Anda di halaman 1dari 15

FANATIK DAN TOLERANSI

Pengertian fanatik
Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau
suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan mana tidak
memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga
susah diluruskan atau diubah. (A Favourable or unfavourable belief or judjment, made
without adequate evidence and not easily alterable by the presentation of contrary
evidence.
Fanatisme biasanya tidak rationil, oleh karena itu argumen rationilpun susah
digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen
yang mempengaruhi seseorang dalam;
(a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,
(b) dalam berfikir dan memutuskan,
(c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan
(d) dalam merasa.
Secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-
apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak
mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sifat
fanatik adalah ketidak mampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada
diluar kelompoknya, benar atau salah.
Secara garis besar fanatisme mengambil bentuk:
(a) fanatik warna kulit,
(b) fanatik etnik/kesukuan, dan
(c) fanatik klas sosial.

Fanatik Agama sebenarnya bukan bersumber dari agama itu sendiri, tetapi biasanya
merupakan kepanjangan dari fanatik etnik atau kelas sosial.
Pada hakikatnya, fanatisme merupakan usaha perlawanan kepada kelompok dominan dari
kelompok-kelompok minoritas yang pada umumnya tertindas. Minoritas bisa dalam arti
jumlah manusia (kuantitas), bisa juga dalam arti minoritas peran (Kualitas).
Di negara besar semacam Amerika misalnya juga masih terdapat kelompok fanatik seperti :
1. Fanatisme kulit hitam (negro)
2. Fanatisme anti Yahudi
3. Fanatisme pemuda kelahiran Amerika melawan imigran
4. Fanatisme kelompok agama melawan kelompok agama lain.

Analisis Terhadap Fanatisme
Fanatisme dapat dijumpai di setiap lapisan masyarakat, di negri maju, maupun di
negeri terbelakang, pada kelompok intelektual maupun pada kelompak awam, pada
masyarakat beragama maupun pada masyarakat atheis. Pertanyaan yang muncul ialah
apakah fanatisme itu merupakan sifat bawaan manusia atau karena direkayasa?

1. Sebagian ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa sikap fanatik itu merupakan sifat natural
(fitrah) manusia, dengan alasan bahwa pada lapisan masyarakat manusia di
manapun dapat dijumpai individu atau kelompok yang memilki sikap fanatik.
Dikatakan bahwa fanatisme itu merupakan konsekwensi logis dari kemajemukan
sosial atau heteroginitas dunia, karena sikap fanatik tak mungkin timbul tanpa
didahului perjumpaan dua kelompok sosial.
Dalam kemajemukan itu manusia menemukan kenyataan ada orang yang
segolongan dan ada yang berada di luar golongannya. Kemajemukan itu kemudian
melahirkan pengelompokan in group dan out group. Fanatisme dalam persepsi
ini dipandang sebagai bentuk solidaritas terhadap orang-orang yang sefaham, dan
tidak menyukai kepada orang yang berbeda. Ketidak sukaan itu tidak berdasar
argumen logis, tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai (dislike of the
unlike). Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang tidak dapat lagi melihat
masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena adanya kerusakan dalam sistem
persepsi (distorsion of cognition).
Jika ditelusuri akar permasalahannya, fanatik - dalam arti cinta buta kepada yang
disukai dan antipati kepada yang tidak disukai - dapat dihubungkan dengan perasaan
cinta diri yang berlebihan (narcisisme), yakni bermula dari kagum diri, kemudian
membanggakan kelebihan yang ada pada dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya
pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka, kemudian
menjadi benci kepada orang lain, atau orang yang berbeda dengan mereka. Sifat ini
merupakan perwujudan dari egoisme yang sempit.
2. Pendapat kedua mengatakan bahwa fanatisme bukan fitrah manusia, tetapi
merupakan hal yang dapat direkayasa. Alasan dari pendapat ini ialah bahwa anak-
anak, dimanapun dapat bergaul akrab dengan sesama anak-anak, tanpa
membedakan warna kulit ataupun agama. Anak-anak dari berbagai jenis bangsa
dapat bergaul akrab secara alami sebelum ditanamkan suatu pandangan oleh orang
tuanya atau masyarakatnya. Seandainya fanatik itu merupakan bawaan manusia,
pasti secara serempak dapat dijumpai gejala fanatik di sembarang tempat dan
disembarang waktu. Nyatanya fanatisme itu muncul secara berserakan dan berbeda-
beda sebabnya.
3. Teori lain menyebutkan bahwa fanatisme berakar dari tabiat agressi seperti yang
dimaksud oleh Freud ketika ia menyebut instink Eros dan Tanatos.
4. Ada teori lain yang lebih masuk akal yaitu bahwa fanatisme itu berakar pada
pengalaman hidup secara aktual. Pengalaman kegagalan dan frustrasi terutama pada
masa kanak-kanak dapat menumbuhkan tingkat emosi yang menyerupai dendam
dan agressi kepada kesuksesan, dan kesuksesan itu kemudian dipersonifikasi
menjadi orang lain yang sukses. Seseorang yang selalu gagal terkadang merasa tidak
disukai oleh orang lain yang sukses. Perasaan itu kemudian berkembang menjadi
merasa terancam oleh orang sukses yang akan menghancurkan dirinya.

