Anda di halaman 1dari 75

HUKUM-HUKUM SYARA

Pengertian hukum secara bahasa adalah


Memutuskan/Menetapkan/Menyelesaikan
Secara Istilah Hukum adalah Khitab (doktrin) Allah
yang berkaitan dengan perbuatan orang mukallaf
adakalanya berupa tuntutan,pilihan , dan ketetapan

Atau HUKUM adalah : Seperangkat peraturan tentang


tingkah laku manusia yang ditetapkan atau diakui oleh
negara atau kelompok masyarakat , berlaku mengikat
untuk seluruh anggotanya (Amir Syarifudin, 2008 :307)

ContohTuntutan
1.Melaksanakan :


(penuhilah janji)
2.Meninggalkan :



( 11: )

Jangan

suatu kaum mengolokngolok kaum yang lain

Contoh Pilihan
1. Rumah tangga yang tidak bisa
melaksanakan hukum-hukum
Allah, maka boleh memilih
bercerai dan boleh tidak (albaqarah 229)
2. Dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka
kamu boleh berburu (Al-Maidah :2)

Contoh Ketetapan
Ketetapan pembunuhan tidak
bisa mendapat harta warisan
dari keluarga terbunuh

Orang yang membunuh tidak


mendapat bagian warisan
harta orang yang dibunuh

Pengertian hukum syara menurut


ulama fiqh

Pengaruh yang
ditimbulkan oleh doktrin
syari dalam perbuatan
orang mukallaf seperti
Wajib, haram dll.

Perbedaan pengertian menurut ulama


ushul fiqhi dan ulama fiqih

Ulama Usul : Teks/nash tuntutan memenuhi


janji (aufu bi al-Uqud) adalah hukum
Ulama Fikih : Kewajiban memenuhi janji
adalah hukum
Ulama Ushul : Jangan mendekati zina (La
taqrabuu al-zina) adalah hukum
Ulama fikih : keharaman mendekati zina

Pembahasan Hukum :
Hakim : Orang yang menjatuhkan
keputusan
Hukum : keputusan yang dijatuhkan
hakim sebagai kehendaknya
Mahkum Fih : Perbuatan mukallaf
yang berkaitan dengan hukum
Mahkum alaih : Orang mukalaaf
sebagai pelaku perbuatan yang
berkaitan dengan hukum

Perbedaan pendapat dalam mengetahui hukum Allah

Asyariyah (Pengikut abu hasan alasyari) : penentuan baik dan buruknya


perbuatan mukallaf adalah syari dan
bukan aqal kecuali dengan perantara
Rasul dan kitab Allah, karena aqal
manusia sangat subyektif (al-isra 15)
Mutazilah (pengikut washil bin atha) :
Penentuan baik dan buruknya perbuatan
mukallaf adalah aqal. Menurut aqal Baik
pasti ada manfaatnya dan buruk pasti
ada bahayanya

Al-Maturidiyah (pengikut abu


manshur al-maturidi) : perbuatan
mukallaf memiliki ciri-ciri
tertentu dan memiliki pengaruh
terhadap baik dan buruknya
perbuatan itu, dan dengan ciriciri dan pengaruh itu aqal
mampu menghukumi bahwa
perbuatan itu baik atau buruk

MACAM-MACAM HUKUM SYARI


1. Hukum Taklifi, 2. Hukum wadliy

Taklifi : Hukum yang


menuntut mukallaf untuk
berbuat, tidak berbuat,atau
menghendaki mukallaf
memilih antara berbuat dan
tidak berbuat

CONTOH BERBUAT

(103:

Ambillah zakat dari harta mereka


(al-Taubah 103).

( 97

Mengerjakan haji ke Baitullah adalah


kewajiban manusia terhadap Allah
(Ali imran 97).
Penuhilah janji (al-Maidah : 1)

CONTOH TIDAK BERBUAT


Jangan suatu kaum mengolokngolok kaum yang lain ( alHujurat 11)
Dan janganlah kamu mendekati
zina (al-Isra 11)
Diharamkan bagimu memakan
bangkai, darah dan daging babi
(al-Maidah 3)

CONTOH MEMILIH ANTARA


BERBUAT DAN TIDAK
BERBUAT(MENINGGALKAN)
Apabila telah menyelesaikan ibadah haji
maka kamu boleh berburu (al-Maidah: 2)
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi ,
maka tidaklah mengapa kamu mengqashar
shalat (QS. Al-Nisa :101)

