Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANAJEMEN TANAMAN

MANAJEMEN RUMPUT LAPANGAN BOLA


Zoysia matrella (L.) Merr


Disusun oleh:
1. Amal Wira Nurhanafi (12164/ PN)
2. Zulham Aaron Mochamad (12172/ PN)
3. Rivandi Pranandita Putra (!2175/ PN)
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Tohari



PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..
B. Tujuan
BAB II. PELAKSANAAN SURVEI LAPANGAN.
BAB III. BUDIDAYA RUMPUT LAPANGAN BOLA..
BAB IV. KEBUTUHAN BIAYA..
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan..
B. Saran..
DAFTAR PUSTAKA














DAFTAR LAMPIRAN (GAMBAR)

Gambar 1. Tahap Penggalian Parit Sebagai Tempat Pipa HDPE Sebagai Saluran Bawah
Tanah
Gambar 2. Pemasangan Geotextile Non Woven di Parit untuk Pemisah dengan Lapisan Tanah
Asli.
Gambar 3. Tahap Pembentukan Elevasi Kemiringan Sebagai Run-off Air..
Gambar 4. Tahap Pengurugan Pasir Pilihan Sebagai Media Tanam.
Gambar 5. Penanaman stolon (batangan ) rumput dengan jarak yang telah ditentukan
Gambar 6. Rumput Zoysia matrella (L.) Merr..
Gambar 7. Potongan kecil rumput Zoysia matrella (L.) Merr yang Siap Ditransplanting.













BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumput dapat digunakan sebagai karpet alami pada lapangan bola, golf, taman, wilayah
terbuka pada perkotaan, dan sebagainya. Perawatan dan manajemen rumput lapangan mungkin
masih dianggap relatif mudah untuk sebagian orang karena tidak melibatkan crane, atau jenis
operasi skala besar dari seluruh pembangunan stadion baru. Namun pada kenyataannya, hal
tersebut tidak benar. Detail dan perencanaan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan sepak
bola profesional menuntut budidaya dan perawatan khusus rumput menjadi perhatian serius.
Pertama, adalah penting untuk memperoleh pemahaman tentang bagaimana sering lapangan
diperlukan. Sebuah lapangan yang digunakan untuk pertandingan selama sepuluh jam seminggu
membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk lapangan yang digunakan untuk pertandingan
setiap lima belas hari. Rumput lapangan adalah salah satu elemen inti dari proyek stadion baru,
membutuhkan perawatan dan perhatian agar dalam kondisi pertandingan yang sempurna.
Kesehatan dan keindahan suatu padang rumput sangat tergantung pada bagaiman teknik
budidaya yang dilakukannya. Di luar negeri, jasa agronom sangat dibutuhkan dalam perhatian
khusus terkait seni/arsitektur dan agronomi. Setiap masalah yang terkait dengan desain, dari
irigasi gerakan tanah dan pemeliharaan, telah ditangani oleh teknisi ahli menggunakan bahan-
bahan khusus, seni penanaman, dan teknologi (Anonim, 2011).
B. Tujuan
Mengetahui teknik pembudidayaan dan perawatan rumput lapangan bola secara umum.






BAB II.
PELAKSANAAN SURVEI LAPANGAN

Survei lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 25 Mei 2013 di Stadion
Maguwoharjo, Depok, Yogyakarta. Survei dilakukan dalam bentuk wawancara dan pengamatan
rumput lapangan. Wawancara dilakukan dengan Bapak Riyanto, pengelola rumput stadion
tersebut. Alat yang diperlukan adalah alat tulis, sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah daftar
pertanyaan sebagai berikut:
1. Jenis rumput apa yang dibudidayakan di stadion ini?
2. Bagaimana sejarah penanaman rumput di stadion ini?
3. Bagaimana proses penanamannya?
4. Bagaimana proses pembuatan lapangan, dimulai dari pemasangan pipa dan
pembuatan saluran drainase untuk keperluan irigasi?
5. Darimana sumber air untuk irigasi diperoleh?
6. Bagaimana pemeliharaan dilakukan (pengairan, pemangkasan, pemupukan,
pengendalian gulma, pengendalian hama, dll) ?
7. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk perawatan?










