bisa tertular, terjadi infeksi silang

3. Isi rekam medis
Identitas pasien
Riwayat penyakit
Penanganan yang diberikan dahulu
Hasil anamnesis
Nama, waktu, tanda tangan petugas yang menangani (untuk rekam medis
yang manual/ditulis)

4. Jenis rekam medis
1) Elektronik dengan menggunakan media elektronik seperti komputer
2) Manual dengan menggunakan alat tulis, dibubuhi identitas pasien, nama,
waktu, tanda tangan petugas

5. Fungsi surat rujukan
Agar pasien mendapat pelayanan kesehatan yang lebih baik
Merujuk pada tenaga medis yang lebih ahli dalam suatu kasus

6. Macam-macam surat rujukan
1) Rujukan medis
Rujukan pasien
Rujukan lab
2) Rujukan kesehatan
Pengiriman dokter ahli
Pengiriman asisten ahli senior
Pengiriman ahli kesehatan
3) Rujukan management (lebih ke permintaan bantuan : peralatan, obat, biaya,
tenaga kesehatan)

7. Tujuan informed consent
Untuk mengetahui ketersediaan pasien untuk dilakukan tindakan medis
Dimintai pertanggungjawaban
Memberikan perlindungan pasien dan dokter dalam tindakan medis

8. Mengapa suturing memerlukan informed consent?
Inform consent diperlukan dalam setiap pelaksanaan tindakan medis,
termasuk dalam melakukan suturing, untuk mengetahui apakah pasien
bersedia untuk dilakukan suturing. Dan inform consent sebagai bukti
persetujuan, seperti yang tercantum dalam UUPK (Undang-undang Praktik
Kedokteran No. 29 tahun 2004, pasal 45 mengenai perlunya kepastian hukum
terhadap pasien dan tenaga kesehatan (dokter/dokter gigi)

9. Apakah semua tindakan memerlukan informed consent?
Harus ada informed consent baik lesan maupun tertulis (dalam tindakan
besar/operasi)
Bila pasien dalam keadaan tidak sadar, informed consent di serahkan pada
keluarga terdekat
Bila tidak ada informed consent, pasien merasa dirugikan, dan dokter bisa
dituntut oleh pasien
Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, tidak menggunakan informed
consent tidak apa-apa tapi dokter harus didasarkan pada keadaan gawat
(emergency) dan bisa membahayakan nyawa pasien, jadi keselamatan nyawa
pasien yang didahulukan

10. Tipe-tipe dan tehnik-tehnik suturing
1. Interrupted suture
Tipe paling sederhana dan sering digunakan
Jarum masuk 2-3mm dari tepi flap
Keunggulan:
- Cepat dan mudah dilakukan
- memberikan hasil yang baik untuk kosmetik (estetik)
tehnik : saat dilakukan suturing, lapisan subcutis dilakukan
penutupan dahulu karena mudah infeksi
2. Continous suture
Untuk luka permukaan yang tajam
Ada 2 tipe:
Continous simple suture
Locking suture
3. Matrress suture
Ada 2:
Horizontal interupted suture
Continous matre suture

11. Prinsip dasar suturing
Adanya lokasi lesi
Ketebalan kulit
Jumlah ketegangan luka
Tehnik dasar:
- Memegang jarum
- Penempatan simpul tetap sama

12. Faktor kegagalan dalam suturing
Human error
Alat, tehnik, cara memegang jarum

13. Macam- macam luka:
Laserasi: irisan/sayatan
Abrasi : kulit dikerik/terhapus
Memar: luka tertutup
Luka tusuk: benda tajam masuk kulit
Laceratim : robek dengan benda tumpul yang merusak epidermis
Yang perlu di suturing: luka tusuk, laceratim

14. Fase-fase penyembuhan luka setelah suturing
Haemostasis
Dimulai sumbatan oleh pembuluh darah
Inflamasi
Pembengkakan di sekitar luka
Proliferasi
Pembentukan protein
Remodelling
Atrofi pembuluh kapiler baru

15. Syarat-syarat luka yang perlu di suturing
Yang dalam, panjang, lebar























STEP 4: Mapping Consept


















































PASIEN
PROSEDUR MEDIS
REKAM MEDIS
INFORMED CONSENT
SURAT RUJUKAN
TINDAKAN MEDIS
STEP 5
REKAM MEDIS
1. Fungsi rekam medis
2. Dampak jika tidak ada rekam medis dalam rujukan
3. Isi rekam medis
4. Jenis rekam medis
SURAT RUJUKAN
5. Fungsi surat rujukan
6. Macam-macam surat rujukan
INFORMED CONSENT
7. Tujuan informed consent
8. Mengapa suturing memerlukan informed consent?
9. Apakah semua tindakan memerlukan informed consent?
SUTURING
10. Tipe-tipe dan tehnik-tehnik suturing
11. Prinsip dasar suturing
12. Faktor kegagalan dalam suturing
13. Macam- macam luka
14. Fase-fase penyembuhan luka setelah suturing
15. Syarat-syarat luka yang perlu di suturing