MACAM-MACAM HUKUM TAKLIFI

Menurut mayoritas ulama ushul fiqh hukum


taklifi ada 5, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh,
haram


Wajib adalah Sesuatu yang dituntut oleh syari (Allah)
untuk dikerjakan oleh mukallaf secara pasti

Wajib ditinjau dari segi waktunya;


1. Wajib Muthlaq : kewajiban yang pelaksanaannya
tidak terikat dengan waktu spt ibadah haji, denda
bagi pelanggar sumpah
2. Wajib Muaqqat : kewajiban yang pelaksanaannya
terikat dengan waktu

Wajib muaqqat dibagi dua


1. Muaqqat Muwassa : yaitu kewajiban
yang pelaksanaannya terikat dengan
waktu yang luas, artinya sebelum
melaksanakan kewajiban itu boleh
melaksanakan aktifitas yang lain; spt
shalat 5 waktu diawal waktunya, dsb
2. Muaqqqat Mudlayyaq : yaitu kewajiban
yang pelaksanaanya terikat dengan
waktu yang sempit; spt shalat 5 waktu
diakhir waktunya, dsb

Wajib ditinjau dari segi tuntutan menunaikan/beban hukum

1. Wajib aini : sesuatu yang dituntut


untuk dilakukan oleh masing2
mukallaf dan tidak bisa terwakili
oleh yang lain, spt shalat,puasa dsb
2. Wajib kifaiy : yaitu sesuatu yang
dituntut untuk dilakukan kelompok
mukallaf tidak oleh masing2
mukallaf,spt amar maruf nahi
munkar, menyelamatkan orang
tenggelam, memadamkan
kebakaran, menjadi
dokter,menjawab salam dsb.

Wajib ditinjau dari segi ukurannya/kuantitasnya


1. Wajib muhaddad : kewajiban yang telah
ditentukan ukurannya, spt shalat 5 waktu
selama 24 jam, rakaat shalat 5 waktu, zakat,
dsb
2. Wajib ghairu muhaddad : kewajiban yang
tidak ditentukan ukurannya, spt infaq di
jalan Allah, tolong menolong dalam
kebaikan, memberi makan para
kelaparan,bersodaqah pada orang miskin
jika bernadzar, nafakah suami pada istri,
nafakah pada orang yg masih dalam
tanggungannya, dsb

Wajib ditinjau dari segi sifatnya/kandungan


perintahnya
1. Wajib Muayyan : Kewajiban yang dituntut
dengan sendirinya dan objeknya telah
ditentukan, spt shalat, puasa, harga
barang yang dibeli, ongkos sewa,
mengembalikan sesuatu yang di ghashab.
2. Wajib Mukhayyar : objek kewajiban yang
dapat dipilih dari alternatif yang ada, spt
memberi makan 10 orang miskin atau
memberi mereka pakaian, memerdekakan
budak bagi pelanggar sumpah

( )
Sunnah adalah sesuatu yang
dituntut oleh Allah untuk
dilaksanakan secara tidak pasti
Seperti : Shalat sunnah
rawatib, dsb

Kata ( )adakalanya berbentuk kata


sunnah/mandub spt

akan

tetapi sunnah adakalanya berbentuk kata
perintah tetapi disertai alasan yang
menunjukkan sunnah sehingga tuntutan itu
disebut sunnah, spt dalam al-Baqarah ayat 282
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Ayat selanjutnya Akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanahnya (hutangnya) (283).

Macam-macam sunnah
1.Sunnah Amiyah : Perbuatan yang dianjurkan
untuk dilakukan oleh setiap muslim, spt shalat
sunnah rawatib baik muakkadah/ghauru
muakkadah
2.Sunnah Kifayah : Perbuatan yang cukup dilakukan
oleh seorang saja dari sejumlah orang, spt.
Mengucapkan salam, mendoakan orang bersin.
3.Sunnah muakkadah : perbuatan sunnah yang
sering dilakukan rasulullah, spt.shalat witir,shalat
hari raya.
4.Sunnah ghairu muakkadah : perbuaatan sunnah
yang kadang-kadang dilakukan oleh rasulullah,
spt. Shalat sunnah sebelum maghrib

( )