BAB III.
BUDIDAYA RUMPUT LAPANGAN BOLA
A. Jenis Rumput Budidaya
Rumput yang ditanam untuk menutup permukaan lapangan sepak bola tidak bisa
sembarangan. Rumput itu harus memenuhi kriteria mampu merambat, rapat menutup tanah,
berusia tahunan, tahan injakan, serta membentuk jaringan di bawah daun dan di atas akar. Dari
lebih kurang 10.000 spesies rumput di dunia, yang dimanfaatkan untuk lapangan sepak bola
tidak lebih dari 15 jenis. Rumput- rumput penutup lapangan sepak bola ada yang berasal dari
daerah tropis dan subtropis. Beberapa jenis rumput tropis bisa ditemui di Indonesia, seperti
rumput bermuda atau grinting (Cynodon dactilon), rumput karpet (Axonopus compresus), serta
rumput Zoysia matrella dan Zoysia japonica yang mirip rumput jepang, tetapi berdaun lebih
lebar (Rejeki, 2012).
B. Pengenalan Rumput Zoysia matrella (L.) Merr
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Stadion Maguwoharjo, rumput yang
dibudidayakan adalah rumput Zoysia matrella (L.) Merr, dengan taksonomi sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiosperms
Kelas: Monokotil
Sub-Kelas: Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Subfamili: Chloridoideae
Genus: Zoysia
Species: Zoysia matrella (L.) Merr.
Rumput tersebut adalah salah satu rumput yang hidup di daerah tropis dan telah
mendapat pengakuan nasional maupun internasional untuk di pakai di lapangan sepak bola.
Hal ini disebabkan karena rumput tersebut mempunyai karakteristik yang dibutuhkan untuk
suatu lapangan sepak bola yang bertaraf internasional yaitu berdaun halus ( lebar daun sekitar
1.5 - 2.5 mm) tumbuh tegak sehingga memberi kesan padat, tebal dan tidak licin. Selain
rumput tersebut, biasanya juga digunakan rumput Rumput Paitan (Axonopus compressus
[Swartz] Beauv.). Rumput jenis ini disebut juga rumput Manila. Jenis rumput ini biasanya
menutupi tanah di bawah perkebunan kelapa di tanah pantai pasir. Pembiakan secara alami
dilakukan menggunakan biji. Merupakan pengikat pasir yang baik dan ditanam untuk rumput
halaman rumah. Rumput ini akan semakin banyak memamerkan kehijauannya ketika tanah yang
ditempatinya adalah tanah berlempung dan keras. Bila rumput ini berada di tanah berpasir,
rumput ini akan cenderung melanjutkan pengembaraan bawah tanahnya dengan membentuk
rimpang di bawah tanah sepanjang mungkin. Ketika waktu tiba, ketika tanpa sengaja ujung
rimpang mendekati permukaan tanah dan merasakan sinar matahari, rumput ini akan muncul dan
membentuk daun-daun hijaunya Pertumbuhan rumput manila ini tergolong sangat lambat. Dalam
pemeliharaannya, rumput manila tergolong rumput yang mudah dipelihara, karena cukup terkena
sinar matahari dan sebenaranya tidak perlu pemangkasan secara berkala. Rumput ini banyak
digunakan di lapangan sepakbola di Eropa, termasuk lapangan Arsenal. Di Indonesia, sudah ada
beberapa stadion yang menggunakan rumput manila ini. Selain itu, Zoysia matrella juga
dimanfaatkan untuk pakan ternak pada tanah-tanah berpasir di wilayah pantai dimana
rerumputan lain tidak dapat beradaptasi dengan kondisi lahan pantai (Steven, 2012).
Zoysia matrella (L.) Merr, merupakan salah satu jenis rumput hias yang banyak sekali
dipakai terutama dalam pertamanan dan untuk berbagai bangunan lainnya. Rumput ini berkesan
dan berpenampilan lembut, tumbuh dengan rata, padat, dan kuat sehingga diklarifikasikan
sebagai jenis rumput yang berkualitas tinggi. Kelebihan lain yang dimiliki jenis rumput ini
adalah mempunyai kecepatan tumbuh yang lambat, tidak adanya cacat yang cukup signifikan
akibat serangan hama dan penyakit tanaman serta pengganggu lainnya, toleran terhadap
kekeringan, serta suhu dan kadar garam yang relatif tinggi. Salah satu sifat utama dari rumput ini
adalah rendahnya kecepatan pertumbuhannya, sehingga tidak memerlukan kecepatan waktu
perawatan yang diperlukan, dengan demikian perlu dilakukan teknik budidaya tertentu yang bisa
memacu pertumbuhannya secara baik dan berkualitas, seperti memberikan pupuk dan sejenisnya
sehingga waktu dan laju pertumbuhan dapat relatif dipercepat tetapi tetap akan mempertahankan
kualitas estetik atau penampilan visualnya. Memiliki sifat yang tidak berpengaruh pada jarak
tanam akan tetapi mempunyai peubah pada keseragaman pertumbuhan. Semakin besar ukuran
lempeng maka waktu penutupan semakin cepat dan keseragaman pertumbuhannya semakin baik.
Secara statistik, ukuran lempeng sangat berpengaruh terhadap persentase penutupan tanah,
kecepatan penutupan tanah, kualitas penampilan dan keseragaman tumbuh. Dengan demikian,
kombinasi perlakuan yang memperlihatkan hasil terbaik pada jenis rumput Zoysia matrella
adalah bahwa jarak tanam hanya akan berpengaruh pada keseragaman pertumbuhannya saja
tidak memberikan pengaruh pada peubah lainnya (kualitas warna daun dan penampilan)
(Perdana, 2012).
C. Perbanyakan (Reproduksi) Rumput Zoysia matrella (L.) Merr
Rumput umumnya membiak dengan dua cara yaitu generative (biji) dan vegetatif. Generatif
(Biji) Perbanyakan tanaman melalui biji, akan menghasilkan individu baru yang bergantung pada
sifat kedua induknya. Perkembangbiakan dengan cara ini kadang-kadang menghasilkan anak
yang tidak menyerupai induknya. Untuk penanaman rumput yang berasal dari biji maka terlebih
dahulu harus disemai pada petak semaian atau bak kecambah. Ukuran petak semaian beraneka
ragam bergantung dari berapa luasan yang akan ditanami dan jenis rumputnya. Ada baiknya
meletakkan tanah top soil dan bahan organik dengan ketebalan 2 inchi, bahan organik ini akan
membantu pertumbuhan dan meningkatkan porositas tanah sehingga memudahkan pindah tanam.
Tanaman rumput baru dapat dipindah tanam, setelah berumur lebih kurang 2 (dua) bulan.
Perkembangbiakan secara vegetatif dapat dilakukan melalui bahagian-bahagian tertentu
rumput tersebut. Biasanya stolon atau rhizome. Cara ini biasa dilakukan untuk rumput-rumput
hybrid yang biasanya menghasilkan bunga dan tidak dapat menghasilkan biji (steril atau
mandul). Cara ini akan menghasilkan tumbuhan anak yang mempunyai sifat sama dengan
induknya. Stolon ialah sejenis akar yang menjalar di atas permukaan tanah, sedangkan rhizom
ialah akar yang menjalar di bawah permukaan tanah. Tiap jenis rumput akan mempunyai sifat
stoloniferous atau rhizomatous yang akan menunjukkan bagaimana ia paling mudah
dibiakkan.Pucuk daun atau akar akan keluar dari buku Jika stolon atau rhizom yang mempunyai
buku ini jatuh pada habitat yang sesuai, maka akan tumbuh akar untuk memulai kehidupan
sebagai suatu tumbuhan yang baru. Penanaman juga dapat dilakukan dengan cara memisahkan
anakan.
D. Budidaya Rumput Zoysia matrella (L.) Merr
Secara umum, budidaya rumput lapangan bola di Stadion Maguwoharjo meliputi:
A. Penanaman
B. Pemeliharaan
Pemupukan
Pengairan
Pemangkasan
Pengendalian Gulma
Pengendalian Hama
C. Penyulaman

