Anda di halaman 1dari 18

1. Dasar Hukum 2.

Penjelasan
A.Hadis disamping diriwayatkan dari orang-orang
Dasar hukum kaidah ini adalah:
yang dipercaya seperti Umar bin Khattab dan Ali bin
)‫ِإَّنَم ا اَأْلْع َم اُل ِبالَّنَّياِت (رواه اماما البخار‬ Abi Thalib ra. Sahnya perbuatan tergantung pada
Sahnya perbuatan tergantung pada niatnya. Perbuatan yang dimaksud adalah segala
niatnya. (HR. Bukhari) bentuk aktifitas baik berupa ucapan maupun gerak
tubuh kita.

Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Abu


Dawud dan lainnya sepakat bahwa hadis tentang
niat tersebut merupakan sepertiga ilmu. Imam al-
Baihaqi mengilustrasikan hadis tersebut bahwa
perbuatan manusia tidak lepas dari tiga hal yaitu:
hati, lisan dan anggota badan.
1) Untuk membedakan antara ibadah dan adat, contohnya:
B.Begitu juga fungsi niat untuk a) Wudhu dan mandi jinabat,
membedakan antara satu bentuk b) Puasa, karena dalam ibadah tersebut terdapat aktifitas
ibadah dengan ibadah lainnya. sama dengan orang yang tidak makan dan minum karena
tidak memiliki makanan

