Anda di halaman 1dari 5

Kontak Kami Panduan Ihwal Blog RSS

www.islamquest.net
Indonesia
Beranda Bank Pertanyaan Al-Quran Tafsir Selasa, 10 Juni 2014
Cari
Adv anced Search
Tanggal Dimuat: 2012/05/06
Hits
18655


Kode Site fa7218 Kode Pernyataan Privasi 25764
Tema Tafsir
Share
Ringkasan Pertanyaan
Apakah hakikat ruh berdasarkan hadis-hadis Islam dan mengapa hal ini tidak diutarakan
secara komprehensif dalam al-Quran?
Pertanyaan
Dalam al-Quran terdapat ayat yang berbunyi, Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh.
Katakanlah, Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit. (Qs. Al-Isra [17]: 85) Mohon jelaskan: pertama, mengapa Rasulullah Saw tidak ingin
menegaskan informasi dan pengetahuan yang lebih luas terkhusus mengenai ruh? Kedua, berdasarkan
hadis-hadis yang ada, apa sebenarnya hakikat ruh itu? Apakah ruh dapat dilihat?
Jawaban Global
Kata ruh mempunyai maksud yang berbeda dalam berbagai disiplin ilmu. Kata ini dalam masing-masing
ilmu memiliki makna istilah yang khas, begitu pula dalam al-Quran, terdapat makna tipikal yang yang
diungkapkan dengan intepretasi-intepretasi yang berbeda.
Terdapat beberapa asumsi mengenai hakikat dari makna ruh yang dipersoalkan pada ayat ini, di
antaranya: ruh hewani, ruh insani (jiwa-berpikir), ruh al-qudus atau Jibril, dan ruh yang bermakna
makhluk yang lebih tinggi dari malaikat. Namun yang pasti bukanlah ruh hewani yang merupakan subyek
kajian dalam ilmu Kedokteran, karena pengetahuan terhadap ruh ini bukan merupakan suatu persoalan
yang jauh dari jangkauan ilmu.
Demikian juga ruh ini bukanlah Jibril, karena dalam sebagian ayat-ayat al-Quran, ruh telah disebutkan
berdampingan dengan malaikat dan dipandang sebagai persoalan yang berbeda dengan malaikat, secara
tegas sebagian hadis juga menunjukkan perkara ini.
Berpijak pada ayat ini tentang hakikat ruh, hanya dalam batasan ini bisa dikatakan bahwa ruh adalah suatu
hakikat yang non-materi dan menjadi urusan Tuhan, suatu perkara yang dinisbahkan kepada Tuhan, tidak
terikat oleh ruang dan waktu serta tidak memiliki tipologi materi.
Memahami bagaimana perkara ketuhanan ini dan tingkatan-tingkatannya digolongkan sebagai rahasia-
rahasia pengetahuan syuhudi (irfani) dan tidak boleh ada persangkaan bahwa Rasulullah Saw sendiri tidak
memilik pengetahuan ini, namun karena mayoritas manusia tidak menjangkau pengetahuan seperti ini,
maka membicarakannya akan menyebabkan kebingungan dan keheranan akal, dengan demikian,
persoalan hakikat ruh tidak diungkapkan secara luas dalam aspek lahiriah al-Quran.
Dari ungkapan di atas menjadi jelas bahwa karena ruh merupakan suatu hakikat yang tidak berada dalam
koridor ruang-waktu dan tidak memiliki tipologi materi, maka ia tidak berada dalam cakupan indera
lahiriah dan penglihatan kasat mata. Akan tetapi, sebagian efek-efek dan manifestasi-imaginal (mitsali)
ruh hadir dalam materi lembut, seperti dalam kehadiran ruh badan-imaginal (mitsali) di alam barzakh.
Perlu diungkapkan bahwa dalam tradisi sebagian disiplin ilmu dan begitu juga dalam ungkapan-ungkapan
yang aplikatif, secara lahiriah ruh digunakan untuk menunjuk bentuk [badan] mitsali ini, karena bentuk
[badan] ini mengandung ruh yang telah berpisah dari badan-jasmani dan secara luas bisa menampakkan
pengaruh-pengaruh ruh. Badan-mitsali ini dapat dilihat dan diindera di alamnya sendiri [alam mitsali atau
barzakhi].
Menu
Ajukan Pertanyaan Sekarang!
Al-Quran
Hadis
Teologi
Sejarah
Sirah