Munculnya kelompok ultra ektrim dalam suatu masyarakat biasanya berawal dari
terpinggirkannya peran sekelompok orang dalam sistem sosial (ekonomi dan politik)
masyarakat dimana orang-orang itu tinggal. Kita bisa menelaah fenomena gerakan
ektrim radikal pada masa orde baru dimana kelompok yang ektrim selalu berasal dari
kelompok yang terpinggirkan atau merasa terancam, dan kelompok-krlompok itu
sering bertukar peran.
Menurut Dr. Abd. Rahman Isawi, seorang psikolog dari Universitas Iskandariyah,
jalan fikiran orang fanatik itu bermula dari perasaan bahwa orang lain tidak
menyukai dirinya, dan bahkan mengancam eksistensi dirinya. Perasaan ini
berkembang sedemikian rupa sehinga ia menjadi frustrasi. Frustrasi menumbuhkan
rasa takut dan tidak percaya kepada orang lain. Selanjutnya perasaan itu
berkembang menjadi rasa benci kepada orang lain. Sebagai orang yang merasa
terancam maka secara psikologis ia terdorong untuk membela diri dari ancaman, dan
dengan prinsip lebih baik menyerang lebih dahulu daripada diserang, maka orang itu
menjadi agresif.
Dari empat teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengurai perilaku
fanatik seseorang/sekelompok orang, tidak cukup dengan menggunakan satu teori,
karena fanatik bisa disebabkan oleh banyak faktor, bukan oleh satu faktor saja.
Munculnya perilaku fanatik pada seseorang atau sekelompok orang di suatu tempat
atau di suatu masa.
boleh jadi;
(a) merupakan akibat lagis dari sistem budaya lokal, tetapi boleh jadi,
(b) merupakan perwujudan dari motiv pemenuhan diri kebutuhan kejiwaan individu/sosial
yang terlalu lama tidak terpenuhi.

Cara Mengobati Perilaku Fanatik
Karena mempunyai akar yang berbeda-beda, maka cara penyembuhannya juga
berbeda-beda.
Perilaku fanatik yang disebabkan oleh masalah ketimpangan ekonomi,
pengobatannya harus menyentuh masalah ekonomi, dan perilaku fanatik yang disebabkan
oleh perasaan tertekan , terpojok dan terancam, maka pengobatannya juga dengan
menghilangkan sebab-sebab timbulnya perasaan itu. Pada akhirnya, pelaksanaan hukum
dan kebijaksanaan ekonomi yang memenuhi tuntutan rasa keadilan masyarakat secara
alamiah akan melunturkan sikap fanatik pada mereka yang selama ini merasa teraniaya dan
terancam.
Oleh karena itu jika dalam suatu negara keadilan dapat ditegakkan, dan rasa
keadilan dapat dinikmati oleh semua aspiran, maka aspirasi garis keras akan mencair
dengan sendirinya. Sebaliknya jika ditekan dengan kekerasan, maka pandangan itu semakin
keras, dan semakin tidak mengenal kompromi.
Biaya memahami perilaku orang-orang yang dianggap berbahaya itu lebih murah
dibanding biaya menumpas mereka dengan keras, apalagi jika berbasis teori psikologi yang
tidak tepat. Nah Psikologi yang tepat untuk memahami fenomena terorisme di Indonesia
adalah Islamic Indigenous Psychology, yang Insya Allah akan menjadi mazhab ke lima dalam
sejarah ilmu Psikologi.