Haram adalah : Sesuatu yang dituntut Allah untuk


tidak dikerjakan (ditinggalkan) dengan tuntutan
yang pasti
Macam-macam haram
1. Haram yang menurut asalnya sendiri adalah
haram (haram li dzatihi), artinya Allah telah
mengharamkan sejak dari permulaan
2. Haram karena sesuatu yang baru (haram
Liaridlihi). Artinya suatu perbuatan itu pada
mulanya ditetapkan oleh hukum syara sebagai
suatu kewajiban, kesunnahan atau
kebolehan, akan tetapi bersamaan dengan
sesuatu yang baru yang menjadikannya haram

Contoh Haram
Haram Lidzatihi : Mencuri, zina,
mengawini dua muhrim
Haram Lighairihi : Shalat dengan baju
ghasab, jual beli dengan unsur menipu,
menikah dengan tujuan sebagai
muhallil, puasa terus menerus 24 jam,
thalaq bidi (mentalaq istri sedang pada
waktu haid) atau istri dalam keadaan
suci tetapi suami masih menggaulinya.

Makruh adalah : Sesuatu yang dituntut oleh


syari untuk tidak dikerjakan oleh mukallaf
dengan tuntuntan yang tidak pasti
Contoh kata-kata makruh
Dengan kata-kata makruh spt. Allah makruhkan
hal ini bagi kalian , atau sesuatu itu dilarang
dan larangan itu bersamaan dengan sesuatu
yang menunjukkan bahwa larangan itu
bermakna makruh, bukan haram, spt firman
Allah dalam al-Maidah ayat 101. Janganlah
kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal yang
jika diterangkan, niscaya menyusahkan kamu
(QS. Al-Maidah : 101)

Macam-macam makruh
Makruh Li al-Tanzih : Perbuatan lebih baik
ditinggalkan secara tidak pasti dan mendapat
pahala, dan apabila dikerjakan tidak berdosa,-Antonim sunnah-- Makruh li al-tahrim : Perbuatan lebih baik
ditinggalkan secara pasti, namun dasar hukumnya
tidak pasti (dalil dugaan), spt larangan memakai
cincin emas bagi laki-laki menurut ulama hanafi
Makruh tarku al-aula : Meninggalkan perbuatan
yang sangat dianjurkan, spt meninggalkan shalat
witir---Antonim Sunnah Muakkadah---


Mubah adalah Sesuatu yang oleh syara
seorang mukallaf diperintah antara
melakukan atau meninggalkan
Contoh
Jika kamu khawatir bahwa keduanya
(suami-istri) tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, maka tidak ada
dosa atas keduanya tentang bayaran
yang diberikan oleh istri untuk
menebus dirinya (QS. Al-Baqarah :229)

Dan tidak ada dosa bagimu


meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran (QS. Al-Baqarah : 235)
Dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji maka
bolehlah berburu (QS. Al-Maidah :2)
Apabila telah ditunaikan
sembahyang, maka bertebarlah kamu
dimuka bumi (QS. Al-Jumuah :10)
Dan makan serta minumlah (QS. AlAraf :31)





Segala sesuatu pada hukum
asalnya adalah boleh (mubah),
kecuali ada dalil yang
menunjukkan keharamannya

Menurut ulama kelompok


hanafi, hukum taklifi ada
tujuh (7)

1.Tuntutan untuk dikerjakan


(fardlu, wajib, mandub)
2.Tuntutan untuk ditingalkan
(haram, makruh tahrim,
makruh tanzih)
3.Mubah

Penjelasan
1. Fardlu : Sesuatu yang dituntut oleh Allah untuk
dikerjakan secara pasti dan dalil tuntutannya bersifat
pasti, spt ayat al-Quran atau hadist mutawatir
2. Wajib : Sesuatu yang dituntut oleh Allah untuk
dikerjakan secara pasti tetapi dalil tuntutannya
bersifat dugaan
Contoh
Fardlu : Aqimu al-shalah (al-Baqarah 43).
Mendirikan shalat adalah fardlu dan bukan wajib,
karena dituntut secara pasti dengan dalil yang pasti
(Qhatiy)
wajib : Laa shalata illa bifatiha al-kitab (tidaklah
shalat itu (sah) kecuali dengan membaca surah alfatihahnya al-quran

3. Mandub: sesuatu yang dituntut untuk


dikerjakan secara tidak pasti
4. Haram : sesuatu yang dituntut untuk tidak
dikerjakan (ditinggalkan) secara pasti dengan
dalil yang pasti spt ayat al-quran dan hadist
mutawatir, spt ayat wala taqrabuu al-zina
5. Makruh tahrim : sesuatu yang dituntut untuk
tidak dikerjakan (ditinggalkan) secara pasti
dengan dalil dugaan/hadis yang tidak
mutawatir,spt hadis nabi :