Beranda Bank Pertanyaan Kirim Pertanyaan Baru
Namun hal ini tidak dapat diperbandingkan dengan ruh yang disandarkan secara langsung kepada Tuhan
dan merupakan sejenis perkara Ilahi, karena keberadaan ruh di alam eksistensi [alam akal, mitsal, materi]
lebih tinggi dari perkara-perkara tersebut dan tergolong sebagai rahasia-rahasia Ilahi.
Jawaban Detil
Pendahuluan
Salah satu pembahasan penting dan mendasar dalam agama-agama, hikmah [Hikmah Mutaaliyah],
filsafat, dan irfan adalah pengenalan dan pengetahuan tentang ruh dari dimensi antropologi-filosofis
(pengetahuan filosofis mengenai manusia) dan kosmologi.
Di kalangan para teolog dan filosof Islam, terdapat beragam pendapat mengenai hakikat ruh, begitu
pula, masalah ini terungkap secara global dalam ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis.
Namun secara umum, pengetahuan tentang ruh dalam koridor makna-makna Quraninya (yang banyak
mengisyaratkan tentang suatu hakikat yang lebih tinggi dari malaikat) tidak terjangkau oleh semua
disiplin ilmu empirik dan pikiran-pikiran para intelektual, tapi dapat dicapai oleh suatu pengetahuan
yang bersifat syuhudi dan irfani. Sebagaimana mereka mengatakan bahwa makrifat tentang jiwa yang
tidak lain adalah makrifat tentang Tuhan adalah mengenal hakikat ruh.[1]

Apa yang dimaksud dengan ruh?
Perlu diutarakan bahwa apa yang dimaksudkan dari kata ruh pada beragam disiplin pengetahuan
adalah berbeda-beda, dan kata ini dalam setiap disiplin ilmu, baik dalam ilmu-ilmu klasik maupun
kontemporer memiliki makna istilah tipikalnya tersendiri, begitu pula dalam istilah quraninya memiliki
makna yang khusus yang digunakan dalam ungkapan-ungkapan yang berbeda seperti kata al-ruh,[2]
ruhi,[3] ruh minhu,[4] ruh al-amin,[5] ruh al-qudus,[6] dan lain sebagainya.