Pengertian Toleran
Toleransi adalah kesiapan menerima realitas adanya perbedaan. Karena perbedaan
itu merupakan realitas maka orang yang toleran tidak merasa terganggu oleh adanya
perbedaan, sebaliknya perbedaan itu dihormati. Etika agamapun mengajarkan bahwa
seseorang boleh bekerja-sama dengan orang yang berbeda dalam menegakkan keadilan,
dalam membangun kesejahteraan sosial, dalam membela si lemah dan hal-hal yang yang
bernilai kebaikan. Di mata orang-orang yang toleran, keragaman adalah keindahan dan
potensi. Tetapi toleransi juga dibatasi, tidak pada pada hal-hal yang destruktip. Orang tidak
boleh toleran terhadap pengedar narkoba, terhadap kemaksiatan terbuka, terhadap korupsi
dan hal-hal lain yang berdampak merusak masyarakat. Toleransi beragama wujudnya ialah
setiap orang beragama bisa menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda
keyakinannya, dan berbeda pula ritual agamanya.

Toleransi biasanya mulai terganggu ketika ada fihak yang berlaku tidak fair,
melanggar kesepakatan, melanggar peraturan dan mempunyai agenda tersembunyi.
Perilaku tidak fair ini lama kelamaan bisa berkembang menjadi bom waktu sehingga hal-hal
yang wajarpun dipersepsi sebagai sesuatu yang tidak wajar. Fanatik dan toleransi
merupakan tantangan ummat beragama, baik di wilayah yang mayoritas muslim, Hindhu
maupun Kristen.
Berikut ini ada tulisan yang sangat menarik dari Lord Azyumardi Azra, Direktur
Pascasarjana UIN Jakarta, tentang Toleransi dan Kristenisasi Dimuat oleh Koran Republika
tanggal. 2 Desember 2010.

KRISTENISASI DAN TOLERANSI
Tidak diragukan lagi, toleransi dan kerukunan antar agama atau persisnya antar
umat beragama sering terganggu karena usaha penyebaran agama yang agresif. Penyebaran
agama tidak terlarang di Tanah Air. Meski demikian, pemerintah telah menetapkan agar
penyebaran agama tidak menjadikan individu dan masyarakat yang telah memeluk agama
tertentu sebagai target pengalihan agama, apalagi secara agresif dengan menggunakan
cara-cara yang tidak pantas; menggunakan segala cara dan bahkan tipu daya. Jika ini terjadi,
tidak bisa lain, ketegangan dan bahkan konflik sulit dielakan dan tidak jarang membuat sulit
aparat keamanan.
Argument yang tidak baru ini sesuai dengan analisis dan kesimpulan policy briefing
Internasional Crisis Group (ICG) yang diumumkan pekan silam (24/11/2010). Bertajuk
Indonesia Christianisation and Intolerance, ICG menyimpulkan, serangkaian kejadian
yang melibatkan penggunaan kekerasan antar umat beragama di Bekasi terkait kasus gereja
dan jemaat Kristen HKBP sejak 2008 dan meningkat pada pertengahan 2010 merupakan
backlash (reaksi balik) kalangan umat Islam terhadap evangelisasi gereja Protestan
fundamentalis yang terus meningkat di Jawa Barat, khususnya di Bekasi. Ketakutan dan
kemarahan kalangan Islam memberikan justifikasi kepada kelompok-kelompok yang disebut
ICG sebagai fundamentalis untuk melakukan mobilisasi masa (Muslim) dan melakukan
kekerasan terhadap gereja atau jemaat denominasi Kristen tertentu.

