Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Minyak Kelapa Murni (VCO)
2.1.1 Minyak Kelapa murni ( VCO )
Selama sekitar 3960 tahun yang lalu, dari 4000 tahun sejak adanya catatan
sejarah, telah diketahui penggunaan buah kelapa sebagai bahan makanan dan
kesehatan. Selama itu, dicatat bahwa buah kelapa memang sangat bermanfaat,
tanpa efek samping. Pohon kelapa dipandang sebagai sumber daya berkelanjutan
yang memberikan hasil panen yang berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan
masyarakat di daerah tropis. Dan yang penting adalah buahnya, daging kelapa, air
kelapa, santan, dan minyaknya ( Darmoyuwono, 2006 ).
Belakangan ini, pemanfaatan daging buah kelapa menjadi lebih variatif.
Virgin coconut oil ( VCO ) merupakan bentuk olahan daging kelapa yang baru-
baru ini banyak diproduksi orang. Di beberapa daerah, VCO lebih terkenal
dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau minyak kelapa murni
( Setiaji dan Prayugo, 2006 ).
Pada pengolahan minyak kelapa biasa atau minyak goreng secara
tradisional dihasilkan minyak kelapa bermutu kurang baik. Hal tersebut ditandai
dengan adanya kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi di dalam
minyak kelapa. Bahkan warnanya agak kecokelatan sehingga cepat menjadi
tengik. Daya simpannya pun tidak lama, hanya sekitar dua bulan saja. Oleh
karena itu, dilakukan serangkaian pengujian untuk memperbaiki teknik
pengolahan minyak kelapa tersebut sehingga diperoleh minyak kelapa dengan





mutu yang lebih baik dari cara sebelumnya. Minyak kelapa yang dihasilkan
memiliki kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening,
serta berbau harum. Daya simpannya pun menjadi lebih lama, bisa lebih dari 12
bulan ( Rindengan dan Novarianto, 2004 ).
Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari trans-
fatty acid (TFA) atau asam lemak-trans. Asam lemak trans ini dapat terjadi akibat
proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi
minyak kelapa ini dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi,
pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa secara
cepat dan lain-lain ( Darmoyuwono, 2006 ).
Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain :
1. penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum
2. aroma : ada sedikit berbau asam ditambah bau caramel
3. kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol (1:1)
4. berat jenis : 0,883 pada suhu 20C
5. pH : tidak terukur, karena tidak larut dalamair. Namun karena termasuk
dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH di bawah 7
6. persentase penguapan : tidak menguap pada suhu 21C (0%)
7. titik cair : 20-25C
8. titik didih : 225C
9. kerapatan udara (Udara =1) : 6,91
10. tekanan uap (mmHg) : 1 pada suhu 121C
11. kecepatan penguapan (Asam Butirat =1) : tidak diketahui
( Darmoyuwono, 2006 ).





2.1.2 Kandungan Minyak Kelapa Murni (VCO)
Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni mengandung asam lemak
rantai sedang yang mudah dicerna dan dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah
penimbunan di dalam tubuh. Di samping itu ternyata kandungan antioksidan di
dalam VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini
berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh
(Setiaji dan Prayugo, 2006).
Komponen utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam
lemak tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam
laurat . VCO mengandung 53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat.
Keduanya merupakan asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium
Chain Fatty Acid (MCFA). Sedangkan menurut Price (2004) VCO mengandung
92% lemak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh dan 2% lemak poli tidak jenuh
(Wardani, 2007).
2.1.3 Pembuatan Minyak Kelapa Murni (VCO)
Ada beberapa cara pembuatan minyak kelapa murni (VCO) yaitu:
a. Cara Tradisional
Cara ini sudah lama dipraktikkan oleh ibu-ibu di pedesaan. Umumnya,
VCO yang dihasilkan digunakan untuk minyak goreng. VCO yang dihasilkan
dengan cara tradisional berwarna agak kekuningan dan memiliki daya simpan
yang tidak lama. Kandungan antioksidan dan asam lemak rantai sedang juga
sudah banyaj yang hilang. Cara pembuatannya yaitu sabut buah kelapa dikupas
kemudian dibelah dan daging buahnya dicongkel. Daging buah tersebut
dibersihkan dengan air mengalir kemudian diparut. Hasil parutan kelapa di