Selain faktor-faktor tersebut, dalam mendesain lapangan bola hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
1. Iklim daerah : bila iklim tropis seperti di Indonesia paling cocok emang rumput alami
dikarenakan sinar matahari yang lumayan terik dan panas hampir sepanjang tahun menjaga
kesuburan dan regenerasi rumput di sebuah stadion. Mengapa tidak rumput sintetis ? rumput
sintetis sangat tidak cocok dengan hawa panas karena bisa mencapai suhu 69 derajat celcius
sedangkan rumput alami yang memang sangat membutuhkan cahaya dapat mencapai suhu
puncak 32 derajat celcius.
2. Media Tanam : Dalam mendesain lapangan bola hal yang sangat vital bukan hanya rumput
itu sendiri tapi sistem penanamannya dan media tanam , hal ini disebabkan media tanam
berfungsi sekaligus untuk drainase sebuah lapangan bola. Di Stadion Gedebage menggunakan
pasir dengan kandungan clay sedikit sehingga mengalirkan air dan menyerap air lebih baik
sehingga diharapkan bila hujan tidak sempat menggenang dan langsung dialirkan ke drainase
bawah lapangan.
3. Drainase : Di lapangan bola faktor ini merupakan faktor yang paling vital bagaimana
membuat drainase untuk rumput bekerja dengan baik membutuhkan desain yang matang selain
pemilihan material yang tepat.

