Anda di halaman 1dari 58

Hukum-hukum Syari

A. Pengertian Syari
Syariat berarti aturan, syariat pada prinsipnya mengandung arti jalan yang
jelas membawa kepada kemenangan. Dalam hal ini agama Islam yang
ditetapkan untuk manusia disebut syariat, karena umat Islam selalu
melaluinya dalam kehidupan di dunia.
Berhubngan dengan penjelasan di atas maka yang dimaksud dengan
syariat adalah segala aturan Allah yang berkaitan dengan aturan manusia
yang harus dipatuhi oleh manusia itu sendiri.

B. Pembagian hukum Syari
Para ulama ushul fiqih membagi hukum syari menjadi dua bagian;
hukum taklifi dan hukum wadhiy.

1. Hukum Taklifi
Yang dimaksud dengan hukum taklifi adalah khitob yang
mengandung tuntutan untuk dikerjakan atau ditinggalkan atau pilihan
antara mengerjakan dan meninggalkan. Hukum taklifi terbagi menjadi
lima bagian: Ijab, nadb, tahrim, karahah, dan ibahah.

A. Ijab ( wajib )adalah firman yang menuntut melakukan suatu
perbuatan dengan tuntutan pasti, firman Allah surat Al-Baqarah 43.


Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-
orang yang rukuk.




B. Nadb ( sunnah )adalah firman Allah yang menuntut melakaukan
suatu perbuatan dengan perbuatan yang tidak pasti, tetapi hnya
merupakan anjuran untuk berbuat.
Diterangkan surat Al-Baqarah 282.


Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.

C. Tahrim ( haram) adalah firma n Allah yang menuntut untuk tidak
melakukan sesuatu perbuatan yang pasti, diterangkan dalam surat Al-
Maidah ayat 3.


Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.

D. Karahah ( makruh ) firman Allah yang menuntut untuk tidak
melakukan perbuatan dengan tuntutang yang tidak pasti, tetapi
hanya berupa anjuran untuk tidak berbuat misalnya dalam surat Al-
Maidah 101.


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada
Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan
kamu,

E. Ibahah ( mubah )firman Allah yang memberikan kebebasan
kepada mukallaf untuk melakukan sesuatu perbuatan, misalnya
firman Allah surat Al-Baqarah 235.





Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran

Kelima macam hukum itu menimbulkan efek terhadap perbuatan
mukallaf dan efek itulah yang dinamakan al-ahkam al-khomsah oleh
ahli fiqih yaitu, wajib, haram, makruh, sunnah, mubah.

a. Wajib
Pada pokoknya yang disebut dengan wajib adalah segala
perbuatan yang diberi pahala jika mengerjakan dan diberi siksa jika
meninggalkan misalnya, mengerjakan beberapa rukun Islam yang
lima.

Dilihat dari beberapa segi wajib dibagi menjadi empat:

1. Dilihat dari segi ketetapannya untuk ketentuan perbuatan
yang harus dilaksanakan ada dua.
a. Wajib muayyan ( ditentukan ) ditentukan macam
perbuatannya, jumlah rakaat dalam shalat.
b. Wajib mukhoyyar ( dipilih ) yaitu boleh pilih salah satu dari
beberapa perbuatan yang telah ditentukan. Misalnya kifarat
sumpah, boleh memilih alternative member makan sepuluh
orang miskin, member pakaian sepuluh orang miskin, atau
memerdekakan budak.
2. Dilihat dari segi siapa saja yang mengharuskan
melaksanakannya dibagi menjadi dua.
a. Wajib aini ( dibebankan kepada setiap mukallaf).
b. Wajib kifayah ( dapat dilaksanakan sebagian mukallaf ).

3. Dilihat darai segi kwantitasnya wajib dibagi menjadi dua.
a. Wajib muhaddad ( ditentukan kadar jumlahnya)



b. Wajib ghairu muhaddad ( tidak ditentukan jumlah
bilangannya).
4. Wajib dari segi tuntutan dibagi atas muayyan ( satu kali
pelaksanaan ) dan mukhoyyar ( ada alternative lain ).

C. Mandub.
Suatu perintah yang berisi anjuran yang tidak mencapai tingkatan
wajib. Mandub memiliki beberapa tingkatan.
1. Sunnah muakkadah atau sunnah yang dikerjakan rasul secara
kontinyu tetapi itu bukan wajib. Pelaksanaan sunnah qobliyah dan
badiyyah dalam shalah maktubah.
2. Sunnah ghairu muakkadah sunnah yang kadang-kadang dilaksanakan
oleh rasul seperti salat empat rakaat sebelum dzuhur.
3. Sunnah yang tingkatannnya di bawah yang tersebut di atas seperti
tugas amar maruf.

D. Haram.

Haram adalah segala perbuatan yang dilarang mengerjakannya. Orang
yang melaksanakannya akan disiksa, berdosa dan yang meninggalkannya
diberi pahala.
Secara garis besar haram dibagi menjadi dua.
1. Haram karena lidzatihi atau perbuatan yang diharamkan karena
terdapat bahaya dari perbuatan tersebut seperti makan bangkai,
khomer, zina.
Diharamkan makan bangkai, diharamkan kepada kamu mkan bangkai,
darah dan daging babi
Diharamkan kamu mendekati zina Janganlah kamu mendekati zina
, bahwa zina itu keji Al-Maidah 90





Diharamkan khommer dan judi Sesungguhnya arak, judi, berhala
dan undian itu adalah keji dan perbuatan syetan maka jauhilah al
maidah 90.
Menuduh orang berbuat zina dilarang dalam al-quran tanpa dapat
mebuktikannya dengan saksi Orang-orang yang menuduh orang
baik-baik berbuat zina, kemudian dia tidak mendatangkan empat
orang saksi, maka deralah mereka dengan delapan puluh kali.
2. Haram li ghairihi adalah perbuatan perbuatan yang dilarang oleh
syara tidak karena bahaya perbuatan itu sendiri, seperti jual beli
dengan system riba.

E. Makruh.

Makruh adalah suatu perbuatan yang dianjurkan untuk ditinggalkan,
tetapi tidak mencapai derajat haram.
Dalam jual beli pada waktu dikumandangkannya adzan shalat jumah


Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat
Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui.A L-jumuah 9.

F. Mubah.
Mubah adalah perbuatan yang mengandung kekebasan untuk memilih
antara melakukan atau meninggalkan perbuatan tersebut.Sebagaimana
firman Allah surat Al-Baqarah 229

I
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang makruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal
bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan
kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya



(suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada
dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka
itulah orang-orang yang lalim.