campur dengan air dengan perbandingan 10:6. Endapkan santan sekitar 1 jam
sampai terbentuk krim santan dan skim santan. Ambil krim santan dan panaskan
hingga mendidih pada suhu sekitar 100-110 C. Matikan api bila sudah terbentuk
minyak dan blondo. Lama waktu yang dibutuhkan sekitar 3-4 jam. Minyak yang
sudah diperoleh disaring dengan menggunakan kain dan kertas saring.
b. Cara Pemanasan Bertahap
Cara ini dilakukan untuk menyempurnakan pembuatan VCO cara
tradisonal. Minyak yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan cara tradisional. Minyak yang dihasilkan berwarna bening
seperti kristal dan memiliki daya simpan yang lebih lama berkisar 10-12 tahun.
Kandungan asam lemak tidak banyak yang berubah dan kandungan
antioksidannya pun masih lengkap dalam jumlah yang seimbang. Cara
pembuatan dengan metode ini sama dengan cara pembuatan dengan cara
tradisional, yang berbeda terletak pada suhu pemanasan. Dimana, pada
pemanasan bertahap suhu yang digunakan sekitar 60-75 C. Bila suhu mendekati
angka 75 C matikan api dan bila suhu mendekati angka 60C nyalakan lagi api.
Demikian seterusnya sampai terbentuk minyak dan blondo. Kemudian lakukan
penyaringan.
c. Cara Enzimatis
Cara ini merupakan cara pembuatan VCO tanpa proses pemanasan.
Minyak yang dihasilkan berwarna bening seperti kristal. Kandungan asam lemak
rantai sedang dan antioksidannya tidak banyak berubah sehingga tidak mudah
tengik. Enzim yang dibutuhkan adalah enzim protease, enzim papain (daun
papaya), enzim bromelin (buah nanas), dan enzim protease dari kepiting sungai.





Cara pembuatan santan sama dengan dua metode di atas. Setelah terbentuk santan
diamkan selama 1 jam sampai terbentuk krim dan skim santan. Buang bagian
skim santan dengan menggunakan selang. Parut nanas hingga halus. J ika
menggunakan daun papaya iris tipis-tipis sampai mengeluarkan getah. J ika
menggunakan kepiting sungai maka kepiting tersebut dihaluskan. Campurkan
santan dengan enzim bromelin atau enzim papain atau enzim protease kepiting
sungai dengan cara diaduk. Diamkan selama 20 jam hingga terbentuk 3 lapisan
yaitu minyak, blondo dan air. Buang air dengan selang dan ambil minyak dengan
sendok besar secara hati-hati agar blondo tidak ikut. Lalu lakukan penyaringan.
d. Cara Pengasaman
Cara ini tidak memerlukan pemanasan sehingga minyak yang dihasilkan
bening, tidak cepat tengik, dan daya simpannya sekitar 10 tahun. Cara pembuatan
santan sama dengan cara diatas. Diamkan santan sampai terbentuk krim dan skim.
Buang bagian skim kemudian tambahkan beberapa ml asam cuka kedalam krim
santan. Ambil kertas lakmus, celupkan kedalam campuran santan-cuka. Cek pH
nya. J ika kurang dari 4,3 maka, tambahkan lagi asam cuka. J ika lebih dari 4,3
maka, tambahkan lagi air. J ika pH sudah cocok diamkan campuran tersebut
selama 10 jam hingga terbentuk minyak, blondo, dan air. Buang bagian air dan
ambil bagian minyak kemudian lakukan penyaringan.
e. Cara Sentrifugasi
sentrifugasi merupakan cara pembuatan VCO dengan cara mekanik. Cara
ini membutuhkan biaya yang mahal karena menggunakan alat yang mahal. Cara
ini lebh cocok digunakan dalam skala besar seperti di pabrik. Waktu yang
diperlukan relatif cepat yaitu sekitar 15 menit. Cara pembuatan santan sama





dengan yang di atas. Diamkan santan selama 1 jam. Masukkan krim santan
kedalam alat sentrifuse. Atur pada angka 20.000 rpm dan waktu pada angka 15
menit. Kemudian nyalakan alat sentrifuse. Diamkan sentrifuse dan diamkan
sebentar. Ambil tabung dimana di dalam tabung terbentuk 3 lapisan. Ambil
bagian VCO dengan menggunakan pipet tetes.
f. Cara Pemancingan
Cara ini ditemukan untuk memperbaiki cara-cara pembuatan VCO
sebelumnya. Untuk mendapatkan VCO yang baik maka, pada cara ini
memerlukan VCO sebagai umpan. Cara pembuatan santan sama dengan cara
diatas. Diamkan santan sampai terbentuk krim dan skim. Buang bagian skim
kemudian tambahkan VCO kedalam bagian krim dengan perbandingan 1:3. Aduk
rata sekitar 5-10 menit. Diamkan selama 10 jam sampai terbentuk VCO, blondo
dan air. Buang bagian air dengan selang. Ambil VCO dengan sendok. Kemudian
lakukan penyaringan dengan cara yang sama seperti yang di atas.
2.2 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitive, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi
tubuh (Wasitaatmadja, 1997).
Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel yang terdiri atas stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis
(Wasitaatmadja, 1997).





Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik
karena kosmetik dipakai pada epidermis (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) yang terdiri dari pars papilaris
yaitu dan pars retikularis (Wasitaatmadja, 1997).
3. Lapisan subkutis (hypodermis)
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi
sel-sel lemak didalamnya (Wirakusumah, 1994).
2.2.1 Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia. Fungsi
tersebut antara lain :
1. Fungsi Proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi,
seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya),
gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet,
gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus (Wasitaatmadja, 1997).
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan
berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh.
Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara
mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap
racun dari luar. (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Fungsi Absorpsi
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal dan tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zat yang





menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antarsel, saluran kelenjar
atau saluran keluar rambut.
3. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, ammonia
dan sedikit lemak. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit
dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan
sehingga kulit tidak menjadi kering.
4. Fungsi Pengindra (Sensori)
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Badan ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin dan
rangsangan panas diperankan oleh badan Krause.
5. Fungsi Pengaturan suhu Tubuh (Termoregulasi)
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh
meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan
kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas
tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit
melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin.
6. Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)
Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan basal
epidermis. J umlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang
terbentuk menentukan warna kulit. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk
pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.





7. Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama :
keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal
yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih polygonal yaitu sel
spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula
menjadi sel granulosum. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna
untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara
baik.
8. Fungsi Produksi Vitamin D
Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari
kebutuhan tubuh akan vitamin D.
9. Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit
mampu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam
jiwa manusia (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.2 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit umumnya terdiri atas 3 jenis,
dengan tambahan jenis kulit kombinasi dan kulit yang bermasalah.
1. Kulit normal; merupakan kulit ideal yang sehat, tidak mengkilap atau
kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.
2. Kulit berminyak; adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan
kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam,
biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.





3. Kulit kering; adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang
kurang atau sedikit sehingga pada permukaan terasa kering, kasar karena
banyak lapisan kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan
mudah terlihat kerutan.
4. Kulit campuran atau kombinasi; yaitu kulit seseorang yang sebagian
normal sebagian lafi kering atau berminyak.
5. Kulit sensitif; yaitu kulit yang peka terhadap aplikasi zat kimia di atasnya.
6. Kulit berjerawat; yaitu kulit yang disertai adanya jerawat, biasanya
berminyak
7. Kulit hiperpigmentasi; yaitu kulit yang disertai dengan bercak hitam
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3 Kosmetika Pelembab
Kosmetika berasal dari bahasa Yunani kosmetikos yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Dalam defenisi tersebut, yang dimaksud
dengan tidak dimaksudkan untuk mengobati dan menyembuhkan suatu penyakit
adalah sediaan tersebut seyogiyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetika pelembab merupakan jenis kosmetika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penguapan air yang berlebihan dari kulit. Mekanisme
dimana kulit mengalami kekeringan belum jelas dipahami. Beberapa orang dapat
mengalami kulit kering pada waktu dan berbagai kondisi lingkungan tertentu,
tetapi pada beberapa orang lainnya jarang mengalami gejala yang sama pada
berbagai kondisi lingkungan. Kekeringan pada umumnya terlihat pada keadaan
udara dingin dan ketika kelembaban relatif rendah (Navarre, 1975).





Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang
antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan
lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air
yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Selain itu, kulit juga dilindungi oleh
bahan-bahan yang bisa menyerap air seperti asam amino, purin, pentose, choline,
dan derivate asam fosfat yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum
corneum (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kandungan air dalam sel-sel kulit normal lebih dari 10%, bila terjadi
penguapan air berlebihan maka nilai kandungan air tersebut berkurang. Cara
mencegah penguapan air dari sel kulit adalah :
1. Menutup permukaan kulit dengan minyak ( oklusif).
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan salam
kulit.
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat
hidrofilik yang menyerap air.
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruhnya yang
mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Umumnya kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati,
hewan maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan
untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi
penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan
kegunaan dari minyak kulit semula (Wasitaatmadja, 1997).
Ada dua macam kosmetika pelembab, yaitu :
a. Kosmetika pelembab berdasarkan lemak





Kosmetika pelemban tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing
cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,
sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit
menjadi lembab dan lembut.
b. Kosmetika pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis
Preparat jenis ini akan mongering di permukaan kulit, membentuk lapisan
yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit
nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak
atau minyak dalam air. Namun, sekarang ini lebih diarahkan untuk produk yang
terdiri dari emulsi minyak dalam air, yang dapat dicuci dengan air
( Ditjen POM, 1995).
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air, dan
dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini, diberi
istilah demikian karena waktu krim ini digunakan dan digosokkan pada kulit,
hanya sedikit atau tidak terlihat bukti nyata tentang adanya krim tersebut
( Lachman, 1994).