3. Ruh dalam ayat 85 surah Isra
Salah satu ayat-ayat penting dalam al-Quran yang mengutarakan tentang hakikat ruh secara umum
adalah ayat 85 surah Isra (18) yang menyatakan, Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh.
Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit.
Terdapat beberapa kemungkinan tentang ruh yang disebutkan pada ayat di atas, ruh hewani, ruh
insani (jiwa-berpikir), ruh al-Qudus atau Jibril, dan ruh yang bermakna suatu makhluk yang lebih tinggi
dari malaikat.
Namun yang pasti, yang dimaksudkan oleh ayat tersebut bukanlah ruh hewani yang merupakan subyek
kajian ilmu Kedokteran, karena pengenalan terhadap hakikat ruh ini berada dalam jangkauan berbagai
disiplin ilmu dan dalam berbagai ilmu Kedokteran klasik dan psikologi modern, terdapat beragam
pemikiran yang tergagaskan tentang hakikat ruh ini.
Begitu pula, tidak bisa dikatakan bahwa yang dimaksud dengan ruh tersebut adalah Jibril, karena kata
ruh selain yang dimaksudkan oleh ayat ini, telah dinyatakan berulang-ulang dalam banyak ayat al-
Quran. Dan dengan alasan karena disebutkan bersama dengan malaikat dan yang terpilih dari mereka
(al-malaikatuh wa ar-ruh, malaikat dan ruh), maka sudah pasti bahwa ruh bukanlah malaikat, di
samping itu sebagian hadis-hadis menegaskan tentang perbedaan dua realitas ini. Mengenai hakikat
ruh yang terdapat pada ayat, Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh..., Allamah Thabathabai
mengatakan bahwa secara lahiriah, ruh adalah suatu ciptaan yang lebih luas [dan lebih tinggi] dari
Jibril dan selain Jibril.
Di bawah ini akan disebutkan sebagian hadis-hadis yang menunjuk bahwa ruh bukan malaikat dan
bukan Jibril:
Seorang datang menghampiri Imam Ali As dan bertanya, Apakah ruh adalah Jibril itu sendiri? beliau
bersabda, Jibril adalah dari malaikat dan ruh bukanlah Jibril.
[7]
Abu Bashir bertanya kepada Imam Shadiq As tentang firman Tuhan, Dan mereka bertanya kepadamu
tentang ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, Imam Shadiq As bersabda, Ruh adalah
suatu ciptaan yang lebih agung [lebih luas, lebih besar, dan lebih tinggi] dari Jibril dan Mikail As. Ruh
ini bersama Rasulullah Saw dan para Imam Ahlulbait dan berasal dari alam malakut.
[8]
Kendati demikian, kita menyaksikan dalam sebagian ayat-ayat al-Quran yang memperkenalkan Jibril As
sebagai Ruh al-Amin, namun bentuk penggabungan dari kedua tema ini adalah sebagaimana yang
ditegaskan oleh Allamah Thabathabai Qs, Dari ungkapan al-Quran dapat disimpulkan bahwa Jibril dan
para malaikat adalah pembawa dan penyampai ruh dan mereka akan senantiasa bersama
dengannya dalam [perjalanan] menurun dan menaik. Dan dari aspek inilah, ruh dari satu sisi adalah
realitas yang tak terpisah dari malaikat dan Jibril, dan dari sisi yang lain sebagai realitas yang terpisah
dari mereka.[9]

4. Hakikat Ruh dalam al-Quran dan ayat 85 surah Isra
Mengenai hakikat ruh ini, pada ayat tersebut, secara umum Allah Swt berfirman, Katakanlah, ruh itu
termasuk urusan [perkara] Tuhan-ku. Supaya hakikat tentang urusan Ilahi ini menjadi jelas bagi
kita, kita dapat merujuk pada sebagian ayat-ayat seperti, Sesungguhnya perkara-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, Jadilah! Maka terjadilah ia.[10] Urusan-Nya
adalah demikian, bahwa ketika Dia menghendaki sesuatu, hanya dengan mengatakan Jadilah, maka
sesuatu tersebut akan segera terwujud.
Menurut Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-Mizn, ayat ini menunjukkan bahwa ruh merupakan
salah satu dari urusan Allah yang dinisbatkan pada zat-Nya, dan karena yang termasuk dalam urusan
Ilahi adalah kalimat kun (jadilah), yang tak lain adalah kalimat pewujudan dan mengisyarahkan pada
perbuatan khusus bagi Zat Ilahi, oleh karena itu, ruh juga termasuk dalam urusan Ilahi dalam skala
masa dan tempat, dan dan sama sekali tidak bisa diperhitungkan dengan kriteria-kriteria materi lain
yang manapun.[11]
Dalam al-Quran, ruh ini didefinisikan dengan berbagai intepretasi, salah satunya disebutkan secara
sendiri dan secara mutlak, seperti ayat di atas. Demikian juga kadangkala disebutkan bersama
malaikat, dan terkadang dikatakan sebagai sebuah hakikat yang akan ditiupkan pada manusia secara
umum, suatu waktu juga merupakan sebuah hakikat yang menyertai orang-orang beriman, dan kali
lain sebagai sebuah hakikat dimana para nabi berinteraksi dengannya.