A. Penanaman
Semua rumput di stadion Maguwoharjo ditanam pada tahun 2005. Penanaman dilakukan
sepenuhnya pada ukuran lapangan 10 m x 68 m. Syarat syarat standar lapangan sepak bola
sebenarnya banyak sekali, tetapi syarat utama lapangan sepak bola dapat digunakan adalah
kerataannya, kerataan berkaitan dengan bola yang menggelinding dengan baik. Cara
penanamannya adalah disemai kecil-kecil dari bibit impor yang didatangkan secara khusus dari
Italia. Media tanamnya adalah pasir pantai.Sebelum penanaman, pasit tersebut diberikan pupuk
dasar yaitu urea dan pupuk kandang. Penenaman dilakukan dengan jarak tanam sekitar 2 cm x 3
cm antar rumput. Adapun rumput ini membutuhkan waktu 6 bulan sejak awal penanaman hingga
siap digunakan untuk permainan sepakbola.
Penanaman menggunakan sistem pola tertentu. Untuk merapikan sisi dasar rumput yang
sebelumnya sudah berlumpur dan keras, pengelola mengeruk lapangan sedalam 20 cm sesuai
pola yang direncanakan. Untuk menjaga drainase tetap bekerja maksimal, bagian lapangan yang
sudah keruk dimasukan pasir. Setelah dilakukan pemadatan, rumput sudah bisa diletakan di
atasnya.
Urutan kegiatan penanaman rumput di stadion pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Tahap Penggalian parit sebagai tempat Pipa HDPE sebagai saluran bawah tanah
Setelah menyerap lewat pasir (media tanam), maka air akan dialirkan ke Pipa HDPE (pipa
Horizontal Drain) setelah itu dialirkan ke drainase utama stadion. Pipa HDPE disini merupakan
pipa perforated dan berlobang / berpori sehingga air lebih mudah terserap dan
dialirkan.Sedangkan untuk geotextile digunakan sebagai pemisah antara tanah asli dengan media
drainase dan tumbuh sehingga tidak bercamput saat hujan.
2. Pemasangan Geotextile non woven di parit untuk pemisah dengan lapisan tanah asli setelah itu
dipasang Pipa HDPE dan ditutup dengan split butiran kasar sebagai penyaluran air ke pipa .
Untuk lapisan terakhir digunakan geotextile non woven lagi sebagai pemisah dengan pasir
sebagai media tanam dan drainase.
3. Tahap pembentukan elevasi kemiringan sebagai run off air sehingga air dapat dialirkan masuk
ke parit dan dialirkan oleh Pipa HDPE. untuk kemiringan menggunakan alat baby roller sehingga
lebih mudah.
4. Tahap Pengurugan pasir pilihan sebagai media tanam.

5. Setelah tahap pengurugan media tanam maka dibuat tahap pembentukan lahan sehingga
didapatkan kemiringan yang sesuai dengan rencana antara 0,2% - 0,5 % sehingga diharapkan
didapatkan pengaliran air permukaan.

6. Tahap ke 6 adalah penanaman stolon (batangan ) rumput dengan jarak yang telah ditentukan
sehingga diharapkan tumbuh sempurna dan mendapatkan supply air dan cahaya yang cukup
perstolon.