Secara garis besar maksud dan 2) Fungsi kedua adalah untuk membedakan tingkatan
tujuan niat ada dua: ibadah wajib atau sunnah.Menurut Imam an-Nawawi
dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab dalam Hadis Nabi Saw:
‫َو ِإَّنَم ا ِلُكِّل اْم ِرٍئ َم ا َنَو ى‬
"Setiap orang pasti memiliki niat dengan apa yang
dilakukannya."
c. Syaikh Abu Ishaq asy-Syairazi
dalam kitab al-Muhadzdzab memberi
d. Suatu ibadah ditentukan, sementara niat menentukan tidak
batasan,setiap perkara yang
disyaratkan secara terperinci, hal ini :
membutuhkan niat fardhu, 1) Penyebutan ibadah tidak disyaratkan terperinci, seperti
membutuhkan penentuan menentukan tempat shalat dan menentukan nama makmum.
penyebutan (ta 'yin). kecuali 2) Perkara yang penentuannya disyaratkan, maka kesalahan
tayammun untuk ibadah fardhu. penyebutannya membatalkan ibadah. Seperti orang niat puasa,
sementara yang dilakukan adalah shalat.
3) Perkara yang wajib disebutkan secara umum dan tidak wajib
disebutkan secara terperinci, apabila disebutkan secara rinci dan
terjadi kes penyebutannya, maka menyebabkan batal. Seperti niat
makm Ali ternyata imamnya adalah Rahmat.
.B. ‫ ال َي ِق ي ُن ال ُي َز اُل ِبال َّش ِك‬Keyakinan Tidak Bisa
Dihilangkan Dengan
Sebab Keraguan
1. Dasar Hukum
Berdasarkan hadis:
‫َث ال ًث ا َأْم َأْر َبًع ا ؟ َف ْل َي ْط َر ُح ال َّش ُك َو ا ْل َيْي ِن َع ىَل َم ا‬ ‫َذ ا َش َك َأَح ُد ُك ْم ِف ي َص الِتِه َف َلْم ُيْد ِر ُك ْم َص ىَّل‬
‫ِإ‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫ا ْس َت ْي َق ن‬
Ketika salah satu diantara kalian ragu dalam shalat, dan
tidak tahu apakah sudah tiga aatu empat rakaat, maka
buanglah keraguan, dan tetapkan rakaat yang diyakini. (HR.
Muslim)
2. Penjelasan
a. Kaidah baqa' ma kana 'ala ma kana (keadaan yang ada
menetapi keadaan sebelumnya). Maknanya hukum yang
berlaku sebelumnya tetap berlaku sebelum datang hukum
yang baru, seperti:
.B. ‫ ال َي ِق ي ُن ال ُي َز اُل ِبال َّش ِك‬Keyakinan Tidak Bisa
Dihilangkan Dengan
Sebab Keraguan
b.)Kaidah bara'ah adz dzimmah (bebas dari menanggung hak-hak orang
lain ketika hak-hak tersebut tidak menjadi tanggungan seseorang).
c.)Kaidah man syakka hal fa'ala syai'an am la, fal ashl annahu lam
yafalhu (orang yang ragu, apakah telah melakukan sesuatu atau belum,
maka hukum asalnya adalah sungguh ia belum melakukannya).
Contohnya, orang yang ragr apakah telah meninggalkan atau
melakukan qunut, maka dianjurkan melakuka sujud sahwi.
d.)Kaidah man tayaqqana al-fi'la wa syak fi al-qalil an al-katsir hummail
'ala al- qalil (orang yang yakin telah melakukan suatu perbuatan, dan
ragu tentang sedikit banyaknya, maka dihukumi baru melakukan yang
sedikit). Contohnya. orang shalat dan ragu apakah telah mengerjakan
tiga atau empat. maka yang dihukumi baru melakukan tiga rakaat.
Sebab, tiga rakaat adalah jumlah pekerjaan yang terkecil.
.B. ‫ ال َي ِق ي ُن ال ُي َز اُل ِبال َّش ِك‬Keyakinan Tidak Bisa
Dihilangkan Dengan
Sebab Keraguan
e. Kaidah al-ashl al-'adam (hukum asal pada hak adami adalah tidak ada
ketetapan atau tanggungan kepada orang lain). Contohnya, ketika
Rusdi telah ditetapkan mempunyai hutang kepada Ahmad, kemudian
Rusdi menyatakan telah melunasi atau telah dibebaskan hutangnya
oleh Ahmad. Menurut hukum dalam kasus ini yang dibenarkan adalah
ucapan Ahmad, sebab hukum asalnya tidak ada pelunasan dan
pembebasan.
f. Kaidah al-ash! fi kulli hadis taqdiruh bi aqrab zaman (hukum asal
setiap perkara yang baru datang adalah mengira-ngirakannya terjadi
pada waktu yang paling dekat. Contohnya, seseorang melihat sperma
di pakaiannya, namun dia tidak ingat bahwa telah mimpi bersetubuh,
maka ia wajih mandi besar menurut pendapat yang shahih. Ia juga
berkewajiban mengulangi shalat yang dikerjakan setelah tidur terakhir.
.B. ‫ ال َي ِق ي ُن ال ُي َز اُل ِبال َّش ِك‬Keyakinan Tidak Bisa
Dihilangkan Dengan
Sebab Keraguan
Sedangkan hukum asal sesuatu yang membahayakan adalah haram.
Beliau berpijak pada dalil-dalil firman Allah Swt. sebagai berikut:
‫ُه‬ ‫َّن‬ ‫َف‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ْحَم‬ ‫َل‬ ‫ُف و ا َأ‬ ‫ا‬ ‫َد‬ ‫َن ًة َأ‬ ‫َن‬ ‫و‬ ‫ُك‬ ‫َي‬ ‫ن‬ ‫ا َع ىَل َط اِع ٍم ُيْط َع ُم ُه اَّل َأ‬ ‫ىَل‬ ‫وِح‬‫ُق ل اَّل َأ ُد في ا ُأ‬
‫َج ِز ٍر ِإ ِر ْجٌس‬ ‫ْو ًم َّم ْس ًح ْو‬ ‫َم ْي‬ ‫ِإ‬ ‫َي ِإ ُم َحَّرًم‬ ‫َم‬ ‫ِج‬
)١٤٥( ‫َأْو ِف ْس ًّم ا ُأِه َّل ِل َغ ْي ِر ِهللا ِبِه َف َم ِن ا ْص َط ُر َغ ْي َر َبا ِغ َو اَل َع اٍد َف ِإ َّن َر َّبَك َغ ُف و ٌر َّر ِح ي ٌم‬