Seperti dilaporkan ICG, Jawa Barat merupakan wilayah yang sangat cepat
pertumbuhannya bagi Kristen evangelis. Mengutip keterangan petinggi PGI, laporan ICG
menyebut organisasi-organisasi besar evangelis dengan dukungan dana asing menjadikan
Jawa Barat dan Banten sebagai target. Sebab, jika Kristenisasi sukses di kedua provinsi ini,
mereka mendapatkan pijakan lebih kuat di ibu kota Negara, Jakarta. Pertumbuhan ini juga
terkait dengan dana besar, khususnya dari AS bagi organisasi dan gereja evangelis guna
melakukan evangelisasi di Jakarta dan sekitarnya- Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten.
Laporan CGI juga menyebut beberapa organisasi evangelis yang sangat aktif di
wilayah ini. Ada Joshua Project yang menjadikan suku Sunda sebagai target khusus karena
penduduk Kristennya kurang dua persen. Kemudian, Lampstad (Beja Kabuhangan), didirikan
seorang Misionaris Amerika pada 1969, yang memusatkan misinya pada evangelisme dan
penanaman gereja diantara orang-orang Sunda di Jawa Barat.
Selanjutnya, Partners Internasional yang berpusat di Spokane, Washington, yang
dengan mitra lokalnya, mendukung Visi Indonesia 1:1:1, yaitu satu Gereja di satu desa
dalam satu generasi. Untuk mencapai tujuan ini, Partners International bekerja melalui
Evangelical Theological Seminary of Indonesia (ETSI) yang memiliki sekitar 30 cabang di
seluruh Indonesia.
Lalu, ada pula organisasi Campus Crusade for Christ yang berbasis di Orlando,
Florida, dengan cabang lokalnya, Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI). Lembaga
ini pernah menimbulkan kehebohan ketika dalam kegiatan pelatihan ,mereka pada
Desember 2006 di Batu, Malang, seorang pendeta meletakan Alquran di lantai dan meminta
peserta pelatihan mengelilinginya untuk mengusir roh jahat di dalamnya. Pedeta dan
beberapa peserta pelatihan tersebut kemudian ditahan Polri atas alasan penodaan
(blasphemy) terhadap Alquran dan Islam. Menurut laporan ICG, LPMI juga aktif di wilayah
Jawa Barat.
Oraganisasi-organisasi evangelis yang berkomitmen mengkristenkan orang-orang
Islam mendirikan apa yang dilaporkan ICG sebagai shops (took), termasuk di Bekasi. Di
wilayah Bekasi, ada Yayasan Mahanain yang disebut-sebut terkaya dan teraktif. Ada pula
yayasan Bethmidrash Tamiddin pimpinan seorang Kristen yang awalnya Muslim, yang
mewajibkan tamatan sekolahnya mengkristenkan sedikitnya lima Muslim. Dalam
evangelisasinya, yayasan ini menggunakan kaligrafi Arab pada sampul buklet, seolah-olah
isinya tentang Islam.
Pendekatan dan cara-cara tidak fair yang banyak sekali macamnya bisa diduga
menimbulkan kegusaran umat Muslimin sehingga organisasi dan kelompok Islam melakukan
apa yang disebut laporan ICG sebagai fight back (perlawanan balik). Diantaranya yang
paling aktif adalah DDII, KOMPAK, FUI, FPI, Forum Anti Pemurtadan Bekasi (FAPB), GP, Persis
dan banyak lagi.
Dengan perkembagan ini, tidak heran kalau tensi dan ketegangan antara kedua
belah pihak meningkat, yang bahkan menjadi kekerasan. Seperti disimpulkan ICG,
Kristenisasi memiliki potensi mendorong peningkatan ekstremisme dan menyatukan (apa
yang disebut ICG sebagai ) nonviolent and violent Islamists.
Karena itu, jika toleransi dan kerukunan antarumat beragama dapat terjaga di
Indonesia, patutlah penyiaran agama dilakukan dengan tetap mempertimbangkan
sensitivitas agama dan sosial; tidak dengan cara-cara yang menimbulkan keberatan,
kegusaran, dan bahkan kemarahan pihak lain. Meski kemarahan itu punya dasar, tetap saja
tidak ada justifikasi untuk terjerumus ke dalam kekerasan; cara-cara damai tetaplah harus
ditempuh.
posted by : Mubarok institute