B. Pemupukan
Di Stadion Maguwoharjo Yogyakarta, pemupukan dilakukan dengan pupuk kimiawi, yaitu
urea, NPK, dan ZA dengan perbandingan 2 : 1: 1. Dalam sekali pemupukan menghabiskan
sekitar 60 kuintal pupuk urea, NPK, dan ZA. Kegiatan pemupukan dilakukan secara rutin setiap
2 minggu sekali, setiap selesai pemangkasan. Aplikasi pupuk dilakukan dengan secara langsung
dengan cara ditabur di atas permukaan rumput. Setelah pemupukan dilakukan, maka sesegera
mungkin harus dilakukan pengairan/ irigasi supaya pupuknya dapat segera larut.
C. Pengairan/ Irigasi
Jumlah total distribusi musiman curah hujan tidak selalu cukup untuk menjaga kualitas
hijau. Bila terdapat kekurangan air untuk menjaga kerapatan dan warna rumput yang diinginkan,
maka diperlukan usaha irigasi atau penyiraman. Air ini sangat penting karena air merupakan
bagian terbesar (80-85%) dari total berat tanaman rumput. Dengan adanya irigasi ini maka iklim
mikro didaerah berumput yang disiram akan berubah. Tanah dan udara disekitar tempat yang
disiram menjadi lebih dingin. Kelembaban relative lingkungan atmosferiknya juga menjadi lebih
tinggi.
Irigasi merupakan salah satu aspek budidaya rumput yang sangat penting namun sulit.
Kegiatan irigasi adalah hal vital dalam pembangunan lapangan sepak bola, dapat dibuat secara
manual dan otomatis. Diperlukan pemasangan instalasi air yang materialnya adalah paralon air
khusus untuk menyalurkan air bertekanan. Sumber air yang volumenya tinggi harus
diperhitungkan dengan cermat Pompa air khusus yang sesuai spesifikasi tekanannya dengan
keperluan air untuk penyiraman lapangan sepak bola. Valve, springkle, nozle adalah peralatan
yang diperukan untuk penyiraman agar rumput yang sudah terpasang di lapangan bola dapat
tersirami dengan cepat merata.
Sekali irigasi dilakukan pada musim kemarau, maka hal ini harus dilakukan selama musim itu.
Irigasi sporadik tidaklah efektif dan bahkan dapat merugikan rumput dalam hal penurunan
cadangan karbohidrat, ketegaran, dan ketahanan terhadap kekeringan. Beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam pengembangan program irigasi antara lain :
(a) frekuensi irigasi
(b) jumlah air yang diberikan,
(c) sumber air
(d) kualitas air
(e) cara irigasi.
Untuk antisipasi penggunaan lapangan yang padat, missal menjelang turnamen atau hari
Minggu, irigasi harus dijadwalkan supaya kelembaban tanah tidak terlalu tinggi. Dengan
kelembaban tanah yang cukup rendah sebelum puncak pemakaian lapangan, maka masalah
pemadatan tanah dapat dikurangi. Jumlah air yang diaplikasikan tergantung pada (a) jumlah air
dalam tanah, (b) sifat-sifat retensi air tanah, dan (c) kecepatan perkolasi dan infiltrasi tanah.
Jumlah air irigasi yang diaplikasikan berhubungan dengan ukuran dan lamanya aplikasi. Irigasi
dilakukan sampai membasahi sebagian besar daerah perakaran, normalnya sampai kedalaman
sekitar 20 cm.
Irigasi yang cukup dalam akan merangsang perakaran yang dalam dan menghasilkan
hamparan rumput yang berkualitas tinggi dan tegar. Namun jumlah irigasi yang berlebihan akan
menurunkan kandungan oksigen dalam tanah, menghambat perakaran, meningkatkan
perkembangan penyakit, meningkatkan kecenderungan pemadatan, dan merupakan pemborosan
karena air akan hilang melalui aliran permukaan dan mungkin membawa nutrisi keluar. Irigasi
yang terlalu sering dapat menurunkan ketegaran dan kualitas rumput sebagaimana irigasi yang
kurang sering. Penurunan kualitas ini ditunjukkan oleh adanya pengurangan pertumbuhan tajuk
dan akar. Kemudian rumput menjadi lebih hijau pucat dan kurang tahan terhadap stres
lingkungan. Frekuensi irigasi yang berlebihan sulit didefinisikan karena variasi yang besar dalam
tanah dan tingkat pemakaian air. Irigasi tiga kali seminggu mungkin terlalu sering pada tanah
