Anda di halaman 1dari 2

Sekilas tentang

LAJNAH PENTASHIHAN MUSHAF


AL-QURAN
KEMENTERIAN AGAMA RI
Pendahuluan
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran adalah
Lembaga Pembantu Menteri Agama dalam
bidang pentashihan Mushaf Al-Quran, baik
dalam bentuk cetak, maupun dalam bentuk
produk penemuan elektronik lainnya. Lajnah
dibentuk oleh Menteri Agama (Pasal 1 ayat 1
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
No. 1 Tahun 1982 tentang Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Quran).
Dasar hukum dibentuknya Lajnah adalah
Peraturan Menteri Muda Agama No. 11 Tahun
1959 tentang Lajnah (Panitia Pentashih
Mushaf Al-Quran).
Visi dan Misi Lajnah
A. Visi Lajnah
Terwujudnya kitab suci yang sahih, indah,
mudah dibaca, dapat dipahami dan terpelihara
dengan baik.
B. Misi Lajnah
1. Meningkatkan kualitas pentashihan
mushaf Al-Quran dalam rangka
peningkatan kondisi pelayanan kehidupan
beragama.
2. Meningkatkan kualitas pengkajian Al-
Quran dalam rangka peningkatan kualitas
bimbingan, pemahaman, pengalaman dan
pelayanan kehidupan beragama, serta
peningkatan penghayatan moral dan etika
keagamaan.
3. Meningkatkan kualitas pendokumentasian
dan pemeliharaan manuskrip mushaf,
produk Al-Quran, cetak maupun
elektronik dan benda-benda keislaman,
dengan mengoptimalkan fungsi Bayt
Al-Quran.

Produk yang Ditashih
Lajnah melakukan pentashihan Al-Quran
dalam pengertian yang luas, yaitu meliputi
produk cetak dan elektronik. Barang cetak
berupa naskah Mushaf Al-Quran, Terjemah
dan Tafsir Al-Quran, barang elektronik
meliputi rekaman bacaan Al-Quran dalam
kaset piringan hitam, laser disk, CD, CD-Rom
dan penemuan elektronik lainnya. Pentashihan
tidak saja dilakukan terhadap Al-Quran yang
lengkap 30 juz, tetapi juga terhadap bagian-
bagian Al-Quran, misalnya juz Amma. Selain
itu Lajnah juga mentashih kaligrafi dalam
berbagai media. Lajnah juga mentashih buku-
buku yang ditulis atau diterbitkan oleh
penerbit swasta yang mengajukan
pentashihan. Lajnah juga menangani masalah
yang berkaitan dengan Al-Quran, memberikan
penjelasan kepada masyarakat dan menjawab
surat-surat dari berbagai kalangan perihal
masalah Al-Quran.
Perkembangan Produk Penerbitan
Al-Quran
Penerbitan Al-Quran dari tahun ke tahun terus
meningkat, baik dalam variasi maupun
jumlahnya. Kini, selain berupa produk cetak,
juga bermunculan produk elektronik, seperti
CD-Rom dan Mushaf Digital. Produk-produk
Al-Quran elektronik kebanyakan produk
import.