5. Kenapa tidak ada penjelasan lebih mendalam tentang hakikat ruh?
Secara umum, mengenai hakikat ruh, cukup untuk dikatakan bahwa ruh merupakan sebuah hakikat
non-materi (mujarrad) dan merupakan salah satu dari urusan Allah, akan tetapi pemahaman tentang
bagaimana urusan ketuhanan ini dan tahapan-tahapannya, membutuhkan ilmu syuhudi, dan termasuk
dari rahasia-rahasia mukasyafah, dan karena mayoritas manusia tidak memiliki pemahaman seperti ini,
maka membincangkan masalah ini akan menyebabkan keheranan akal, dan mungkin juga akan
menyebabkan ketersesatan.
Karena itu, dalam al-Quran al-Karim tidak ada penjelasan yang lebih mendalam mengenai pengenalan
ruh.
Dari sini, tidak boleh ada persangkaan bahwa Rasulullah sendiri tidak memiliki ilmu ini, sebagaimana
pengenalan hakikat ruh secara perolehan dan yakin merupakan bagian dari derajat para arif, dan
penjelasan rahasia-rahasianya bagi mereka yang mencintai ilmu ini, tidak akan memiliki manfaat
ilmiah.[12]
Sedangkan yang dimaksud dalam kalimat wa m ttum minal ilmi ill qall adalah bahwa apa yang
dimanfaatkan oleh ulama dari aspek lahirian masalah ini, hanyalah sedikit dari yang banyak, dan
hakikat ruh merupakan sebuah persoalan yang lebih luas, dan memahaminya tidak akan mungkin
diterima kecuali melalui ilmu perolehan (ilm hushuli).

6. Apakah ruh dapat dilihat?
Dari apa yang telah lalu menjadi jelas bahwa karena ruh adalah sebuah hakikat yang tidak terikat oleh
ruang dan waktu dan tidak memiliki karakteristik materi, maka ruh ini tidak berada dalam cakupan
indera lahiriah dan penglihatan kasat mata.
Kendati mukasyafah dan syuhud sebelumnya, ruh dapat diterima bagi para maksum, dan mungkin para
arif juga memiliki syuhud ini secara global, dan tidak ada perbedaan dengan kenonmaterian ruh.
Demikian juga, sebagian dari pengaruh dan manifestasi ruh (bukan zat ruh itu sendiri) bisa
tertampakkan dalam bentuk materi lembut, seperti badan mitsali yang merupakan bentuk ruh di alam
barzah dan memiliki karakteristik-karakteristik yang mirip dengan jasmani duniawi dalam sebuah
derajat yang lebih tinggi dari lathafat dan nuraniyat.

:
:
Perlu disebutkan bahwa dalam tradisi sebagian disiplin ilmu, demikian juga dalam sebagian perubahan
yang aplikatif, menunjuk pada bentuk [badan] mitsali ini, karena bentuk [badan] ini mengandung ruh
yang telah berpisah dari badan-jasmani dan secara luas bisa menampakkan pengaruh-pengaruh ruh.
Badan-mitsali ini dapat dilihat dan diindera di alamnya sendiri [alam mitsali atau barzakhi]. Namun hal
ini tidak bisa diperbandingkan dengan ruh yang disandarkan secara langsung kepada Tuhan dan
merupakan sejenis perkara Ilahi, karena keberadaan ruh di alam eksistensi [alam akal, mitsal, materi]
lebih tinggi dari perkara-perkara tersebut dan tergolong sebagai rahasia-rahasia Ilahi. [iQuest]