Dua hal ini (sutra dan cincin emas) adalah
haram bagi kaum lelaki ummatku dan halal
bagi kaum wanita ummatku

6. Makruh Tanzih : sesuatu yang


dituntut untuk tidak dikerjakan
(ditinggalkan) secara tidak pasti
7. Mubah : Pilihan antara dikerjakan
dan ditinggalkan

HUKUM WADLI (HUKUM POSITIF)


Hukum Wadliy adalah : Hukum yang menjadikan
sesuatu sebagai sebab, syarat, mani, rukhsah
(keringanan sebagai pengganti hukum asal), sah
dan tidak sah

1. Sebab : sesuatu yang dijadikan sebagai


tanda adanya akibat (hukum), ada sebab
hukum pasti ada, dan tidak ada sebab
hukum pasti tidak ada. Contoh sebab
melihat bulan berakibat pada wajibnya
puasa ramadlan,dsb

Macam-macam sebab
1. Sebab menjadi sebab pada hukum taklifi, spt shalat
dhuhur wajib sebab matahari tergelincir (al-isra:78)
2. Sebab menjadi sebab tetapnya kepemilikan, tetapnya
kehalalan, hilangnya kepemilikan, hilangnya kehalalan.
Spt Jual-beli menjadi sebab tetapnya kepemilikan bagi
pembeli dan hilangnya kepemilikan bagi penjual,
perkawinan menjadi sebab tetapnya kehalalan, thalaq
menjadi sebab hilangnya kehalalan ,dsb.
3. sebab berupa perbuatan yang mampu dilakukan
mukallaf, spt pembunuhan sengaja (Qatlu Amdin)
menjadi sebab kewajiban qishas, aqad jual-beli,
perkawinan , sewa menyewa Dsb.
4. sebab berupa perbuatan yang tidak mampu dilakukan
orang mukallaf dan bukan termasuk perbuatan mukallaf,
spt masuk waktu menjadi sebab wajibnya shalat

Jika ditemukan suatu sebab baik


berupa perbuatan mukallaf atau
bukan, dan sudah memenuhi syarat
sebagai sebab serta tidak ada
penghalang (mani), maka pasti ada
akibat, baik akibat itu berupa hukum
taklifi, penetapan hak milik,
penghalalan, atau meniadikan
keduanya. Karena akibat tidak akan
pernah ada tanpa ada sebab

2. Syarat : sesuatu yang adanya hukum tergantung pada


adanya sesuatu itu, dan tidak adanya seuatu itu
menjadikan tidak adanya hukum
Syarat : sesuatu yang berada di luar sesuatu yang
disyaratkan (masyruth) dan tidak adanya syarat
menjadikan tidak adanya yang disyaratkan (masyruth),
tetapi adanya syarat belum tentu menjadikan adanya
sesuatu yang disyaratkan (masyruth).
Contoh : Wudlu merupakan syarat sahnya shalat
(masyruth), tanpa wudlu shalat tidak akan sah, tetapi
adanya wudlu belum tentu ada shalat. Contoh lain
perkawinan merupakan syarat adanya thalaq
(masyruth), adanya thalaq karena didahului ikatan
perkawinan, tidak mungkin ada thalaq jika tidak ada
perkawinan terlebih dahulu, akan tetapi adanya
perkawinan belum tentu adanya thalaq.

Pembagian Syarat
a. Syarat Syariy, yaitu syarat yang
telah ditetapkan oleh syara, spt
syarat2 shalat, pernikahan, jualbeli dsb.
b. Syarat Jaliy, yaitu yang
berdasarkan pengelolaan mukallaf,
spt syarat yang ditetapkan suami
untuk menjatuhkan thalaq pada
istrinya, dsb.

3. Mani (penghalang) adalah sesuatu


yang adanya meniadakan hukum
atau membatalkan sebab, dan tidak
adanya menjadikan adanya hukum,
Contoh datang bulan adalah
merupakan mani (penghalang)
wajibnya shalat dan puasa
---Menurut ulama ushul mani
adalah : sesuatu yang ditemukan
setelah terbukti sebabnya dan
memenuhi syaratnya tetapi dapat
menhalangi hubungan sebab
akibat---