lempung liat didaerah yang dingin dan lembab, sementara frekuensi irigasi ini tidak cukup pada
tanah berpasir didaerah panas yang kering. Pada tanah tanah yang bertekstur kasar dimana
daya retensi air rendah diperlukan irigasi dengan frekuensi lebih banyak, namun total air yang
diaplikasikan per irigasi lebih sedikit. Irigasi yang berlebihan ini harus dihindarkan, terutama
pada tanah yang drainase internalnya buruk atau tidak cukup.
Tanah-tanah sangat beragam dalam kecepatan infiltrasinya, tergantung pada tekstur, struktur,
tingkat kepadatan, kemiringan tanah. Tanah yang padat, bertekstur halus dan strukturnya yang
jelek biasanya mempunyai kecepatan infiltrasi yangsangat rendah, berkisar dari 0.1 sampai 0.3
cm perjam. Bahkan ada yang sangat lambat sehingga sulit untuk membasahi daerah perakaran
dengan satu kali irigasi. Tanah yang demikian memerlukan irigasi ringan yang lebih sering.
Dalam penyiraman atau irigasi ini dikenal adanya istilah syiringing, yaitu penyiraman dengan
jumlah air yang sedikit dengan tujuan untuk, (a) mencegah layu (b) mengurangi penguapan, (c)
mendinginkan permukaan rumput, atau (d) menghilangkan embun ataupun air eksudasi.
Syringing ini hanya dilakukan bila diperlukan saja, jadi bukan merupakan praktek yang rutin
Sumber air yang berkualitas baik dengan jumlah air yang cukup dan independen sangatlah
penting bagi lapangan bola yang harus disiram secara teratur. Jumlah air yang tersedia harus
cukup sehingga tidak membatasi penyampaian air oleh system irigasi, dan sistem irigasi dapat
dioperasikan pada kapasitas penuh sesuai dengan disain awalnya. Sumber air harus terletak
dekat dengan pusat eilayah yang akan diairi.
Tiga sumber air irigasi lapangan bola yang umum adalah
(a) air tanah yang diperoleh dengan sumur-sumur dangkal maupun dalam,
(b) danau, reservoir atau kolam,
(c) sungai
Di masa yang akan datang mungkin akan digunakan air selokan atau air industri yang
diolah. Air dari berbagai sumber ini harus bersih dari ganggang, gulma, Lumpur dan kotoran
lainnya. Suatu filter mungkin perlu dipasang untuk mencegah bahan-bahan yang tidak
diinginkan masuk kedalam sistem irigasi.
Air irigasi biasanya mengandung bahan-bahan yang terlarut, kadang-kadang dalam jumlah
yang dukup banyak. Penentuan kualitas air biasanya meliputi analisis (a) total konsentrasi
bahan-bahan terlarut, (b) proporsi relatif sodium terhadap kation yang lain, (c) konsentrasi boron
dan unsure-unsur beracun lainnya, dan (d) konsentrasi bikarbonat. Total konsentrasi garam-
garam terlarut dalam air irigasi biasanya dinyatakan dengan electrical conductivity (EC). Nilai
EC 1000mmhos per cm setara dengan 650 ppm garam terlarut. Air yang mengandung kurang
dari 650 ppm garam terlarut cukup baik untuk berbagai kondisi rumput. Sedangkan tingkat
diatas 2000 ppm tidaklah diinginkan dan dapat merusak.
Beberapa bahan terlarut seperti nitrat, potassium, calcium dan magnesium adalah bahan yang
dapat digunakan untuk pertumbauhan rumput. Namun, chloride, sodium dan sulfat dapat
merugikan. Irigasi yang terus berlanjut dengan menggunakan air yang mengandung berbagai
garam mungkin mengakibatkan akumulasi sampai tingkat yang beracun, bila drainase tanahnya
buruk atau tidak cukup air diaplikasikan untuk mencuci garam-garam kebawah keluar dari
daerah perakaran. Kualitas air untuk system irigasi harus juga meliputi bahan-bahan yang
tersuspensi. Dalam air irigasi sebaiknya bebas dari pasir, Lumpur, ganggang dan partikel asing
lainnya yang dapat merusak, khususnya terhadap system yang otomatis.
Terdapat tiga cara irigasi yang utama untuk rumput, yaitu (a) irigasi diatas permukaan
(overhead), (b) irigasi permukaan, dan (c) irigasi dibawah permukaan (subirrigation). Cara yang