Dalam pelaksanaan anjuran dan pilihan mencari rizki setelah selesai
melaksanakan salat jumah sebagaimana firman allah dalam surat
Jumah ayat 10


Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung.




B. Hokum Wadhi

Hokum Wadhi adalah hokum yang menyebabkan sesuatu sebagai
sebab, syarat, penghalang, berlakunya perbuatan tersebut.

a. Sebab.
Sebab adalah batasan-batasan yang dijadikannnya sebagai tanda
terwujudnya hokum. Seperti perbuatan zina mengakibatkan
adanya hokum dera, disebabkan menyaksikan bulan suci ramadlan
maka wajib atasnya berpuasa, atau disebabkan membunuh seseorang
dengan tersalah maka wajib memerdekakan hamba sahaya
Sebagaimana firman Allah surat An-Nisa 92





Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa
membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum
yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba-sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh)
dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan
kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai
cara tobat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.

b. Syarat.
Syarat adalah sesuatu yang diharuskan ada karena adanya hokum
tergantung kepadanya. Seperti berwudlu yang merupakan syarat
sahnya salat. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah 6.


Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu



dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.

Sebagaimana dalam al-quran mewajibkan puasa bagi orang-orang
yang beriman diterangkan dalam surat al-baqarah 183.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.


c. Penghalang.
Penghalang adalah suatu yang karenanya menyebabkan tidak
adanya hokum meskipun sebab dan syarat telah terpenuhi,
seperti terhalangnya waris yng berlainan agama, atau membunuh
pewarisnya, atau pembunuhan dengan hukuman qishos tidak
diterapkan sebab dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya.
Sebagaimana dalam dadis nabi yang diriwayatkan oleh sahabat
Umar yang artinya
Aku pernah mendengar rasulullah bersabda , tidak boleh bapak
diqishas sebab membunuh anaknya HR Turmudzi.




D. Rukhshoh
Pengertian dari rukhshos adalah sesuatu yang disyariatkan oleh
Allah dari segala hukum sebagai keringanan atas mukallaf pada
situasi khusus yang menghendaki keringanan sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 173





Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.

Juga dijelaskan dalam surat Al-Baqarah 184 tentang
diperbolehkannya untuk tidak menjalankann ibadah puasa di bulan
ramadlan karena dalam keadaan sakit atau bepergian. )


Dalam beberapa hari yang tertentu,
maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib
bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.
Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka
itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui.

Juga diperbolehkannya untuk meringkas pelaksanaan shalat ketika
dalam bepergian jauh atau musafir kurang lebih 83 km,
sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa 101.


Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa
kamu menqashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-
orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang
nyata bagimu.





C. Mahkum Fih dan Mahkum Alaih

1. Mahkum Fih ( Perbuatan Mukallaf )
Para ulama telah menyepakati bahwa mahukum fih
merupakan perbuatan
mukallaf yang terkait dengan perintah syari. contohnya semua
perbuatan mukallaf yang kaitannya dengan wajib, sunnah, haram ,
makruh dan mubah.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah 282.


Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya
Perintah Allah yang berhubungan dengan tidakan mukallaf ketika
tidak melaksanakan puasa di bulan Ramadlan dan ketika
bepergian jauh ( safar ) sebagaimana firman Allah yang artinya
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Syarat-syarat taklif




1. Hendaklah mukallaf mengetahui pengetahuan yang sempurna
hingga mukallaf mampu melaksanakan menurut yang
diperintah.
Sebagaimana firman Allah surat An-Nahl 44.


keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami
turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan,

2. Hendaklah mukallaf mengetahui bahwa yang dibebankannya
beasal dari mempunyai wewenang taklif , yaitu Allah
Swt.

3 . Hendaklah perbuatan taklif itu mampu dilaksanakan oleh
mukallaf.



3 . Mahkum Alaih.

Pengertiannya adalah para mukallaf yang sudah terbebani
hokum baik berupa wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah.
Disyaratkan kepada mukallaf untuk sah taklifnya ada dua syarat.
1. Mukallaf mampu memahami dalil taklif.
2. Mukallaf cakap untuk melaksanakan apa yang dibebankan
kepadanya.








Dasar Sumber Hukum Islam.
Al-quran
a. Pengertian Al-Quran

Al-Quran menurut bahasa berarti bacaan sementara menurut
istilah, yaitu :
Firman Allah yang berupa mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad
saw, dalam bahasa arab , yang meriwayatkan secara mutwatir dan
membacanya merpakan ibadah.

Definisi di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa :

1. Apa-apa yang diriwayatkan Allah dalam maknanya, keudian dipahami
dan disampaikan kepada umatnyadalam bahasa rasulullah, tidaklah
dinamai Al-Quran.
2. Alih bahasa Al-Quran ke dalam bahasa selain bahasa Arab dengan
maksud memudahkan pemahaman tidaklah pula disebut Al-Quran.
3. Wahyu Allah yang diturunkan kepada selain Nabi Muhammad saw,
seperti Taurat, Zabur, Injil tidaklah dinamakan Al-Quran.
4. Syarat mutawatr mengecualikan kalam Allah sekalipun diwahyukan
kepada Nabi , tetapi tidak diriwayatkan secara mutawatir, misalnya
Hadis Qutsi.

b. Pokok-pokok Isi Al-uran

Isi kandungan Al-Quran adalah sebagai berikut.
1. Tauhid.



Surat Al-Baqarah: 21, 22, 28, 29 107. 115, 117, 133, 163, 165 255 , Ali-
Imran: 5-6, 18, 27, 283, 109, 129, 189,
2. Ibadah.
Surat Al-Baqarah: 3, 37, 43, 46, 83, 110, 115, 142, 145, 148, 153, 177,
186, 238, 239, 277.

3. Janji dan ancaman
Sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah : 24-25, Ali Imran : 56-58
An-Nisa: 114-115.
4. Kisah umat terdahulu
Diterangkan dalam surat Al-Anam: 6, At-Taubah: 70, Yunus: 13, 14, 20,
..




c. Dasar Kehujjahan Al-Quran dan Kedudukannya

Al-Quran memduduki tempat hukum pertama dari beberapa sumber
hukum dan merupakan aturan dasar hukum tertinggi dalam Islam. Sumber
hukum maupun ketentuan norma yang ada tidak boleh bertentangan
dengan Al-Quran. Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammmad saw,
dan disampaikan kepada umat manusia untuk diamalkan segala perintah-
Nya dan ditinggalkan segala lran-Nya. Sebagai mana firman Allah SWT
dalam surat An-Nisa : 105.