4. Rukhshah adalah : keringanan hukum


yang telah disyariatkan (ditetapkan) oleh
Allah atas orang mukallaf dalam keadaan
tertentu yang sesuai dengan keringanan
tersebut, contoh boleh makan daging ular
apabila terpaksa dan mengancam nyawa
5. Azimah adalah : Hukum2 yang telah
disyariatkan oleh Allah secara umum sejak
semula yang tidak terbatas pada keadaan
tertentu dan pada perorangan tertentu,
boleh tidak berpuasa apabila sakit, tetapi
menggantinya di luar bulan ramadlan

Macam-macam rukhshah
a) Diperbolehkannya suatu larangan (haram) ketika
dalam keadaan dlarurat atau menurut kebutuhan
(Ibahah al-mahdhurat inda al-dlarurati awi alhajati), spt orang yang dipaksa mengucapkan
kata-kata kafir, maka boleh mengucapkannya
dengan tetap hatinya ingkar dengan katakatanya, orang yang kelaparan boleh makan
daging haram demi menyelamatkan nyawa, dsb.
b) Kebolehan mukallaf meninggalkan kewajiban
ketika terdapat udzur dan sulit untuk
menunaikannya spt orang sakit boleh berbuka
disiang ramadlan, musafir boleh meringkas
(mengqashar) shalatnya

c) Sahnya sebagian aqad yang bersifat


pengecualian yang tidak memenuhi syarat2
tertentu, karena menjadi kebutuhan, spt
aqad salam (pesanan) yaitu jual beli dengan
barang tidak ada di tempat (ghairu
masyhud), spt sabda Rasul naha rasulu
Allah an bai al-insan ma laisa indahu,
warakhkhasa fi al-salam
d) Menghapus hukum yang oleh Allah tidak
diberlakukan pada kita, akan tetapi hukum
itu di bebankan bagi ummat sebelum kita,
spt memotong baju/pakaian yang terkena
najis, membunuh jiwa untuk bertaubat dari
maksiat, shalat selain di masjid

Menurut ulama Hanafi, Rukhshah


ada dua:

Rukhshah Tarfih, yaitu keringanan yang


menyenangkan. Pada dasarnya rukhshah
tarfih ini adalah azimah (hukum asal)
yang masih berlaku dan dalilnya masih
ada dan boleh ditinggalkan sebagai
keringanan dan menyenangkan mukallaf,
spt terpaksa mengucapkan kata2 kufur,
terpaksa merusak harta orang lain,
berbuka disiang ramadlan. Semua ini tidak
mengugurkan keharamannya, akan tetapi
mereka itu dikecualikan karena terpaksa

Rukhshah Itsqath, yaitu keringanan


yang mengugurkan, maka hukum
azimah (asal) tidak berperan lagi
dan tidak diperlakukan lagi, karena
yang diberlakukan adalah hukum
rukhshah, spt boleh makan bangkai
dalam keadaan terpaksa, boleh
mengqashar shalat dalam
perjalanan. Seandainya tidak makan
bangkai maka orang itu berdosa

6. Sah dan batal : perbuatan orang mukallaf


yang dilaksanakan sesuai dengan syarat
dan rukunya maka dinamakan sah, dan
apabila dilaksankan dengan cacat syarat
atau rukunya maka dinamakan batal/fasid
PENDAPAT ULAMA HANAFI
Dalam hal ibadah pembagian istilah hukum
ada dua, yaitu sah dan tidak
sah/batal/rusak
Dalam hal akad pembagian istilah hukum
ada tiga, yaitu sah, batal, dan rusak/fasid

Contoh batal : Jual beli yang


dilakukan orang gila, belum
mumayyiz, jual beli barang yang tidak
ada, perkawinan yang belum
mumayyiz, perkawinan dengan
mahram dan mengetahui tentang
keharamannya
Contoh rusak/fasid : Jual-beli
dengan harga yang tidak diketahui,
perkawinan tanpa saksi

( MAHKUM
FIHI/BIHI)

Mahkum Fihi adalah : Perbuatan mukallaf yang


berhubungan dengan syara spt Firman Allah hai
orang2 yang beriman penuhilah janji itu (al-Maidah : 1)
Contoh Mahkum fihi adalah :
1. Khitab Allah dalam ayat di atas berhubungan dengan
perbuatan mukallaf, yaitu memenuhi janji yang pada
akhirnya dijadikan hukum wajib
2. Hai orang2 yang beriman, apabila kamu
bermuamalah secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya (alBaqarah : 282). Khitab Allah dalam ayat di atas
berhubungan dengan perbuatan mukallaf yaitu
menuliskan hutang piutang, yang pada akhirnya
dijadikan hukum sunnah