STEP 6
BELAJAR MANDIRI

STEP 7
1. Fungsi rekam medis:
Untuk mengetahui identitas dari pasien
Untuk membantu dokter dalam mengambil tindakan yang tepat
Untuk mengantisipasi masalah kesehatan yang akan datang
Untuk menunjang komunikasi antar provider kesehatan
Pembuktian dalam perkara hukum
Sebagai media penelitian
Untuk menginformasikan biaya pelayanan
Bahan untuk statistik kesehatan
Evaluasi selama dalam perawatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit bawaan
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita terdahulu
Dari aspek administrasi:
suatu berkas rekam medik mempunyai nilai administrasi, karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai
tenaga medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
Dari aspek medis:
Catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada pasien
Dari aspek hukum:
Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan
dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti
untuk mengakkan keadilan
Dari aspek keuangan:
Isi rekam medik dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya
pembayaran pelayanan
Dari aspek penelitian:
Berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut
data atau informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian
Dari aspek pendidikan:
Berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut
data atau informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan
pada pasien
Dari aspek dokumentasi:
Isi rekam medik menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan
dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan

Selain memiliki fungsi yang menguntungkan, rekam medik dalam bentuk
elektronik juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain yaitu:

o Bisa terjadi duplikat
o Data bisa hilang
o Menghambat pekerjaan
o Kurang pemahaman dokter tentang komputer

2. Dampak jika tidak ada rekam medis dalam rujukan
Tidak bisa melanjutkan tindakan medis
Bisa terjadi infeksi silang
Dokumentasi untuk identifikasi selanjutnya menjadi susah
Mempengaruhi kelancaran pekerjaan
Mempermudah saat ada dokter pengganti, dalam hal ini menyangkut surat
rujukan
Bisa di tuntut jika tidak ada rekam medis (Ada di UU no. 24 pasal 46 ayat 1)
Terjadi medikal error
Tidak bisa memberi feedback yang cepat /misscommunication

3. Isi rekam medis
Identitas pasien (data umum pasien)
Riwayat penyakit
Penanganan yang diberikan dahulu
Hasil anamnesis (keluhan, bahasa pasien)
Nama, waktu, tanda tangan petugas yang menangani (untuk rekam medis
yang manual/ditulis)
Finansial, alamat perusahaan, nomor polis,kantor, perusahaaan asuransi
Data sosial, kewarganegaraan
Data medis, selama dirawat
Keadaan umum pasien
Odontogram
Data perawatan gigi

Berdasarkan Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008, pembagian menurut
pasiennya ada 3:
1) Pasien rawat jalan
- Identitas pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Rencana penatalaksanaan
- Pengobatan dan tindakan
- Pelayanan lain yang telah diberikan
- Odontogram
- Persetujuan tindakan

2). Pasien rawat inap
- Identitas pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Rencana penatalaksanaan
- Pengobatan dan tindakan
- Persetujuan tindakan
- Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
- Ringkasan pulang
- Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberi pelayanan kesehatan
- Pelayanan lain yang dilakukan
- Odontogram (untuk pasien gigi)

3). Ruang Gawat darurat
- Identitas pasien
- Kondisi saat tiba disarana pelayanan kesehatan
- Identitas pengantar pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Pengobatan dan tindakan
- Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan UGD dan
rencana tindak lanjut
- Nama dan tanda tangan dokter/dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
- Sarana transportasi yang digunakan
- Pelayanan lain yang diberikan

4. Jenis rekam medis
Berdasarkan bentuknya:
1) Rekam medik elektronik dengan menggunakan media elektronik seperti
komputer
2) Manual dengan menggunakan alat tulis, dibubuhi identitas pasien, nama,
waktu, tanda tangan petugas
Berdasarkan pelayanan :
1. Rekam medis bencana
2. Rekam medis Dokter spesialis
3. Pelayanan dalam ambulance/massal

5. Fungsi surat rujukan
1) Dilihat dari segi dokter yang merujuk:
- Untuk mengurangi dugaan mal praktek
- Mengurangi resiko kesalahan dalam pengobatan