Prosedur Pentashihan
Semua kegiatan usaha mencetak Al-Quran dan
menerbitkannya harus mengajukan izin lebih
dahulu kepada Lajnah Pentshihan Mushaf
Al-Quran. Permohonan izin mencetak
Al-Quran harus diajukan dengan suatu surat
permintaan pentashihan dengan dilampiri
dokumen perusahaan, dan persyaratan lainnya
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Lajnah.
Apabila segala persyaratan di atas telah
dipenuhi, Lajnah mulai melakukan tugas
pentashihan melalui tahapan-tahapan yaitu (a)
Naskah yang hendak ditashih (2 eksemplar)
dibagikan kepada para pentashih untuk
ditashih. (b) Naskah yang telah selesai ditashih
oleh seorang pentashih, ditshih lagi oleh
pentashih yang lain dengan system silang dan
berulang-ulang. Ada kalanya pentashihan
dilakukan dengan cara berpasangan, yaitu
salah seorang membaca Mushaf Al-Quran
yang dijadikan master, dan seorang lainnya
menyimak dan mencocokkannya dengan
Mushaf Al-Quran yang ditashih. Selain itu,
tashih juga dilakukan dengan menggunakan
kaset rekaman bacaan Al-Quran. (c) Setelah
ditashih beberapa kali melalui system silang
maka dibuatkan daftar koreksian sebanyak 2
rangkap, satu untuk penerbit dan satu untuk
dokumentasi Lajnah. (d) Penerbit melakukan
perbaikan naskah berdasarkan daftar
koreksian. (e) Setelah naskah diperbaiki oleh
penerbit dikirimkan kembali kepada Lajnah
untuk dicocokkan/ditashih ulang. (f) Apabila
semua sudah sesuai dengan petunjuk daftar
koreksian, maka oleh Lajnah naskah tersebut
diserahkan kepada penerbit untuk dilakukan
cetak percobaan . (g) Hasil cetak percobaan
diperikasa lagi oleh Lajnah. Apabila sudah
tidak terdapat kesalahan, maka Lajnah
memberikan izin cetak Al-Quran tersebut,
yaitu dengan menerbitkan Surat Tanda Tashih.
(h) Berdasarkan Surat Tanda Tashih itu, maka
penerbit dapat mencetak Al-Quran secara
massal sebanyak yang disebutkan dalam surat
permohonannya. (i) Penerbit menyerahkan (
5 eksemplar) Al-Quran yang baru dicetak itu
untuk keperluan dokumentasi. (j) Apabila
penerbit bermaksud mencetak ulang Al-
Quran, maka harus dimintakan tashih ulang
kepada Lajnah. (k) Pentashihan terhadap kaset
rekaman Al-Quran, CD-Rom dan barang
elektronik lainnya pada dasarnya sama dengan
prosedur pentashihan media cetak.
Persyaratan Administrasi Penerbitan
Al-Quran
Bagi setiap perusahaan/yayasan yang hendak
mencetak Al-Quran harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Mengajukan surat permohonan
pentashihan kepada Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Quran, Kementerian Agama RI,
yang memuat:
a. Ukuran Al-Quran yang akan
diterbitkan.
b. Jumlah eksemplar (oplag)
AlQuran yang akan diterbitkan.
2. Kelengkapan administrasi
perusahan/yayasan berupa:
a. Akte Notaris Badan Usaha/Yayasan.
b. Surat Izin Usaha Perdagangan.
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
d. Tanda Daftar Perusahaan.
3. Khusus bagi penerbit/percetakan umum,
dalam proses penerbitan/percetakannya
harus ada penanggung jawab orang yang
beragama Islam.
4. Menyerahkan contoh Al-Quran yang
akan ditashih.
5. Cover Al-Quran yang hendak diterbitkan
harus milik sendiri dan berbeda dengan
cover Al-Quran yang telah beredar dan
diterbitkan oleh penerbit lain.
6. Randen (List) Al-Quran harus berbeda
dengan cover Al-Quran penerbit lain.
7. Bagi yang mencantumkan Asmaul Husna,
misalnya untuk diletakkan di belakang
cover harus ditashihan dulu.
8. Memiliki karyawan atau
memperkerjakan orang yang hafal Al-
Quran.
9. Satu Tanda Tashih hanya berlaku untuk
sekali cetak.
10. Apabila penerbit bermaksud mencetak
ulang Al-Quran wajib mengajukan
pentashihan ulang dan mendapat izin dari
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran.
11. Mentaati Proses Pentashihan:
a. Melakukan perbaikan pada naskah
Al-Quran sesuai petunjuk Lajnah.
b. Mengirimkan naskah yang telah
diperbaiki kepada Lajnah untuk
diperiksa ulang.
c. Apabila masih ditemukan kesalahan,
maka penerbit harus memperbaikinya
dan mengirimkannya kepada Lajnah,
begitu seterusnya hingga tidak ada
kesalahan lagi.
d. Apabila sudah tidak ada kesalahan
lagi, maka Lajnah akan memberikan
Surat Tanda Tashih.
e. Dengan mendapat Surat Tanda Tashih,
penerbit dapat melakukan cetak
percobaan.
f. Hasil cetak percobaan dikirim kepada
Lajnah untuk diperiksa (Tashih Pasca
Cetak).
g. Apabila ternyata ada kesalahan, harus
diperbaiki, tetapi apabila sudah benar,
maka penerbit dapat melakukan cetak
massal dan mengedarkan di
masyarakat.
h. Penerbit harus menyerahkan
beberapa eksemplar kepada Lajnah
sebagai bukti penerbitan dan
dokumentasi Lajnah.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencetakan
Mushaf Al-Quran
1. Sebelum penerbit melakukan cetak
mushaf Al-Quran, terlebih dahulu harus
melakukan cetak percobaan yang segera
dikirimkan kepada Lajnah untuk diteliti.
2. Cetak massal baru boleh dilakukan apabila
telah ada persetujuan dari Lajnah.
3. Harus dilakukan kontrol dan pengawasan
yang ketat selama proses cetak
berlangsung, agar tidak terjadi tulisan
yang kabur, botak, rusak, terpenggal dan
kesalahan lainnya.
4. Semua bahan yang dipergunakan untuk
mencetak Al-Quran harus menggunakan
bahan-bahan suci.
5. Sisa dari bahan-bahan Al-Quran yang
tidak dipergunakan lagi harus
dimusnahkan/dibakar, untuk menjaga
supaya tidak dipergunakan sebagai bahan
pembungkus dan lain-lain.
6. Penyimpanan hasil cetakan, baik
sementara masih dalam proses
percetakan, maupun penyimpanan di
gudang, harus diberi alas yang bersih dan
suci.
7. Untuk menjaga kesalahan teknis dalam
penjilidan, harus diperhatikan kebenaran
urutan halamannya.
8. Sewaktu-waktu anggota Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Quran akan
mengadakan pemeriksaan proses jalannya
pencetakan Al-Quran.

Anda mungkin juga menyukai