pertama digunaan dengan sprinkler merupakan cara yang paling umum digunakan di lapangan
bola. Pada irigasi dengan sprinkler, air yang diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan
menyerupai curah hujan alami. Air disalurkan melalui pipa-pipa dengan tekanan tinggi (diatas
60 psi) atau rendah (15-30 psi). Keuntungan irigasi sprinkler antara lain (a) dapat digunakan
pada areal yang tidak rata, hasil cukup merata dan kurang menimbulkan erosi. (b) dapat
digunakan pada tanah yang banyak mengandung pasir tanpa banyak kehilangan air akibat
perkolasi yang dalam; (c) jumlah air yang diberikan mudah diatur dan dirasionalisasikan
pemakaiannya. (d) dapat diotomatisasi. Kerugian yang utama adalah biaya yang tinggi pada
awal pemasangannya. Aspek-aspek dalam irigasi ini khususnya irigasi sprinkler, cukup luas dan
memerlukan pendalaman khusus bagi orang-orang yang terlibat langsung dalam masalah ini.
Misalnya saja mengenai tipe kepala sprinkler, jarak dan pola pemasangannya, lebih tepat dibahas
oleh ahlinya dalam forum yang lebih teknis dan spesifik.
Sistem drainase untuk lapangan olah raga bertujuan untuk mengeringkan lapangan olah raga
agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Genangan akan mengganggu dan
membahayakan pemakai lapangan. Drainase berguna sebagai pengaturan peresapan air dengan
tujuan agar lapangan sebagai sarana olah raga sepak bola tetap berfungsi. Volume penyerapan air
dengan baik dan cepat adalah kunci agar lapangan tidak becek saat digunakan untuk bermain.
Drainase perlu mempertimbangkan media agar dapat tetap berfungsi dengan baik supaya
tanaman rumput bisa tumbuh dengan baik. Konstruksi sistem drainase diusahakan agar dapat
mengeringkan dengan cepat, tetapi tidak mengganggu pertumbuhan rumput. Daerah yang akan
ditangani cukup luas dan tidak memungkinkan untuk dibuat suatu lubang pemasukan (inlet).
Limpasan permukaan sekecil mungkin, erosi tidak dibolehkan. Infiltrasi diharapkan terjadi
sebesar mungkin. Piping dicegah dengan jalan memberi filter pada sambungan-sambungan pipa.
Pembebanan air dari luar dihilangkan dengan membuat saluran di sekeliling lapangan.
D. Pemangkasan
Dalam rangka pemeliharaan tanaman, diperlukan teknis pemangkasan khusus dan dilakukan
dengan peralatan khusus, dan juga oleh tenaga yang khusus juga. Tindakan pemangkasan rumput
dilakukan rutin setiap 2 minggu sekali. Namun, pemangkasan tidak dilakukan jika ada
pertandingan/ event. Rumput dikatakan tinggi apabila tingginya mencapai 2-3 cm (Standar
PSSI). Pemangkasan dilakukan menggunakan alat potong, yaitu jenis dorong (di Maguwo ada 3
unit) dan jenis mobil (di Maguwo ada 1 unit).
E. Pengendalian Gulma
Gulma yang paling sering muncul dan mengganggu pertumbuhan rumput lapangan bola
adalah gulma jenis tekian. Di lapangan sendiri, pengendalian dilakukan secara mekanis.
Pengendalian ini rutin dilakukan oleh pekerja. Sementara itu, untuk gulma yang tumbuh di
wilayah gravel (tepi), pengendaliannya dilakukan secara kimiawi menggunakan Roundup.
F. Pengendalian Hama
Di stadion Maguwoharjo, ada dua hama utama yang sering mengganggu pertumbuhan
rumput, yaitu belalang dan semut. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan menggunakan
furadan dan gramax. Penyemprotan dilakukan sejarang mungkin dengan melihat situasi, kadang
1 bulan sekali.
G. Penyulaman
Penyulaman sering dilakukan pada gap/ lubang di wilayah dekat gawang. Gap atau lubang ini
disebabkan karena rumput di dekat gawang seringkali terinjak-injak oleh keeper atau penjaga
gawang dalam permainan sepakbola. Penyulaman dilakukan dengan mengukur luasan gap, lalu
ditambal (di transplanting) dengan rumput baru. Rumput baru diambil dari ujung-ujung
lapangan.