TOLERANSI

A. PENDAHULUAN
Toleransi adalah sebuah istilah yang sudah sangat kita kenal. Sebagai
bangsa Indonesia, kita sering diajarkan mengenai toleransi sebagai sebuah
kepribadian bangsa yang luhur. Toleransi memang sudah sangat mendarah daging
bagi bangsa kita. Tidak hanya pada masa ini saja toleransi ada. Ketika Indonesia
merdeka dan pada masa-masa sebelum itu, toleransi sudah ada dalam kamus
bangsa.
ToleransI adalah sebuah bentuk sikap akibat adanya persinggungan hak-
hak individu dalam masyarakat atau hak-hak masyarakat dalam negara. Jadi dapat
dikatakan bahwa toleransi adalah sebuah solusi bagi adanya perbenturan hak-hak.
Agama Islam sebagai agama rahmatn lilalamin sangat menganjurkan agar
umatnya hidup memiliki rasa toleransi baik terhadap sesama muslim maupun
terhadap orang selain muslim sehingga tercpta kehidupan yang damai, rukun dan
tentram. Islam sangat mengajarkan agar umatnya hidup saling memenuhi atau
memperhatikan hak-hak orang lain, tidak egois, yang hanya memenitngkan hak
dirinya sendiri tanpa memenuhi hak orang lain.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah yang berjudul Hadits tentang Toleransi ini,
kita akan mengangkat masalah-masalah sebagai berikut:
1. Definisi toleransi
2. Macam-macam toleransi
3. Pengamalan toleransi



A. Definisi Toleransi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata toleransi
berarti sifat atau sikap toleran. Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai bersifat atau
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri.
Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa asli Indonesia, tetapi serapan
dari bahasa Inggris tolerance, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata
toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English,
toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different
from ones own. Lebih lanjut menurut Abdul Malik Salman, kata tolerance sendiri
berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti berusaha untuk tetap bertahan hidup,
tinggal, atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai atau disenangi.
Dengan demikian, pada awalnya dalam makna tolerance terkandung sikap keterpaksaan.
Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan
dari kata toleransi adalah atau . Kata ini pada dasarnya berarti al-jd
(kemuliaan). atau saat al-shadr (lapang dada) dan tashul (ramah, suka memaafkan).
Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome)
dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia. Dengan
demikian, berbeda dengan kata tolerance yang mengandung nuansa keterpaksaan,
maka kata tasmuh memiliki keutamaan, karena melambangkan sikap yang bersumber
pada kemuliaan diri (al-jd wa al-karam) dan keikhlasan. Jika dicermati dengan seksama,
pemahaman tentang toleransi tidak dapat berdiri sendiri. Ia terkait erat dengan suatu
realitas lain di alam yang merupakan penyebab langsung dari lahirnya toleransi.
Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Memahami toleransi tidak
akan ada artinya tanpa memahami realitas lain tersebut, yaitu kemajemukan.



B. Macam Macam Toleransi
1. Toleransi dalam jual beli
Dari Muhammad bin Al Mukadir, dari Jabir bin Abdullah RA bahwa Rasulullah SAW
bersabda, Allah mengasihi orang yang murah hati apabila menjual, apabila
membeli, dan apabila menagih. (Shahih Bukhari Hadits No. 2076 dalam Fathul Baari
karangan Ibnu Hajari Al asqalani).
Maksud murah hati adalah tidak bersitegang atau yang sepertinya, bukan berarti
tidak melakukan perhitungan saat melakukan jual beli. apabila menagih, yakni
meminta untuk melunasi utangnya dengan cara yang ramah dan tidak memaksa.
Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk bersifat lapang dan murah hati dalam
kehidupan sosial (muamalah), serta menunjukan akhlak mulia satu sama lain. Hadits
ini juga memotivasi agar tidak menusahkan ketika menagih utang serta senantiasa
memberi maaf kepada mereka.