Sungguh Kami telah menurunkan kitab Al-Quran kepadamu Muhammad
membawa kebenaran , agar engkau mengadili antara manusia dengan apa
yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi
penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) orang yang
berkhianat.




Juga diterangkan oleh Allah dalam surat Al-Maidah: 49.


Dan hendaklah engkau memutuskan perkara diantara mereka menurut
apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan
mereka


d. Pedoman Al-Quran dalam menetapkan hukum.

Pedoman Al-Quran dalam menetapkan hukum sesuai dengan
perkembangan jasmani dan rohani manusia , manusia selalu berawal dari
kelemahan dan ketidak mampuan. Untuk itu Al-Quran berpedoman
kepada tiga hal, yaitu sebagai berikut.



1. Tidak memberatkan dan menyakitkan mukallaf ( adamul Haraj )

Pada dasarnya perintah dan larangan yang ada dalam Al-Quran dapat
dikerjakan oleh umat Islam seluruhnya jika manusia mau berusaha untk
melakukannya dengan prinsip keimanan kepada Allah swt. Karena Allah
tidak membebani manusia di luar kemampuannya. Sebagaimana
terdapat dalam firman Allah surat Al-Baqarah 286:



Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya..

Allah juga berfirman dalam surat Al-Baqarah 185:






Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu

2. Menyedikitkan beban bagi mukallaf (Qillatut taklif)

Dasar ini merupakan akibat yang pasti dari dasar yang pertama . ketika
manusia tidak mampu melakukan ibadah dengan sempurna karena
kondisi dan sifat keemanusiaannya maka ada keringanan yan gdiberikan
kepadanya. Dengan dasar ini maka ada rukhshoh dari beberapa jenis
ibadah, seperti menjama dan mengqashar salat apabila dalam
perjalanan jauh atau dalam keadaan sakit dapat keringanan cara
pelaksanaannya. Masih banyak lagi keringanan dalam ibadah ketika
manusia tidak sanggup melaksanakan karena ada halangan tertentu
dan terdesak bukan karena malas

Allah berfirman dalam surat An-Nisa 101 :


Jika kamu bepergian di muka bumi ( musafir) maka tidak ada dosa atas
kamu untuk mengqashar salatJuga Allah berfirman dalam surat Al-
Baqarah 185

Siapa diantara kamu yang sakit atau musafir hendaklah melaksanakan


(puasa) pada hari yang lain

Juga Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah 173:





Barang siapa yang terpaksa bukan karena dosa dan melampaui batas
maka tidak ada dosa atasnya .

Juga Allah berfirman dalam surat Al-Maidah 35:


Maka barang siapa karena kelaparan, tiada sengaja berbuat dosa,
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum bagi mukallaf
(Attaajriju fittasyrihi)
Al-Quran menetapkan hukum secara bertahap seperti pengharaman
minuman keras, berjudi serta perbuatan perbuatan yang mengandung
judi. Penetapan hukum secara bertahap dilakukan agar tidak menjadi
beban yang berat bagi umat Islam , seperti pengharaman khamr sudah
menjadi minuman yang biasa , jika pengharaman khomr itu dilakukan
secara sekaligus maka akan membebani umatnya. Oleh karena itu, Allah
mengharamkannya secara bertahap.
Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah: 219.


Mereka bertanya kepadamu tentang komer dan judi, katakanlah pada
keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.

Kemudian turun surat An-Nisa : 43.


hai orang-orang beriman , janganlah kamu mengerjakan salat , sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu megerti apa yang kamu
ucapkan.





Tahap teakhir Allah mengharamkannya dengan surat Al-Maidah 90.


Hai orang-orang beriman sesungguhnya minuman khomer , berjudi,
berkorban untuk berhala , mengundi nasb, adalah perbuatan syetan ,
maka tinggalkan perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.


e. Perlunya Al-Quran diturunkan.

1. Al-Quran sumber pokok ajaran Islam
Adapun kedudukan Al-Quran sebagai sumber hokum Islam adalah
menempati urutan partama dan merupakan sumber yang paling utama.
Dalam Al-Quran itu telah lengkap mengenai dasar-dasar segala
hokum , sehingga tidak ada satu jenis hokum yang tidak terdapat
dasar-dasarnya dalam Al-Quran, sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Anam : 38.


Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga)
seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab,
kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan




2. Al-Quran sebagai pandangan hidup.

Al-Quran diturunkan Allah untuk pedoman hidup manusia, sehingga
tercapai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat. Al-Quran mempunyai
kedudukan yang utama sebagai sumber pokok ajaran Islam. Sumber
pokok ajaran lainnya tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran.
Firman Allah surat Ali Imron; 103




Dan berpegang teguhlah kamu semua pada tali Allah , dan janganlah
bercerai berai


Juga diterangkan dalam surat An-Nisa : 59.


Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allahdan taatilah RasulNya
dan pemimpin di antara kamu, kemudian jika kamu berbeda pe.ndapat
tentang sesuatu, maka kembalilah kepada Allah, dan RasulNya , jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Akhir

Juga diterangkan dalam hadis Rasulullah yang selaras dengan ayat
tersebut.
Aku tinggalkan untukmu dua perkara, selama kamu berpegang teguh
dengan keduanya niscaya tidak akan sesat, yaitu Kitab Allah dan
SunnahNya.



f. Fase Al-Quran diturunkan.
Masa turun Al-Quran terbagi dua fase yang masing-masing mempunyi
corak sendiri:
Pertama; Masa Nabi saw bermukim di Makkah, yaitu 12 tahun 5 bulan
13 hari yaitu hari 17 Ramadlan tahun 41 dari milad nabi
hinggaRabiul Awal tahun 54 dari milad Nabi saw. Ayat yang turun di
Makkah disebut Makkiyah.




Kedua, yang turun sesudah hijjrah, selama 9 tahun 9 tahun 10
H. Ayat yang turun pada periode ini disebut Madaniyah


As-Sunnah Sebagai Sumber Hukum ke dua.
Sunnah/Al-Hadits
a. Pegertian sunnah .
Segala sesuatu yang datang dari rasul baik berupa perkataan,
perbuatan dan penetapannya.

b. Dasar kehujahan sunnah.
Kehujahan sunnah adalah sebagai keterangan dari al-quran
dalam sumber hokum dalam surat Al-Hasyr ; 7


Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan
apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah;
Juga diterangkan dalam firman Allah surat Ali Imron; 179.


Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang
beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia
menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan
Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-
hal yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang
dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu



berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu
beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.
Dalam ayat yang lain dijelaskan surat An-Nisa 136.


Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan
kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Dalam firman yang lain Allah menegaskan, surat An-Nisa
59.


Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Juda dijelaskan dalam suerat An-nur 54.






Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul;
dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu
adalah apa yang
dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah
semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu
taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak
lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang."
c. Kedudukan sunnah terhadap al-quran.
1. As-sunnah merupakan sumber hokum yang ke dua
setelah al-quran.
2. As-sunnah pada hakekatnya memperjelas hokum yang
ada dalam al-quran.

d. Pembagian As-Sunnah.
1. Sunnah qauliyah ( semua perkataan rasul )
2. Sunnah filiyyah ( semua perbutan rasul )
3. Sunnah hammiyah. Sesuatu yang tetah direncanakan
tetapi belum sempat dikerjakan.
4. Sunnah taqririyah ( ketetapan rasul yang berupa ucapan
dan perbuatan )
Dimana suatu perbeuatan tersebut dilakukan oleh para
sahabat dan rasul memperbolehkannnya.

Pengembangan Hukum Islam
A. IJTIHAD
1. Pengertian ijtihad.
Menurut bahasa adalah mengerjakan sesuatu dengan sungguh-
sungguh, sedang para ulama fikih menjelaskan bahwa ijtihad,



pencurahan segala kemampuan untuk mendapatkan hokum syara
melalui dalil-dalil syara.

Dasar pelaksanaan ijtihad.
1. Mengetahui nash Al-Quran dan Al-Hadits.
2. Memahami masalah ijma
3. Menguasai bahasa arab dan kaidahnya.
4. Mengetahi usul fikih.
5. Mengetahui nasakh dan mansukh.
6. Mengetahui kemaslahatan berdasarkan pertimbanagan akal.


B. Ijma Qiyas dan Fatwa.
1. Ijma.
a. Pengertian ijma kesepakatan terhadap sesuatu atau kesepakatan
seluruh mujtahid pada suatu masalah sesudah wafatnya rasul.
b. Dasar kehujahan ijtihad
c. ma. An-Nisa 59


Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Rumusan ijma dapat dilakukan sepanjang itu mempunyai
ketentuan sebagai berikut



a. Ijma disampaikan secara qothi dengan memberikan pendapat
atas suatu perkara yang di bahas, akan tetapi jika mujtahid
dengan diam tidak menyangkal berarti menyetujui pendapat yang
disepakati.
b. Ijma terjadi setelah rasul itu wafat sebab , pada masa rasul
semua perkara hukum ditanyakan kepada rasul untuk
menjawabnya dan memberikan kepastian hukum baik dengan
jalan wahyu Allah maupun dengan jawaban hadis.


2. Qiyas.
a. Pengertian qiyas
Menurut bahasa berarti menyamakan atau mengukur sesuatu
dengan yang lain. Para ahli fibkih memberikan pengertian
menyamakan atau mengukur satu kejadian yang tidak da nash
tentang hukumnya dengan kejadian yang ada hukumnya di
dalam nash. Karena ada kesamaan illat hokum tersebut.

Rukun qiyas anatara lain.
a. Kejadian atau peristiwa yang tidak ada hukumnya ( furu )
b. Kejadian yang ada hukmnya ( ashal )
c. Illat ( sifat yang menjadi dasar hokum ) yang ada pada ashal
dan furu.
d. Hokum ashal dan furu dengan dugaan kuat ada munasabah
yang mengakibatkan titik balik hokum

b. Dasar kehujahan qiyas.
Dasar hukumnya sesuai dengan firman allah surat( al-hasyr ) ; 2.


Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-
orang yang mempunyai pandangan.




c. Sebab-sebab dilakukannya ijtihad dengan qiyas.
1. Munculnya persoalan yang selalu berkembang
2. Adanya persamaan illat antara masalah yang sudah ada dengan
hokum nash.
3. Nash al-quran dan hadis tidak turun lagi.

3 .fatwa.
a .pengertian fatwa.
Fatwa adalah suatu ijtihad tentang suatu masalah yang belum
jelas hukumnya. Dasar hukumnya dalam surat Al-Anbiya ; 7



Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad),
melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu
kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-
orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

C. Ittiba dan taqlid.
1. Pengertian ittiba dan taqlid.

Ittiba menurut bahasa mengikuti atau menurut sedangkan menurut
istilah adalah menerima dan mengikuti pendapat perbuatan
sesorang dengan mengetahui dasar pendapat dan perbuatan
tersebut.

Dasar hokum ittiba dalam surat Ali-Imran 31.


Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.




Taqlidadalah perbuatan yang kurang baik terutama bagi kalangan yang
mempunyai kemampuan beristidlal. Dalam surat Al-Baqarah 170.


Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat
petunjuk?"



D. Tarjih dan talfiq
1. Tarjih.
Pengertian tarjih adalah menguatkan salah satu dalail dari beberapa
dalil yang berseberangan sehingga diketahui mana yang lebih kuat
dan mana yang lemah.
Tarjih dibenarkan dalam menetapkan hokum syara berdasarkan ijma
sahabat yang telah menetapkan wajibnya berpuasa bagi orang yang
juub sampai subuh walaupun ada hadis yang menerangkan bahwa
orang yang junub sampai subuh puasanya batal. Kedua hadis itu
adalah sebagai berikut.
sesungguhnya Nabi SAW pernah dalam keadaan junub pada waktu
subuh. HR.Bukhori dan Muslim.
Hadis yang kedua sebagai berikut :
Barang siapa pada waktu subuh dalam keadaan junub maka tidak sah
puasanya HR Ahmad dan Ibnu Hibban.
Hadis yang pertama diriwayatkan oleh istri-istri nabi , sedang hadis
kedua diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Hadis pertama lebih kuat
sehingga ditetapkan sebagai sumber hokum karena diriwayatkan
oleh istri-istri nabi yang menyaksikan sendiri apa yang
diriwayatkannya itu.




Dalil yang ditarjih adalah sebagai berikut :
Dalil yang ditarjih sama kepastian kekuatannya seperti Al-quran
dengan Al-quran, al-quran dengan hadis mutawattir, hadis ahad
dengan hadis ahad.


