Anda di halaman 1dari 4

KAIDAH FIKIHKEEMPAT

TENTANG AD-DARŪRAH (‫)الضرورة‬

Pemateri:
Dr.Iqbal Habibi Siregar
A. Defenisi Kaidah
Asy-Syeikh ‘Izzat ‘Ubaid ad-Da’as menjelaskan pengertian kaidah di dalam
kitabnya al-Qawā’id al-Fiqhiyyah ma’a asy-Syarḥ al-Mūjaz, h. 7:

ۗ ‫ت َواِمْس ٰعِْي ۗ ُل َربَّنَ ا َت َقبَّ ْل ِمنَّا‬ ِ ‫ قال تعاىل واِ ْذ يرفَع اِب ٰرهم الْ َقو‬.‫معىن القواعد ىف اللغة األساس‬
ِ ‫اع َد ِمن الْبي‬
َْ َ َ ُ ْ ُ َْ َ
‫ و ىف اصطالح الفقهاء هي حكم ينطبق على معظم جزئياته كقوهلم (األمور‬.‫الس ِمْي ُع الْ َعلِْي ُم‬ ِ
َّ ‫ت‬َ ْ‫َّك اَن‬
َ ‫ان‬

‫مبقاصدها) وتسمى ىف االصطالح القنوين‬


Qaidah secara etimologis adalah asas atau dasar. firman Allah Swt. dalam Alquran
surah al-Baqarah ayat 127: (Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-
Baqarah, 2: 127). Secara terminologis, Ulama Fikih menjelaskan bahwa kaidah itu
adalah putusan umum yang mencakup sebagian besar dari bagian-bagiannya.
Syeikh Muhammad Bakar Ismail menjelaskan pengertian kaidah dalam
kitabnya al-Qawā’id al-Fiqhiyyah Baina al-Aṣālah wa at-Taujīh, h. 6:

‫ القاعدة الفقهية قول موجز بليغ ىف قضية كلية تندرج حتتها أكثر جزئياهتا يتعرف من ِخالهلا‬:‫فأقول‬

‫على أحكام ما ال ينحصر منها‬


Saya katakan: kaidah fikih adalah ungkapan yang singkat, jelas tentang putusan
umum yang masuk sebagian besar bagian-bagiannya untuk dapat mengetahui
masalah-masalah hukum yang tidak terbatas jumlahnya.
B. Sumber Pengambilan Kaidah
Al-Imām Jalāluddin asy-Suyūṭi menuliskan di dalam kitabnya al-Asybāh wa
an-Nazāir fī Qawā’id wa Furū’ Fiqh asy-Syāfi’i, h, 92 bahwa sumber dari kaidah
yang dibahas ini adalah hadis yang ditakhrij oleh al-Imām Mālik dalam kitab al-
Muwatta dari ‘Amar bin Yahya dari ayahnya. Hadis dimaksud juga ditakhrij oleh al-
Imam Hakim di dalam kitab al-Mustadrak dan juga dari al-Baihaqi dan ad-Daraqutni

1
dari Sa’id al-Khudri. Kata Syeikh Nuruddin, hadis ini berstatus mursal. Teks hadisnya
adalah:

‫ضَر َر وال ِضَر َار‬


َ ‫ال‬
Tidak boleh melakukan perbuatan (mudarat) yang mencelakakan diri dan orang lain.
Secara lengkap hadis yang diriwayatkan oleh al-Imām al-Ḥākim dari Abi
Sa’īd al-Hudri adalah:

َّ ‫اق ّش‬
‫اق اهللُ عليه‬ َّ ‫ض َّارهُ اهللُ َو َم ْن َش‬ َ ‫ضَر َر َواَل ِضَر َارا َم ْن‬
َ ‫ض َّار‬ َ ‫ال‬
Tidak boleh berbuat bahaya dan membalas perbuatan bahaya kepada orang lain, bagi
siapa yang berbuat bahaya kepada orang lain maka Allah akan berbuat bahaya kepada
orang tersebut, dan bagi siapa yang mempersulit orang lain maka Allah akan
mempersulit dia. (HR. Hākim).
Syeikh Mustafa Dīb al-Bugā dan Syeikh Muhyiddin Mistu di dalam kitab al-
Wāfi fī Syarḥ al-Arba’īn an-Nawawiyyah, h. 240 menuliskan arti darar dan dirār:

‫ هل مها مبعىن واحد أم بينهما فرف؟ واملشهور أن‬:‫اختلف العلماء ىف معىن الضرر والضرار ىف احلديث‬

.‫ أن الضرر أن يلحق أذى مبن مل يؤذه‬:‫ ولعل أرجحها‬.‫ وقيل ىف معىن كل منهما أقوال‬,‫بينهما فرقا‬