2) Dilihat dari segi dokter yang dirujuk:
- Banyak kasus yang dapat terselesaikan
- Dapat meningkatkan keterampilan/pengalaman dokter

3) Dilihat dari segi pasien:
- Agar pasien mendapat pelayanan kesehatan yang lebih baik
- Merujuk pada tenaga medis yang lebih ahli dalam suatu kasus
- Perataan pelayanan kesehatan tenaga ahli
- Memecahkan masalah (penyakit yang diderita pasien) dengan lebih
tepat

6. Macam-macam surat rujukan
1) Rujukan medis
Rujukan pasien
Rujukan lab
Rujukan perawatan RS
Rujukan pemeriksaan laboratorium

2) Rujukan kesehatan
Pengiriman dokter ahli
Pengiriman asisten ahli senior
Pengiriman ahli kesehatan
Rujukan dari dokter ke spesialis

3) Rujukan management (lebih ke permintaan bantuan : peralatan, obat, biaya,
tenaga kesehatan)
4) Rujukan operasional : pelimpahan wewenang
5) Rujukan Tenaga
6) Rujukan sarana

7. Tujuan informed consent
Untuk mengetahui ketersediaan pasien untuk dilakukan tindakan medis
Untuk memberikan perlindungan hukum bagi pasien dan dokter dalam
tindakan medis
Untuk mencegah terjadinya dugaan mal praktek
Untuk mengedukasi masyarakat agar tidak menduga-duga
Untuk melatih dokter/dokter gigi agar lebih hati-hati dalam bertindak
Untuk mendorong keputusan yang rasional
Untuk memberikan penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien
selaku manusia
Untuk memberikan kesempatan peranan aktif terhadap mengambil
keputusan

Menyangkut masalah perlindungan hukum baik bagi pasien maupun dokter, dalam
lembar informed consent tertera kolom saksi. Dimana kolom saksi ini pun memiliki
kekuatan hukum : Lampiran SKB IDI No.319/P/BA/88 dan Permenkes
No.585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang persetujuan tindakan medis Pasal 4 ayat 2
menyebutkan dalam memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya
kehadiran seorang perawat/paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting

Menyangkut masalah perlindungan hukum baik bagi pasien maupun dokter, dari segi
pencegahan dugaan mal praktik, dokter harus memberikan penjelasan yang sejelas
jelasnya seputar penanganan dan pemeriksaan yang akan dia lakukan terhadap
pasien. Hal ini disebutkan dalam: Pasal 11 ayat 1 Permenkes
No.290/Menkes/Per/III/2008, dimana dalam hal ini terdapat indikasi
kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang akan melakukan
tindakan juga harus memberikan penjelasan.

8. Mengapa suturing memerlukan informed consent?
Inform consent diperlukan dalam setiap pelaksanaan tindakan medis,
termasuk dalam melakukan suturing, untuk mengetahui apakah pasien
bersedia untuk dilakukan suturing. Dan inform consent sebagai bukti
persetujuan, seperti yang tercantum dalam UUPK (Undang-undang Praktik
Kedokteran No. 29 tahun 2004, pasal 45 mengenai perlunya kepastian hukum
terhadap pasien dan tenaga kesehatan (dokter/dokter gigi)

9. Apakah semua tindakan memerlukan informed consent?
Ya, dalam setiap tindakan medis yang hendak dilakukan dokter/dokter gigi terhadap
pasien harus dilakukan informed consent, dengan tujuan sebagai perlindungan hak
pasien dan dokter/dokter gigi, untuk memberikan penjelasan kepada pasien
mengenai perawatan yang akan diberikan, serta berbagai informasi seputar
pelayanan kesehatan yang akan pasien terima, informed consent tersebut bisa
dalam bentuk lisan maupun tertulis. Bila pasien dalam keadaan tidak sadar, informed
consent di serahkan pada keluarga terdekat.

Namun, ada beberapa pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi
sebelum dimintakan persetujuan tindakan kedokteran adalah seperti yang
tercantum dalam Permenkes No.290/Menkes/Per/III/2008:
- Dalam keadaan gawat darurat (emergency) dimana dokter harus segera
bertindak untuk menyelamatkan jiwa pasien
- Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi
situasi dirinya

10. Tipe-tipe dan tehnik-tehnik suturing
1. Interrupted suture
Tipe paling sederhana dan sering digunakan
Jarum masuk 2-3mm dari tepi flap dan keluar dengan jarak yang sama dari tepi
yang berlawanan
Keunggulan:
o Cepat dan mudah dilakukan
o memberikan hasil yang baik untuk kosmetik (estetik)
o tehnik : saat dilakukan suturing, lapisan subcutis dilakukan penutupan
dahulu karena mudah infeksi