3. Dan janganlah kamu membunuh jiwa


(al-Anam 151). Khitab Allah di atas
berhubungan dengan perbuatan mukallaf
yaitu membunuh yang kemudian
dijadikan hukum haram
4. Dan janganlah kamu mengambil yang
buruk2 kemudian kamu nafkahkan dari
padanya(al-Baqarah :267). Khitab ini
berhubungan dengan perbuatan mukallaf
yaitu menafkahkan harta yang
jelek/rusak yang kemudian dijadikan
hukum makruh

5. Maka jika diantara kamu ada yang


sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka wajiblah baginya
berpuasa sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang
lain (al-baqarah 184)
Khitab Allah pada ayat diatas
berhubungan dengan perbuatan
mukallaf yaitu sakit dan bepergian,
yang pada akhirnya dijadikan hukum
mubah

Syarat sah perbuatan mukallaf (mahkum fih)

a. Perbuatan itu harus diketahui mukallaf secara


jelas sehingga mereka mampu melaksanakan
sesuai dengan tuntutannya, spt tuntutan
mendirikan shalat Dirikanlah shalat (al-Baqarah
43), dalam hal ini tidak sah menuntut mukallaf
untuk shalat karena redaksi ayatnya masih
global, artinya maksud dari ayat tersebut belum
jelas, karena syarat, rukun, dan tata cara shalat
masih belum dijelaskan dalam ayat tersebut. Dan
tuntutan melaksanakan shalat menjadi wajib
ketika rasul menjelskan keglabalan nash
tersebut, dengan sabdanya Shalluu kamaa
raaitumuuniy ushalliy (shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihatku shalat)

b. Tutntutan itu harus muncul dari


orang yang mempunyai kekuasaan
menuntut dan muncul dari orang
yang wajib diikuti mukallaf (orang
yang ahli)
c. Perbuatan yang dibebankan pada
mukallaf harus berupa sesuatu yang
mungkin, atau mampu dilakukan
atau dihindari

( MAHKUM
ALAIH)
Mahkum alaih adalah : Orang mukallaf yang
perbuatannya berhubungan dengan hukum
syariy (pelaku hukum)
Syarat-syarat mukallaf /pelaku hukum :
1. Mampu memahami dalil-dalil taklif,spt alquran dan al-sunnah baik secara langsung
atau perantara orang lain (tidak langsung)
dan menggunakan aqal sehat (bukan
gila,tidur,lupa,mabuk, anak kecil dsb)
2. Mukallaf ahli dengan sesuatu yang
dibebankan (layak dan pantas)

Keahlian menurut ulama ushul


:
Keahlian wajib (Ahliyah al-Wujub) : Kelayakan
seseorang untuk mendapatkan hak dan
kewajiban, objeknya adalah semua manusia
baik laki-laki atau perempun, janin, bayi,
anak2, mumayyiz, baligh, pandai atau bodoh
Keahlian melaksanakan (Ahliyah al-ada) :
kelayakan seorang mukallaf agar ucapan
dan perbuatannya diperhitungkan menurut
syara, artinya ucapan dan perbuatan
seseorang itu akan berakibat hukum dan
diperhitungkan, spt shalat,puasa,
kriminalitas jiwa, dsb

Keahlian wajib (Ahliah al-wujub)


1. Keahlian wujub tidak sempurna :
seseorang yang layak mendapat hak
akan tetapi tidak dibebani kewajiban
terhadap orang lain, spt janin dalam
kandungan, dia punya hak bagian
waris, menerima wasiat
2. Keahlian wujub yang sempurna :
seseorang yang layak mendapat hak
dan dibebani kewajiban terhadap orang
lain, hal ini dimiliki oleh setiap orang
sejak dilahirkan (kanak-kanak), usia
mumayyiz sampai dewasa (baligh)

Keahlian melaksanakan (Ahliah al-ada)


1. Tidak memiliki keahlian melaksanakan sama
sekali karena tidak memiliki aqal, spt anak
kecil, orang gila. Ucapan dan perbuatan
mereka tidak dibebani hukum, jika mereka
melakukan kesalahan (tindak kriminal) baik
pada jiwa atau harta maka hukumnan pada
mereka bersifat harta dan bukan jiwa
(tubuhnya), spt mereka membunuh maka
tidak harus mereka dibunuh (hukum qishas)
melainkan mereka hanya bayar denda
pembunuhan, karena kesengajaan anak kecil
atau orang gila termasuk keliru (tidak sengaja)
AMDU AL-THIFLI AW AL-MAJNUNI KHATAUN)