‫والضرار أن يلحق مبن قد أذاه على وجه غري مشروع‬


Ulama berbeda pendapat mengenai arti darar dan dirār yang tersebut dalam hadis.
Apakah keduanya memiliki arti yang sama atau ada perbedaannya? Pendapat yang
masyhur bahwa keduanya berbeda. Ada beberapa pendapat tentang arti masing-
masing keduanya. Namun yang lebih kuat: darar itu adalah melakukan tindakan
menyakitkan kepada orang yang tidak menyakitinya. Dirār adalah melakukan hal
yang menyakitkan kepada orang yang duluan menyakitinya (membalas) dengan cara
yang tidak diperbolehkan syariat.
C. Kaidah Keempat dan Pengertiannya
Kaidah yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah kaidah keempat dari
lima kaidah yang dibabahas oleh ulama Mazhab asy-Syāfi’i:

‫الضََّر ُر يَُز ُال‬


Semua yang membahayakan dihapuskan.

2
As-Syeikh Muhammad Nuruddin Marbu Banjar al-Makki menjelaskan dalam
kitabnya ad-Durar al-Bahiyyah fī Īdaḥ al-Qawāid al-Fiqhiyyah, h. 91:

‫ واملراد هبا أنه ليس هناك تكليف من الشارع فيه ضرر أو‬.‫ مجلة خربية لفظا انشائية معىن‬:‫الضرر يزال‬

‫ وكذلك جيب على الناس أن يزيل الضرر عن نفسه‬.‫اضرار على النفس بل هو مزال و مدفوع شرعا‬

‫ألن نفسه ليس ملكا له وال جيوز له أيضا أن يلحق الضرر على غريه ألنه حرام‬
Semua yang membahayakan dihapuskan. Secara lafaz kaidah ini jumlah khabariah
dan secara makna insyāiyyah. Yang dimaksud dalam kaidah itu adalah tidak ada
anjuran dari asy-Syāri’ untuk melakukan perbuatan yang mencelakakan diri sendiri
dan orang lain, bahkan ia mesti dihilangkan dan dihapuskan dalam syariat. Dengan
demikian, wajib atas manusia untuk menghilangkan segala yang membahayakan
dirinya karena dirinya bukanlah miliknya, dan tidak boleh melakukan hal yang
membahayakan kepada selainnya karena itu diharamkan.
Syeikh an-Nadwi menjelaskan di dalam kitabnya al-Qawā’id al-Fiqhiyyah, h.
252:

‫ الض رورة‬adalah berbuat kerusakan kepada orang lain secara mutlak; mendatangkan

kerusakan terhadap orang lain dengan cara yang tidak diizinkan oleh Agama.
Sedangkan tindakan perusakan terhadap orang lain yang diizinkan oleh Agama seperti
qisas, diyat, had dan lain-lain tidak dikategorikan berbuat kerusakan tetapi untuk
mewujudkan kemaslahatan.
D. Masalah yang Berkaitan dengan Kaidah
Al-Imām Jalāluddin asy-Suyūṭi di dalam al-Asybāh, h. 92, mengatakan bahwa
dari kaidah ini sangat banyak permasalahan-permasalahan dari bab Fikih:

‫ من ذلك الرد بالعيب ومجيع انواع اخليار‬:‫اعلم أن هذه القاعدة ينبين عليها كثري من ابواب الفقه‬
Ketahuilah bahwa kaidah ini muncul darinya banyak sekali permasalahan dari bab
fikih. Di antaranya, boleh mengembalikan barang karena adanya ‘aib dan semua
jenis-jenis khiyār.
Contoh masalah:
1. Hutang
Jika seseorang hutang makanan di Irak dan penghutang menagih di Mekkah, maka ia
wajib membayar dengan harga kapan dan dimana ia hutang (Irak).

3
2. Khiyar
Pemberlakuan hukum khiyār dalam jual beli baik dilakukan penjual atau pembeli
adalah untuk menghindari adanya penipuan. Dengan adanya peraturan ini pihak yang
tertipu diperkenankan membatalkan kembali transaksi dan meminta uangnya kembali.
3. Jaminan
Orang yang menipu wajib bertanggung jawab kepada orang yang tertipu.

E. Kaidah-kaidah Furu’

‫الضرورات تبيح احملظورات‬


Darurat itu memperbolehkan al-mahzūrat (yang diharamkan dalam kondisi normal).

‫ما ابيح للدرورة يقدر بقدرها‬


Sesuatu yang diperbolehkan karena darurat, maka disesuaikan dengan kadar darurat
tersebut.

‫الضرر ال يزال بالضرر‬


Suatu darar tidak boleh dihilangkan dengan darar.

‫الضرر االشد يزال بالضرر األخف‬


Darar yang lebih besar dihilangkan dengan darar yang lebih ringan.

‫الحمد هلل رب العالمين‬

Anda mungkin juga menyukai