[1] . Ahmad bin Muhammad Husain Ardakani, Mar-t al-Akwn (tahrir Syarh Hidayah Mulla Shadra),
hlm. 37, Nasyir, Mirats Maktub.
[2] . Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Qs. Al-Isra [17]: 85); (Dia-lah) yang
mengangkat derajat (para hamba yang saleh), yang mempunyai Arsy, yang mengutus Jibril dengan
perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia
memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat). (Al-Ghafir [40]: 15).
[3] . Maka apabila telah Kusempurnakan penciptaannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku;
maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. (Qs. Shad [38]: 72).
[4] .Menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. (Qs. Al-Mujadalah [58]: 22);
Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan)
kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. (Qs. Al-Nisa
[4]: 171).
[5] . Ar-Ruh al-Amin (Jibril) telah menurunkannya. (Qs. Al-Syuara [26]: 193).
[6] .Dan sesungguhnya Kami telah memberikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa dan telah menyusulinya
(berturut-turut) setelah itu dengan rasul-rasul, serta Kami telah menganugerahkan bukti-bukti
kebenaran (mukjizat) kepada Isa putra Maryam dan memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Rasul-
rasul itu Kami lebih utamakan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang
Allah berbicara (langsung) dengannya dan sebagian yang lain Allah meninggikannya beberapa derajat.
Dan Kami menganugrahkan kepada Isa putra Maryam tanda-tanda (kebesaran Kami) yang jelas serta
Kami memperkuatnya dengan Rhul Qudus. (Qs. Al-Baqarah [2]: 87 dan 253); (Ingatlah) ketika Allah
berfirman, Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku
menguatkanmu dengan Ruhul Qudus. (Qs. Al-Maidah [5]: 110); Katakanlah, Ruhul Qudus (Jibril)
menurunkan Al-Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang
telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah). (Qs. Al-Nahl [16]: 102).
[7] . Kulaini, Kf, jil. 1, hal. 274, Dar al-Kutub al-Islamiyyah, Teheran, 1365.
[8] . Ibid, jil. 1, hlm. 273.
[9] . Sayyid Muhammad Husain Thabathabai, Al-Mzn, Sayyid Muhammad Baqir Musawi Hamadani, jil.
13, hlm. 171-172, Jamiah Mudarrisin, Qom, 1374.
[10] . Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya,
Jadilah! Maka terjadilah ia. (Qs. Yasin [36]: 82).
[11]. Al-Mzn, jil. 1, hlm. 528-29.
[12]. Ma-rt al-Akwn (Syarh Hidyah Mulla Shadra) hal. 36.

Pertanyaan Terkait
Bagaimana kita dapat menghilangkan sifat-sifat tercela dari dalam diri kita?
Apa dampak positif dan konstruktif yang dirasakan orang yang memiliki akhlak terpuji seperti bersikap baik
kepada sesama?
Terjemahan dalam Bahasa Lain

What is the essence of the Ruh (Soul/Spirit) and why doesnt the Quran explain much about it?
(Indonesia)RSS Copyright 2013 - All Rights Reserved Developed by AfarineshWeb
:
:
:
Komentar

slam rivayetlere gre ruhun mahiyeti nedir ve Kuranda bu konuda neden daha fazla bir aklama
yaplmamtr?

Email*
Komentar*
Kode Keamanan*
Ajukan
Pertanyaan-pertanyaan Acak
Apa gerakan substansial itu (al-harakah al-
jauhariyah) dan bagaimana perannya dalam
kehidupan keseharian manusia?
Apa warna sorban Nabi Saw dan para Imam
Maksum As?
Apa saja Asm al-Husn Ilahi menurut pendapat
para Imam Suci As?
Apakah Jibril hanya turun tatkala menyampaikan
wahyu kepada Rasulullah Saw atau ia senantiasa
bersama Rasulullah Saw?
Apakah postulat filsafat berbeda dengan postulat
agama?
Siapakah yang dimaksud orang-orang saleh?
Mengapa surah al-Ftiha dijadikan sebagai pembuka
kitab al-Quran sementara ia bukan surah pertama
yang diturunkan?
Apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menikah dengan wanita non-Muslim?
Apa hukumnya menghadiahkan al-Quran kepada
seorang Hindu yang familiar dan senang menelaah
al-Quran?
Populer Hits
Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan
yang hidup di muka bumi?
Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk
hewan atau berada pada alam barzakh?
Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-
Muslim di internet?
Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
Apakah praktik onani merupakan dosa besar?
Bagaimana jalan keluar darinya?
Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana
kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah
nasabnya merunut kemana? Mengapa dia
menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami?
Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan
dan diijabah?
Apakah suami dan isteri diwajibkan mengenakan
pakaian ketika melakukan senggama?
Mengapa orang-orang Syiah mengerjakan shalat
dengan tangan terbuka? Dan mengapa orang-orang
Sunni mengerjakan shalat mereka dengan tangan
tertutup?
Jejaring
Ensiklopedia Islam
www.islampedia.ir
Kantor Ayatullah Hadawi Tehrani
www.hadavi.info
Yayasan Serambi Hikmah (Ravaq
Hikmat)
www.ravaqhekmat.ir

Anda mungkin juga menyukai