2. Toleransi Dalam Hutang dan Tagihan.
Dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah bahwasannya ia mendengar Dari Abu
Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Pernah ada seorang pedagang
memberi utang kepada manusia. Apabila ia melihat orang yang kesulitan, maka dia
berkata kepada para pelayannya, Berilah kemudahan baginya, mudah-mudahan
Allah memberi kemudahan bagi kita. Maka Allah memberi kemudahan baginya.
(Shahi Bukhari Hadits No. 983 dalam Fathul Baari karangan Ibnu Hajari Al asqalani).
Dalam hadits ini dikatakan bahwa kebaikan yang sedikit tapi dilakukan dengan ikhlas
karena allah, maka akan dapat menghapus keburukan yang banyak. Selain itu, bahwa
pahala itudapat diperoleh oleh orang yang memerintahkan kebaikan meskipun ia
tidak mengerjakannya sendiri secara langsung.
Termasuk cara menagih yang bagus adalah toleran dalam menagih, menerima
kekurangan sedikit yang ada padanya. Menuntutnya dengan mudah, tidak menjilat
(rentenir), tidak mempersulit orang dan memaafkan mereka.

3. Toleransi Dengan Ilmu
Toleransi dengan ilmu di sini yaitu dengan cara menyebarkan ilmu dan ini termasuk
pintu toleransi yang paling utama dan lebih baik daripada toleransi dengan harta,
sebab ilmu lebih mulia daripada harta.
Maka seyogyanya seorang alim menyebarkan ilmu kepada setiap orang yang
bertanya tentangnya bahkan mengeluarkannya secara keseluruhan, bila ia ditanya
tentang suatu masalah. Maka dia memperinci jawabannya dengan perincian yang
memuaskan dan menyebutkan sisi-sisi dalilnya, dia tidak cukup menjawab
pertanyaan si penanya, namun dia menyebutkan contoh kasus serupa dengan
kaitan-kaitannya serta faedah-faedah yang dapat memuaskan dan mencukupinya.
Para sahabat yang mulia Radliyallahu anhum pernah bertanya kepada Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam tentang orang yang berwudlu dengan air laut, maka
beliau menjawab.
"Laut itu suci airnya lagi halal bangkainya" (Hadits Riwayat Ashabus Sunan dan Malik,
lihat takhrijnya secara rinci dalam Ash-Shahihah 480)
Beliau menjawab pertanyaan mereka dan memberikan kepada mereka ketarangan
tambahan yang mungkin sewaktu-waktu lebih mereka butuhkan daripada apa yang
mereka pertanyakan.

4. Toleransi dalam bertetangga
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Demi Allah, seseorang
itu belum sempurna imannya (diulang sampai tiga kali). Ada seorang sahabat yang
bertanya, Siapakah orang yang belum sempurna imannya itu? Beliau menjawab,
Orang yang tetangganya tidak aman karena gangguannya. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar hidup rukun
dan damai dengan tetangga. Bahkan dikatakan dalam hadits tersebut, belum
sempurna iman kita jika tetangga kita tertaganggu karena tingkah laku kita. Islam
sangat mengatur bagaimana adab bertetangga yang baik agar tercipta kehidupan
yang rukun dan damai. Kaitannya dengan ini, sikap toleransi mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kehidupan bertetangga. Dengan adanya sikap toleransi
dengan sesama tetangga maka akan timbul sikap saling menghargai dan
menghormati, tidak akan ada tetangga yang merasa tertaganggu oleh tetangga
lainnya karena masing-masing terpenuhi haknya dengan baik