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,


sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena
Sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama
selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-An'am [6]: 145)
‫َّت‬ ‫َت‬ ‫َة‬
C. ‫ ال َم َش َق ْج ِل ُب ال ْي ِس ر‬Kesulitan Menuntut
Kemudahan

1. Dasar Hukum
Dasar hukum pengambilan kaidah ini adalah:
a)Firman Allah Swt. sebagai berikut:
)۷۸( ... ‫َو َم ا َج َع َل َع َلْي ُك ْم ِف ي الِّدي ِن ِم ْن َح رج‬
Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan unnik kamu dalam agama suatu
kesempitan. (QS. Al-Hajj [22]:78)
b)Terdapat juga dalam firman Allah Swt.:
)۱۸۵( .. ‫ُيِريُد ُهَّللا ِبُك ُم ا ْل ُي ْس َر َو اَل ُيِريُد ِبُك ُم ا ْل ُع ْس َر‬
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu (QS. Al-Baqarah [2]:185)
‫َّت‬ ‫َت‬ ‫َة‬
C. ‫ ال َم َش َق ْج ِل ُب ال ْي ِس ر‬Kesulitan Menuntut
Kemudahan

2. Penjelasan
a. Sebab-sebab rukhsah ada tujuh yaitu:
1) Safar (bepergian).
2) Sakit.
3) Ikrah (keterpaksaan).
4) Nisyan (lupa) adalah ketidakmampuan menghadirkan sesuatu dalam
hati ketika dibutuhkan
5) Jahl (ketidaktahuan).
6) ‘Usr (kesulitan)
7) Naqshu (sifat kurang).
D. ‫ ال َّض َرُر ُي َز اُل‬Bahaya Harus Dicegah
1. Dasar Hukum
Dasar hukum pengambilan kaidah ini adalah hadis Nabi Saw. :
)‫الضرر والضرار ( رواه مالك و ابن ماجه و الحاكم والبيقي و الدار قطني‬
Tidak boleh melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri dan
membahayakan orang lain. (HR. Malik, Ibnu Majjah, Hakim, Baihaqi dan
Daruquthni)
Hadis ini mengisyaratkan, sesungguhnya Islam melarang tindakan
membahayakan diri sendiri terkait jiwa atau harta, ataupun
membahayakan orang lain. Begitu pula tidak boleh melakukan tidakan
yang membahayakan orang lain meskipun sebagai pembalasan kepada
orang lain yang membahayakan atau merugikan diri kita.
D. ‫ ال َّض َرُر ُي َز اُل‬Bahaya Harus Dicegah
2. Penjelasan
a. Kaidah add-dharurat tubih al-mahdhurat dan kaidah ma ubih li adh-
dharurah yuqaddar bi qadrihah. Kondisi darurat menurut Imam as-
Suyuthi, ada beberapa kaidah:
1) Kondisi darurat membolehkan keharaman.
2) Perkara yang dibolehkan karena darurat dibatasi sesuai kadar
kedaruratannya.
b. Level kondisi pada pembahasan kaidah ini ada lima, yaitu:
1) Darurat,
2) Hajat,
3) Manfaat,
4) Zinah (perhiasan),
5) Fudhul, yaitu kondisi yang bersifat keleluasaan.
‫ٌة‬
E. ‫ا ْل َع ا َد ُة ُم ْح َكَم‬ Kebiasaan Bisa Dijadikan
1. Dasar Hukum
Sebagai Hukum
Dasar hukum pengambilan kaidah ini adalah :
‫َو َم ن ُيَش اِق ِق ال َّرُس وَل ِم ْن َبْع ِد َم ا َت َبَّي َن َلُه ا ْل ُه َد ى َو َي َّت ِب ْع َغ ْي َر َس ِب ي ِل ا ْل ُم ْؤ ِم ِني َن ُنَو ِلِه َم ا َت َو ىَّل َو ُنْص ِلِه َج َه َّن َم َو َس اَء ْت‬
)۱۱۵( ‫َم ِص ي ًر ا‬
Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu,
dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-
buruk tempat kembali. (QS. An-Nisa' [4] : 115)