5. Talfiq.
Pengertiannya adalah mengambil beberapa dasar hokum untuk
pelaksanaan amal dari beberapa pendapat madzhab yang berbeda.

Sebagaimana contoh adalah berwudlu dengan tidak menggosok
anggota wudlu, menurut imam SyafiI wudlunya sah. Sementara itu
menurut Imam Malikn tidak sah.
Kemudian menyentuh wanita setelah berwudlu, menurut imam SyafiI
wudlunya batal, sementara menurut imam Malik tidak batal. Jika
kemudian ia salat tidak batal, menurut Imam SyafiI , sedang menurut
Imam malik sah.
Talfiq dibenarkan sepanjang tidak berakibat batalnya amaliah.





Dasar-dasar Fiqih Islam
A.Istihsan.
1. Pengertian
Menurut bahasa berarti menganggap baik sedangkan
menurut istilah ahli ushul adalah berpindahnya seorang
mujtahid dari hokum yang jelas menuju hokum yang samar,



atau dari hokum yang umum kepada hokum yang khusus.
Karena ada dalil syarI yang menghendaki perpindahan
tersebut.
Menurut ulama hanafiah wanita yang haid boleh membaca Al-
Quran berdasarkan istihsan sedang berdasar atas qiyas
diharamkan .
a. Qiyas ; wanita yang sedang haid diqiyaskan kepada orang
yang junub illatnya sama-sama tidak suci, orang junub,
haram membaca al-quran maka orang yang haid haram
membaca Al-Quran.
b. Istihsan ; haid berbeda dengan junub karena haid
waktunya lama, oleh karena itu wanita yang sedang haid
diperbolehkan membaca Al-Quran , sebab jika tidak , maka
haid yang waktunya panjang wanita tidak mendapat pahala
apapun, sedang laki-laki dapat beribadah setiap saat.
c. Pengecualian sebagai hokum kulli dengan dalil, misalnya
jual beli dengan salam ( pesanan ) berdasarkan istihsan
diperbolehkan. Menurut dalil kulli , syariat Islam melarang
sebab barangnya tidak ada di tempat, tetapi menurut dalil
istihsan diperbolehkan sebab manusia berhajat kepada
kemudahan dan kebiasaan mereka.

2. Kedudukan istihsan sebagai sumber hukm Islam.
Para ulama berbeda pendapat tentang kehujjahan istihsan.
a. Jumhur ulama menolak kehujjahan dengan istihsan, sebab
banyak ayat al-quran yang menyuruh taat kepada Allah dan
Rasulnya sedang berhujjah pada istihsan berarti berhujjah
berdasarkan ketentuan ijtihad .
b. Golongan hanafiah memperbolehkannya dan juga ulama
malikiah juga menggunakannya dan mengenalnya dengan
sebutan masalihul mursalah.




B. Istishab.
1. Pengertian
Istishab berarti mengambil hokum yang telah ada atau
ditetapkan pada masa lalu dan tetap dipakai pada masa-masa
selanjutnya sebelum ada hokum yang mengubahnya.
Misalnya seseorang ragu-ragu telah wudlu atau belum, dan
keadaan seperti itu seharusnya berpegang pada belum
berwudlu sebab hokum pada asal adalah belum berwudlu.

2. Kedudukan istishab sebagai sumber hokum islam.
Para ulama berbeda pendapat tentang kehujjahan dengan
menggunakan istihsab.
A. Yang menerima sebagai dasar hujjah adalah seperti
ulama Syafiiyyah , Hanabilah , Malikiah, Dzahiriyah
sebagaimana dasar dalam surat Yunus. 36


Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali
persangkaan saja.Sesungguhnya persangkaan itu tidak
sedikit pun berguna untuk mencapai
kebenaran.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.

B. Sedang yang menolak istishab adalah golongan Hanafiah
dengan pengertian tersebut adakah tanpa dasar.

C. Mashalihul Mursalah

1. Pengertian mashalihul mursalah.
Mashalih bentuk jama dari maslahah, artinya
kemaslahatan, mursalah berarti terlepas. Dengan
demikian mashalihul mursalah berarti kemaslahatan
yang terlepas, maksudnya penetapan hokum



berdasarkan kepada kemaslahatan, yaitu manfaat bagi
manusia atau menolak kamadlorotan bagi mereka.
Al-khawarizmi menyatakan bahwa maslahah ialah
menjaga tujuan syariat dengan jalan menolak mafsadat
atau madlarat.

2. Kedudukan sebagai sumber hokum islam.
Para ulama berbeda pendapat mengenai kedudukan
mashalihul mursalah.
a. Jumhur ulama menolaknya sebagai dasar hujjah
dengan dasar nash Al-Qur,an dan qiyas telah jelas
dalam keterangannya, maka tidak usah mencarai
kaidah lain,
b. Pembinaan hokum dengan menggunakan maslahat
berarti membuka pintu ijtihat dengan menggunakan
hawa nafsu.

3. Imam Malik membolehkan menggunakan mashalihul
mursalah secara mutlak.
a. Kemaslahatan manusia selalu berubah-ubah dan
tidak ada habisnya, jika pembinaan hokum
dibatasi maka banyak permasalahan hokum yang
harus diselesaikan , maka akan fakum, sebab dalil
dan nash Al-Quran secara umum.
b. Para sahabat, tabiin dan ulama fikih dalam
menjawab permasalahan hokum sesuai dengan
kemaslahatan umat yang tidak ada nash secara jelas
seperti membuat penjara , mengumpulkan ayat al-
quran dan membukukannya dst.

D. Al-Urf




1. Pengertian al-urf
Urf adalah segala sesuatu yang sudah saling dikenal
dan dijalankan oleh umat atau masyarakat yang
menjadi adat istiadat baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Sebagaimana contoh jual-beli dengan tidak
mengucapkann sighat yang secara jelas, sebab sudah
saling pengertian, atau pengerian kita memanggil
sesorang baik laki-laki maupun perempuan.


2. Macam-macam Urf dan Hukumnya.

a. Urf shahih adalah yang dipakai oleh masyarakat
dan tidak bertentangan dengan syariat tidak
menghalalkan yang haram dan sebaliknya.
contohnya melamar wanita dengan membawa
barang yang berharga boleh dilestarikan.
b. Urf fasid adalah yang bertentangan dengan syariat
.

E. Syarun Man Qoblana.

1. Pengertian Syarun Man Qoblana.

Syarun Man Qoblana adalah syariat yang diturunkan
sebelum kita akan tetapi karena perbedaan waktu akan
mengalami penyesuaian pelaksanaannya. Dasarnya
surat Al-maidah 48.





Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang
lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di
antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang.Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu,

2. Pembagian dan hukumnya.

Secara garis besar, syariat sebelum kita dapat
dikelompokkan menjadi dua, sebagai berikut.
a. Apa yang disyariatkan kepada mereka juga
ditetapkan kepada kita umat Muhammad , seperti
puasa dan qishos.
b. Apa yang disyariatkan kepada Nabi Musa , seperti
dosa orang jahat itu tidak akan terhapus selain
membunuh dirinya sendiri, terhadap syariat yang
kedua ini para ulam sepakat untuk ditinggalkan
karena syariat itu telah menghapusnya.











Kaidah kaidah Fiqih Islam

1. Al-Amr
Pengertian Amr berarti suruhan, sementara menurut istilah
adalah. Suatu lafad yang dipergunakan oleh orang yang lebih
tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah , untuk
meminta bawahannya mengerjakan sesuatu pekerjaan dan
tidak boleh menolak.
A. Bentuk-bentuk amr
Lafadz yang menunjukkan kepada perintah sebagaimana
dimaksudkan dalam pengertian tersebut dinyatakan dalam
bentuk, sebagai berikut.

a. Fiil Amr seperti dalam surat An-Nisa 4.


Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan.Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,
maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

b. Fiil Mudlori dalm surat Ali Imron 104


Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf



dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.

c. Masdar pengganti fiil dalam surat Al-Baqarah 84


Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu
(yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu
(membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu
(saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu,
kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang
kamu mempersaksikannya.


d. Jumlah khobariah / kalimat berita dalam surat Al-
Baqarah 83.


Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel
(yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan
berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-
kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan
tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji
itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling.

e. Isim fiil amr dalam surat Al-Maidah 105.


Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah
orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu



apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada
Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan
menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

2. Kaidah-kaidah amr.
Yang dimaksud dengan kaidah amr ialah ketentuan-ketentuan yang
dipergunakan para mujtahid dalam mengistimbat hokum. Ulama
ushul merumuskan ada lima bentuk, yaitu.
a. Kaidah pertama.
Pada dasarnya amr itu menunjukkan pada wajib kecuali ada
dalil yang menunjukkan kepada selain itu.

1. Nadb / sunnah seperti dalam surat An-Nur 33.


Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah
menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan
mereka dengan karunia-Nya.Dan budak-budak yang kamu
miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat
perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada
kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu.Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu
untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini
kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan
duniawi.Dan barang siapa yang memaksa mereka, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu).

3. Irsyad / membimbing atau member petunjuk seperti dalam surat
Al-Baqarah 282.




Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu
mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun
daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya
atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan
jujur.Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
lelaki di antaramu).Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu
ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi
mengingatkannya.Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu
menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya.Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika
muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya.Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan



janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah
kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

4. Ibahah boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, dalam firman allah
surat Al-Baqarah 60.


Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami
berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah
daripadanya dua belas mata air.Sungguh tiap-tiap suku telah
mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan
minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.

5. Tahdid / mengancam atau menghardik, seperti dalam surat Fussilat
40.


Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka
tidak tersembunyi dari Kami.Maka apakah orang-orang yang
dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang
datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang
kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.

6. Taskhir / merendahkan derajat. Seprti dalam surat al-baqarah 65





Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di
antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah
kamu kera yang hina".

7. Tajiz, menunjukkan kelemahan lawan bicara. Surat Al-Baqarah 23.


Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

8. Taswiyah, sama antara dikerjakan dan tidak, At-Tur 16.


Masuklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); maka baik
kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi balasan
terhadap apa yang telah kamu kerjakan.

9. Takdzib / mendustakan. Al-Baqarah 111.


Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang
membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari
orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke
belakang (punggung) nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa
itu adalah Kitab Allah
10. Talhif / membuat sedih / merana, Ali-Imran 119.


Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak
menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya.
Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman";



dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran
marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka):
"Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati.

11. Doa / permohonan Al-Kahfi 10.


Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke
dalam gua lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat
kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang
lurus dalam urusan kami (ini

B. Perintah setelah larangan menunjukkan kebolehan
Makdsud kaedah tersebut apabila ada perbuatan yang
semula dilarang , kemudian dating perintah mengerjakan
maka perintah tersebut bukan perintah wajib, tetapi
bersifat membolehkan, Al-Jumuah 10.


Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung

Ayat tersebut menjelaskan bahwa setelah selesai salat
jumah diperbolehkan melakukan jual beli. Padahal ayat
sebelumnya menyruh meninggalkan kegiatan jual-beli
apabila panggilan salat jumah dikumandangkan. Al-
jumuah 9.


Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah



kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli.Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.

C. Kaidah ketiga.
Pada dasarnya perintah tidak menghendaki segera
dilaksanakan. Al-Hajj 27.


Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki,
dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap
penjuru yang jauh,

D. Kaidah keempat
Pada dasarnya perintah tidak meghendaki pengulangan.
Misalnya perintah menunaikan ibadah haji satu kali
seumur hidup. Menurut ulama pengulangan dikelompokkan
menjadi tiga.
1. Perintah itu dihubungkan dengan syarat. Seperti wajib
mandi setiap unub. Al-Maidah 6.


Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)



atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.

2. Perintah dihubungkan dengan illat, hokum itu
ditentukan ada atau tidak adanya illat. Seperti hokum
rajam dalam zina muhson. An-Nur 2.


Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera,
dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah
kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu
beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman.

3. Perintah dihubungkan dengan sifat atau keadaan yang
berlaku sebagai illat, seperti kewajiban salat setiap
masuk waktu. Al-Isra 78.


Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai
gelap malam dan (dirikanlah pula salat)
subuh.Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat).

E. Kaidah kelima.
Memerintahkan segala sesuatu berarti memerintahkan
segala wasilahnya/perantaraannya. Sebagaimana perintah



mengerjakan salat pastinya harus dengan suci dari hadas
besar dan kecil.

B. Nahyi
1. pengertian Nahyi.
Menurut bahasa berarti larangan. Sementara menurut
istilah berarti tuntutan meninggalkan sesuatu yang
datangnya dari orang yang lebih tinggi tingkatannya kepada
orang yang lebih rendah tingkatannya.
3. Bentu-bentuk Nahyi.
a. Fiil mudlori yang disertai dengan lam an-
nahyiyah. Surat Al-Baqarah 11.


Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi, mereka
menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan."

b. Lafadz yang memberikan pengertian haram atau
perintah meninggalkan perbuatan, An-Nisa 23.


Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-
anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari



saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu
yang menyusui kamu; saudara perempuan
sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak
istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang
telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka
tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan
menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada
masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang,

4. Kaidah-kaidah nahyi.
a. Kaidah pertama
Pada dasarnya larangan itu menunukkan haram.
Alas an jumhur ulama sebagai berikut.
- Akal dapat membedakan dan memahami
bentuk nahyi yang menunjukkan arti yang
sebenarnya.
- Ulama salaf memahami siqat yang bebas dari
qorinah menunjukkan larangan .

Siqhat nahyi menunjukkan haram tetapi juga
menunjukkan beberapa arti sebagai berikut.
1. Karahah, seperti sabda nabi.
janganlah kamu salat di kandang unta .
2. Doa permohonan Al-Baqarah 286.





Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya.Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang yang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
kami memikulnya. Beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah
kami.Engkaulah Penolong kami, maka
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".

3. Irshad / member petunuk Al-maidah 101


Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal
yang jika diterangkan kepadamu, niscaya
menyusahkan kamu dan jika kamu
menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang
diturunkan, niscaya akan diterangkan
kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang
hal-hal itu.Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.

4. Tahqir / menghina, Al-Hijr 88.




Janganlah sekali-kali kamu menujukan
pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang
telah Kami berikan kepada beberapa golongan
di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan
janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka
dan berendah dirilah kamu terhadap orang-
orang yang beriman.

5. Bayan al-akibah / penjelasan akibat, Ali-Imran
169.


Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan
mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan
mendapat rezki

6. Tayis / menunukkan putus asa, at-tahrim 7.


Hai orang-orang kafir, janganlah kamu
mengemukakan uzur pada hari ini.
Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan
menurut apa yang kamu kerjakan.

7. Tahdid / menghardik
janganlah kamu turuti perintahku.

B.Kaidah kedua



larangan terhadap sesuatu berarti perintah
akan kebalikannya .
Seperti larangan menyukutukan Allah berarti
perintah mengesakannya.

C. Kaidah ketiga
Larangan yang tidak dikaitkan dengan sesuatu seperti
waktu atau sebab lain, berarti menghendaki meninggalkan
yang dilarang sepanjang masa. Namun jika larangan itu
dikaitkan dengan waktu maka perintah larangan berlaku
bila ada sebab, an-nisa 43.


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat,
sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu
mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri
mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali
sekedar berlalu kembali dari tempat buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan
tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.

D. Kaidah keempat
Pada dasarnya larangan itu menghendaki rusak
Setiap perkara yang tidak diperintahkan kami berarti
ditolak.

C. Am dan Khos




1. Pengertian am
Am artinya umum yang dimaksud disini mencakup
semua perkara yang bermacam-macam.

Adapun pengertian menurut ilmu usul fiqih adalah
lafadz yang digunakan untuk menunjukkan suatu makna
yang dapat terwujud pada satuan banyak dengan tidak
terbatas, seperti kata insane, mencakup laki-laki dan
perempuan, anak-anak dan seterusnya.

1. Isim istisham / untuk bertanya seperti man, ma,
ayyun, al-mudatsir 42.


"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar
(neraka)?"

2. Isim isyarat seperti ma, man, ayyun, an-nisa 123.


Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang
kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab.
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi
pembalasan dengan kejahat an itu dan ia tidak mendapat
pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.

3. Lafadz kullun, jamun, masyar, kaffah al-baqarah 29.


Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu



dijadikan-Nya tujuh langit.Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.

4. Isim mufrad yang dimarifatkan dengan alif lam atau
dimarifatkan dengan idlofah. Al-maidah 38.


Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi
apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

5. Jama yang dimakrifatkan dengan alif lam ( al ) atau
yang dimakrifatkan dengan idlofat, surat an-nisa 23.


Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-
anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu
(mertua); anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan
sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak



kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali
yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

6. Isim nakiroh yang disusun naf ( ingkar ).
orang tua tidak boleh diqisosoh karena anaknya.

7. Isim mausul seperti alladzina.


Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu)
menangguhkan dirinya (beridah) empat bulan sepuluh
hari.Kemudian apabila telah habis idahnya, maka tiada
dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat
terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.

E. Khosh.
1. Pengertian khosh adalah lafadz yang diciptakan untuk menunjukkan
pada satu orang tertentu, seprtia Muhammad , menunjukkan satuan
yang terbatas seperti sebelas, menunjukkan satu kaum atau kelompok,
masyarakat tertentu.
2. Pembagian Mukhossih ada dua .
a. Mukhossis muttasil, ( tidak dapat berdiri sendiri )
1. Istisna
2. Syarat
3. Sifat
4. Qoyah
5. Badal min kull
b. Mukhossis munfasil ( berdiri sendiri )



1. Perundang-undangan umum
2. Uruf
3. Nash al-quran , hadis, ijma.
F. Mutlaq dan Muqoyad
1. Pengertian mutlaq adalah tidak terikat, menurut istilah
adalah suatu lafadz yang menunjukkan hal yang umum
dan berdiri sendiri. Al-mujadilah ayat 3.


Orang-orang yang menzihar istri mereka, kemudian mereka
hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka
(wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum
kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang
diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.

Sementara itu pengertian muqoyyad adalah terikat, atau
suatu lafadz yang menunukkan suatu hal yang tertentu
dengan ada ikatan tersendiri berupa perkataan. An-nisa
92.


Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang
mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja),
dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba
sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari



kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka
(hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba-sahaya
yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir)
yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu,
maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa
yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara
tobat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.

2. Mantuq dan Mafhum.
Pengertian mantuq dan mafhum, mantuq berarti yang
diucapkan, menurut istilah hokum yang ditujukan oleh
ucapan lafadz itu sendiri. Adapun mafhum menurut bahasa
berarti dipahami atau hokum yang tidak ditunjukkan
oleh ucapan lafadz itu sendiri.

Mantuq dibagi menjadi dua.
1. Nash, perkataan yang jelas tidak mungkin ditakwilkan
al-maidah 89.


Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah),
tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpah yang kamu sengaja, maka kafarat (melanggar)
sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin,



yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak
sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya
puasa selama tiga hari.Yang demikian itu adalah kafarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu
langgar).Dan jagalah sumpahmu.Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu
bersyukur (kepada-Nya).