C. Pengamalan Toleransi
1. Dalam kehidupan berkeluarga
Sikap toleransi sangat dibutuhkan untuk ditumbuhkan dalam keluarga agar
terbentuk suasana keluarga yang harmonis. Setiap anggota keluarga memiliki peran
dan fungsinya masing-masing dalam keluarga. Jika setiap anggota memiliki
kesadaran untuk menjalankan peran dan fungsinya masing-masing, maka tidak akan
ada hak darri salah satu anggota keluarga yang tidak terpenuhi. Sikap toleran dari
orang tua akan menumbuhkan kepribadian yang toleran juga pada anak-anaknya
karena seorang anak akan meneladani apa yang menjadi sikap dari orang tuanya.
Begitu juga hubungan antara anak dengan anak, seorang kakak seharusnya tidak
bertindak semena-mena kepada adiknya.
2. Toleransi dalam kehidupan bermasyarakat
Tolerans adalah sebuah bentuk sikap akibat adanya persinggungan hak-hak individu
dalam masyarakat atau hak-hak masyarakat dalam negara. Jadi dapat dikatakan
bahwa toleransi adalah sebuah solusi bagi adanya perbenturan hak-hak.
Masyarakat terdiri dari individu-individu dengan seperangkat peraturan yang berlaku
di dalamnya. Dalam masyarakat yang beragam atau plural, toleransi akan memegang
peran yang sangat penting. Masyarakat yang plural akan memiliki banyak sekali
perbedaan, sehingga sangat mungkin perbenturan hak akan sering terjadi.
Solusi dari perbenturan hak-hak dalam masyarakat akan tertuang, baik tersurat
ataupun tersirat, dalam peraturan yang ada dalam masyarakat, baik yang tertulis
maupun yang tidak. Masalah perbenturan hak adalah masalah yang penting.
Masalah ini akan menentukan kondisi suatu masyarakat. Bila masalah ini dapat
terselesaikan dengan baik, maka masyarakat itu akan hidup dengan nyaman, dan
sebaliknya bila masalah ini tidak terselesaikan, masyarakat hidup dalam kondisi yang
tidak menyenangkan.
Banyak contoh yang menunjukkan keampuhan toleransi dalam menyelesaikan
masalah ini. Toleransi berlaku di keluarga, masyarakat, dan juga negara dan antar
negara.
3. Toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Kehidupan berbangsa dan bernegara pada hakikatnya merupakan kehidupan
masyarakat bangsa. Di dalamnya terdapat kehidupan berbagai macam adat istiadat,
kebudayaan, suku, pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
Namun demikian perbedaan-perbedaan kehidupan tersebut tidak menjadikan
bangsa ini tercerai-berai, akan tetapi justru menjadi kemajemukan kehidupan
sebagai suatu bangsa dan negara Indonesia. Sebagaimana semboyan negara kita
Bineka Tunggal Ika yang memiliki makna walaupun berbeda tetapi tetap satu, itu
artinya kondisi bangsa Indonesia yang berbeda akan suku, adat istiadat, budaya,
bahasa dan agama, tidak menyebabkan Bangsa Indonesia bercerai berai, namun
justru menjadi sarana untuk mempererat rasa persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia. Oleh karena itu kehidupan tersebut perlu tetap dipelihara agar tidak
terjadi disintegrasi bangsa.
Adapun toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:
a. Merasa senasib sepenanggungan.
b. Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau nasionalisme.
c. Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
d. Tidak menjelek-jelekan kebudayaan, suku, adat istiadat orang lain.




D. Kesimpulan
Toleransi adalah sebuah bentuk sikap akibat adanya persinggungan hak-hak
individu dalam masyarakat atau hak-hak masyarakat dalam negara. Jadi dapat dikatakan
bahwa toleransi adalah sebuah solusi bagi adanya perbenturan hak-hak.
Islam sangat mengajarkan agar umatnya memiliki rasa toleransi, tidak hanya
kepada sesama muslim melainkan juga kepada yang non muslim. Seperti hadits-hadits
yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. yang mana beliau sebagai uswatun
hasanah yang harus kita teladani.
Dengan adanya sikap toleran maka akan terjamin terpenuhinya hak-hak
semua orang di tengah beragamnya hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang. Dengan
adanya sikap toleran juga merupakan sebuah sarana agar tidak terjadinya konflik karena
adanya hak-hak yang berbeda dari setiap orang.

Anda mungkin juga menyukai