Basis krim (vanishing cream) lebih banyak disukai pada penggunaan
sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit,
tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing
cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan
(gliserin, propilenglikol, sorbitol 70%) sering ditambahkan pada vanishing cream
dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis
(Voight, 1995).
2.5 Emulsi
Menurut Ditjen POM (1995) emulsi adalah sistem dua fase, yang salah
satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan-tetesan kecil menjadi tetesan besar dan
akhirhnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Dikenal dua macam tipe
emulsi emulsi yaitu emulsi tipe minyak dalam air dimana tetesan minyak
terdispersi dalam fase air dan tipe air dalam minyak dimana tetesan air terdispersi
dalam fase minyak (Anief, 2005).
Dalam sediaan kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan
merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan
mengandung beberapa komponen (Ansel, 1989). Pada umumnya, sebagian besar
sediaan kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Emulsi minyak dalam air dapat dengan mudah
dicuci dengan air karena sifatnya yang mudah dibasahi oleh air. Tipe emulsi ini





cocok untuk preparat-preparat krim, lotio yang pada penggunaannya diinginkan
dapat dengan mudah dihilangkan dari kulit (Ditjen POM, 1985 ).
Selain itu, tipe emulsi minyak dalam air mengandung 10 sampai 35% fase
minyak dan dapat menurunkan viskositas emulsi dari fase minyak 5 sampai 15%.
Air sebagai fase eksternal membantu mengurangi kekeringan stratum korneum
pada kulit sehingga emulsi minyak dalam air banyak digunakan dalam sediaan
krim (Barel dan Maibach, 2001).
2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang biasanya digunakan pada sediaan krim pelembab
mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat penutup untuk kulit yang berpori
lebar, zat humektan, zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi,
zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).
1. Zat emolien
Zat emolien adalah zat yang digunakan pada kulit untuk mengurangi
gejala kekeringan pada kulit (Navarre, 1975). Zat ini juga berfungsi
untuk melunakkan kulit. Yang termasuk emolien adalah lanolin dan
derivatnya, sterol, phospholipid, hydrocarbon, asam lemak, ester asam
lemak, ester asam lemak dengan alkohol.

2. Zat sawar (barier)
Berfungsi untuk melindungi kulit dari kehilangan air yang berlebihan
pada lapisan tanduk. Bahan yang biasa digunakan adalah paraffin,
cera, Na CMC, tragacanth, dll.





3. Zat humektan
Berfungsi untuk mengatur kelembaban sediaan baik dalam wadah
maupun pemakaiannya pada kulit. Yang biasa dipakai adalah gliserin,
propilen glikol, sorbitol.
4. Zat pengental dan pembentuk lapisan tipis
Biasa digunakan dengan kadar lebih kecil dari 1%. Contohnya: gom,
alginate, derivate sellulosa, carbopol, PVP dan lain-lain
(Balsam, 1972).
5. Zat pengemulsi
Digunakan untuk menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar-
permukaan antara tetesan dan fase eksternal (Ditjen POM, 1995).
6. Pengawet
Bahan untuk mencegah tumbuhnya atau untuk bereaksi dan
menghancurkan mikroorganissme yang bisa merusak produk atau
tumbuh pada produk. Kontaminasi dengan mikroorganisme dapat
menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap, perubahan warna,
perubahan viskositas, penurunan daya kerja bahan aktif, pemisahan
emulsi, perubahan perasaan atas pemakaian produk
(Tranggono dan Latifah, 2007).
7. Parfum
Untuk memberikan bau yang segar harum pada sediaan.
8. Pewarna
Digunakan untuk memberikan warna pada sediaan agar sediaan
memiliki tampilan yang baik (Wasitaatmadja, 1997).





2.7. Silika Gel
Pemerian silika gel merupakan silicon dioxide (SiO2) terhidrat sebagian,
amorf, terdapat dalam bentuk granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. J ika
digunakan sebagai pengering, seringkali dialut dengan senyawa yang berubah
warna jika kapasitas penguapan air telah habis (Ditjen POM, 1995).
Silika gel bersifat non-toxic, dan mampu memberikan kapasitas
dehumidification fisikawi dan kimiawi karena memiliki kemampuan adsorbsi dan
stabilitas kimia yang baik, area permukaan yang luas, serta kekuatan mekanis
yang tinggi. Silika gel digunakan sebagai desiccant yang berfungsi menyerap
kelembaban dan mencegah kerusakan selama penyimpanan. Di dalamnya
terdapat granula yang menghubungkan pori-pori mikroskopik yang akan
menangkap dan menahan uap air. Silika gel yang siap digunakan berwarna biru,
sedangkan jika silika gel sudah menyerap uap air, maka silika gel akan berubah
warna menjadi pink.Bahan pengering tersebut dapat diaktifkan lagi dengan cara
pemanasan pada suhu 110
o
C hingga warna semula tampak lagi (Anonim, 2009)

Anda mungkin juga menyukai