2. Dzahir, perkataan yang menunjukkan suatu makna,
bukan yang dimaksud dan menghendaki pentakwilan.
Ar-rahman 27.


Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.

Mafhum juga dibedakan menjadi dua.
1. Mafhum muwafaqoh yaitu pengertian yang
difahami sesuatu menurut ucapan atau lafadz .
a. Fahwal khitob yaitu apabila yang tidak
diucapkan lebih utama daripada yang
diucapkan. Larangan berkata keji kepada orang
tua apalagi memukulnya.
b. Lahnul khitab, yang tidak diucapkan sama
dengan yang diucapkan seperti dalam
firmanNya an-nisa 10.


Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta
anak yatim secara lalim, sebenarnya mereka itu
menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan
masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).




2. Mafhum mukholafah, yaitu yang tidak diucapkan
itu berbeda dari yang diucapkan, baik dalam
istinbat9 menetapkan ) maupun naf ( meniadakan ).
Oleh karena itu yang difahami selalu sebaliknya,
al-umuah 9.


Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli.Yang demikian itu lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui.

G. Mujmal dan Mubayyan
1. Pengertian mujmal dan mubayyan,
Mumal adalah suatu perkataan yang belum jelas
perkataannya dan untuk mengetahui diperlukan
penjelasan.

Sedangkan mubayyan adalah perkataan yang jelas tanpa
membutuhkan penjelasan dari yang lainnya.

2. Sebab sebab mujmal.
1. Kata kata mufrad
2. Susunan kata-kata
Dalam kata-kata mufrad atau tunggal , ijmal
adakalanya karena
- Tasyrif kata-kata atau pengambilannya seperti
qaala dari qaulun ( perkataan )
- Satu lafadz dari beberapa arti ( musytarak )



- Lafadz yang digunakan dalam istilah syara yang
tertentu seperti salat, puasa, zakat, dan lainnya.

3. Contoh Ijmal
Isim.Qurun dengan pengertian suci atau dating
bulan.
Fiil. Qala berarti berkata atau tidur
Huruf , waw dapat menunjukkan huruf athaf atau
penghubung.

H. Muradif dan Musytarak
1. Pengertian muradif dan musytarak
Muradif adalah lafadnya banyak ( namun artinya sama )
/ sinonim. Seperti lafad asadun dan allais artinya sama
yaitu singa.
Musytarak yaitu lafad satu yang mempunyai dua arti
yang sebenarnya dan arti-arti tersebut berbeda-beda.
Seperti lafad jaun artinya putih atau hitam.

2. Hukum lafad Muradif
Menurut Imam Malik dan Syafii tidak ada takbir kecuali
dengan lafad Allahu Akbar, tetapi menurut Imam Abu
Hanifah Boleh takbir dengan lafad Allah Al Azam.

3. Sebeb-sebab timbulnya musytarak antara lain:
1. Bermacam-macam suku.
2. Antara kedua pengertian terdapat arti dasar yang
sama.
3. Mula-mula satu lafad dugunakan untuk satu arti.

I. Zahir dan Tawil
1. Zahir dan Tawil



Zahir menurut bahasa berarti jelas, menurut istilah
adalah suatu lafad yang dalalahnya jelas tanpa
membutuhkan faktor lain

Sementara tawil berarti membelok atau berpaling
menurut istilah adalah memindahkan suatu perkataan
dari makna yang terang ( zahir ).
Syarat-syarat tawil.
1. Tawil harus berdasarkan dalil syara baik nas maupun
qiyas.
2. Tawil harus sesuai dengan penggunaan bahasa dan
kebiasaan syariat.
3. Bila dalil menggunakan qiyas , maka qiyas tersebut
harus qiyas jaly.

2. Tawil dalam soal-soal Ushul.
Bahwa dalam soal ilmu kalam ada tiga pendapat
diantaranya .
1. Soal-soal ushul tidak dimasukkan tawil sama sekali,
seperti tuhan berada di Arasy, bertangan, berbicara ,
ini golongan mutasyabihat .
2. Soal-soal usul kemasukan tawil dengan menyerahkan
tawil itu kepada Tuhan sendiri.
3. Soal-soal usul kemasukan tawil, surat al-fath ayat
10, surat toha ayat 5.
Ta,wil dalam soal-soal furu
Golongan syafiiyyah membagi tawil menjadi dua.
1. Tawil dekat
2. Tawil jauh.

J. Nasikh dan Mansukh



Nasikh menurut bahasa , berarti membatalkan atau
menghapuskan , bisa juga menyalin. Sedang menurut
istilah adalah menghapus hukum syara yang sudah ada
karena datang hukum yang baru atau datang ketetapan
hukum sesudahnya.

Selanjutnya hukum yang dibatalkan disebut mansukh.
Sementara yag membatalkan disebut nasikh.
Conth-contoh nasikh mansukh .
a. Perubahan arah kiblat dari baitul makdis ke baitul
haram, sebagaimana dalam surat al-baqarah 144,
b. Minum-minuman keras dari perintah yang ringan
sampai yang mengharamkan. An-nisa 43 sampai al-
maidah 90.
c. Penghapusan haramnya ziarah kubur.



DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet. 1988. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka
Setia.
Al-bukhari, Imam. 1992. Terjemahan Hadis Shahih Al-
Bukhari. Bairut : Daar an-Nafses.
Al-Mahami, Muhammad Kamil Hasan. Jakarta : PT
Kharisma Ilmu.
Armando, Ade, dkk.2004. Ensiklopedi Islam untuk Pelajar.
Bandung : PTAl-Maarif
____________ . 1982. Ilmu Fiqih. Jakarta : Direltorat
Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Islam.



Departemen Agama RI. 2001. Bahan Penyuluhan Hukum .
Jakarta : Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam .
_____________. 2003. Bimbingan Manasik Haji. Jakarta:
Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji.
_____________ . 2003. Pedoman Pengelolaan Zakat.
Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan penyelenggara Haji.
_____________ . 2003. Pedoman Perundang-undangan
Pengelolaan Zakat.
Jakarta.: Dirjen bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji.
_____________ . 2004. Al-Quran dan Terjemahnya.
Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran.
Departemen Agama Islam. 2008. Standar kompetensi
Mata Pelajaran pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Madrasah Aliyah. Jakarta. Depdiknas.
Hasan, A. 2002. Terjamah Bulughul Maram. Bandung : CV
Diponegoro.










































.

Anda mungkin juga menyukai