BAB IV.
KEBUTUHAN BIAYA
Total biaya pembelian rumput, penanaman, pembangunan saluran drainase, serta
bangunan pengolahan air sebesar 3 M pada awal pembangunan.
Rumput Zoysia matrella (Linn) Merr yang diimpor dari Italia dengan harga Rp 100.000
per meter persegi.
Biaya saat ini termasuk biaya pengairan, listrik, dan herbisida untuk OPT, pupuk, dan
tenaga kerja.














BAB V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rerumputan mempunyai struktur tersendiri yang memungkinkan untuk bersaing di alam
bebas dengan tumbuhan lain dan menang. Rumput banyak digunakan sebagai penutup tanah
pada lapangan bola, golf, tempat tinggal, super mall dan sebagainya. Lapangan rumput
merupakan bagaian yang amat penting dari suatu lanskap untuk mendukung keindahannya.
Beberapa jenis rumput tropis bisa ditemui di Indonesia, seperti rumput bermuda atau grinting
(Cynodon dactilon), rumput karpet (Axonopus compresus), serta rumput Zoysia matrella dan
Zoysia japonica yang mirip rumput jepang, tetapi berdaun lebih lebar.
Rumput Zoysia matrella yang merupakan rumput kelas 1 standar FIFA dinilai lebih
mendukung permainan karena lebih tebal sehingga dapat melindungi pemain dari cedera.
Rumput ini memiliki kerapatan tajuk yang lebih tinggi dan lebih tahan kering.
Secara umum, budidaya rumput Zoysia matrella meliputi penanaman, pemeliharaan
(Pemupukan, Pengairan, Pemangkasan, Pengendalian Gulma, dan Pengendalian Hama), serta
Penyulaman
B. Saran
Sebaiknya manajemen rumput dilakukan sesuai standar yang ada dengan menghadirkan
tenaga ahli (agronom, ahli teknik sipil, dll) terutama untuk irigasi supaya rumput di lapangan
sepak bola tetap terjaga kehijauan dan kesegarannya.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Lapangan, Menjadi Prioritas Utama. <http://juventus.co.id/berita-7-8-4371
Lapangan,-menjadi-prioritas-utama.html>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
Perdana, 2012. Rumput Stadion. <http://www.detonmitraperdana.com/id
id/layanan/generalsupplier/rumputstadion.aspx>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
Rejeki, S. 2012. Rumput Indonesia Dipakai di Korea. <http://bola.kompas.com
/read/2012/08/02/15491980/Rumput.Indonesia.Dipakai.di.Korea>. Diakses pada tanggal
25 Mei 2013.
Steven, F. 2012. Zoysia matrella- Rumput Peking. <http://d2landscape.
birojasabali.com/2012/07/zoysia-matrella-rumput-peking.html>. Diakses pada tanggal 25
Mei 2013.












LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Tahap Penggalian Parit Sebagai Tempat Pipa HDPE Sebagai Saluran Bawah Tanah

Gambar 2. Pemasangan Geotextile Non Woven di Parit untuk Pemisah dengan Lapisan Tanah
Asli

Gambar 3. Tahap Pembentukan Elevasi Kemiringan Sebagai Run-off Air

Gambar 4. Tahap Pengurugan Pasir Pilihan Sebagai Media Tanam

Gambar 5. Penanaman stolon (batangan ) rumput dengan jarak yang telah ditentukan

Gambar 6. Rumput Zoysia matrella (L.) Merr

Gambar 7. Potongan kecil rumput Zoysia matrella (L.) Merr yang Siap Ditransplanting

Anda mungkin juga menyukai