Hadis Nabi Saw.:
)‫ (رواه احمد‬. ‫ماراُه ا ْل ُم ْس ِل ُم و َن َحَس ًن ا َف ُه َو ِع ْن َد ِهللا َحَس ٌن‬
Apa yang dilihat (dianggap) baik oleh seorang muslim, maka menurut
Allah Swt. adalah baik. (HR. Ahmad)
‫ٌة‬
E. ‫ا ْل َع ا َد ُة ُم ْح َكَم‬ Kebiasaan Bisa Dijadikan
2. Penjelasan
Sebagai Hukum
a. Standar legalitas adat ada tiga:
1) Cukup sekali (tanpa pengulangan) Contoh: Istihadhah, ketika darah
haid yang kuat keluar selama enam hari, setelah itu berganti darah
lemah, maka wanita yang mengalaminya belum boleh mandi dan shalat,
karena kemungkinan darah lemah tidak mencapai lima belas hari,
sehingga dihukumi haid semua
2) Harus terulang dua atau tiga kali
Contoh: Seorang ahli, ia dihukumi seorang pakar ahli jika terbukti
(berulang kali) sehingga muncul dugaan kuat bahwa ia memang seorang
pakar ahli dalam bidangnya.
3) Berulang kali sampai muncul dugaan kuat adat tersebut tidak
berubah-ubah.Contoh: Seorang anak kecil yang belum baligh dapat
dikategorikan cerdas yang menjadi standar kebolehan membelanjakan
hartanya sendiri atau belum.
‫ٌة‬
E. ‫ا ْل َع ا َد ُة ُم ْح َكَم‬
Kebiasaan Bisa Dijadikan
Sebagai Hukum
b. Kaidah 'adah mu'tabarah, adat bisa dijadikan pijakan hukum bila berlaku
secara merata di suatu daerah.
c. Pertentangan "urf dan syara', maka dapat diklasifikasikan menjadi dua:
1) Bila tidak berkaitan dengan hukum syar'i, maka didahulukan 'urf yang
berlaku. Seperti ada orang bersumpah tidak akan makan daging (lahm), maka
dia tidak dikatakan melanggar sumpah bila memakan ikan laut (samak),
meskipun Allah Swt. menyebutkan samak dengan kata lahm dalam al-
Qur'an.
)١٤( ... ‫َو ُه َو ا َّلِذ ي َس َّخ َر ا ْل َب ْحَر ِل َت ْأُك ُلوا ِم ْن ُه َلْحًم ا َط ِرًّي ا‬
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan).. (QS. An-Nahl [16]:14)
2) Bila berkaitan dengan hukum syar'i, maka didahulukan syar'i. Seperti, bila
orang bersumpah tidak akan shalat, maka tidak dikatakan melanggar
sumpah kecuali dengan shalat syar'i, yaitu shalat yang ada ruku nya,
sujudnya, dimulai dengan takbiratul ikhram.
‫ٌة‬
E. ‫ا ْل َع ا َد ُة ُم ْح َكَم‬ Kebiasaan Bisa Dijadikan
Sebagai Hukum
d. Mayoritas para ulama mengunggulkan pendapat yang tidak menempatkan
adat pada posisi syarat. Berikut ini beberapa contohnya:
1) Bila ada adat atau tradisi membolehkan penggunaan barang gadaian oleh
orang yang menerima gadai, apakah tradisi ini bisa diposisikan sebagaimana
syarat sehingga merusak atau membatalkan akad gadai ? mayoritas ulama
mengatakan tradisi tersebut tidak menempati posisi syarat yang
berdampak membatalkan akad gadai.
2) Bila berlaku adat orang berhutang, melebihkan jumlah pengembalian,
apakah adat ini menempati posisi syarat sehingga hutangnya haram?
Pendapat ashah menyatakan adat tersebut tidak menempati posisi syarat,
sehingga hutangnya tidak bisa dihukumi haram.
Terima Kasih

13

Anda mungkin juga menyukai