2. Continous suture
Untuk luka permukaan yang panjang
Ada 2 tipe:
- Continous simple suture
- Continous Locking suture

3. Mattress suture
Digunakan untuk insisi yang dalam
Ada 2 tipe:
- Horizontal mattress suture:
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Keuntungannya dapat memberikan hasil jahitan yang kuat
- Vertical mattress suture:
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka, keuntungannya dapat
menghasilkan penyembuhan luka yang cepat
Subcutikular suture:
Jahitan simpel pada daerah subcutan biasanya dipakai untuk menjahit area
yang dalam, kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul
sederhana

11. Prinsip dasar suturing
Adanya lokasi lesi
Ketebalan kulit
Jumlah ketegangan luka
Tehnik dasar:
o Memegang jarum
o Penempatan simpul tetap sama
Jarak tepi luka dengan jarum harus adekuat
Untuk Mendekatkan tepi luka
Simpul di margin, tidak di tengah-tengah
Simpul 3 kali ikatan agar kuat
Tidak tumpang tindih
Reaksinya harus minimal agar tidak menjadi parah
Pemotongan jaringan kulit yang hancur
Non absorbable untuk daerah facial
Diberi desinfektan sebelum sesudah suturing

12. Faktor kegagalan dalam suturing
Human error
Pemilihan alat yang salah, tehnik suturing kurang, cara memegang jarum yang
salah sudut harus tegak lurus
Terjadinya infeksi

13. Macam- macam luka:
Luka Terbuka (Vulnus Appertum):
- Luka iris (scissum)
- Luka tusuk (ictum)
- Luka bakar (combustio)
- Luka lecet (abrasio)
- Luka tembak (sclopetum)
- Luka gigit (vulnus morsum)
- Laserasi
- Penetrasi
- Avulsi
- Open fracture

Luka Tertutup (Vulnus Occlusum)
- Luka memar (contusio)
- Bula
- Hematoma
- Seprain
- Dislokasi
- Close fracture
- Laserasi organ dalam

Berdasarkan tingkat kontaminasi:
Clean wounds (Luka bersih):
Luka bedah yang tidak terinfeksi, yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,pencernaan,genital, dan
urinari tidak terjadi.
Clean Contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi):
Luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital, dan urinari
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.
Contamined wounds (Luka terkontaminasi):
Luka terbuka akibat kecelakaan atau operasi besar yang terkontaminasi
akibat kurangnya asepsis
Dirty of infection wounds (Luka kotor dan terinfeksi):
Terdapatnya mikroorganisme pada luka

Berdasar kedalaman dan luasnya luka :
Stadium 1 (superficial) :
Yaitu, luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit
Stadium 2 (partial thickness) :
Yaitu, hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari
dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi,
blister, atau lubang yang dangkal
Stadium 3 (full thickness) :
Yaitu, hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan
subcutan yang dapat meluas samapi bawah tetatpi tidak melewati jaringan
yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis, dan
facial tetapi tidak sampai otot.
Stadium 4 (full tickness):
Yaitu, termasuk luka full tickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon,
dan tulang dengan adanya kerusakan yang luas.

14. Fase-fase penyembuhan luka setelah suturing
Haemostasis
Dimulai sumbatan oleh pembuluh darah
Inflamasi (1 - 4 hari)
Pembengkakan di sekitar luka
Fase inflamasi: menghentikan pendarahan dan area luka dalam inflamasi
Remodelling
Atrofi pembuluh kapiler baru
o Proliferatif : membangun jaringan baru (5 - 20 hari)
o Maturasi : menyempurnakan jaringan baru (20hari - tahunan)

15. Bentuk penyembuhan luka suturing
Intensi pertama (penyatuan primer)
Luka dibuat secara aseptik dengan pengrusakan jaringan minimum dan
penutupan dengan baik, seperti dengan suture
Intensi kedua (granulasi)
Pada luka terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi luka tidak
saling merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan
waktu lebih lama.
Intensi ketiga (suture sekunder)
Jika luka dalam baik yang belum disuture (atau sudah terlepas) dan kemudian
disuture kembali, lalu dua permukaan granulasi yang berlawanan
disambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut lebih dalam dan luas.

16. Syarat-syarat luka yang perlu di suturing
Luka yang dalam, panjang, lebar, dan terbuka
Pada kedalaman luka:
o Stadium 2 (partial thickness)
o Stadium 3 (full thickness)
o Stadium 4 (full thickness yang telah mencapai tendon)

Anda mungkin juga menyukai