2. Memiliki keahlian melaksanakan


tidak sempurna spt mumayyiz yang
belum baligh termasuk juga orang
yang kurang aqal, pada dasarnya
aqal mereka tidak cacat dan tidak
hilang tetapi aqalnya lemah dan
kurang maka mereka dihukumi spt
bayi (belum mumayyiz)
3. Keahlian melaksanakan sempurna,
yaitu orang baligh yang berakal

PENGHALANG KEAHLIAN (MANIUL AHLIAH)

Keahlian wajib (ahliyatul wujub) atau


keahlian melaksanakan (ahliyatul
ada) akan terhalang dengan
beberapa hal, yaitu :
1. Penghalang samawi yaitu
penghalang yang tidak diikhtiyarkan
oleh manusia spt gila, kurang
aqal,lupa
2. Penghalang kasbiy yaitu penghalang
yang tejadi akibat usaha manusia
sendiri, spt mabuk, bodoh, hutang

KAIDAH-KAIDAH USHUL FIKIH


Ushul
fiqh
adalah
pondasi
atau
dasar
membangun fikih, ushul fiqh harus dikuasai
terlebih dahulu sebelum membentuk fikih, ushul
fikih disiplin ilmu tersendiri yang digunakan para
mujtahid untuk membentuk fikih,seperti imam
syafii.
Ushul fikih baru dikodifikasikan (dibukukan)
pasca imam syafii. dan bagi yang mampu
berijtihad langsung dengan segala macam
persyaratan telah terpenuhi maka dipersilahkan
menggali hukum dengan sendirinya, jika tidak
mampu maka cukup ikut kepada pendapatnya
para mujtahid yang telah ada.

Ushul fiqh terdiri dari dua kata yaitu


Ushul dan al-Fiqh, merupakan

jama dari kata
yang secara
bahasa artinya adalah sesuatu yang
disandari oleh yang lain. Secara
istilah ushul adalah dalil-dalil dan
qaidah kulliyah
Al-Fiqh secara bahasa adalah paham
() , Secara istilah adalah : Ilmu
tentang hukum syara yang
metodologi pengambilan hukumnya
mengunakan ijtihad

Macam-macam Qaidah Fiqh


AMAR adalah suatu lafad yang
dipergunakan orang yang lebih
tinggi
kedudukannya
untuk
menuntut kepada orang yang
lebih rendah derajatnya untuk
melakukan
sesuatu,
seperti
perintah atasan kepada bawahan,
perintah Allah kepada hambanya,
dll

SIGHAT (BENTUK) AMAR


1. Menggunakan Fiil amar (kata kerja
perintah), seperti
Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang
diri.. (al-Nisa ayat 1)
2. Menggunakan fiil mudlari yang dimasuki
lam amar, spt .... ....
.. Barangsiapa di antara kamu hadir
(di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, (al-Baqarah 185)

3. Menggunakan sesuatu yang diperlakukan sebagai


fiil amar, spt isim masdar. Spt

Apabila kamu bertemu dengan orang-orang


kafir (di medan perang) Maka pancunglah batang
leher mereka.
4. Menggunakan kalam berita yang diartikan
perintah, spt


Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan
diri (menunggu) tiga kali quru (QS. Al-Baqarah
228)
5. Menggunakan kata-kata yang mengandung
tuntutan untuk berbuat dan kewajiban yang harus
dilaksanakan spt:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya (QS. Al-Nisa 58)

6. Menggunakan kata lain yang searti


dengan amar spt lafadh Faradla,
Kutiba, Amara
seperti



) (216
........

KAIDAH-KAIDAH AMAR
A. Kaidah pertama :
( Asal dari
perintah menunjukkan wajib). Akan
tetapi apabila ada qarinah(petunjuk)
yang mengalihkan lafadh Amar dari
perintah wajib kepada arti yang lain
(yang tidak wajib) maka hendaklah
dialihkan sesuai dengan qarinah
tersebut.

Makna-makna Amar

Wajib, seperti : (43 )


(Dirikanlah shalat )
Sunnah (Anjuran), seperti :


(11 ( )Maka ia keluar dari
mihrab menuju kaumnya, lalu ia
memberi isyarat kmereka ;
hendaklah kamu bertasbih pada pagi
dan petang)
Irsyad (petunjuk), seperti
( Dan
persaksikanlah dengan dua orang

Permohonan atau doa, seperti


,
... Ya tuhan kami, janganlah engkau hukum kami
jika kami lupa atau kami tersalah, Ya tuhan kami
janganlah engakau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami... (Al-Baqarah 286)
Membolehkan (Mubah), seperti
.... (makan dan Minumlah rizki (yang diberikan)
Allah) (Al-Baqarah 60)
Tahdid (Ancaman), seperti

Dan katakanlah
kepada orang-orang yang tidak beriman :
Berbuatlah menurut kemampuanmu ;
sesungguhnya kamipun berbuat pula (Hud 121)

Melemahkan (Tajiz), seperti :



Buatlah satu (saja) yang semisal al-quran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang
benar (QS Al-baqarah 23)
Ikram (menghormati), seperti

(Dikatakan kepada mereka) Masuklah kedalamnya dengan
sejahtera lagi aman (Al-Hijr 46)
Tadib (adab), seperti hadis rasul :

( )
Makanlah apa yang ada didepanmu (HR. Bukhari dan Muslim)
Indzar (Peringatan), seperti :


Katakanlah, Bersuka rialah kamu, karena sesungguhnya tempat
kembalimu adalah neraka (QS. Ibrahim 30)
Takhsir (Penghinaan), seperti :

Jadilah kamu sekalian kera yang hina (Al-Baqarah 23)

Ihanah (meremehkan), seperti :



Rasakanlah, sesungguhnya kamu
orang yang perkasa lagi mulia (AlDukhan 49)
Imtihan (Ujian), seperti :


Makanlah apa yang direzkikan Allah
kepadamu (Al-Nahl 114)

B. Qaidah kedua






Asal dari amar tidak harus dilakukan
berulang-ulang semasa hidup, Seperti :


dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah
karena Allah (Al-Baqarah 196)

Asal dari amar menghendaki untuk dilakukan


berulang-ulang semasa hidup, Seperti :

Dan jika kamu junub maka mandilah (Almaidah 6)

C. Qaidah Ketiga






Perintah mengerjakan sesuatu juga
perintah pada wasilahnya
(mediatornya), Seperti perintah
wajib mengerjakan shalat lima waktu
juga perintah wajib tehadap wudlu
D. Qaidah Keempat



Asal amar tidak menuntut dilakukan
segera, seperti contoh :

Contoh Qaidah keempat

... ....

dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka
(sembelihlah) korban[120] yang mudah didapat, dan jangan kamu
mencukur kepalamu[121], sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada
gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya
berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila
kamu telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan
'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih)
korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang
korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa
haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah
sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban membayar
fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar)
Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras
siksaan-Nya. (Al-Baqarah 196)
[120] Yang dimaksud dengan korban di sini ialah menyembelih binatang korban sebagai pengganti pekerjaan
wajib haji yang ditinggalkan; atau sebagai denda karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya
di dalam ibadah haji.
[121] Mencukur kepala adalah salah satu pekerjaan wajib dalam haji, sebagai tanda selesai ihram.
(

E. Qaidah Kelima


Perintah sesudah larangan
menunjukkan kebolehan, Seperti
Sabda Nabi :
)





(
Dulu aku melarang kamu menzirahi
qubur, sekarang berzirahlah (HR.
Muslim)

AL-NAHYU (NAHI/LARANGAN)
Nahi
secara
bahasa
adalah
mencegah (lawan kata amar)
Nahi secara istilah adalah : Lafadz
yang
menunjukkan
untuk
meninggalkan suatu pekerjaan yang
diperintahkan oleh orang yang lebih
tinggi, atau
Nahi adalah : Perintah untuk
meninggalkan sesuatu dari atasan
kepada bawahan

BENTUK NAHI
Menggunakan fiil mudlari yang dihubungkan dengan La al-nahiyah,
seperti al-Isra ayat 32

Menggunakan kalimat yang berbentuk perintah untuk menjauhi
larangan atau meninggalkan perbuatan, seperti al-haj 30

Jauhilah olehmu berhala-berhala najis itu dan jauhilah perkataan dusta
Menggunakan kata nahi (larangan) dalam kalimat, seperti al-nahl ayat
90
...
Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan, ..
Menggunakan kalimat berita yang berarti larangan dengan cara
pengharaman terhadap sesuatu, seperti al-Nisa ayat 21
.....
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu..

QAIDAH-QAIDAH NAHI

Anda mungkin juga menyukai